Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas


medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien,
yang masuk kedalam program patient safety.

Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia


secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jatuh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, dan
Thailand. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya karena perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi
dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Faktor Keselamatan Kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawam dan ada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

1
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah pada makalah


ini sebagai berikut.

1.Apa saja k3 dalam keperawatan pentingnya tujuan,manfaat,dan etika?

2.Apa saja ruang lingkup dalam k3?

3.Apa saja kebijakan k3 yang berkaitan dengan keperawatan diindonesia?

4.Apa saja konsep dasar dari k3?

5.Apa saja Resiko hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan?

6.Apa Saja resiko hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan?

7.Apa saja resiko hazard dalam implementasi asuhan keperawatan?

8.Apa saja resiko hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan?

1.3.Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui tentang k3 dalam keperawatan

2.Untuk mengetahui ruang lingkup dari k3

3.Untuk mengetahui kebijakakan k3 yang berkaitan dengan keperawatan


diindonesia

4.Untuk mengetahui tentang konsep dasar dari k3

5.Untuk mengetahui resiko shazard dalam pengkajian asuhan keperawatan

6.Untuk mengetahui resiko shazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

2
7.Untuk Mengetahui resiko shazard dalam implementasi asuhan keperawatan

8.Untuk mengetahui resiko shazard dalam evaluasi asuhan keperawatan

1.3.Manfaat Penulisan

1.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang k3 dalam keperawatan

2.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang ruang lingkup k3

3.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebijakakan k3 yang berkaitan


dengan keperawatan diindonesia

4.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar k3

5.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang resiko shazard dalam pengkajian


asuhan keperawatan

6.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang resiko shazard dalam perencanaan


asuhan keperawatan

7.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang resiko shazard dalam implementasi


asuhan keperawatan

8.Untuk meningkatkan pengetahuan tentang resiko shazard dalam evaluasi asuhan


keperawatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.K3 Dalam Keperawatan,Tujuan,Manfaat,Etika

A. Pentingnya K3 dalam keperawatan


K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja
dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi
khususnya, dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan
kerja dalam bekerja kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang
diminta untuk menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan
mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun
lalu, namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum
memahami korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak
mengetahui aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan
K3 adalah sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses
berkerjanya seorang pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami
filosofi pengaturan K3 yang telah ditetapkan pemerintah dalam undang-
undang.

B. Tujuan
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
1) Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

4
2) Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU
No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran;

Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa


dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan
syarat-syarat keselamatan kerja sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja
tersebut dapat diminimalisir.

C. Manfaat
Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada Rumah sakit saja , tapi
Perawat Rumah Sakit dan Pasien serta Pengunjung
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit
2. Manfaat bagi Perawat RS
a. Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Manfaat bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

5
D. Etika
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli
Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan
kerja ditinjau dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan,
penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu
bekerja, banyaknya angka absensmenurunnya angka produktifitas tenaga
kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli
Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat.Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan
yang dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit
menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan
dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati, memahami, kode etik
profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang
terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan
bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja),
sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah
suatu Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum
yang berlaku

Fungsi Kode Etik Profesi K3

Etika tenaga kesehatan kerja yang di dalamnya diikuti adanya


kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari
masyarakat sekitar perusahaan.
Peranan Ahli Kesehatan Kerja pada Etika Kesehatan dan Keselamatan
Kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional tenaga

6
kesehatan dalam K3 begitu luas.Bisa dikatakan bahwa fokus utama etika
profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam
hal ini adalah (tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya
penyakit dan cedera.

2.2. Ruang Lingkup Dalam Keperawatan

A. Ruang lingkup hyperkes (Rachman, 1990)

a. Kesehatan dan Keselamatan kerja diterapkan disemua tempat kerja yang


didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.

b. Aspek perlindugan dalam hyperkes meliputi :

1. Tenaga kerja dan semua jenis dan jenjang keahlian

2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan

3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.

B. Menurut WHO

1. Penyelengaraan pelayanan kesehatan kerja

2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

3. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak P3K dan isi kotak P3K)

4. Pelaksanaan gizi kerja

5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi

6. pelaksanaan pelaporan (pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan


tenaga kerja dan penyakit akibat kerja )

B. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

7
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Maka Rumah Sakit (RS) juga
termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS.Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di RS. Segala hal yang menyangkut penyelenggaraan K3 di rumah sakit
diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit termasuk pengertian
dan ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.

2.3. Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan.

1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.

2. Pemberdayaan tenaga kerja terutama tenaga kerja keperawatan agar


mampu menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan
kerja.
3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkelanjutan.

8
2.4. Konsep dasar K3 : sehat, kesehatan kerja, risiko dan hazard dalam
pemberian asuhan keperawatan (somatik, perilaku, lingkungan, ergonomik,
pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja).

Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam
kesehatan kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun
1995.Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya.

Hazard
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi
yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber
bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross,
1998).

Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang


munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu
objek.Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood(kemungkinan munculnya
sebuahperistiwa) dan Consecuence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa
tersebut).Risiko yang dinilai secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif.
Formula umum yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai risiko
dalam AS/NZS 4360:2004 adalah :

Dalam buku Risk Assesment and Manajement Handbook: For


Environmental, Health and Safety Profesional, risik dibagi menjadi 5 (lima)
macam, antara lain :
1. Risiko Keselamatan (safety Risk)
Risiko ini secara umum memiliki cirri-ciri antara lain probabilitas
rendah (low probability), tingkat pemaparan yang tinggi (high-level
exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang tinggi ((high-

9
consequenceaccident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara
langsung. Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon
tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan
lebih focus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian
terutama pada area tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan (Health Risk)


Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang
tinggi (High probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level
exposure), konsekuensi yang rendah (low-consequence), memiliki masa
laten yang panjang (long-latency), delayed effect (efek tidak langsung
terlihat) dan bersifat kronik. Hubungan sebab akibatnya tidak mudah
ditentukan. Risiko ini focus pada kesehatan manusia terutama yang berada
di luar tempat kerja atau fasilitas.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk)


Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang
beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro
maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat,
risiko ini focus pada habitat dan dampak ekosistem yang mungkin bisa
bermanifestasi jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Kesejahteraan Masayarakat (public Welfare/Goodwill Risk)


Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok atau
umum tentang performancesebuah organisasi atau produk,
nilai property, estetika dan penggunaan sumber daya yang
terbatas.Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dan
persepsinya.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk)


Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka
panjang dan jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan

10
perhitungan asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya diarahkan pada
kemudahan pengoperasian dan aspek financial. Risiko ini pada
umumnya menjadi pertimbangan utama, khususnya
bagi stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham
dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dimana
setiap pertimbangan akan selalu berkaitan dengan financial dan mengacu
pada tingkat efektifitas dan efisiensi.

2.5. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan.

Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik


perseorangan ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung
resiko. Semakin besar resiko yang dihadapi pada umumnya dapat
diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola
pengambilan resiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan
resiko. Resiko melekat daritindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada
saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan
ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data,
hal-hal yang dapat terjadi seperti:

a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien


tersebut (menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian
kurang lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam memberikan
perawatan sehinggan berbahaya terhadap pasien.
b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti
kontak fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan
perawatan/pengkajian pasien maka perawat mempunyai resiko tertular
penyakit dari pasien.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika
perawat menanyakan data/informasi pasien namun, keluarga/pasien
menyembunyikannya namun demi keselamatan pasieen, perawat tetap

11
menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien
pada saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga
yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan
kekerasan fisik terhadap perawatnya.

2.6.Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan.

kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah


dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan
pasien malah semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika
perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawatnya
juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit dari
pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya. Contoh
kasus resiko dan hazard saat melakukan perawatan: Pada tanggal 27 maret
2016, di rumah sakit di Singapora terjadi kasus nyata kekerasan fisik dan
verbal pada saatperawat melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat
melakukan pengkajian kepada pasien, mendapatkan kekerasan fisik sekaligus
verbal dari pasien yang dikaji..

Dalam proses pengkajian sendriri, terdapat beberapa hal hang harus


diperhatikan oleh perawat mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian,
tahap-tahap dalam melakukan pengkajian, hingga metode yang digunakan
dalam melakukan pengkajian. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien,
perawat harus tau akan adanya hazard/resiko yang mungkin mereka akan
dapatkan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan


resiko/hazard yang akan terjad, seperti :

a. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar

12
b. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
dengan APD
c. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
d. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
e. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
f. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

2.7.Risiko dan hazard dalam implementasi asuhan keperawatan.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. 1.
Tahap – tahap implementasi : a. Persiapan b. Intervensi c. Evaluasi 2. Metode
implementasi keperawatan a. Membantu dalam aktivitas sehari – hari b.
Konseling c. Penyuluhan d. Memberikan asuhan keperawatan langsung e.
Kompensasi untuk reaksi yang merugikan f.Teknik tepat dalam memberikan
perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur g. Mencapai tujuan
perawatan h. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari staf lain 3. Pedoman
implementasi asuhan keperawatan a. Mempertahankan keamanan klien
Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran
etika standar keperawatan professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan
pelanggaran hukum yang dapat dituntut. b. Memberikan asuhan yang efektif c.
Memeberikan asuhan yang efisien

13
2.8.Risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan.

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. Perencanaan evaluasi memuat
criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
denganpedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
3. Hasil evaluasi Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi : a. Tujuan
tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
criteria yang telah di tetapkan. b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu
tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya. c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat
melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan
benar dalam dokumentasi keperawatan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas

3.2.Saran
Sebagai pendidik pemberian pengetahuan secara mendalam tentang k3 dalam
ilmu keperawatan dapat dilakukan dengan media dan alat peraga yang konkret.
Dengan demikian siswa dapat mengetahui kegunaan dan pentingnya k3 dalam
keperawatan

15
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, R.H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Simamora, R.H dan Butar-Butar, J. 2016. Hubungan Mutu Pelayanan


Keperawatan Dengan   tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah. (Jurnal) Ners Indonesia

Simamora, R. H., Purba,J.M dan Bukit, E.C. 2017. Penguatan Kinerja Perawat
dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di
Rumah Sakit Royal Prima Medan. Jurnal Pengabdian Masyarakat

Simamora, R.H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC

Simamora, R.H. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Simamora, R.H. 2015. Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap pembelajaran


klinik Pendidikan Ners dengan Pengetahuan dan Pelaksanaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai