Anda di halaman 1dari 29

CETAKAN PERTAMA JUNI 1982

DARI PARE-PARE LEWAT AACHEN

Wawancara : Toeti Adhitama


(Eksekutif, Juli 1979)
HABIBIE
DARI PARE-PARE
LEWAT AACHEN

H : Ayah tiba-tiba meninggal tahun 1950, waktu itu umur saya sekitar 13 tahun.
SMP masih kelas dua. Hal itu sangat mempengaruhi perkembangan seorang
anak. Umur 12 - 13 kehilangan ayah. Karena heart attack. Rupanya penyakit
jantung yang sekarang terkenal itu dahulunya juga sudah ada. Waktu terjadi,
ayah sedang sembahyang Isya di atas tikar. Lantas jatuh.

Ayah saya termasuk alim, kuat dan keras dalam beragama. Saya mendengar ibu,
yang sedang mengandung delapan bulan, berteriak-teriak dan bersumpah di
depan ayah saya. Pokoknya cita-cita ayah akan diteruskan. Dalam hal ini
pendidikan anaknya.

E : Peristiwa meninggalnya ayah yang sangat berkesan itu, tentunya punya arti
besar sekali dalam membentuk Bapak seterusnya?

H : Selama itu saya mempunyai impresi bahwa secara tidak langsung ada
pegangan bagi saya. Saya tidak takut apa-apa, berani, karena selalu didampingi
Bapak. Ada impresi demikian pada anak kecil. Ayah meninggal, ada akibatnya.
Beberapa bulan setelah ayah meninggal, saya harus melanjutkan sekolah, naik
kapal laut KPM ke Jawa, dan tidak diantar siapa-siapa. Mulai saat itu boleh dikata
saya selalu merasa sendiri, karena terus dilepas. Ibu saya dengan tujuh anak
tinggal di Makasar. Saya disuruh pergi.

E: Ke mana?

H : Saya disuruh sekolah HBS di Bandung. Di situ ada bahasa Jerman, Perancis,
lengkap. Tapi saya pindah ke SMP V di jalan Jawa karena tidak kerasan. Tiga
bulan di SMP, lalu lulus dan terus masuk SMA Kristen. Mau naik kelas 2, ibu baru
pindah dengan keluarganya ke Bandung. Beliau mau tinggal di daerah di mana
ada sekolah tinggi supaya mudah membiayai anaknya. Tetapi saya hanya
sebentar bersama-sama ibu di Bandung. Setelah 2 tahun bersama-sama ibu,
suatu hari waktu makan malam ibu mengajak saya konsultasi. Dia bilang, Bib,

1|P age
kamu sudah saya dapatkan beasiswa untuk ke luar negeri. Sudah ada izin dari P
dan K. Benar-benar mulanya saya tidak ada keinginan ke luar negeri. Karena, ya,
umur 17-18 tahun sudah punya pacar...... normal tokh? Kawan- kawan baik
semua. Saya baru enam bulan di ITB, ya, ngapain ke luar. Tapi ibu........ ibu ini
sudah janji untuk meneruskan sekolah saya di luar

E : Kuat personality ibu?

H : Kalau kepada anak-anak, yang kuat itu ibu. Tapi kalau dalam arti figure, yang
saya pegang sebagai orang yang bergaul dengan masyarakat, itu ayah. Saya
selalu ingat bagaimana ayah saya menghadapi kawan-kawannya, menghadapi
masyarakat. Dia yang jadi pegangan. Sebab anak umur 12-13 sedang idealisir
ayahnya tokh? Mungkin karena ayah saya sudah meninggal, tetap saya idealisir.
Tapi yang benar-benar terjun dalam persoalan harian, ya ibu. Dan ibu saya itu
memang kuat, dalam arti sangat gigih, ulet.

E : Lalu Bapak ke Jerman?

H : Waktu itu memang ada dua kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa


belajar di luar negeri. Satu mendapat beasiswa pemerintah, 375 Deutsche Mark
sebulan untuk belajar di luar negeri dengan ikatan dinas pemerintah. Yang satu
lagi dengan mendapatkan izin membeli devisa pemerintah. Membeli devisa
waktu itu tidak terbuka seperti sekarang, dan izin membelinya saja sudah
dianggap beasiswa. Ibu saya meminta izin. Alasan beliau karena sudah
menjanjikan kepada ayah.

Peninggalan ayah akan diguņakan untuk membiayai sekolah saya. Jadi saya
harus terima, menurut, karena beliau menghendaki demikian. Nah, ini yang saya
rasa mempengaruhi sukses sekolah di Jerman; karena selalu berhubungan dan
ada ikatan dengan orang tua; karena mengetahui harus prihatin. Jadi ada
sesuatu yang harus saya junjung. Juga ibu harus melaksanakan sasaran
perjuangannya sebagai seorang ibu dengan segala daya upayanya. Berdagang
ini, ambil indekos, dan sebagainya. Berdasarkan itu, bagi saya ada dua alternatif.
Saya ujian harus lulus, atau saya kerja cari duit. Karena kalau saya ujian tapi tidak
lulus, saya rugi. Dan setiap tahun saya harus lulus. karena saya bertanggung
jawab sama orang tua. Kebetulan waktu di Aachen itu, 99% dari mahasıswanya
mendapatkan beasiswa, berikatan dinas penuh. Hanya saya satu-satunya, yang

2|P age
meskipun mendapat uang tunjangan yang sama, tetapi adalah uang dari orang
tua. Ini menyangkut perbedaan juga pada paspornya.

Kalau yang lain memakai paspor dinas RI, saya paspor hijau, paspor swasta. Yang
mendapatkan ikatan dinas penuh lalu dianggap mestinya benar-benar pintar,
atau putra-putri yang punya pengaruh, atau mahasiswa angkatan perang.
Banyak yang tidak mengetahui latar belakang sebenarnya mengenai saya, dan
saya juga tidak memamerkan. Bagi saya sendiri inı sesuatu yang prinsipil.
Semuanya dari hasıl peninggalan ayah saya. Saya tiba di situ cuma dengan satu
sasaran, mau lekas pulang, mau membantu ibu.

Begitu datang saya harus belajar bahasa Jerman. Karena ijazah SMA tidak diakui.
Jadi harus diuji dulu bahasa Jerman, llmu Pasti, ilmu Alam, Mekanika dan Bahasa
Inggris. Kalau lulus baru boleh masuk Semester I. Begitu diterima, saya lalu selalu
ikut tentamen. Saya tiba bulan Mei, November terus ujian. Saya berpendapat,
kalau saya lulus kan untung. Jadi saya coba.

Kawan-kawan sebagian besar juga ikut ujian Tetapi mereka tidak menghadapi
persoalan keuangan, dapat tinggal selama 5-6 tahun tanpa orang tuanya
membayar. Ini seterusnya membuat motivasi dalam diri saya. Memang masing-
masing berlainan. Kawan-kawan bukan karena bodoh, tetapi kalau waktu libur
musim panas misalnya mereka tidak sekolah, tidak juga ikut ujian. Mereka melulu
bekerja.

E : Sedangkan Anda terus sekolah waktu liburan?

H : Saya kalau liburan, bukan puas-puasan. Kalau liburan, ujian atau cari duit. Cari
duit untuk beli buku. Kalau yang lain tidak. Mereka asyik cari duit dan ujiannya
ditunda-tunda. Ini karena mereka optimis, tidak ada batas waktu beasiswanya. Di
samping mencari sendiri, dari beasiswa mereka dapat uang lagi : uang sekolah,
uang buku, uang pakaian. Jadi, bagus-bagus kamera dan mobilnya, sedangkan
saya tidak. Tetapi saya juga optimis dari sudut lain, bukan duitnya.

Mungkin cara berpikir ini secara tidak sadar ada pengaruhnya pada pendidikan
saya. Membentuk sikap sebagai orang yang dewasa. sehingga mempengaruhi
sukses karier dalam industri jerman. Motivasi non-economic itu memang lain. bisa
lebih optimal. Bagi saya, ujian adalah kesempatan, sehingga saya selalu berusaha

3|P age
lulus. Saya berusaha selalu rasionil, zakelijk, dan tidak ada rasa yang aneh-aneh
terhadap yang lain, Kalau ujian dapat angka 10. all right, kalau nggak dapat,
juga nggak apa-apa. Dengan cara demikian 4 tahun kemudian (jadi umur 22
tahun), sudah tingkat akhir, menghadapi kandidat insinyur. karena tiap tahunnya
lulus.

E : Apakah sikap teman-teman itu ada pengaruhnya terhadap Bapak?

