Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume

Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi


Dosen Pengampu : Siswiyanti, S.Kp., M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Riska Mardiyanti

NIM : P27224017151

Kelas : D-IV Kebidanan Semester VI

SARJANA TERAPAN BERLANJUT PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


TAHUN 2020
KLATEN

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 1


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmad dan HidayahNya
sehingga kami mampu menyelesaikan tugas resume ini, guna memenuhi tugas mata
kuliah pendidikan budaya anti korupsi.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini, terutama kepada dosen pembimbing. Kami
sadar dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca, agar penyusunan tugas
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Pacitan, 18 Maret 2020

Penyusun

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah air kita ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat.

Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah
faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri
aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor eksternal dilacak dari
aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan
lemahnya penegakkan hukum, serta aspek social yaitu lingkungan atau masyarakat
kurang mendukung perilaku anti korupsi. Korupsi tidak hanya berdampak terhadap
satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap
eksistensi bangsa dan negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang
hebat, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan
masyarakat. Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan
lebih banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya
memberikan nilai positif yang semakin tertata, namun memberikan efek negative bagi
perekonomian secara umum.

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus
yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena generasi
muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih
mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak
pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari
generasi pendahulunya.

II. Rumusan Masalah


A. Bagaimana Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ?
B. Bagaimana Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih ?
C. Bagaimana Tindak pidana korupsi di Indonesia ?
D. Bagaimana Hukum tindak pidana khusus ?
E. Bagaimana Peran mahasiswa dalam membangun generasi berintegrasi
dan antikorupsi ?

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 3


III. Tujuan
A. Agar mahasiswa mengetahui Sistem pengendalian internal pemerintah.
B. Agar mahasiswa mengetahui tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih.
C. Agar mahasiswa mengetahui tindak pidana korupsi di Indonesia.
D. Agar mahasiswa mengetahui hokum tindak pidana khusus.
E. Dan mahasiswa mengetahui bagaimana perannya dalam membangun
generasi berintegrasi dan antikorupsi.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 4


BAB II
ISI

A. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH


Adalah pelaksanaan kebijakan atas amanat PP No.60 tahun 2008 yang
mana dilakukan secara integral secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien.
Dengan membandingkan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam
upaya umpan balik sebagai koreksi oleh pimpinan dalam mencapai tujuan.
Penegakan SPIP ini dilaksanakan melalui penegakan integritas dan etika,
berkomitmen dalam kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan
struktur organisasi sesuai kebutuhan, delegasi sesuai wewenang, pembinaan
SDM, peran pengawasan pemerintah intern yang efektif dan hubungan kerja
yang baik terhadap pihak terkait.
Lima unsur didalamnya adalah lingkungan pengendalian (kondisi dalam
instansi pemerintah yang harus diciptakan perilaku positif dan mendukung
manajemen intern yang efektif), penilaian resiko (penilaian terhadap ancaman
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah), kegiatan pengendalian
(kegiatan memastikan bahwa tindakan bisa mengatasi resiko), informasi dan
komunikasi proses pengolahan data dan pemantauan pengendalian intern
(penilaian kualitas kerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif).
Proses pembangunan zona integritas yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan diwujudkan dengan pencanangan Zona Integritas pada tgl 18 juli
2012 di lingkungan kementerian kesehatan, dengan cara : Penilaian Satuan Kerja
Berpredikat WBK (dilakukan oleh Tim Penilai Intern dengan menggunakan
indicator proses dan indicator hasil) dan Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja
Berpredikat WBBM (dilakukan oleh Tim Penilai Nasional melalui evaluasi atas
kebenaran material hasil self-assessment yang dilaksanakan oleh TPI).

B. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH


Merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif dengan
tujuan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik. Sedangkan
pemerintahan yang baik adalah suatu mekanisme pemerintahan negara yang
efektif dan efisien dengan menjaga sinergi dan kondusif diantara pemerintah,
sector swasta dan masyarakat. Singkatnya Reformasi Birokrasi yaitu upaya
pemerintah dalam meningkatkan upaya kinerja melalui berbagai cara dengan
tujuan efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas. Dengan visi, misi dan tujuan yang
tidak terlepas dari pemerintahan yang baik profesional, bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme, dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai
pelayanan prima.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 5


Factor yang perlu diperhatikan dalam reformasi birokrasi diantaranya
komitmen diri dalam kepemimpinan, kemauan diri sendiri, kesepahaman dan
konsistensi. Program kemenkes dalam upaya pencegahan korupsi
diimplementasikan dalam 6 strategi nasional yang telah dirumuskan dari
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional ( Stratanas )
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ( KPK ).
Kemenkes telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi
melalui berbagai cara dan bentuk, antara lain: disiplin waktu, mengisi SKP,
melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih efektif, efisien
diwujudkan dalam pelayanan yang prima, penandatanganan pakta integritas bg
setiap pelantikan pejabat di kemenkes, terlaksananya strategi komunikasi
pendidikan dan budaya antikorupsi, Sosialisasi tentang larangan melakukan
gratifikasi, sesuai dgn pasal 12 b ayat (1) undang-undang no 31 tahun 1999
(adanya suap), dan lain sebagainya.

C. TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA


Korupsi di Indonesia adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi, sudah
membudaya dari periode prakemerdekaan sampai sekarang. Menurut Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Pidana Korupsi yg
diperbarui dgn Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 menetapkan 7 jenis
Tindak Pidana Korupsi yaitu :
1. Korupsi terkait Kerugian Keuangan Negara
Setiap orang yang merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit berdasar undang-undang tindak pidana korupsi
menyebutkan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliiar rupiah) atau dpt dihukum pidana
mati.
2. Korupsi Terkait dengan Suap-Menyuap
Ada tujuh jenis bentuk tindakan pidana suap, antara lain adalah suap
Memberi atau menjanjikan kepada seseorang dengan tujuan agar
seorang pejabat berbuat tidak sesuai dengan wewenangnya, Memberi
sesuatu kpd seorang pejabat karena atau berhubungan dgn sesuatu yg
bertentangan dengan kewajiban, Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seorang hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
tentang perkara, Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi
penasehat atau advisor untuk menghadiri sidang atau pengadilan,
Menerima hadiah atau janji yang ada hubungan dengan jabatannya,
dan sebagainya.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 6


3. Korupsi Terkait dengan Penggelapan dalam Jabatan
Seseorang yang telah melakukan jabatan secara umum secara terus
menerus dengan disengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya.
4. Tindak Pidana Korupsi Pemerasan
Usaha pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman sehingga orang itu
menyerahkan sesuatu atau mengadakan utang atau menghapus
piutang.
5. Tindak Pidana Korupsi Perbuatan Curang
Suatu tindakan yang dilakukan secara tidak procedural atau tidak
sesuai dengan amanah.
6. Tindak Pidana Korupsi Terkait Benturan Kepentingan dlm
Pengadaan
Tindakan secara langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan, yang
pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Tindak Pidana Korupsi Terkait Gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat ( discount ), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan Cuma-Cuma dan fasilitas lainnya dapat dinilai sebagai
korupsi apabila setiap gratifikasi diberikan kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap memberi suap apabila
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya.

D. HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS


Adapun upaya dalam pidana khusus dalam penanganan tindakan korupsi
melalui 4 langkah :
1. Pencegahan
Proses meningkatkan kesadaran setiap individu untuk tidak melakukan
perbuatan tercela dalam waktu yang sama dalam menyelamatkan uang
negara dalam rangka mencapai tujuan pembangunan itu sendiri.
2. Penindakan
Hukuman pada koruptor menimbulkan unsur jera, harus bisa mengembalikan
uang negara dengan cukup, menggunakan skala prioritas, penyidik dan
penuntut harus memiliki komitmen tinggi, dan masyarakat harus mendukung
supremasi hokum.
3. Pelaksanaan program Binmatkum
Pasal 41 UU 31/1999 Jo UU 20/2001 : Pada intinya masyarakat dapat
berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 7


Masyarakat dapat berperan dalam wujud hak mencari, hak memperoleh
pelayanan dalam mencari, hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab, hak memperoleh jawaban atas pertanyaan yang
diberikan, dan hak memperoleh perlindungan hokum.
4. Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang. Dengan adanya bukti permulaan yang cukup
memuat alat bukti yang sah terdiri dari keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk dan keterangan dari terdakwa.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 109 Ayat (1) KUHAP yang berbunyi : “Dalam hal Penyidik telah
mulai melakukan suatu penyidikan peristiwa yang merupakan tindak pidana,
penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum.” Pemberitahuan
tersebut disampaikan oleh Penyidik kepada Penuntut Umum melalui SPDP.
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Adapun tahap Pra penuntutan,
Penuntutan dan Penanganan Perkara.
Dimana tahap pra penuntutan penyidik menyerahkan berkas perkara hasil
penyidikan kepada penuntut umum. penyerahan berkas perkara dari penyidik
kepada penuntut umum dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap pertama
penyidik memberikan berkas perkara hasil penyelidikan dan tahap kedua
penyidik menyerahkan bukti tanggung jawab tersangka dan barang bukti.
Adapun kelengkapan yang harus diserahkan adalah kelengkapan formal
(sesuatu yang berhubungan dengan formalitas / persyaratan seperti tata cara
penyidikan harus dengan surat perintah, berita acara dan izin atau
persetujuan dari pengadilan) dan kelengkapan materiil (segala sesuatu yang
diperlukan bagi kepentingan pembuktian telah tersedia sebagai hasil
penyidikan).
Pada proses penututan di Jaksa, PENYIDIK menyerahkan tanggung
jawab tersangka berikut barang buktinya ke Kejaksaan, maka pada saat itu
juga JPU melakukan Pemeriksaan terhadap Tersangka dan barang Bukti,
Selanjutnya diterbitkan Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum
(JPU) Untuk Penyelesaian Tindak Pidana, Berkaitan dengan penahanan
terdakwa, maka diterbitkan Surat Perintah Penahanan / Pengalihan Jenis
Penahanan, Dalam hal dilakukan penahanan, maka Jaksa Penuntut Umum

