Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI KAYU

Penggunaan kayu sebagai bahan material


bangunan

UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

Dibuat oleh: DEDE TOMY SAGER


NIM: 171411679
I.1 Dasar-Dasar Penggunaan Kayu
Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah
lama dikenal masyarakat, didapatkan dari semacam tanaman yang
tumbuh di alam dan dapat diperbaharui secara alami. Faktor-faktor
seperti kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai dengan
lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu
menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan
(light construction).
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya
didasari oleh kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi
keindahannya. Secara alami kayu memiliki bermacam-macam warna
dan bentuk serat, sehingga untuk bangunan expose material kayu
tidak banyak memerlukan perlakuan tambahan.
Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu
diperhatikan sifatsifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat
penyambung serta keawetan kayu. Keterbatasan penggunaan kayu
selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan kayu alami yang lurus
dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu dengan
tingkat kekuatan yang tinggi sidah semakin berkurang. Oleh karena
itu, maka teknologi sambungan dan komposit material sangat
penting pada perancangan struktur kayu.
I.2 Bagian-Bagian Penampang Kayu
Senyawa utama penyusun sel kayu dengan komposisinya
adalah selulosa 50%, hemiselulosa 25%, lignin 25%. Sel-sel kayu
kemudian secara kelompok membentuk pembuluh, parenkim dan
serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi untuk
saluran air dan zat hara. Parenkim memiliki bentuk kotak,
berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki bentuk panjang langsing
dan berdinding tebal serta berfungsi sebagai penguat pohon.
Kelompok-kelompok sel kayu bergabung membentuk
bagian/anatomi pohon. Sebatang pohon dipotong melintang akan
diperoleh secara kasar
I.3 Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan bahan alam yang tidak homogen. Ketidak
homogenan ini disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan
kondisi lingkungan pertumbuhan yang sering tidak sama. Oleh
karena itu , sifat-sifat fisik dan sifat-sifat mekanik pada arah
longitudinal, radial dan tangensial tidak sama. Kekuatan kayu pada
arah longitudinal (X) lebih besar dibandingkan dengan arah radial
(R) ataupun tangensial (T) dan angka kembang susut pada arah
longitudinal lebih kecil dari pada arah radial maupun arah
tangensial.
Sifat fisik kayu
Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar
air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding
lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-
beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28
(kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat
dan semakin kuat pula.
Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-
unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll.
Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam
kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif
tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras
sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi
warna dalam kayu yang berbeda-beda.
Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya,
kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam,
kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan
kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang
pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat
berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat
miring).
Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba
permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan
raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu,
kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan
untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu
benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat,
tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.
Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai
dekoratif.
Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin
lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu
sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam
kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC =
Equilibrium Moisture Content).
Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan
erat dengan elastisitas kayu.
Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya
gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik,
sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik
(kulintang, gitar, biola dll).
Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan
untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan
sumber panas.
Daya Hantar Listrik
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk
aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.
Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik
sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu
basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya
hantar air.
Sifat mekanik kayu
Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
tarik yaitu :
Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada
kekuatan tarik sejajar arah serat.
Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada
keteguhan kompresi sejajar arah serat.
Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian
lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
Keteguhan geser sejajar arah serat
Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada
keteguhan geser sejajar arah serat.
Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-
gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan
beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua)
macam keteguhan yaitu :
Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan
bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam
modulus elastisitas.
Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga
yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau
tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas
proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang
permanen dan kerusakan sebagian.
Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang
membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama
dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang
ketahanan terhadap pengausan kayu.
Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah
sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya
keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-
ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-
jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu
atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan
menjadi dua kelompok :
Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga
perusak kayu.
Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
SYARAT-SYARAT UMUM KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan sehat dengan