H : Tidak. Saya kan orangnya suka menyendiri, jadi tidak ambil pusing. Saya tidak
merasa lebih pintar, tidak merasa lebih bodoh, tidak merasa iri dan juga tidak
mengganggu. Itulah, saya bergaul dengan mereka dalam kondisi demikian.
Memang dari kecil saya bermain sendiri. Waktu saya sudah doktor insinyur, sudah
kerja, juga tidak sering bergaul atau datang ke rumah orang. Dan ini
pengaruhnya ke dalam, tidak terhadap yang lain.

E : Low profile?

H : Low profile, dan karena sibuk dengan problem-probiemnya itu bukan problem
materi, bukan problem seksual - tapi misalnya bacaan mengenai mekanika atau
social science, filosofi, fisika atau ilmu konstruksi. itu sampai hari ini, Di dekat tas
saya, di manapun, selalu ada buku. Saya berada dalam suatu kerja science,
karena itu kalau ada kesempatan untuk membaca, saya nikmati betul-betul
secara logis, sistimatis, interessant, mendalam. Isteri saya pun susah mengganggu.
Dan karena sibuk, saya tidak pernah mempersoalkan orang lain.

E : Saya dengar pak Habibie juga aktif ikut organisasi Perhimpunan Mahasiswa
waktu di Jerman. Biasanya kalau orang yang low profile jarang mau ikut organisasi
demikian?

H : Harus kita bedakan antara low profile dan individuaiistis. Saya bukan
individualis. Saya bergaul dengan mereka, sport bersama, berenang. Saya ikut
nyanyi, ikut masak....... saya hobinya nyanyi.

E : Lagu kesayangan Bapak?

H : Ha...... ha....... Sepasang mata bola. Saya nyanyi kroncong dalam band. Benar!
Tapi serentak sudah ke luar, ayo bye, bye.......... sampai di rumah mikir persoalan.

E : Jadi bergaul juga ya pak?

4|P age
H : Bergaul, bergaul... Dan kalau saya sedang sendiri, bukannya memikirkan
problem pribadi. Saya bisa berjam-jam membaca mengenai filsafat atau
mengenai sajak-sajak, dalam bahasa apa pun. Saya bekerja di teater. that's true.
Tapi di lain pihak, habis itu saya bisa berjam-jam duduk pegang buku mengenai
faktor mekanik, menelaah fokus tertentu Nggak pernah nganggur. Karenanya
tidak ada kegairahan untuk pergi dansa, pergi nonton, ngluyur. Tapi tidak
menutup pintu kalau ada undangan hari ulang tahun. Kalau di situ ada dansa, ya
saya dansa. Ya toh? Masa orang dansa saya di pojok saja? Suruh nyanyi, ya
nyanyi. Suruh cuci piring, ya cuci piring.

Setelah itu....... kembali saya berpikir. Wah, mobil saya rusak, yah kalkulasi duitnya.
Pulang-pulang bongkar mobil, masuk ke kolong, selesai. Selesai bongkar mobil,
masuk rumah. Ada surat kabar, baca soal-soal Vietnam. Tiba-tiba ingat persoalan
kantor atau kapal terbang, atau persoalan dari kawan. Jadi tidak pernah ngluyur,
nganggur, kecuali mungkin nganggur kalau tidur. It's true.

E : Sampai sekarang Pak?

H : Sampai sekarang?...... ha.... ha..... ha... Nggak. Ini untungnya. Tapi ada juga
problem. Biasanya kalau terlampau rutin..... bisa marah, bisa explode. Yang tahu
asisten-asisten saya.

E : Hal-hal cengeng irritate you?

H : Hm........, it irritates.

E : Sejauh mana Bapak menaruh minat pada politik waktu dalam Perhimpunan
Mahasiswa itu?

H : Saya rasa harus bisa dibayangkan.... waktu itu awal tahun 50-an, semua main
politik. Partai-partai banyak. Nah waktu konggres pemuda, saya dipilih jadi ketua
perhimpunan pelajar Indonesia di Aachen. Dari situ juga kelihatan tidak ada sifat
individualistis. Kalau saya individualis, saya tidak mungkin toh? Dan saya dipilih
menjadi ketua. Saya disuruh menandatangani suatu seruan, suatu apel dari
pemuda. Nah itu konsekuensinya, ekstrimnya.

Kami termasuk generasi yang harus mengisi kemerdekaan dengan program-


program teknis, ekonomis. Dan ini lebih susah daripada menghadapi musuh

5|P age
Belanda. Musuh Belanda sudah jelas. Warna kulitnya saja saya tahu dan saya bisa
tembak. Sekarang ini bukan itu saja. Problem-problem dalam diri kita sendiri sudah
bisa membuat menyeleweng daripada sasaran nasional. Pemikiran saya ini ada
dalam pidato saya. Bukunya terbit tahun '59. Tapi saya selalu bertolak dari
something concrete, kepada matematik kongkrit, tapi tidak terlepas dari
persoalan-persoalan lingkungan.

Memang angan-angan Habibie tinggi untuk membangun. Waktu itu saya umur
21, sudah kandidat insinyur..... and serious. Jadi waktu menghadapi persoalan
tersebut, dienyek oleh yang lebih tua. Oi! Tapi saya tidak terus mundur. Akhirnya
mereka bilang, okeh deh kasih saja sama si Habibie itu. Dia harus mempersiapkan
seminar pembangunan sesuai dengan dia punya mau! Tapi dengan persyaratan,
dia harus taat pada yang mempunyai anggaran rumah tangga.

Semua dikasih persyaratan, selain itu harus dibiayai sendiri. Mikir! Tapi yang penting
adalah mandat yang diberikan oleh kongres, sebab saya diperkenankan
membuat suatu kongres pemuda. Yang ikut banyak. Kodiat Samadikun kepala
PLN Jabar, Wardiman, Ir. Sigit, and yang lucu mereka semua lebih tua dari saya
sendiri. Semua yang lebih tua ini saya pimpin. Hutang saya hanya US$40, diberi
pinjam untuk beli kertas. Sampai hari ini saya heran saya kok berani ke Daimler
Benz. Saya cerita konsep saya ini dan saya bilang, kalau Saudara mau bantu
supaya bantu kami, karena kami ini adalah masa depan dari bangsa Indonesia.

Saya bilang begitu pada dia. Kalau Saudara simpati, this is my account, my
concept. Itu saya lakukan karena saya ketua, tapi tidak punya duit. Setelah itu
banyak uang saya. Lucunya, uang banyak tapi independen. Tidak ada sepeser
juga yang saya dapat dari partai atau badan politik. Nah dalam bekerja begini
saya optimis. Karena saya optimis, akhirnya semua bisa terlaksana.

Tapi juga karena itu saya sakit. Karena tidak ada yang memperhatikan hidup
saya. Hidup saya berat, dan memang orangnya sendiri lo! Waktu itu saya bukan
hanya ketua dari seminar pembangunan, tapi juga anggota dari parlemen
mahasiswa Jerman, mewakili bagian muslim, dan pimpinan dari ikatan mahasiswa
Unesco. Waktu itu tidak ada yang melihat bahwa saya makan tidak teratur.
Akhirnya saya mendapat serangan semacam influenza, yang virusnya masuk ke
jantung.

6|P age
E : Berapa lama menetap di Jerman?

H : Nah, begini ya. Saya sebenarnya ingin lekas pulang Tapi waktu tamat, - saya
selesaikan insinyurnya tahun '59 sava harus masuk rumah sakit. Karena
mengorganisir seminar politik yang dicentakan tadi. Di samping itu kepada saya
juga ada yang menyarankan agar mengambil Ph.D. Untuk itu kepada ibu, saya
bilang, Ma, saya sudah sampai insinyur atas biaya kamu, sekarang saya berdikari,
saya membuat Dr. atas biaya sendiri.

E : Yang menyarankan siapa?

H : P & K. Walau saya mendapat uang kiriman dari ibu, itu juga ikatan pemerintah.
Kan tidak boleh keluarkan devisa tokh! Lalu waktu saya selesai membuat Dr saya
pulang untuk nikah. Istri saya dokter tamatan Ul tahun 61. Waktu anak saya lahir,
saya tidak berduit. Uang saya tidak mencukupi untuk tiket pulang istri saya. Di situ
kelihatan strugglenya lagi.

E : Lalu Bapak bekerja di mana?