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 8


(JPU) melakukan penahanan terhadap Tersangka di Rumah Tahanan
(RUTAN) setempat, JPU merubah dan menyempurnakan Rencana Dakwaan
(RENDAK) menjadi Surat Dakwaan, Setelah Surat Dakwaan sempurna, JPU
melimpahkan perkara ke Pengadilan disertai dengan Formulir Model,
Setelah JPU menerima “Penetapan Hari Sidang” dari Pengadilan Negeri,
maka JPU membuat dan mengirimkan Surat Panggilan kepada saksi dan
terdakwa, JPU menghadiri seluruh proses persidangan di Pengadilan Negeri,
JPU membuat dan menyampaikan Surat Tuntutan, JPU menyampaikan sikap
terhadap Putusan Majelis Hakim, JPU melaksanakan eksekusi terhadap
Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Upaya penegakan korupsi :


◼ Preventif, yaitu strategi yang diarahkan untuk mencegah terjadinya
tindak pidana dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-
faktor penyebab atau peluang terjadinya tindak pidana
◼ Detektif, yaitu strategi yang diarahkan untuk mengidentifikasi tindak
pidana yang sering terjadi
◼ Represif, yaitu strategi yang diarahkan untuk menangani atau
memproses pelaku tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

E. PERAN MAHASISWA DALAM MEMBANGUN GENERASI


BERINTEGRASI DAN ANTIKORUPSI
Mahasiswa/Pemuda Sebagai Agen Perubahan dalam antikorupsi.
Dimulai dari hal dini mahasiswa bisa menghindari korupsi dengan tidak
melakukan hal-hal yang tercela seperti menyontek, plagiat, titip absen,
gratifikasi ke dosen, LPJ fiktif, kuitansi dan cap palsu kegiatan.
Hal ini bisa ditanggulangi dari diri sendiri apabila mahasiswa mampu
menyadari bahwa kita di dunia tidaklah hidup secara mandiri, melainkan ada
Pencipta dan ciptaannya.
Disamping itu mahasiswa harus mengimplementasikan dirinya sebaik
mungkin dan seberapa manfaat positif dari dirinya untuk orang lain. Begitu pula
adanya pendidikan budaya anti korupsi baik secara promosi, kampanye atau
sosialisasi yang meningkatkan mahasiswa dalam pengetahuan dan intelektual
diri, adanya kajian dan riset, pembentukan pusat kajian anti korupsi dan kegiatan
bersama dalam antisipasi dan mencegah terjadinya korupsi dalam diri maupun
negri.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 9


BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Tindakan dalam diri merupakan kunci utama seseorang maupun pejabat
dalam melakukan tugas dan wewenangnya. Apabila seseorang mempunyai
kepribadian yang baik, tentunya mereka akan bekerja sama secara efektif,
esifisen, santun dan ramah serta memberikan pelayanan yang prima dalam
mewujudkan tujuan yang dilakukan sebagaimana visi dan misi yang mereka
bentuk dalam system organisasi pemerintahan.
Begitu pula dengan seseorang atau pejabat yang melakukan tugas dan
wewenang tidak sesuai dengan prosedur atau ketetapannya maka, akan
diberikan penanganan perkara sesuai tindakan pidana yang dilakukan,
sebagaimana disebutkan dalam materi yang telah diresume.
Dengan pidana yang memuat unsure jera, cukup dalam mengembalikan
kerugian keuangan negara, dan menggunakan skala prioritas. Tidak lupa
dengan penuntut, penyidik dan penyelidikan perkara pidana secara tanggung
jawab dan menjunjung tinggi supremasi hokum dan semua orang yang
terlibat mendapatkan hak perlindungan hokum.

II. Saran
A. Mahasiswa
Dalam pembelajaran pendidikan budaya anti korupsi, diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan nilai-nilai positif untuk mencegah
terjadinya korupsi dalam diri untuk membantu dalam pembangunan
negeri. Seperti disiplin dalam waktu, tidak titip absen, tidak titip nama
dalam mengerjakan tugas kelompok, atau menjadi plagiat dalam
penugasan individu.

B. Dosen
Agar dalam pengaplikasian pembelajaran mata kuliah ini,
mahasiswa selalu didorong baik secara formil atau materiil agar
mahasiswa lebih baik dalam menerapkan nilai-nilai anti korupsi.

Riska Mardiyanti (P27224017 151) Page 10

Anda mungkin juga menyukai