ketentuan bahwa segala sifat dan kekurangan yang berhubungan
dengan pemakaiannya tidak akan mengurangi nilai konstruksi
(bangunan).
Kayu sebagai bahan konstruksi, harus dikenal ciri-ciri dan sifat-
sifatnya, yaitu :
– Sifat-sifat mekanis kayu.
– Faktor-faktor kekuatan kayu.
– Sifat-sifat penggunaan kayu
Kepadatan Kayu
Kepadatan kayu berhubungan erat dengan berat jenis kayu
dan kekuatan kayu. Semakin ringan kayu, semakin ringan
kekuatannya, begitupun sebaliknya.
Berat Jenis
Berat jenis kayu adalah berat jenis dari kayu kering udara.
Kadar kayu kering udara tergantung pada keadaan iklim setempat.
Di Indonesia kadar air berkisar 12 – 20% dari kayu kering mutlak.
Kering mutlak hanya dapat dicapai dalam tempat pemanasan.
Contoh di daerah Bogor, kadar kayu kering udara adalah 15%. Pada
musim kemarau kadar air dapat menurun menjadi 13%. Pada musim
hujan dapat meningkat menjadi 20%
Kekuatan kayu
Pada umumnya kayu yang berat mempunyai kekuatan kayu
yang lebih kuat dibandingkan dengan yang lebih ringan.
Kekuatan dan kekerasan kayu berbanding lurus dengan berat
jenisnya. Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan membagi kekuatan
kayu berdasarkan jenis kayu dalam 5 kelas kuat.
Serat kayu tergantung pada pertumbuhan pohon. Pohon yang
tumbuhnya cepat biasanya mempunyai serat yang kasar, sebaliknya
pohon yang tumbuhnya lama mempunyai serat yang halus.

Tabel Kelas Kuat Kayu

Kelas Berat Jenis Kekuatan lengkung

kuat absolut (kg/cm2)

I ≥ 0,90 ≥1100

II 0,90 – 0,60 1100 – 725

III 0,60 – 0,40 725 – 500

IV 0,40 – 0,30 500 – 360

V < 0,30 < 360


Mata Kayu Dan Retak-Retak
 Mata kayu tergantung pada rupa mata kayu pada permukaan
gergajian.
 Mata kayu mempunyai pengaruh terhadap kekuatan kayu,
disebabkan arah serat di mata kayu berubah.
 Pengaruh mata kayu terhadap kekuatan kayu dinyatakan
dalam berapa luas mata kayu terhadap penampang melintang
kayu dan dimana letaknya.
 Retak kayu akan mengurangi kekuatan kayu.

Penumpukan Papan dan Balok kayu


 Penumpukan dilakukan untuk menyimpan dan mengeringkan
kayu.
 Kayu yang sudah kering bisa disimpan dalam ruang yang
beratap (gudang).
 Tiap tumpukan kayu berukuran tinggi 75-80 cm. setelah itu
diatasnya diletakan lat-antara, kemudian dapat meneruskan
menumpuk kayu lagi.
 Kita harus menjaga agar kayu terletak lepas dari tanah dengan
menggunakan balok gelagar bawah (ganjel)
 Pada kayu basah, papan-papan ditumpuk tersendiri pada
lapisan yang dipisahkan lat-antara yang jaraknya 1,5 – 2 cm.
Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu
Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai
material dasar dapat dikelompokkan ke dalam elemen linear yang
membentang dua arah. Susunan hirarki sistem struktur ini adalah
khusus.