H : Waktu itu saya lihat di koran, suatu perusahaan namanya Firma Talbot, yang
membuat wagon mencari seorang yang mampu menghitung kekuatan-kekuatan
rangka, getaran dan sebagainya dari wagon-wagon kereta api. Saya datang.
Problemnya begini. Kereta api itu kan mempunyai volume yang tetap, karena
panjang dari kereta api itu ditentukan oleh curve atau tikungan. Jadi panjangnya
sudah limited. Kalau panjang, dia tidak bisa lari, Profilnya juga ditentukan oleh
terowongan. Jadi volume limitnya tetap. Nah, wagon yang limited itu mau
diperbesar volumenya. Ternyata wagon itu sudah standardized. Semua kan ada
bumpernya. Bumper itu tingginya 1,50 meter. Semua 1,50 meter. Kenapa begitu?
Karena berat 200 ton harus dimasukkan ke dalam bumper tersebut. Material harus
selected untuk beban 200 ton. Ini berarti mereka tidak bisa turunkan bumper,
karena semua standardized. karena ada rodanya. Jadi kalau tinggi rodanya mau
diturunkan, hanya didepan dan di belakang. Di tengah tidak! Kalau dia mau
turunkan yang di tengah ke bawah, maka ia akan mendapat momentum 200 ton
x 1 m, jadi 200/m moment, Tapi ini bisa menganggu segalanya.

Karenanya, tidak ada yang mau. Sedangkan firma itu membutuhkan suatu
wagon yang volumenya besar, karena dia harus mengangkut barang barang

7|P age
yang ringan tapi volumenya besar. Dia membutuhkan 1.000 wagon. Saya
memakai cara-cara konstruksi membuat sayap pesawat terbang. Lalu saya
masukkan ke dalam wagon. Semua orang ihat. Akhirnya orang-orang Jerman itu
excited. Akhirnya wagon saya dibuat satu dulu. Prototype. Setelah ternyata
berhasil, akhirnya dibuat 1.000 buah....... saya dapat duit.

Talbot waktu itu bilang : Habibie kamu tinggal. Wah, nggak mau saya bilang, saya
mau buat kapal terbang.

E : Setelah dari Firma Talbot....?

H : Nah, waktu saya tamat, menjadi doktor, saya menghadapi problem pula. Saya
melapor kepada pemerintah. Waktu itu Pak Syarif Thayeb Menteri PTIP, terus
diganti Pak Mashuri. Saya laporkan saya sudah tamat. Thesis sudah saya serahkan
tahun 1964 pada fakultas, setelah itu sudah selesai toh? Diterima thesisnya, tinggal
saya mempertahankan secara formal. Saya tulis surat, saya sudah siap untuk
pulang lagi.T api rupanya di sini sudah ada proyek Kopelapip - Komando
Pelaksana Industri Penerbangan - dan banyak program-programnya yang
membuat mereka belum interesan untuk memulangkan saya. Jadi persis, saya
selesai doktornya bersamaan dengan selesainya kontrak saya. Agustus 65. Untuk
itu saya harus pulang, atau kerja di industri untuk hidup toh?

Saya tulis surat, saya sebentar pulang, kontrak saya di institut sampai tanggal
sekian - kan saya tidak dapat beasiswa dari mereka - harap diberikan keputusan
sebelum itu, agar saya bisa pulang, mempersiapkan. Oleh mereka tidak diberi
jawaban. Akhirnya saya harus survive, saya masuk industri.

Nah waktu masuk industri ada surat dari Pak Imam Sukotjo sebagai Care-taker
Kopelapip - masih ada beliau sekarang. Beliau menyampaikan : Habibie, you
tinggal di situ saja, ndak usah pulang. Setelah itu pak Mashuri datang, juga
mengatakan : you tinggal di situ, nggak usah pulang, keadaan di tanah air belum
mengijinkan untuk memakai tenaga you. Waktu itu kalau dilihat saya umur 28.
Jadi saya pikir, ah sudahlah, saya harus survive, saya tidak bisa pulang, Ibu saya
pengin saya pulang, tapi tidak bisa pulang. Karena kalau pulang, tapi tidak bisa
berkembang, kan susah. Jadi saya anggap sambil menyelam minum air, udah aja
persiapkan diri.

8|P age
Waktu mempersiapkan diri untuk diri saya sendiri itu - persis tahun 66 - pak Adam
baru menjadi Menteri Luar Negeri. la datang ke Jerman. Saya kenal Pak Adam
sejak saya mahasiswa. Rupanya banyak yang bercerita bahwa saya juga
bergerak jadi pimpinan mahasiswa, jadi duta besar - duta besar itu kenal. Lalu Pak
Adam memanggil, beliau mengatakan : Habibie, you pikir juga dong untuk di
tanah air. Perkembangannya. You cari jalan ke luar dong, bagaimana
membangun dan mengembangkannya.

Waktu itu terus terpikir oleh saya, kalau saya diberi kesempatan untuk membantu,
tentunya dalam bidang penerbangan.

E : Jadi belum terpikir untuk duduk dalam kabinet seperti sekarang?

H : Saya nggak kepikiran menjadi menteri, nggak ada. Saya terlampau pragmatis.
Ya kan? Mungkin only a dreamer thinks too high, tapi orang yang pragmatis, yang
konsumsi wagon, kan hanya mementingkan apa yang mungkin. Benar nggak?
Jadi tidak ada saya pikirkan ke arah itu, bahwa saya mau jadi menteri riset
ataukah tua jadi anu. Tapi yang jelas, sekurang-kurangnya jadi constructor bagian
pesawat terbang. Itu sekurang-kurangnya.

Tapi saya juga jelas mengetahui, kalau saya sampai harus melaksanakan tugas
apapun di Indonesia, tidak mungkin saya laksanakan sendiri. Saya membutuhkan
team yang sungguh-sungguh sepaham dan serdinamis. Dan untuk membuat
team itu tidak mudah. Itu persoalan perorangan, dan juga persoalan hubungan di
bidang ilmiah. Antara satu sama lain harus saling mengerti. Berdasarkan itu maka
saya mengambil keberanian dan kebijaksanaan untuk mendatangkan orang-
orang Indonesia ke Jerman.

Saya ambil persiapan di mana orang itu harus seumur dengan saya, atau lebih
muda ataupun lebih tua sedikit, segenerasi. Saya tahu saya harus mengadakan
short, medium and long planning. Saya perhitungkan. Kalau saya harus nongkrong
10 tahun, baru dipanggil pulang, maka saya akan 38 tahun. Andaikata belum
sempat, saya harus tunggu-tunggu 20 tahun, umur saya akan 48, masih bisa untuk
mengajarkan ilmu saya. Kalau belum lagi - sampai 30 tahun, umur saya akan 58,
mungkin saya masih bisa membantu hal-hal lain. Jadi ini planningnya. Sasarannya
tetap mau pulang, mau membantu. Sadar untuk pulang itu Iho yang harus
kongkrit. Jangan sampai just to make trouble di rumah. Berdasarkan itu maka

9|P age
yang saya datangkan harus lebih muda atau seumur dengan saya. Orang itu
harus berjiwa nasional dan cinta pada tanah air. Dan orang itu harus berani fight.

E : Atas biaya siapa mereka didatangkan?

H : Siapa yang membayarkan tiket? Tadinya mau mereka sendiri. Tapi mereka dari
Indonesia kan nggak berduit, darimana? Saya pergi minta kredit kepada
perusahaan. Kenapa saya berani? Karena waktu itu saya sudah menjadi Kepala
Departemen, nah itu juga. Saya punya pengaruh toh? Saya datangkan kawan-
kawan. Dan itu juga pakai strategi you bagian ini, you bagian itu. Sampai pernah
ada 30 orang di situ. Kami kalau makan, masuk satu persatu. Kami harus hati-hati,
jangan kelihatan menyolok. Nah, di sini memang untungnya low profile itu.

E : Waktu itu pak Habibie Kepala Departemen di mana?

H : Dus gini, orang kan hanya mengenal saya sebagai Vice President. Tapi tidak
tahu sebelum masuk ke MBB, saya adalah scientist, Jadi begini, setelah dianjurkan
masuk industri, saya langsung masuk ke Hamburger Flugzeug Bau. Saya masuk ke
situ karena apa? Karena perusahaan itu membuat F28 airbus untuk kepentingan
sipil, bukan perang. Waktu saya masuk ke situ kan saya belum dikenal di dalam
NATO, katakanlah. Tapi setelah merger dengan perusahaan-perusahaan lain,
karena sudah dikenal dari papers dan hasil-hasil karya saya, maka saya masuk ke
multi aircraft dan sebagainya, sehingga menjadi pemegang rahasia
perkembangan dan pertahanan ekonomi Jerman Barat dan NATO. Dan
mendapat izin tinggal seumur hidup, dan izin kerja seumur hidup di Jerman.

Sampai sekarang. Jadi setelah saya menyelesaikan problem dari F28, saya diberi
kepercayaan untuk membentuk suatu team untuk research and development.
Saya menjadi kepala departemen bagian ini. Setelah menjabat 4 tahun, saya
ditunjuk menjadi kepala divisi untuk teknologi dari The Commersial Air- freight and
Military Transportation langsung di bawah pimpinan direksi. Itu adalah divisi yang
terbesar dengan 6 - 7.000 orang, yang membuat air bus. Setelah menjadi kepala
divisi ini selama dua tahun, saya diangkat menjadi direktur. Tahun '73 mereka mau
menarik saya ke Muenchen. Keluar beslitnya. Thus, sebagai Vice President. Jadi ini
perkembangannya, bukan langsung sebagai direktur.

