PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
2
7.Untuk Mengetahui resiko shazard dalam implementasi asuhan keperawatan
1.3.Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tujuan
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
1) Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
4
2) Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU
No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran;
C. Manfaat
Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada Rumah sakit saja , tapi
Perawat Rumah Sakit dan Pasien serta Pengunjung
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit
2. Manfaat bagi Perawat RS
a. Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Manfaat bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
5
D. Etika
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli
Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan
kerja ditinjau dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan,
penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu
bekerja, banyaknya angka absensmenurunnya angka produktifitas tenaga
kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli
Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat.Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan
yang dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit
menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan
dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati, memahami, kode etik
profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang
terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan
bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja),
sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah
suatu Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum
yang berlaku
6
kesehatan dalam K3 begitu luas.Bisa dikatakan bahwa fokus utama etika
profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam
hal ini adalah (tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya
penyakit dan cedera.
B. Menurut WHO
7
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Maka Rumah Sakit (RS) juga
termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS.Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di RS. Segala hal yang menyangkut penyelenggaraan K3 di rumah sakit
diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit termasuk pengertian
dan ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.
8
2.4. Konsep dasar K3 : sehat, kesehatan kerja, risiko dan hazard dalam
pemberian asuhan keperawatan (somatik, perilaku, lingkungan, ergonomik,
pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja).
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam
kesehatan kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun
1995.Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya.
Hazard
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi
yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber
bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross,
1998).
9
consequenceaccident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara
langsung. Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon
tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan
lebih focus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian
terutama pada area tempat kerja.
10
perhitungan asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya diarahkan pada
kemudahan pengoperasian dan aspek financial. Risiko ini pada
umumnya menjadi pertimbangan utama, khususnya
bagi stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham
dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dimana
setiap pertimbangan akan selalu berkaitan dengan financial dan mengacu
pada tingkat efektifitas dan efisiensi.
11
menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien
pada saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga
yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan
kekerasan fisik terhadap perawatnya.
12
b. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
dengan APD
c. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
d. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
e. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
f. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
13
2.8.Risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas
3.2.Saran
Sebagai pendidik pemberian pengetahuan secara mendalam tentang k3 dalam
ilmu keperawatan dapat dilakukan dengan media dan alat peraga yang konkret.
Dengan demikian siswa dapat mengetahui kegunaan dan pentingnya k3 dalam
keperawatan
15
DAFTAR PUSTAKA
Simamora, R.H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Simamora, R. H., Purba,J.M dan Bukit, E.C. 2017. Penguatan Kinerja Perawat
dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan. Jurnal Pengabdian Masyarakat
16