RANGKA RINGAN.
Sistem struktur joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah konstruksi
kayu yang paling banyak digunakan pada saat ini. Sistem joists lanta
terutama sangat berguna untuk beban hidup ringan yang
terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi
demikian umumnya dijumpai pada konstruksi rumah. Joists pada
umumnya menggunakan tumpuan sederhana karena untuk
membuat tumpuan vang dapat menahan momen diperlukan
konstruksi khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit
dengan joists kecuali apabila digunakan konstruksi khusus yang
menyatukannya.
Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan adalah dinding
pemikul beban yang dapat terbuat dari bata atau dari susunan
elemen kayu (plywood). Dalam hal yang terakhir ini, tahanan lateral
pada susunan struktur secara keseluruhan terhadap beban
horizontal diperoleh dengan menyusun dinding berlapisan plywood
yang berfungsi sebagai bidangbidang geser. Struktur demikian pada
umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan
ini tidak hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga
karena persyaratan keamanan terhadap kebakaran yang umum
diberikan pada peraturan-peraturan mengenai gedung. Karena
setiap elemen pada sistem struktur ini diletakkan di tempatnya
secara individual, maka banvak fleksibilitas dalam penggunaan
sistem tersebut, termasuk juga dalam merencanakan hubungan di
antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists
standar . Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok
memanjang sehingga sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam
molekul lentur. Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan
bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya penyatuan
tersebut. Dengan demikian, tinggi struktural akan lebih kecil
dibandingkan dengan sistem joist standar. Elemen kulit bertegangan
ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke lokasi
sebagai modul-modul. Kegunaannya akan semakin meningkat
apabila modul-modul ini dapat dipakai secara berulang. Elemen
demikian dapat digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga
sistem plat lipat berbentang besar.
BALOK BOKS.
Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis
memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan
kondisi pembebanan. Sistem yang demikian sangat berguna pada
situasi bentang besar atau apabila ada kondisi beban yang khusus.
Balok boks dapat secara efisien mempunyai bentang lebih besar
daripada balok homogen maupun balok berlapis. KONSTRUKSI KAYU
BERAT Sebelum sistem joists ringan banyak digunakan, sistem balok
kayu berat dengan papan transversal telah banyak digunakan. Balok
kayu berlapisan sekarang banyak digunakan sebagai alternatif dari
balok homogen. Sistem demikian dapat mempunyai kapasitas pikul
beban dan bentang lebih besar daripada sistem joist. Sebagai contoh,
dengan balok berlapisan, bentang yang relatif besar adalah mungkin
karena tinggi elemen struktur dapat dengan mudah kita peroleh
dengan menambah lapisan. Elemen demikian umumnya bertumpuan
sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang
mampu memikul momen dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang
paling banyak digunakan karena dapat dengan mudah menggunakan
banyak variasi dalam konfigurasi dan ukuran batang. Rangka batang
dapat dibuat tidak secara besar-besaran, tetapi dapat dibuat secara
khusus untuk kondisi beban dan bentang tertentu. Sekalipun
demikian, kita juga. membuat rangka batang secara besar-besaran
(mass production). Rangka batang demikian umumnya digunakan
pada situasi bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang
tnissed rafter pada misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi
atap pada bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada analog
dengan balok baja web terbuka dan berguna untuk situasi bentang
besar (khususnya untuk atap). Sistem penumpu vertikal pada
struktur ini umumnya berupa dinding batu atau kolom kayu.
Tahanan terhadap beban lateral pada struktur ini umumnya
diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai bidang
geser. Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan,
pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan
kestabilan struktur terhadap beban lateral. Peningkatan kestabilan
dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja digunakan untuk
struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG
Banyak struktur plat lengkung atau plat datar yang umumnya berupa
elemen berbentang satu, yang dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan
struktur tersebut menggunakan kayu lapis.
PELENGKUNG
Bentuk pelengkung standar dapat dibuat dari kayu. Elemen
berlapisan paling sering digunakan. Hampir semua bentuk
pelengkung dapat dibuat dengan menggunakan kayu. Bentang yang
relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-struktur ini umumnya
berguna sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan
tidak dijepit.
LAMELLA
Konstruksi lamella merupakan suatu cara untuk membuat
permukaan lengkung tunggal atau ganda dari potongan-potongan
kecil kayu. Konstruksi yang menarik ini dapat digunakan untuk
membuat permukaan silindris berbentang besar, juga untuk struktur
kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan, terutama pada struktur
atap.
UKURAN ELEMEN
Gambar 8.10 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk
berbagai jenis struktur kayu. Bentang "maksimum" yang
diperlihatkan pada diagram ini bukanlah bentang maksimum yang
mungkin, melainkan batas bentang terbesar yang umum dijumpai.
Batasan bentang minimum menunjukkan bentang terkecil yang
masih ekonomis. Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi
untuk berbagai bentang setiap sistem. Angka yang kecil
menunjukkan tinggi minimum yang umum untuk sistem yang
bersangkutan dan angka lainnya menunjukkan tinggi maksimumnya.
Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti bahwa elemen
struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai tinggi
sekitar 16 ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan tebal
terhadap tinggi (t/h) bervariasi antara 1 : 25 untuk kolom yang
dibebani tidak besar dan relatif pendek, atau sekitar 1 : 10 untuk
kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat, Dinding yang
dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai perbandingan t/h
bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.
Kelebihan dan Kekurangan Kayu sebagai Bahan Konstruksi
Kelebihan:
1.      Bahan alami yang dapat diperbaharui
2.      Kuat tarik yang tinggi
3.      Dapat meredam suara
4.      Lebih memiliki tekstur yang baik dan indah
5.      Memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa
mengapung dan sifat resonansinya
6.      Ringan
7.      Murah
8.      Mudah diperoleh/ didapat
9.      Pengerjaan mudah
Kekurangan:
1.      Tidak tahan lama
2.      Susah dibentuk
3.      Tidak tahan panas/ api
4.      Kadar air tinggi
5.      Mutu tidak seragam
6.      Kuat tekan rendah
7.      Kuat tarik terbatas
8.      Serat yang tidak teratur
9.      Cacat kayu
10.  Lendutan bisa pada saat kayu dalam keadaan kelembaban tinggi.
11.  Ukuran panjang kayu terbatas
Masalah pada kayu sebagai bahan konstruksi bangunan:
Nutrisi
Kayu adalah senyawa organik yang terdiri dari 50% karbon. Hal ini
menjadikan kayu sebagai sumber nutrisi yang sangat cocok untuk
jamur karena jamur memperoleh energinya dari oksidasi senyawa
organik.
Jamur pembusuk kayu dapat hidup dengan menggunakan
polisakarida sementara jamur noda cukup membutuhkan zat yang
lebih sederhana sperti kandungan karbohidrat, protein dan zat lain
yang ada di sel parenkim gubal pohon. Selain itu jamur kayu juga
membutuhkan tambahan nitrogen yang ada pada kayu untuk
pertumbuhannya.
Serangga:
Serangga berada di urutan kedua setelah jamur pembusuk kayu yang
memberi andil dalam kerugian ekonomi terhadap penggunaan kayu.
Serangga dapat dipisahkan menjadi empat kategori: Rayap, kumbang
beduk, semut kayu dan penggerek.
Rayap
Ada dua jenis rayap: Rayap bawah tanah perusak kayu, yang
menyerang kayu bila tidak diberikan perlindungan anti rayap ,
lembab, bersentuhan langsung dengan air atau tanah dan sumber
kelembaban lainnya. Rayap kayu kering, yang menyerang dan
menghuni kayu walaupun kayu tersebut telah dikeringkan sampai
kadar air serendah 5 sampai 10%. Hanya saja kerusakan rayap kayu
kering ini lebih sedikit daripada kerusakan akibat rayap di bawah
tanah.
Kumbang beduk Kumbang beduk menyerang kayu keras dan kayu
lunak. Jenis yang beresiko terhadap serangannya adalah kayu yang
telah di proses, kayu yang baru di tebang dan kayu basah yang belum
dikeringkan.
Semut kayu
Semut kayu tidak memakan kayu. Mereka membuat terowongan
melalui kayu dan membuat sarang atau tempat berlindung. Mereka
paling sering menyerang kayu yang memiliki dengan kontak tanah
atau kayu yang sering dibasahi.
Lebah kayu
Mereka menyebabkan kerusakan terutama pada kayu yang tidak
dicat dengan menciptakan terowongan besar untuk sarang tempat
bertelur.
Penggerek laut
Mereka menyerang dan bisa dengan cepat menghancurkan kayu di
air asin dan air payau.