E : Yang mengundang Bapak untuk kembali ke tanah air siapa?

10 | P a g e
H : Pak Harto, melalui pak Ibnu Sutowo.

E : Jadi mereka mengakui kemampuan Bapak dan segala macam keistimewaan


tadi?

H : Yang melaporkan duta besar. Ada dua duta besar yang lapor.

Duta besar di Jerman dan duta besar di Washington. Di Jerman, pak Akhmad
Tirtosudiro yang melaporkan, karena beliau melihat di Jerman.

Di Washington, pak Syarif Thayeb, karena tahun 1972 saya pergi ke Amerika
mewakili MBB dalam rangka kemungkinan kerjasama dalam bidang airbus. Pak
Syarif sebelumnya sudah kenal saya. Tapi di sana saya punya persoalan. Rupanya
di Amerika ada peraturan, paspor harus minimum 6 bulan berlaku. Ternyata
paspor Indonesia saya kurang dari itu. Saya harus verleng di Washington.
Ditanyakan, ngapain di sini lu? Yang nganterin saya orang dari NASA. Dia bilang
memang Habibie delegasi Jerman yang menentukan dalam perundingan-
perundingan kerjasama industri Jerman dengan Industri AS. Ini dilaporkan oleh pak
Syarif. Pak Rusmin, yang di tahun '66 sebagai Pangau sudah mengunjungi saya,
juga melaporkan. Jadi waktu itu mereka sudah lihat bahwa ada orang yang bisa
dipakai.

E : Kelihatannya begitu mudah. Untuk orang lain kan perjuangannya lama? Tapi
dengan Pak Habibie, yang belum banyak dikenal, begitu datang.......

H : Orang tidak tahu. If you are not what you are, you will not get where you have
to be.

E : Tapi di Indonesia soalnya mungkin lain. Maksud saya banyak orang yang punya
kesempatan, tapi tidak seberuntung Bapak.

H : In my case, I have something yang mungkin orang lain tidak punya ialah
pengalaman. Pengalaman itu yang penting. Saya selalu mengatakan bahwa
Ph.D., Ir., titel-titel yang lain it's just introduction. Karena punya titel Ph.D. it does not
mean that you can solve everything. For that you have to show. Di mana, dalam
bidang apa. Saya selalu mengatakan: dua orang Ph.D. yang sama-sama tamat
dalam bidang yang sama - konstruksi, katakanlah. Satu masuk MIT mengajar, satu
masuk Boeing, bekerja dalam proyek 747. Sepuluh tahun-kemudian yang

11 | P a g e
mengajar itu dapat gaji, katakanlah US$ 2000 sebulan karena budget ekonomis.
Berarti ia dapat US$ 24.000 tambah dengan lain-lain. Katakanlah duit yang lewat
tangannya US 100.000 setahun. Yang satu yang bekerja di Boeing, karena dia
bekerja di proyek, dia buat program, design, maka duit yang melalui tangannya
(walaupun gajinya sama dengan yang di MIT) bukan US$ 100.000, tapi mungkin
US$ 10 million or US$ 20 million, karena orang ini mendapatkan ketrampilannya dari
menyelesaikan problem-prolem yang seharga demikian. Yang satu kan rutin.

Nah ini mungkin perbedaan antara yang namanya Habibie dengan si Akhmad.
Akhmad mungkin lebih pinter, tetapi kebetulan ia harus pulang mengajar di ITB.
Sepuluh, limabelas tahun kemudian si Akhmad masih mengajar, ilmu
pengetahuan yang dimiliki si Akhmad is worth berapa.

Hitung saja. Nggak sampai US$ 1 million. Tapi si Habibie........

Desember '73 saya dipanggil, tahun '74 datang kemari. Kan nggak ada orang
dengar saya 1¹/2 tahun ndak punya kamar. Tempat juga ndak punya, Padahal
waktu itu dalam kantong dinyatakan saya penasehat Presiden, sudah penasehat
Ibnu Şutowo. Ibnu Sutowo lagi jaya. Nggak ada kabar. Saya salam-salami itu
ajudannya pak Ibnu. Dia nggak mau lihat saya. Saya masa bodoh. Sifat saya
memang begitu. Tapi apa yang saya laksanakan? Saya observası sistimnya, cara
bekerjanya

E : Apakah waktu itu sudah dinamakan divisi teknologi maju?

H : Belum. Setelah 6 bulan saya masuk, baru dikasih. Sebelumnya ndak. Waktu itu
divisi juga belum ada. Sebenarnya bisa juga saya begini ditunjuk menjadi
penasehat Presiden, pertama-tama minta fasilitas ke Sekneg. Bisa tokh? Sekretaris
yang cakep, ha..... ha......ha......... ruangan yang baik Terus budget, mobil. Terus
buat organisasi.

Saya tidak pernah begitu. Tidak pernah diajari begitu. Saya tanya. apa saya
buat? Karena biasa Habibie buat kapal terbang. jembatan, wagon...... kalau
hanya duduk-duduk di atas, saya tidak mau. Buat apa? Pak Ibnu bilang you harus
membangun. Membangun apa? You lihat dulu. Jadi saya pertama
mengumpulkan data. Maunya apa? Pak Ibnu bilang ayo apa jij nggak butuh
office? Ndaklah. Jadi saya nebeng........

12 | P a g e
E : Tugas yang diberikan Pak Ibnu semula bagaimana?

H : Penasehat Dr. Ibnu Sutowo, penasehat Direktur Utama Pertamina dan


penasehat pemerintah dalam bidang teknologi yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden.

E : Job descriptionnya ada?

H : Tidak ada. Cuma karena pak Ibnu suruh saya pulang. Terus dia bilang : kamu
ke Cendana. Di Cendana Pak Harto bilang, Habibie saya tahu mengenai kamu,
sekarang kamu harus membantu saya untuk mensukseskan pembangunan. Yang
penting bagi saya adalah ketrampilan dan teknologi, coba kamu cari jalan. Saya
bilang pada pak Harto : Tapi Bapak harus tahu saya ini lama di Jerman.
Dibesarkan dalam lingkungan yang rasionil. Kalau di Jerman saya emosionil, saya
sudah lama out, karena saya bukan orang Jerman. Dan mungkin ada sifat-sifat
yang typical Jerman. Beliau nggak apa-apa. Terus saya kerja. Satu tahun saya
kerja. Saya harus identifisir kepribadian yang paling cocok untuk transfer teknologi.
Jangan sampai hanya transfer cara-cara orang Jerman, orang Jepang.

E : Berapa hari sebelum dilantik Menteri Bapak mengetahuinya?

H : Tiga hari. Sebelumnya saya tidak tahu.

Waktu saya di Bandung, Pak Harto memanggil. Saya lapor mengenai Nurtanio
dan sekaligus saya lapor akan ke luar negeri, ke Singapura dan Hongkong karena
sudah lama di Indonesia, Pak Harto bilang. tidak bisa. Saya tanya kenapa, kan
sudah beres, Beliau bilang, hari Jum'at saya akan dilantik jadi menteri. Saya tidak
percaya. Beliau bilang: kamu jadi Menteri Negara. Kamu nomer enam. Beliau
jelaskan apa itu Menteri.

Saya bilang begini: apapun yang ditugaskan kepada saya, saya terima. Tapi
Bapak sebaiknya tahu saya dibesarkan di negara yang rasionii dan lingkungan
yang ekonomis di mana yang penting bagi saya adalah sasaran. Semua sistim
yang dilaksanakan harus menunjang tercapainya sasaran dengan pengorbanan
yang seminim mungkin. Itu memang cara bekerja saya. Jadi Pak, kalau saya jadi
Menteri, itu juga saya laksanakan, tidak bisa dirubah. Pak Harto bilang, ya
laksanakan saja. Beliau bilang begitu. Jadi saya juga bilang terima kasih atas
kepercayaan yang diberikan.

13 | P a g e
H : Kami dengar, yang lain-lainnya itu beberapa waktu sebelumnya

sudah diajak bicara?

H : Saya sudah diajak bicara oleh Pak Harto pada tahun 1974. Soal menjadi
Menteri tidak pernah dikatakan. Jadi bagi saya, saya harus mengambil oper
sesuatu yang tadinya ditempati oleh Pak Mitro. Pak Mitro itu figur politik maupun
science, dan figur internasional. Bidang beliau ada yang berhubungan dengan
kemasyarakatan. Bagi saya itu suatu honor, bahwa saya yang 20 tahun lebih
muda dari Pak Mitro ditunjuk untuk meneruskan jabatan Pak Mitro. Kata orang ini
akan menjadi beban, tapi Insya Allah tidak.

