Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN HUKUM

PENYUSUNAN
KOMPONEN UPAH
Yanuar Aditya Putra,S.H
ISSUE

Bagaimana menyusun komponen upah sesuai


peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan?
DASAR HUKUM

• UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;


• PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan;
• Permenakertrans No. 15 Tahun 2018 tentang Upah
Minimum.
DEFINISI UPAH

 Hak Pekerja/Buruh;
 Diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang;
 Sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh;
 Ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan;
 Termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
• Upah Pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada
Pekerja/Buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

• Tunjangan Tetap adalah pembayaran kepada Pekerja/Buruh yang


dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran
Pekerja/Buruh atau pencapaian prestasi kerja tertentu.

• Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara


langsung atau tidak langsung berkaitan dengan Pekerja/Buruh,
yang diberikan secara tidak tetap untuk Pekerja/Buruh dan
keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak
sama dengan waktu pembayaran Upah pokok, seperti tunjangan
transport dan/atau tunjangan makan yang didasarkan pada
kehadiran.

• Upah Tanpa Tunjangan adalah sejumlah uang yang diterima oleh


Pekerja/Buruh secara tetap.
KOMPONEN UPAH

1. Upah tanpa tunjangan;


2. Upah pokok dan tunjangan tetap; atau
3. Upah pokok, tunjangan tetap, dan
tunjangan tidak tetap.
SKEMA KOMPONEN UPAH

• Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah


pokok dan tunjangan tetap, besarnya Upah
pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh
lima persen) dari jumlah Upah pokok dan
tunjangan tetap.

• Dalam hal komponen Upah terdiri dari Upah


pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak
tetap, besarnya Upah pokok paling sedikit
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah
Upah pokok dan tunjangan tetap.
CONTOH SKEMA

• Komponen Upah “Upah Pokok”


Seorang pekerja A menerima Upah sebesar
Rp8.500.000,00 (delapan juta lima ratus ribu rupiah)
sebagai Upah bersih (clean wages/All in). Besaran Upah
tersebut utuh digunakan sebagai dasar perhitungan hal–hal
yang terkait dengan Upah, seperti tunjangan hari raya
keagamaan, Upah lembur, pesangon, iuran jaminan sosial,
dan lain – lain.
CONTOH SKEMA

• Komponen Upah terdiri atas “Upah pokok” dan “Tunjangan


tetap”.

Seorang pekerja menerima Upah sebesar Rp 7.000.000,00 (tujuh


juta rupiah) dengan komponen:

Upah pokok Rp.5.250.000,00 (lima juta dua ratus lima puluh ribu
rupiah) dan tunjangan tetap Rp.1.750.000,00 (satu juta tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah).

Dengan perhitungan sebagai berikut: Upah yang diterima =


Rp.7.000.000,00 = 100% Upah pokok = 75% x Rp7.000.000,00 =
Rp.5.250.000,00 Tunjangan tetap = 25% x Rp7.000.000,00 =
Rp.1.750.000,00
CONTOH SKEMA

• Komponen Upah terdiri atas “Upah pokok”, “Tunjangan


tetap”, dan “tunjangan tidak tetap”.

Seorang Pekerja/Buruh menerima Upah sebesar Rp 9.000.000


(sembilan juta rupiah) dengan komponen:

Upah pokok Rp 5.250.000 ( juta rupiah), tunjangan tetap Rp.


1.750.000 (satu juta tujuh ratus lima puluh rupiah), dan
tunjangan tidak tetap Rp 2.000.000 (dua juta rupiah)

Dengan perhitungan sebagai berikut: Upah yang diterima = Rp


9.000.000 = 100% Upah pokok = 75% x Rp.7.000.000 =
Rp.5.250.000 Tunjangan tetap = 25% x Rp 7.000.000 =
Rp.1.750.000 Tunjangan tidak tetap = Rp 2.000.000.
DEFINISI UPAH MINIMUM