Meminimalkan Masalah Kayu:


Sebagian besar strategi yang umum digunakan untuk melindungi
kayu meliputi pengeringan, pelapisan dan atau impregnasi.
Perkembangan dan Prospek Rekayasa Struktur Kayu di
Indonesia

Kebutuhan akan perumahan: Kebutuhan akan perumahan di


Indonesia bagi rakyat golongan menengah kebawah masih
sangat besar. Pencanangan pembangunan seribu tower rusun/
apartemen belum dapat dipenuhi. Material yang
digunakan mayoritas menggunakan beton dan baja, sangat
kontras dengan residential building/housing di luar
negeri yang hampir 80% menggunakan kayu sebagai material
bangunan. Sedangkan bangunan apartemen bertingkat
dari kayu sampai dengan 10 lantai juga sudah ada di Negara-
negara di Eropa, seperti Inggris dan Swedia.
Ketahanan bangunan terhadap gempa bumi: Wilayah kepulauan
Indonesia termasuk dalam daerah gempa aktif
atau biasa disebut Pacific Ring of Fire. Dalam beberapa tahun
terakhir terjadi gempa-gempa besar seperti, gempa
Aceh (2004), gempa Yogyakarta (2006), gempa Bengkulu
(2007), gempa Tasikmalaya (2009) dan gempa Padang
(2009). Gempa-gempa besar tersebut menghancurkan sangat
banyak gedung, fasilitas umum beserta isinya dan juga
korban jiwa. Jenis bangunan yang runtuh mulai dari rumah
rakyat biasa tanpa perhitungan teknik (non-engineered
building) maupun bangunan bertingkat yang seharusnya
didisain tahan gempa (engineered building), Wijanto et.al.
2010.
Pelajaran dari kegagalan struktur akibat gempa-gempa yang
sudah terjadi menimbulkan keprihatinan akan lemahnya
pengetahuan baik teori, analisis maupun standar akan disain
bangunan yang baik. Pengalaman pada bangunan
dengan beton dan baja menunjukkan bahwa pada umumnya
kegagalan tersebut diakibatkan oleh; soft story
mechanism, short column effect, pounding, masa yang
berlebihan, kurangnya tulangan longitudinal dan geser, tidak
ada tulangan pada hubungan balok dan kolom serta detailing
tulangan seperti syarat jarak sengkang, bengkokan dan
overlap tulangan yang tidak memenuhi syarat. Dapat
diindikasikan bahwa standar–standar yang ada tidak/belum
diketahui atau diikuti persyaratannya atau bahkan tidak
memadai. Dari pengalaman yang ada di daerah yang
mengalami gempa, bangunan dari kayu menunjukkan
ketahanan yang baik terhadap gempa walaupun merupakan
non-engineered building. Bangunan kayu secara umum lebih
tahan terhadap gempa karena massanya yang ringan
sehingga menghasilkan gaya inersia yang kecil akibat gempa
dengan rasio kekuatan/massa yang besar.
Peraturan konstruksi kayu. Pada bangunan kayu keruntuhan
pada umumnya akibat sambungan atau hubungan
yang tidak memenuhi standar dan sistem strukturnya tidak
tahan gempa. Peraturan Kayu di Indonesia sangat
ketinggalan jaman, sejak tahun 1961 Peraturan Kayu Indonesia
(PKKI 1961) 52 tahun tidak mengalami perubahan.
Beberapa draft peraturan kayu tahun 1980, dan 2002 pernah
dibuat sampai dengan terbitnya SNI 7973:2013
Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu. Saat ini peraturan-
peraturan di luar negeri menggunakan metode disain
baik Load and Resistance Factor Design (LRFD) maupun
Alowable Stress Design (ASD), Breyer 2008. PKKI 1961
menggunakan cara ASD lama. Pada SNI 7973:2013 yang
mengadopsi NDS 2012, memuat baik LRFD/DFBK dan
ASD/DTI dan keduanya dapat digunakan dalam desain.
DAFTAR PUSTAKA:
http://rudiniaciel.blogspot.com/2012/05/sifat-sifat-kayu-dan-
penggunaannya.html
https://www.slideshare.net/azishamid/sifat-kayu
https://catatanxipil.blogspot.com/2018/09/sifat-sifat-
kayu.html
https://www.researchgate.net/publication/311379623_REVITA
LISASI_KAYU_sebagai_BAHAN_MATERIAL_KONSTRUKSI_melalui_
RISET_dan_PENGAJARAN_-
_Studi_Kasus_di_Jurusan_Teknik_Sipil_UPH

Anda mungkin juga menyukai