Saya sebetulnya belum puas karena baru mulai. Tapi saya sadar apa yang
diberikan kepada saya bisa. memberikan kepuasan asal dilaksanakan dengan
baik. Ketika saya pulang dari Pak Harto, saya bilang pada anak istri saya. Anak
saya sedang vakansi di Indonesia dan mau berangkat ke Jerman. Saya bilang:
tidak bisa berangkat. Saya mau dilantik jadi Menteri. Anak saya bilang dalam
bahasa Jerman: kamu jangan membual sejauh itu, keterlaluan. Itu anak saya
yang umur 12. Istri saya hanya nangis. Bukan karena apa-apa, tapi karena -harus
berpisah dengan anak. Ini pengorbanan. Saya pernah bilang pada istri saya
waktu saya tamat, bahwa ada satu pegangan. Saya akan terus bekerja dalam
bidang saya. Saya tidak akan kejar jabatan apapun. Yang akan saya kejar
adalah ilmu dan pemasukan untuk keluarga.

Tapi istri saya harus fair, Jika suatu hari saya diminta dengan hormat atau di
challenged oleh bangsa Indonesia, oleh siapapun, untuk melaksanakan sesuatu
yang memang dalam bidang saya dan sesuai dengan tingkatan saya (saya tidak
tahu dulu bahwa saya akan jadi Vice Presiden MBB), maka you harus fair,
Lepaskan saya. Kebetulan istri saya hidup dalam lingkungan yang bukan saja
mengenal revolusi, tapi juga educated. Kalau istri saya tidak seperti sekarang,
misalnya dia orang Inggris, orang Jepang atau orang Jerman, tentunya akan lain.
Saya punya teori bahwa semua itu ditentukan oleh Tuhan. Tuhan memberikan
kepada manusia tiga yang penting : otak, hati nurani dan energi. Ke tiganya ini
sebagai pemberian Tuhan harus digunakan-dalam-relasi yang pantas. Tentunya
cara memakainya sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, Kalau

14 | P a g e
lingkungan jelek, ya... susah. Kebetulan bagi saya segala sesuatu itu
menguntungkan. That's true, bukan reklame, but facts.

E : Apakah pihak MBB merelakan begitu saja ketika mendengar Bapak akan
kembali ke tanah air?

H : Nah, bekas presiden MBB yang sudah pensiun pernah berdiskusi dengan saya
di depan pimpinan MBB. Dia tidak tahu apakah saya itu,karena dipanggil, benar-
benar mau pulang atau tidak ke Indonesia. Karena di Jerman ada dua grup yang
pro untuk saya kembali, dan yang tidak pro. Yang tidak pro mengatakan bahwa
pada Habibie itu sudah banyak investment, sehingga tidak fair Habibie dalam
umur sekian meninggalkan MBB pulang ke Indonesia. Juga berdasarkan pada
moral bahwa science, teknologi dan semuanya adalah milik umat manusia,
bukan milik dari satu person atau bangsa.

Filosofi itulah yang dipakai oleh mereka. Mereka bilang: banyak yang telah
diberikan kepada kamu untuk perkembangan ilmu manusia, daripada hanya
urtuk bangsamu sendiri. Satu grup yang lain mengatakan kita juga harus melihat
dari sudut bangsa -Indonesia, Pimpinan grup ini melihat secara matematik. Dia
membuat suatu matrik, Kalau saudara mempunyai dua angka, satu dan dua,
possibility dikombinasi: angka 12 atau 21. Kalau saudara mempunyai tiga angka:
1, 2, 3 maka possibility bukan lagi dua tanisombilan: 123, 321, 213 dan sebagainya.
Jadi makin banyak variabel yang menentukan, makin besar permutasinya, makin
kecil possibilitynya untuk menjadi sesuatu sesuai dengan kombinasi yang paling
cocok dibutuhkan untuk optimum. Dia bilang : Habibie kerja proyek berapa?
Sekian, Worth sekian billions.

Habibie kamu lahir di mana? Orang tuamu siapa? Mulai sekolah rakyat dimana
Lingkunganmu bagaimana? Kamu ke Jerman di mana? Kamu dulu pacaran di
mana? Semuanya ditanyakan. Ini menentukan, Kalau dengan ini kombinasinya
tidak baik, tentunya quality tidak baik. Dia bilang, untuk mendapatkan kondisi
seperti you sekarang, dari 130 million people you get only one in Indonesia. It is not
fair to his society to block him, Cuma, saya berhadapan orang-orang itu realize.
Kalau nggak, they loose that chance.

Terus dia tambahkan satu lagi tentang keuntungan bagi economic society Eropa.
Karena Jerman dan Eropa mempunyai orang di Asia Tenggara yang mengerti

15 | P a g e
sistim pembangunan Jerman/Eropa, jelas dengan falsafah yang sama akan
berkembang compatible economic cooperation, Berdasarkan ini pula dia bilang:
Habibie, you harus pulang tanpa perasaan takut bahwa you akan hancur.
Seterusnya kesadaran ini pula yang ada pada diri saya. Saya juga bilang pada
istri saya, dia harus mengerti. Bahwa dalam hal ini ada satu perjuangannya. Dan
perjuangan ini bukan hasil karya satu orang. Tapi dari suatu society di mana orang
adalah individu yang berkeluarga.

Ini juga untuk menjawab pertanyaan mengapa saya begitu lama di luar negeri.
Ini latar belakangnya. Kalau-kalau ada orang yang mengatakan pak Habibie
mau pulang karena ada jabatan atau karena apa-apa. Kalau betul-betul saya
pulang itu secara random, masa tahun 65-66 saya sudah konsolidasi? Orang-
orang saya datangkan, Sejak kapan Habibie bicara tentang pembangunan?
Tanya saja sama Iskandar Alisyahbana. Baca bukunya. Sejak mahasiswa! Jadi
semua itu konsisten. Ada program. Jadi kembali lagi pada motivasinya, not
materialistic motivation.

E : Mengapa Bapak perlu waktu sampai satu tahun sebelum sampai ke


kesimpulan mulai dengan penerbangan. Logisnya kenapa tidak ketika baru
datang, tokh Pak Habibie dari bidang penerbangan?

H : Kenapa satu tahun? Karena penerbangan susah. Saya? Sekali-kali you lihat
Nurtanio, apa yang terjadi dalam dua tahun. Jangan tanya sama saya. Tanya
sama asisten, tanya sama pencusaha pengusaha yang kerja untuk Nurtanio.
Tanya sama Ciputra, Harisanto...Karena ini mempengaruhi kan? Tanya sama LIPI.
Saya belajar. Waktu satu tahun saya ambil untuk belajar bagaimana handle the
Indonesian dalam manajemen, mana kelemahannya mana kekuatan-nya. Jadi
kalau ada orang mengatakan si Habibie itu kan baru di Indonesia - bahasa baru 5
tahun dia udah menjadi Menteri Riset. Bedanya begini, ada orang bisa seumur
hidup di Indonesia, tapi kalau nggak punya nilai-nilai, nggak punya pengalaman
untuk mentackle semua, ya tak kena-kena. Tapi kalau orang dengan background
yang sekarang sudah ketahui dimasukkan ke situ, and dengan sifat-sifat yang tadi
saya akan bisa........

E : Setelah di Nurtanio, apa yang pertama dilakukan?

16 | P a g e
H : Merubah sistim, cara kerja. Orang harus rasionil dan produkti. Sebelumnya
mereka datang dan pergi seenaknya, tidak ada programyang diberikan. Tidak
ada cara menilai produktivitasnya. Tidak ada pembinaan dan bimbingan
bagaimana menaikkan produktivits. Pertama-tama misalnya saya bilang : orang-
orang kerja di sini hanya 5 hari seminggu. Sabtu Minggu prei. Alasan saya normal.
Biar 5 hari dia konsentrir. Sabtu Minggu dia rileks dengan keluarganya. Senin dia
mulai lagi. Karena hal itu menentukan work. Ke dua: biasanya orang masuk
seenaknya, pulang seenaknya. Dia masuk jam 10, keluar jam 13.00 Sabtu juga dia
masuk. Nggak, saya bilang, Masuk 7.30 pulang 4.30
Supaya controlled, tiap orang termasuk Habibie harus stempel masuk. Sava lihat
semua absensinya. Apa dia Jenderal atau bukan. Termasuk dirut, saya juga

Persoalan makan, tiap orang di Nurtanio saya kasih makan siang sama. Si Habibie
sampai si tukang sapu dapat rantang yang sama, makanan yang sama,
Makanan itu saya kontrol gizinya, supaya semua sehat. Jum'at, kasih ruangan
buat sembahyang Jum'at. Sesudah itu masuk lagi kerja. Saya perhitungkan.
Zakelijk. Jam makan termasuk dalam jumlah jam kerja, Jam kerja 40 jam. Setelah
itu saya bilang : you kerja yang bayar siapa? Dan berapa harga dia satu jam. Itu
cara-cara manajemen. Tapi di samping itu saya tidak hanya merubah ekonomi
manajemen tanpa saya perhatikan the engineering side. Tidak mungkin.

Saya hantam ini sekaligus. Sampai akhir tahun lalu, sekian man hours saya transfer
yang berhubungan dengan sekian persen ketrampilan dalam bidang A, B, C, D.
Saya bilang, Pak Pusponegoro you harus capai target itu. Ada orang ngomel-
ngomel. Saya mengatakan ndak bisa, you harus jalankan demikian. Tapi ada juga
yang mau ngibul. Dia bilang wah ini gini-gini, Ah, nggak bener ini, Kita harus tahu
toh? You should know the whole thing, seperti orang main piano. Jadi apa yang
saya buat? Pertama-tama saya suruh buat konsep. Saya stel dulu note-notenya.
Yang main bas, yang main apa... somuanya. Saya tidak pernah sangsikan
ketrampilan, kepandaian dan kemampuan yang saya capai.Tidak sangsi karena
saya alami sendiri

Saya selalu bilang sama kawan-kawan, ada soal namanya crack propagation.
Tadinya ada materíal, karena adanya kesalahan dalam konstruksi dan
sebagainya, material ini tiba-tiba mendapatkan suatu retakan yang kecil yang
tidak kelihatan. Karena material itu bebani dengan daya berat, pembebanan

17 | P a g e
yang tidak teratur menyebabkan retak yang mikro tadi menjalar makin lama
makin panjang, karena struktur atomnya tidak pekat

Saya pernah disebut di dunia internasional dalam bidang mekanik dengan nama
Mr. Crack. Karena saya termasuk orang pertama di dunia yang bisa
memperlihatkan kepada dunia ilmu pengetahuan bagaimana menghitung crack
propagationion random sampai ke atom-atomnya, Saya perlihatkan caranya.

E : Apakah disertasi Bapak mengenai itu?

H : Bukan. Disertasi saya mengenai Hypersonic Genetic Heatic Thermoelasticity in


Hypersonic Speed, Mach 7 ke atas. Ini one of my problems in science, yang
dihadapi ilmu pengetahuan. Saya sering mencari interpretasinya dalam soal
science, dalam politik.

E : Apakah ada analoginya?

H : Ada. Saya punya idam-idaman. Saya selalu bilang pada kawan-kawan


terdekat dan anak istri saya, bahwa suatu hari jika saya berumur panjang, saya
pensiun, saya mau duduk dan berusaha mermberikan kontribusi, mungkin dalam
bidang social science, dengan pengalaman-pengalaman seorang engineer
yang sudah memasuki sejak bidang engineering konstruksi sampai manajemen,
dengan tetap memakai disiplin sebagai engineer. Ini karena engineer mempunyai
satu sifat yang khas. Apapun-yang dilaksanakan, the real engineer selalu kreatif
menyelesaikan problem, membuat produk. Lihat saja, the first automobile jelek.
Mercedes yang tahun 20 jelek. Tapi Mercedes tahun 80 nanti akan lebih baik.
Memang sifatnya demikian. Kapal terbang pertama, yah tahulah itu - capung.
Sekarang Boeing 747.

E : Pendapat Bapak tentang posisi sekarang ini?

H : I don't have time to think about the position. Sebelum saya menjadi menteri,
fasilitas yang saya terima dibandingkan dengan sekarang sama. Saya mau ke luar
negeri any time, at any time of the year, to any place I can reach, that's true.
Anak saya lahir di Eropa. Waktu saya kembali, saya sudah 20 tahun di Eropa. I
have a house, a job, a good income. Saya kembali, saya harus boyong. Tapi
sekarang mau ke Singapore saja harus minta permisi. Mau ke Yogya saya musti
minta permisi. Jadi kalau ditanya in terms of income, don't ask that. Jadi dari

18 | P a g e
semua yang duniawi ini tidak ada yang menguntungkan bagi saya. Tapi bukan
secara material, secara jiwa ini menguntungkan.

Di sini saya mendapat kesempatan untuk ikut membantu kemerdekaan. Waktu


saya dipulangkan kemari, Pak Harto mengatakan; Habibie. you harus bantu
membangun. Saya disuruh Presiden. Tapi belum tentu orang-bisa melaksanakan.
Dulu kita mempunyai Menteri untuk industri penerbangan, mempunyai Dirjen
Inerbang, Lapan dan sebagainya, toh tidak bisa membuat kapal terbang.
Menghamburkan duit banyak sekali. Uang yang saya keluarkan dibandingkan
dengan itu, nothing!

Saya melaksanakan Nurtanio just as an advisor to the President, tidak secara legal.
That's motivation. Dengan ini kita bisa melaksanakan apalagi dengan official
position as menteri, as a member of the executive body of the government. A
member who is supported at least by a part of Indonesia: science, community,
politics and others. Kalau dipandang dari sudut ini, saya rasa diri saya ini
menguntungkan bagi negara. Jadi kalau saya sekarang ini masuk kabinet,
sasaran saya bukan makanan, bukan pakaian. l had this before...... Tapi karena
manusia bukan hidup hanya dari makanan, materi, tapi juga dari kepuasan.......
maka dengan motivation itu, kalau saya lihat dari sudut itu, maka saya rasa bagi
saya dan bagi perjuangan yang saya laksanakan dari muda menguntungkan.
Karena itu saya mau.

E : Bapak berterimakasih kepada Tuhan karena mendapatkan kesempatan ini?

H : Saya terima kasih kepada Tuhan, kepada masyarakat yang memberikan ini.
Juga Pak Harto tidak akan berani mengeluarkan sesuatu kalau nanti follow-upnya
kelihatan tidak dapat diterima masyarakat. Tidak akan. Pak Harto is Pak Harto.
Bijaksana dan serius. Yang beliau pilih sebagai anggota Kabinet Pembangunan
bukan unsur-unsur partai atau golongan, tapi-putera-putera Indonesia yang
menurut penilaian beliau adalah baik.

Juga terimakasih pada orang tua, karena mereka yang melahirkan, mereka yang
dititipi oleh Tuhan.

Motivasi saya yang pertama percaya kepada Tuhan dan orang tua saya. Lalu
masyarakat, tempat saya dilahirkan. Kalau saya dilahirkan di masyarakat lain, kan

19 | P a g e
lain : Terus tentunya keluarga yang dekat, dalam hal ini istri saya. Saya alami
ketika tidak punya apa-apa, harus bekerja, istri mengandung, prihatin di rumah. Di
Jerman sampai jam berapa kerja. Kalau saya pulang istri saya sibuk dengan
anaknya. Kan dia juga bisa jadi istri yang tidak setia atau tidak menghiraukan
tugasnya sebagai seorang ibu.

Saya rasa berhasil tidaknya karier seseorang itu ditentukan oleh keseimbangan
antara dia dengan orang tuanya, dia dengan istrinya dan anaknya, dan dia
dengan masyarakat. Yang menentukan keseimbangan itu ialah hati nuraninya.
Nah, ke tiganya dalam hal ini sangat menguntungkan bagi karier saya. Itu sesuatu
restu.

Ke dua timing yang menentukan. Saya selalu mengatakan andaikata saya


sekarang ini baru tamat Ph.D., tidak akan saya membuat jalan seperti yang ada
sekarang ini. Karena apa? Sekarang ini di Jerman unemployment lagi pesat.
Orang luar negeri masuk susah. Waktu saya masuk mulai belajar dalim industri
penerbangan tahun 1955. Tidak ada satu orang Jerman yang mau belajar industri
pesawat terbang. Karena pada waktu itu industri pesawat terbang dilarang. Tidak
diperkenankan. Karena mereka kalah perang. Baru waktu Jerman masuk NATO
beberapa tahun kemudian dianggap perlu untuk memberikan dalam bidang
sumbangannya dalam pengembangan teknologi persenjataan. Baru Jerman
diperkenankan membuat industri pesawat terbang. Kebetulan saya dan orang
Indonesia lain di Jerman disuruh belajar industri pesawat terbang. Tapi di sana
industrinya buyar semua. Orang Jerman pada lari ke Amerika. Yang tinggal di
Jerman tidak ada yang belajar industri penerbangan. Jadi 80% mahasiswa yang
ikut kuliah industri penerbangan itu orang Indonesia, 20% lainnya orang negeri lain.
Jermannya nggak ada.