Upah bulanan terendah; (sesuai ketentuan


UMP/UMK di daerah tsb)
Berupa Upah tanpa tunjangan; (Upah
Pokok)
Upah pokok + Tunjangan Tetap.
Skema Komponen Upah Berdasarkan
Definisi Upah Minimum
Komponen Upah: “Upah tanpa tunjangan” (Upah
Pokok) adalah sejumlah uang yang diterima oleh
Pekerja/Buruh secara tetap (UMP/UMK).
Contoh:
Seorang pekerja A menerima Upah Pokok sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) (UMP/UMK)
sebagai Upah bersih (clean wages).
Besaran Upah tersebut utuh digunakan sebagai
dasar perhitungan hal–hal yang terkait dengan
Upah, seperti tunjangan hari raya keagamaan, Upah
lembur, pesangon, iuran jaminan sosial, dan lain –
lain.
Skema Komponen Upah Berdasarkan
Definisi Upah Minimum
Komponen Upah terdiri atas “Upah pokok + tunjangan tetap”:
Contoh:
Seorang pekerja menerima Upah sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) (UMP/UMK) dengan
komponen:
Upah pokok Rp2.250.000,00 (dua juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah) dan Tunjangan tetap Rp750.000,00
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).
Dengan perhitungan sebagai berikut: Upah yang
diterima = Rp3.000.000,00 = 100% Upah pokok =
75% x Rp3.000.000,00 = Rp2.250.000,00 Tunjangan
tetap = 25% x Rp3.000.000,00 = Rp750.000,00
Komponen Upah dan Komponen Non Upah Berdasarkan
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor :
SE-07/MEN/1990 tentang Pengelompokan Upah
Contoh Kasus Pelanggaran Upah

Perkara Nomor 13 PK / Pid.Sus / 2014 :


• KRONOLOGIS KASUS:
Bahwa Terdakwa Selaku Pemilik Usaha Dagang (UD) membayar upah 53 Pekerja dibawah Upah Minimum
Kota Surabaya.

• PERATURAN YANG DILANGGAR:


Melanggar Pasal 90 ayat (1) juncto Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
(Ketenagakerjaan) :
Pasal 90 ayat (1) UU NO.13 Tahun 2003: Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 185 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003: Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1),
Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta.

• PUTUSAN PENGADILAN:
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun. Menjatuhkan
pidana denda terhadap Terdakwa sebesar Rp.100.000.000,(seratus juta rupiah), dengan ketentuan
apabila pidana denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.
Contoh Kasus Pelanggaran Upah

Perkara Nomor 86 PK/PID.SUS/2013 :


• KRONOLOGIS KASUS:
Bahwa Terdakwa Selaku Direktur Perseroan (PT) membayar upah pekerja dibawah Upah Minimum Kota
(UMK).

• PERATURAN YANG DILANGGAR:


Melanggar Pasal 90 ayat (1) juncto Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
(Ketenagakerjaan)
Pasal 90 ayat (1) UU NO.13 Tahun 2003: Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan
antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 185 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003: Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1),
Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta.

• PUTUSAN PENGADILAN:
Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) Tahun dan denda sebesar
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan.
Catatan Kritis
• Pelanggaran Ketentuan Komponen Upah sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 94 UU
No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 5 PP No.78 tahun 2015 tentang
Pengupahan tidak memiliki sanksi baik pidana maupun administratif apabila tidak
dilaksanakan untuk Upah diatas besaran UMP/UMK. (vide Pasal 4 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan juncto Pasal 3 ayat (2) juncto Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan juncto Pasal 8 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor KEP-102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan
Upah Kerja Lembur);
• Pelanggaran Ketentuan Komponen Upah baru memiliki sanksi baik pidana maupun
administratif apabila tidak dilaksanakan untuk Upah UMP/UMK, sebagaimana contoh kasus
diatas.(vide Pasal 90 ayat (1) juncto Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan);
• Jadi, ketentuan Pasal 94 UU Ketenagakerjaan tentang ketentuan 75%+25% (UPK+TJT)
memang tidak memiliki sanksi apabila tidak dilaksanakan. Adapun maksud dari ketentuan
pasal tersebut adalah untuk melindungi pekerja, sehingga diharapkan pihak pengusaha
dapat mengikuti ketentuan Pasal 94 UU Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai