Disusun Oleh
NIM : 171710101098
2. Ika Wahyuni
5. Livia Wahyuni
Selain penggunaan suhu rendah, suhu tinggi merupakan salah satu pengo-
lahan pengolahan atau penyimpanan pada bahan pangan . Pengolahan suhu tinggi
ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme pathogen dan penyebab pembu
suk produk. Pada pengolahan suhu tinggi terdapat beberapa cara yaitu pasteurisasi
dansterilisasi. Namun ada yang menggunakan media yaitu peng gorengan, pengo-
venan dan penyangraian menggunakan udara panas. Proses pengolahan suhu ting-
gi dapat dilakukan untuk berbagai jenis bahan pangan. Namun, tak jarang terdapat
beberapa bahan pangan yangrentan terhadap pengolahan suhu tinggi. Proses peng
olahan suhu tinggi dapat dilakukan untuk berbagai jenis bahan pangan. Namun,
tak jarang terdapat beberapa bahan pangan yangrentan terhadap pengolahan suhu
tinggi ( Rohannah, 2002)
1.2 Tujuan
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi
karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta
memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi, hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah
telur dikonsumsi (Mulyantini, 2010). Salah satu jenis telur yang sering
dikonsumsi masyarakat yaitu telur ayam. Ada dua jenis telur ayam yang banyak
terdapat di pasaran, yaitu telur ayam kampung dan telur ayam broiler (ayam
petelur). Warna telur ayam bervariasi, ada yang kecoklatan dan ada juga yang
putih. Warna 7 cangkang telur biasanya ditentukan dari jenis ayam. Telur ayam
boiler biasanya berwarna kecoklatan sedangkan telur ayam kampung biasanya
berwarna putih. Berat telur ayam yang berukuran medium biasanya berkisar 50 g.
Telur juga termasuk salah satu bahan makanan asal hewan yang bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh seperti
protein, vitamin, dan mineral serta memiliki daya cerna yang tinggi. Sarwono,
(1994).
1. Penggorengan
2. Penyangraian
2.3.3 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah suatau proses pemanasan yang dilakukan padasuhu
krang dari 100°C, tetapi dengan waktu yang bervariasi dari beberapadetik sampai
beberapa menit tergantung pada tingginya suhu yangdigunakan. Proses ini sering
diikiuti dengan teknik lain misalnya pendinginan atau pemberian gula dengan
kosentrasi tinggi. Pasteurisai bertujuan untuk menonaktifkan enzim- enzim,
memperpanjang daya simpan, membunuh mikroorganisme seperti bakteri, kapang
dan khamir yang bersifat patogen dan todak membentuk spora (Setya, 2012).
Semakin tinggi suhu pasteurisasi, makin singkat watu yang dibutuhkan untuk
pemanasannya. Tujuan utama dari proses pasteurisasi adalah untuk
menginaktifkan sel-sel vegetative mikroba patho gen, mikroba pembentuk toksin
maupun mikroba pe-mbusuk. Pemanasan dalam proses pasteurisasi dapat dila
kukan dengan menggu nakan uap air, air panas atauudara panas. Tinggi suhu dan
lamanya waktu pemana san yang dibutuhkandalam proses pasteurisasi tergantung
dari ketahanan mikroba terhadap panas. Namun perlu diperhatikan juga sensi
vitas bahan pangan yang bersangkutan terhadap panas. Pada prinsipnya,
paste-urisasi memadukan antara suhu dan lamanya waktu pemanasan yang
terbaik untuk suatu bahan pangan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu metode 1) LowTemperature Long atau disingkat LTLT dan 2) High
Temperature ShortTime yang disingkat HTST. Metode LTLT dilakukan pada
suhu 62,8°C selama 30 menit, sedangkan HTST dilakukan pada suhu 71,7°C
selama 15detik (Koeswardhani, 2006).
3. Sterilisasi
3.1.1 Alat
1. Timbangan analitik
2. Wajan
3. Kompor
4. Piring
5. Freezer
6. Plastik
3.1.2 Bahan
1. Nanas
2. Bayam
3. Telur Ayam tanpa cangkang
4. Pisang
5. Minyak
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pembekuan
3.2.2 Penggorengan
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Rasa - Manis
Gambar
4.1.1 Pembekuan
Perlakuan
Sampel arameter
Sampel Segar Setelah digoreng
Gambar
Gambar
Gambar
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1.1 Pembekuan
Pada pengolahan suhu rendah proses yang dilakukan yaitu pembekuan.
Pada proses pembekuan, tahap pertama yang dilakukan adalah pengambilan
sampel dan penyiapan alat-alat yang akan digunakan. Pada proses pembekuan ini
bahan yang digunakan ada 3 yaitu Nanas, Bayam, dan telur ayam tanpa cangkang.
Selanjutnya dilakukan pengamatan berat/ volume, kesegaran, aroma, warna, dan
tekstur. Setelah itu, bahan dimasukkan ke dalam plastik dan disealing, kemudian
disimpang didalam frezeer selama 3 hari. Freezer umumnya terdiri dari dua jenis,
yaitu deep freezer dan chest freezer. Keduanya sama-sama menyediakan beberapa
slot untuk membekukkan makanan dan minuman. Tujuan dari freezer ini adalah
untuk mengawetkan makanan atau minuman dalam jangka waktu yang lama.
Setelah dibekukan selama 3 hari, kemudian dilakukan pengamatan kembali berat/
volume, kesegaran, aroma, warna dan teksturnya.
5.1.2 Penggorengan
5.2.2 Pembekuan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data tentang
proses suhu rendah menggunakan pembekuan. Pada proses pembekuan ini
menggunakan tiga bahan sebagai sampel yaitu nanas, bayam, dan telur tanpa
cangkang. Parameter yang diamati antara lain, berat, warna, aroma, tekstur, dan
rasa. Pada pengamatan nanas didapatkan berat nanas sebelum digoreng yaitu
22,5147 gram dan setelah digoreng 22,5147 gram. Pada pengengamatan warna,
nanas sebelum digoreng memiliki warna kuning cerah dan setelah digoreng
menjadi kuning pekat. Pada pengamatan aroma dan tekstur nanas sebelum
digoreng dan setelah digoreng sama yaitu beraroma segar khas nanas dan
teksturnya keras. Pada pengamatan rasa, nanas sebelum digoreng memiliki rasa
yang manis, namun setelah digoreng rasa nanas menjadi lebih manis.
Pada pengamatan telur ayam utuh yang yang dibungkus dan disealing
parameter yang digunakan juga sama dengan pengamatan bayam dan nanas. Pada
pengamatan telur ayam didapatkan berat sebelum digoreng 55, 641 gram dan
setelah digoreng 56, 0535 gram. Pada pengamatan warna, telur ayam sebelum
digoreng putih telur berwarna bening dan kuning telur berwarna cerah, namaun
setelah digoreng putih telur berwarna keruh dan kuning telur berwarna orange.
Pada pengamatan Aroma, sebelum digoreng aroma telur ayam amis dan khas
telur, namun setelah digoreng aromanya berubah menjadi sedikit amis. Pada
pengamatan tekstur, sebelum digoreng teksturnya sedikit kental dan setelah
digoreng menjadi kental. Pada pengamatan rasa, sebelum digoreng telur ayam
tidak memiliki rasa dan setelah digoreng tidak dilakukan uji rasa pada parameter
ini.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Berdasarkan praktikum pengolahan suhu tinggi dan suhu rendah
diharapkan untuk kedepannya dilakukan pembagian yang terstruktur serta untuk
menyiapkan alat yang memadai sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar
dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2000. Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur.
Jakarta: Kanisius.
Afrianto E, dan Evi Liviawaty. (1991). Pengaruh Suhu dan Lama Blansing
Terhadap Penurunan Kesegaran Filet Tagih Selama Penyimpanan Suhu
Rendah. Jurnal Akuatika. Vol. V No.1, hlm:45-54.
Aurore, G., B. Parfait dan L. Fahrasmane. 2009. Bananas, raw materials for
making processed food products. Trends in Food Science & Technology
20 : 78-91.
Baker, R.A., 1997. Reassessment of Some Fruit and Vegetable Pectin Levels.
Journal of Food Science. 62(2): 165-172.
Baturimba, Age. 2011. Teknologi Pengolahan Makanan Beku. Makalah. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Be miller, J.N. and K.C Huber. 2007. Carbohydrate in Food Chemistry 4th
edition. Edited by srinivasm, D, K.L. Bocaracton : Perkin, O.R Fennema,
CCR Press.
Betty. 2000. Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam. Padang: Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Barat.
Ciptadi dan MZ Nasution. 1985. Pengolahan Kopi. Bogor: Agro Industri Press.
Collins, J. L. 1960. The Pineapple. World Corps Series. London: Leonard Hill
Interscience Publ. Inc.
Gardjito, Murdianto. 2014. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Buah dan
Sayur Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Gennadios, A. And CC. L. Weller, 1990. Edible Film and Coatings from Wheat
and Corn Protein. J. Food Technology. 44:63
aryland: CTI
Gould, W.A. (1996). Unit Operations for the Food Industries. M
Publications. Inc.
Hudaya, S. 2008. Pengawetan Dengan Menggunakan Suhu Rendah. Jakarta:
Gramedia.
Mansoor, Nizam. 2015. Tahukah Anda Fakta Makanan dan Minuman yang
Berbahaya. Jakarta: Dunia Sehat.
Rivera, Eric M., dkk. 1999. Sintesis Hidroksiapatit dari Kulit Telur. Elsevier Ilmu.
Bahan Surat 4: 128–134
Sandeep, C., S.N. Rashmi, V. Sharmila, R. Surekha, R. Tejaswini dan C.K Suresh.
Growth Response of Amaranthus gangeticus to Azotobacter
chroococcum Isolated from Different Agroclimatic Zones of Karnataka.
Journal of Phytology 2011, 3 (7). Hal 29-34.
Sulihandari, H. 2013. Herbal, Satyur, & Buah Ajaib. Yogyakarta: Trans Idea
Publishing.
Tahir, Iqmal. Sumarsih, Sri. Astuti, Shinta Dwi. “Kajian Penggunaan Limbah
Buah Nenas Lokal (Ananas comosus, L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Nata”. Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM. hal 2-3. 2008.
Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta:
Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University
Press.
Varnam, H.A. dan Sutherland J.P. (1994). Beverages (Technology, Chemistry and
Microbiology). London: Chapman and Hall.
Wahyudi, T. dan Yusianto. 2008. Kakao Manajemen agribisnis dari Hulu hingga
Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
B. Pembekuan