Waktu saya capai gelar doktor, saya orang pertama yang membuat skripsi dalam
bidang aeronautics setelah Perang Dunia II. Orang Jerman nggak ada, termasuk
senior-seniornya. Kebetulan waktu saya sedang membuat Ph.D., industri Jerman
diperkenankan untuk membuat industri penerbangan. Profesor saya termasuk
orang terkemuka dalam industri penerbangan sebelum perang. Dia ikut
merencanakan, dia pakai asisten. Asisten itu namanya Habibie. Saya ikut di situ,
mempersiapkan industri penerbangan Jerman. Profesor ini terlalu tua untuk pindah

20 | P a g e
ke Amerika dan terlampau tua untuk merubah hidupnya, jadi dia tetap mengajar
dalam bidang aeronautics, dan asistennya orang Indonesia.

Dia mempersiapkan. Waktu sudah selesai perencanaan, awal tahun '60, terus
harus dilaksanakan the implementation of the industry. Dia nggak punya orang-
orang. Orang Jerman ke Amerika, gajinya tinggi di situ dan pekerjaannya
interesan. Jerman masih membuat transporter kecil, Amerika sudah buat satelit.
Akibatnya apa?

Kebetulan si Habibie pulang, karena itu saya bisa mendatangkan orang- orang
Indonesia. Tapi saya bisa menggunakan keadaan ini secara optimal sehingga
dalam waktu 14-15 tahun mengalami pekerjaan-pekerjaan yang harganya
billions. Air bus saja dua milyar, Belum lagi Transair, dan lain-lain. Melalui pekerjaan-
pekerjaan itu orang mendapatkan a lot of experience, ketrampilan. Setelah
semuanya ini dikerjakan, saya ke sini. Perbedaannya ialah saya sadar bahwa
masih banyak yang harus saya rubah, disesuaikan dengan mentality Indonesia.

E : Background agama Bapak bagaimana?

H : Islam.Kalau saya-disuruh baca Qur'an, tidak bisa lagi seperti dulu. Tapi kalau
disuruh baca, apa namanya..... bismillahirachmanirrachim dan seterusnya, itu
saya bisa. Hafal. Juara dulu waktu kecil.. Jadi fundamennya ada.

E : Ada scientist yang sampai meninggalkan agama, ada yang malahan


mendalaminya. Bagaimana?

H: Saya rasa kalau seorang scientist benar-benar scientist yang mendalam dalam
ilmunya, maka ia akan kembali ke agama. Karena kalau kita mendalami suatu
program, proyek teknik, seperti pesawat terbang, rocket atau satellite, maka kita
mengalami problem-problem yang kalau bekerja sendiri tidak bisa, bahkan dalam
team pun setengah mati. Tapi kalau kita melihat apa yang dihasilkan oleh Tuhan,
manusia dengan segala pembawaannya, tanaman dengan segala sifatnya,
maka..........Ada seorang professor, Hertel namanya. Dia profesor doktor. Dia salah
satu profesor dalam bidang konstruksi ringan. Terkenal di dunia, Menulis buku
beberapa jilid dan mempunyai banyak teori. Dia hobinya memancing dan pergi
ke botanical garden. Dia memperhatikan konstruksi pesawat terbang. Mulai dari
Leonardo da Vinci sampai sekarang kalau dilihat evolusinya menarik sekali.

21 | P a g e
Misalnya perkembangan konstruksi sayapnya, karena sayap adalah alat yang
paling penting. Sayap itu yang mengangkat pesawat yang lebih berat dari udara
sekitarnya. Kalau kapal terbang itu beratnya 100 ton, maka sayap itu tidak 100
ton. Sayap itu mengalami 2 sampai 3 kali faktor berat daripada badan pesawat.
Hertel lihat rumput. la heran. Rumput ini ditiup angin lalu melengkung, tetapi
kembali tegak lagi. Dia ambil rumput itu. Dia periksa dengan electronic
microscope. Dia jadi pucat. Konstruksinya sama seperti konstruksi sayap. Jadi kita
ini bodoh. Dulu coba tahun '20 kita ambil contoh rumput ini, kita tidak usah cari-
cari. Cuma bedanya kita nggak bisa ngerti fenomena ini. Dari sini kita bisa lihat -
baru rumput, belum manusia.

Ada profesor namanya Steinbuch. Profesor Steinbuch ini ahli dalam benda-benda
kecil. Semuanya menjadi kecil. Kan sekarang makin lama makin kecil.
Umpamanya komputer modern. Komputer modern itu kecil. Kalau kita lihat
komputer, komputer itu terdiri dari 2 sistim. Sama dengan otak. Satu sistim yang
bisa menangkap principles dan satu sistim yang menangkap data. Profesor
Steinbuch lihat, kalau kita sekarang dengan technologi yang madern mau meniru
membuat otak manusia dengan segala fungsi dan kemampuannya untuk
memproses sesuatu... tahu berapa besar komputernya? Sebesar seluruh globe
dunia.

Saya sebagai scientist juga merasa kecil. Kita berdosa dan salah kalau kita
menganggap mahluk Tuhan, dalam hal ini orang-orang Indonesia, sebagai
problem sosial. Kita harus menganggap mereka sebagai potensi nasional, karena
potensi mereka yang seperti komputer sebesar dunia itu jumlahnya amat banyak.
Cuma belum dipakai. Belum tahu sistimnya dan mekanismenya bagaimana. Ini
yang saya sampaikan pada Pak Harto, Pak Widjojo. Saya bilang sama Pak Harto,
saya mau cari sampai dapat bagaimana menggunakan potensi nasional ini untuk
pembangunan bangsa. Kalau kita melihat suatu persoalan sebagai suatu social
problem, maka approach untuk mencari penyelesaiannya lain daripada kalau
kita melihatnya sebagai suatu potensi. Ini yang saya diskusikan dengan Pak
Widjojo.

E : Jadi pak Habibie juga menaruh perhatian terhadap ilmu-ilmu social dan lain-
lainnya? Itu kan lain pendekatannya. Dus bukan eksakta?

22 | P a g e
H : Saya baca social science, tapi yang berorientasi analistis, with mathematic.
Tentunya saya tahu bahwa social science lebih ruwet dan lebih complicated bagi
saya. Melaksanakan yang social science, yang philosopi itu lebih ruwet.

E : Apa orang yang biasa eksak itu terus skeptik?

H : Tidak skeptik. Begini: Saya harus mengidentifisir problem. Dari problem


identification tersebut saya akan mengidealisirnya. Dari mengidealisir problem,
saya akan menentukan variable-variable mana yang menentukan dalam
penyelesaian problem tersebut. Sebab saya menentukan variable tersebut maka
saya akan melihat hubungannya satu -sama lain. Setelah itu saya akan lari
mencari suatu evaluation daripada semua itu. Kalau saya sudah dapat
evaluationnya, saya harus mencari bagaimana pendekatan untuk mendapatkan
solution daripadanya, dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang variant, dalam
hal ini berarti fungsi-fungsi yang tidak ditentukan oleh sistim-koordinasi, tidak
ditentukan oleh lingkungan.

Pada suatu hari, insyaallah saya bisa menjelaskan cara demikian. Apakah orang
itu Menteri, apakah direktur, apakah kuli, itu tidak_menjadi soal. Dia hanya akan
melaksanakan. Yang penting sebenarnya orang itu. Saya lebih baik menghargai
seorang kuli yang kepribadiannya tinggi daripada pejabat atau lainnya yang
kepribadiannya rendah. Nah bagaimana hubungannya satu sama lain dalam
control dimension dalam masyarakat, hubungan antara manusia dengan
manusia ini, Ini sampai sekarang susah sekali untuk dipecahkan. Sedang kalau
saya berhubungan dengan mekanika, memang ada problem-problem yang tidak
bisa ditentukan. Material itu kelihatannya homogen tapi pada hakekatnya tidak
homogen. Kalau lihat pada mikroskop, ada lobang ada serat. Semuanya
berlainan. Jadi untuk menentukan persoalan dari material tersebut diperlukan
juga statistik. Tapi variablenya lebih sedikit daripada yang saya buat untuk
manusia.

Ini semuanya mempengaruhi jiwa seseorang yang tendens selalu kepada


mechanical engineering mathematics, tapi sadar akan kemanusiaan sebagai
individu dalam masyarakat, sebagai manusia yang beragama.

Lihat background yang diberikan oleh ayah saya. Masuk sekolah Katolik, masuk
sekolah Protestan, tapi di rumah tamat sampai Qur'an besar. Jadi itu

23 | P a g e
lingkungannya begitu. Mungkin pembawaan daripada sifat memang sudah ada
untuk mempunyai fantasi tersendiri, mengadakan analisa.

E : Masih dalam hal ini pak, selama ini di mana-mana social sciene melihatnya
sebagai problem, problem social. Lalu bagaimana?

H : Salah. Kalau saya berpendapat salah. Saya bisa melihat, that is a potensi
nasional. Seperti saya lihat potensı energi adalah oil dengan problem-problem
pollution. Nuclear energy, nuclear power station dengan uranium is a potensi
untuk mendapat energi, tetapi dengan problem tambahan, seperti radiasi dan
sebagainya yang merugikan masyarakat. Manusia, potensi nasional, tapi
problem-problemnya juga ada.

Saya tidak boleh melihat titik tolaknya dari problem sosial. Tidak bisa kita
selesaikan suatu barang nuclear kalau kita mulai dari pollutionnya. Tidak bisa saya
selesaikan problem pesawat terbang supaya dia bisa terbang kalau saya mulai
menyelesaikan problem ini.... wah, bagaimana ya bunyinya keras, keluar asap?
Kalau begitu, tidak akan selesai kapal terbangnya. Saya harus tahu, saya mau
gerakkan barang dari titik A ke titik B, mengangkat manusia sekian, kecepatan
sekian dan sedapat mungkin energi yang dipakai seminimum mungkin. Itu
sasarannya. Bahwa nanti ada noise, pollution, itu dipecahkan kemudian.

E : Tapi tentunya, waktu kapal terbang tadi dibuat dengan sasaran seperti itu,
kapal terbangnya belum ada. Dus problemnya belum jelas. Sekarang society is
given, sudah demikian adanya. Mungkin problemnya sudah menonjol.
Bagaimana?

H : Kalau saya lihat kapal terbang, kapal terbangnya sudah ada dalam bentuk
materi, kan ada aluminiumnya, cuma saya harus buat komposisinya dengan
designnya sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kapal terbang.
Memang ada perbedaan besar dengan society. Matéri tidak punya jiwa, tidak
punya perasaan. Karena Itu dalam mata saya, social science is very important but
very complicated karena variables di dalamnya.

Tetapi kalau saya bicara dengan seorang metalurgist, saya bilang begini saja :
Muller saya kasih kamu duit, kamu periksa ya struktur dari material itu. Saya butuh

24 | P a g e
dari you kurang lebih 100 sifat di dalam kondisi temperatur sekian, dan
sebagainya. Ngapain? Kamu buat aja.

Jadi, the first thing, what is the problem. Sesudah itu saya bilang o.k., saya ambil
garis merah, that's my value. Berdasarkan value ini saya kerja. Ini harus bisa dalam
social science. Dimana value yang saya tandai garis merah itu adalah ditentukan
oleh accuracy Mr. Muller, dia menentukan every point dalam every condition,
Measurement.

Begini juga kalau saya lihat dalam masyarakat. Saya harus menentukan. Cuma
bedanya kalau saya tanya sama Muller, Muller tentukan performance material itu.
Dia tidak tahu tentukan yang mana. Dia bilang dia bisa tentukan struktur atomnya
sekian, kimia sekian. Dia bisa memberikan saya mungkin 100 variables, tapi saya
tidak bisa pakai. Saya bilang, Muller saya hanya butuhkan sigma A, B, C, D dan E.
Saya harus tahu apa saya mau. Ada yang harus diarahkan. Jadi kalau sekarang
mengatakan belum ada mekanisme untuk menentukan dinamika atau potensi
nasional daripada manusia, bukan karena kita bodoh, tetapi karena kita memang
belum meneliti untuk menggarap persoalan-persoalan ini. Karena kita selalu
menggarapnya dari sudut social problem.

E : Apakah dengan ini anda mengartikan bahwa ahli-ahli ilmu sosial tak akan
mampu memecahkan problem tersebut?

H : Bukan mereka tak bisa memecahkan. They are overwhelmed. Yang ingin saya
sampaikan ialah bahwa sebenarnya kita adalah manusia, manusia yang
mempunyai culture, philosophy dan agama.. Engineering science bagi saya atau
science apapun juga hanya suatu sarana daripada manusia untuk mencapai
sasaran hidupnya dalam masyarakat, Jadi kalau saya sebagai seorang scientist
harus melaksanakan sesuatu, pertama-tama saya harus tahu yang memberi tugas
saya siapa? Masyarakat. Bukan orang dari Mars, tapi masyarakat, Philosophy
daripada marketing juga demikian. Kalau you mau membuat design you harus
orientasi pada your market. You should know your market because they are going
to pay you.

Berdasarkan itu apa yang harus saya lakukan? Pertama-tama saya harus
mengerti filsafat hidup; dan bukan-itu saja. Setelah saya mengerti dan memahami
filsafat hidup saya harus create a coordination in such a way sehingga keluar

25 | P a g e
suatu penyelesaian yang kalau dipakai oleh masyarakat akan memperbaiki
kondisi hidup masyarakat tersebut. Sekurang-kurangnya memperbaiki, kalau bisa
menguntungkan masyarakat, sehingga masyarakat lebih mampu untuk berkreasi.
Karena hanya masyarakat yang lebih mampulah yang dapat membina science
untuk seterusnya.

E : Apakah menurut Bapak Indonesia mempunyai kemampuan ini, baik dari


sumber alam maupun manusianya?

H : Ya. Cuma dalam mengatur kemampuan untuk masyarakat ini, kita tidak boleh
melupakan usaha untuk menaikkan potensi masyarakat untuk membeli. And that
is exactly yangdimaksudkan dengan pemerataan pendapatan. Karena hanya
masyarakat yang mempunyai pendapatan yang tinggi yang bisa membeļi
sesuatu. Kalau ia mampu beli maka itu adalah kemampuan market. Sampai hari
ini yang menjadi market di Indonesia bagi orang luar negeri adalah Pemerintah
Indonesia. Sebenarnya ini harus kita rubah. Kalau bisa yang menjadi sasaran
market di Indonesia adalah bangsa Indonesia yang bekerja produktif. Untuk hal itu
dibutuhkan orientasi ke dalam, Berarti orientasi kepada kepentingan masyarakat
yang akan mengakibatkan pemerataan pendapatan yang tidak bisa lepas dari
pemerataan kesempatan bekerja, pemerataan kesempatan belajar dan
pemerataan kesempatan berusaha dan sebagainya, yang dicetuskan Bapak
Presiden dalam pidato kenegaraan beliau pada tanggal 16 Agustus 1978.

E : Tapi kondisi mental orang Indonesia sekarang ini seakan sudah terangsang oleh
ekses hasil pembangunan. Tidak sedikit ekses yang negatif. Kita banyak
terongrong oleh ini. Dalam kondisi semacam ini, apakah Bapak pikir mudah
memecahkan problem tadi!

H : Ini tidak mudah. Tapi kita harus, whether we like it or not, to solve the problem.
Kalau tidak, kita sendiri akan dimakan oleh problem tersebut.

Ini yang penting. Yang tadi saya katakan adalah bahwa seorang insinyur yang
bekerja kreatif, juga seorang sastrawan, seorang filosof yang harus berorientasi
kepada lingkungannya. Maka saya katakan bahwa rumah itu apakah punya
Eskimo, punya India, punya Jerman, punya Indonesia fungsinya sama ialah to
protect orang pada malam hari dan hujan dan sebagainya. And toh rupanya
lain-lain. Yang satu iglo, yang satu ini, kenapa? Karena filsafah hidupnya lain,

26 | P a g e
lingkungannya lain. Ini kelihatan di desa, tapi kalau kita masuk ke kota, sudah ada
similarities; seperti New York, Delhi atau di sini sama saja. Ini yang kita juga harus
hati-hati. Kita harus hati-hai jangan hanya kopi sesuatu. Kita sudah buat
bangunan tingkat sedangkan orang Indonesia tidak biasa. Kita harus mengerti
falsafah hidup. That's just an example.

That's one of the problems yang banyak dalam masyarakat. Problem-problem ini
harus kita selesaikan, yang dapat menyelesaikan adalah orang indonesia sendiri.
And bukan orang Jerman, bukan orang Jepang. Karena hanya orang Indonesia
yang mengetahui mentalitynya, yang bisa menginterpretir, yang bisa merasakan
sampai bulu romanya berdiri, kalau andaikata dalam kondisi tertentu orang
menyanyi Sepasang Mata Bola.

E : Mengapa Sepasang Mata Bola?

H : Itu nyanyian kroncong, nyanyian revolusi. Terus terang saja, kalau you
mengalami sesuatu, terus pada waktu itu tercium bau eau de cologne, tiap kali
you bawa cologne itu teringat situasinya waktu itu. Demikian juga dengan lagu,
dengan musik. Saya mengalami musik-musik yang begitu.

Pada waktu itu saya masih kecil. Ini semuanya impresi yang kuat and kebetulan
hobi saya dalam bidang musik, juga dalam bidang sajak. Ini terus mendampingi.

Bahwa dalam karier itu ada rationale daripada western people, bisa memasuki
ruangan higher mathematics, that's different. Itu semua hanya tools, ha..... ha.....
ha..... interesant ya? Ha..... ha..... ha........

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai