Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK PRAKTIKUM

GELOMBANG

Materi Dengan Asisten :


1. SISTEM OSILASI PEGAS
2. GELOMBANG BERDIRI TRANSVERSAL PADA TALI
3. RESONANSI BUNYI

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019

PENDAHULUAN
Praktikum gelombang, bunyi, dan optik merupakan salah satu mata kuliah wajib.
Praktikum Gelombang, Bunyi, dan Optik bertujuan untuk lebih memahami tentang fenoma
gelombang dan pengukuran.
Pada Bagian Pendahuluan ini, akan kami sampaikan beberapa aturan selama
melaksanakan praktikum di laboratorium fisika dasar di Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Pengetahuan dasar lainnya, yang harus diketahui oleh praktikan sebelum
melaksanakan praktikum adalah tentang komponen gelombang, alat ukur, arus listrik.

TATA TERTIB LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR


Sebelum Praktikum
1. Mempelajari judul praktikum yang akan dikerjakan
2. Hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai
3. Mengumpulkan laporan praktikum sebelumnya

Selama Praktikum (dilaboratorium)


1. Laboratorium adalah tempat untuk melakukan praktikum sehingga :
a) Berpakain rapi & Sopan
b) Dilarang membawa makan & merokok
c) Dilarang membawa tas, barang bawaan lainnya selain alat tulis dan buku panduan
praktikum diatas meja praktikum
d) Kehilangan barang bawaan tanggung jawab sendiri
2. Membawa kartu Pratikum Fisika Dasar/ KTM (untuk Praktikan)
3. Melaksanakan 5 R (Resik, Rapi, Ringkas, Rawat, Rajin) sebelum praktikum dimulai
4. Melakukan Pre-Test sesuai dengan jadwal praktikum yang telah ditentukan
5. Meminjam alat dan bahan praktikum dengan mengisi form peminjaman alat & bahan
dengan persetujuan asisten
6. Kerusakan alat karena kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab untuk mengganti
7. Melaksanakan praktikum sesuai dengan jadwal dengan bimbingan asisten
8. Mencatat hasil praktikum pada kertas kerja dan dilaporkan dalam bentuk laporan
sementar
Sesudah Praktikum
1. Mengembalikan Alat yang telah dipinjam selama praktikum
2. Membuat laporan sementara berdasarkan data pada kertas kerja dan mengumpulkan pada
asisten
3. Melaksanakan 5 R (Resik, Rapi, Ringkas, Rawat, Rajin)
Jika terjadi pelanggaran atas aturan tersebut diatas, akan diberikan sanksi paling berat berupa
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan praktikum.

Tugas dan Kewajiban Asisten :


1. Hadir 15 Menit Sebelum Praktikum dimulai
2. Melaksanakan 5 R (Resik, Rapi, Ringkas, Rawat, Rajin) sebelum praktikum dimulai
3. Briefing 10 menit dengan asisten yang lain dan koordinator untuk mengevaluasi dan
merencanakan jalannya praktikum
4. Memberikan Pre-Test Sebelum Praktikum dimulai
5. Mengawasi & membimbing Praktikan selama Praktikum
6. Memeriksa dan mengevaluasi kertas kerja
7. Memberikan penilian terhadap praktikan (Pre-Test, Praktikum & Laporan)
8. Melaksanakan 5 R setelah praktikum selesai
PRAKTIKUM I
SISTEM OSILASI PEGAS
TUJUAN
1. Menentukan besar konstanta elastisitas sistem pegas
2. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas (specnya)

ALAT DAN BAHAN


1. Pegas 3 buah
2. Statip 1 buah
3. Stop watch 1 buah
4. Penggaris ( besi, 1 m) 1 buah
5. Beban gantung 1 set
6. Neraca Ohaus

DASAR TEORI
Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak periodik atau
gerak harmonik. Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan
yang sama geraknya disebut gerak osilasi. Jika sebuah sistem fisis berosilasi dibawah pengaruh
gaya F = -kx , dimana F adalah gaya-pemulih, k konstanta-gaya dan x simpangan, maka gerak
benda ini adalah gerak harmonik sederhana.
Salah satu sistem fisis yang mengikuti gerak harmonik sederhana adalah Pegas-Benda.
Sistem ini dapat dipergunakan untuk menentukan besar percepatan gravitasi bumi disuatu
tempat.
Pegas
Bila sebuah benda pada salah satu ujungnya dipegang tetap, dan sebuah gaya F
dikerjakan pada ujung yang lainnya, maka pada umumnya benda itu akan mengalami perubahan
panjang ∆x. Untuk bahan-bahan atau benda-benda tertentu, dan dalam batas tertentu perubahan
panjang tersebut besarnya berbanding lurus dengan besar gaya yang menyebabkannya. Secara
skalar dinyatakan oleh :
F = k.∆x ( 2.1)
dengan k adalah sebuah konstanta dan gambaran inilah yang dinyatakan dengan hukum Hooke.
Harus diperhatikan bahwa hukum Hooke ini tidak berlaku pada semua benda atau bahan dan
untuk semua gaya yang bekerja padanya.
Bila benda yang diberi gaya tersebut adalah sebuah
pegas yang digantung vertikal dengan panjang awalnya xo,
maka pegas tersebut akan mengalami penambahan panjang
sebesar ∆x yang merupakan selisih panjang pegas setelah diberi
gaya terhadap panjang semula, yang dinyatakan dengan :
F = k(x1-x0) (2.2)
Gaya F di atas disebut gaya pemulih pegas dan untuk keadaan di
atas, besarnya adalah F = mg. Bila perubahan panjang pegas dapat diukur dan k dapat dicari
dengan cara atau persamaan lain, maka dengan menggantikan harga F pada persamaan (2.2) di
atas dengan mg, kita dapat menghitung percepatan gravitasi.
Bila beban gantung diberi simpangan dengan amplitudo A
yang tidak terlalu besar dan dilepaskan, maka pegas dan beban
gantung itu akan bergetar bersama-sama dengan amplitudo dan
frekuensi yang sama, sehingga pengamatan terhadap getaran
pegas itu dapat diganti dengan pengamatan terhadap getaran
beban gantung, dengan hasil yang sama, dan besarnya periode
getar dapat dinyatakan dengan :
m
T =2 π
√ k
( 2.3 )

Jika harga T dan massa m dapat diperoleh lewat pengamatan, maka harga percepatan gravitasi g
dapat dihitung.

PROSEDUR KERJA
1. Percobaan 1 :Menentukan harga konstanata pegas tunggal
a. Pilih salah satu pegas yang telah disediakan.
b. Gantungkan penggaris bersama pegas pada statip, usahakan pegas tidak
bersinggungan dengan penggaris.
c. Ukur dan catat panjang awalnya ketika belum dibebani, usahakan hindari kesalahan
paralak.
d. Bebani pegas dengan beban gantung yang telah diketahui massanya. Perhatikan
beban gantung dalam keadaan bersih, ukur dan catat massa beban gantung dan
panjang pegas pada keadaan itu !
e. Tarik ke bawah atau dorong ke atas beban gantung itu ± 2 cm (sedikit, pelan-pelan)
kemudian lepaskan dan amati getarannya. (lihat gambar 2.2 ).
f. Amati getaran pada pegas yang telah diberi beban gantung, bila getarannnya telah
harmonik, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali getaran.
g. Lakukan langkah 4 hingga 6 sebanyak 5 kali dengan massa beban gantung yang
berbeda-beda.
2. Percobaan 2 : Menentukan konstanta pegas ganda
a. Pilih tiga pegas yang telah disediakan.
b. Gantungkan pegas 1, letakkan beban massa dibawahnya dan ukur perubahan panjang
pegas massa yang berbeda–beda (5 data) .
c. Catat dalam tabel, berdasarkan tabel buatlah grafik hubungan m=f(x) untuk
menentukan harga konstata pegas dengan menggunakan nilai g dari hasil percobaan
pertama.
d. Ulaingi langkah 2 dan 3 untuk menentukan besar
konstanta pegas ke-2 dan ke-3.
e. Gantungkan ketiga pegas tersebut seperti gambar di bawah
ini (gambar 2.3).
f. Ulangi langkah 2 dan 3
g. Berdasarkan tabel, buatlah grafik m=f(x) untuk
menentukan nilai konstanta pegas k1, k2, dan k3. dan
konstanta pegas gabungan kg.
h. Bandingkan hasil konstanta gabungan pada eksperimen
dan hasil konstanta gabungan secara teori!
TABEL PENGAMATAN
1. Percobaan 1
Massa Δx Waktu (t) Periode (T)

2. Percobaan 2
Pegas 1 menentukan k1
Massa Δx

Pegas 2 menentukan k2
Massa Δx

Pegas 3 menentukan k3
Massa Δx

Gabungan ketiga pegas menentukan kg


Massa Δx

KESIMPULAN
GELOMBANG BERDIRI TRANSVERSAL PADA TALI

TUJUAN
1. Menganalisis konsep gelombang berdiri
2. Menganalisis konsep simpul
3. Menganalisis konsep perut
4. Menganalisis konsep panjang gelombang
5. Menganalisis beberapa kondisi terjadinya gelombang berdiri

ALAT DAN BAHAN


Nama Alat/Bahan Jumlah
Audio generator 1
Tali nilon 1
Katrol meja 1
Pembangkit getaran 1
Klem G 1
Beban bercelah dan penggantung 1 set
Penggaris logam 50 cm 1
Kabel penghubung merah 1
Kabel penghubun hitam 1

DASAR TEORI
Gelombang merambat di sepanjang suatu medium dan sampai ke batas medium
gelombang tersebut akan dipantulkan. Bila gelombang dating it uterus ada, gelombang pantul
pun terus ada. Kedua gelombang bersilangan pada medium. Terjadilah saling pengaruhi
(interferensi) di antara gelombang datang dan gelombang pantul.
Bila kondisi memungkinkan, interferensi itu akan menghasilkan gelombang yang disebut
gelombang berdiri, atau gelombang stasioner. Gelombang berdiri memiliki ciri adanya titik-titik
yang tidak bergetar (yang disebut seimpul) pada jarak-jarak tertentu, dan adanya titik-titik yang
memiliki amplitudo maksimum pada jarak-jarak tertentu pula (yang disebut perut). Untuk
gelombang berdiri transversal yang merambat pada seutas tali, gelombang berdiri itu kira-kira
seperti gambar 1.1.
GAMBAR 1.1

Jarak antara dua simpul berurutan sama dengan setengah panjang gelombang (1/2 λ).
Jarak antara tiga simpul berurutan sama dengan λ. Begitu pula jarak antar perut (Gambar 1.1).
Hubungan antara panjang gelombang (λ), cepat rambat gelombang (v), dan frekuensi (f)
atau periode (T) adalah sebagai berikut:
v = λ.f pers. (1.1)
Hubungan ini akan digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan. Dalam praktik,
panjang gelombang λ dan frekuensi f sering dapat diukur atau diketahui, sehingga cepat rambat
dapat dihitung. Sedangkan cepat rambat sukar diukur langsung.
Pada percobaan ini Anda akan mengamati terjadinya gelombang berdiri pada seutas
benang tali yang direntangkan. Dari pengamatan itu Anda akan menemukan beberapa
persyaratan yang diperlukan agar gelombang berdiri dapat terjadi pada tali tersebut. Agar
gelombang dapat terjadi pada seutas tali, tali harus direntangkan. Tali harus dalam keadaan
tegang. Salah satu ujung tali digetarkan, sedangkan ujungnya yang lain dibuat tetap (tidak dapat
bergerak/bergetar). Keadaan ini sama dengan keadaan dawai (snar) pada gitar atau biola.
Anda juga akan mengamati gejala serupa (terjadinya gelombang berdiri transversal) pada
benda yang ujungnya tidak dibuat tetap, atau ujung bebas. Tali tidak dapat dibuat seperti itu
sebab tali lemas, tidak tegar. Akan digunakan sepotong lidi atau kawat yang sesuai.
Sebagai sumber getaran akan digunakan pembangkit getaran. Pembangkit getaran bekerja
dengan bantuan audio generator. Keluaran generator diumpankan ke pembangkit getaran yang
menyebabkan sebuah batang pada pembangkit getaran itu bergetar dengan frekuensi sama
dengan frekuensi yang dihasilkan oleh generator audio. Frekuensi dan amplitude generator audio
dapat diubah-ubah (diatur).

PRODESUR KERJA
A. Persiapan Percobaan
1. Letakkan pembangkit getaran di pinggir meja.
2. Ikatkan 1,5 m benang ke ujung atas batang penggetar pembangkit getaran.
3. Rentangkan benang ke ujung meja, lewatkan melalui alur katrol meja dan gantung
ujungnya dengan penggantung massa bercelah 50 g. Massa ini memberi tegangan pada
tali sebesar T = 0,050 kg x 9,8 m/s2 = 0,49 N.
4. Alur letak pembangkit getaran sedemikian agar panjang benang di atas meja memiliki
panjang tertentu, misal ±1,00 m. Panjangnya diukur dari batang penggetar ke
persentuhan benang dengan roda katrol. Upayakan agar penggantung massa terletak
dekat dengan katrol.
5. Letakkan generator audio di dekat pembangkit getaran. Pastikan generator audio ada
dalam keadaan padam.
6. Hubungkan generator audio dengan pembangkit getaran menggunakan kabel
penghubung.
7. Atur tombol pengatur amplitude generator audio ke posisi minimum, frekuensinya pada
frekuensi kira-kira 10 Hz.

B. Langkah-langkah Percobaan
1. Catat besar tegangan pada tali, yaitu 0,050 kg x 9,8 m/s2 = 0,49 N.
2. Ukur panjang benang tersebut dan catat hasilnya pada tabel sebagai l.
3. Hidupkan generator audio. Perbesar amplitudo keluarannya sedemikian sampai batang
penggetar pembangkit getaran tampang bergetar dengan amplitudo kecil saja, misalnya
di sekitar 1-2 mm atau kurang dari itu.
4. Mulailah dengan frekuensi rendah, misal 10 Hz.
GAMBAR 1.2

5. Amati terbentuk atau tidak terbentuknya gelombang berdiri seperti yang digambarkan
pada Gambar 1.2.
6. Selidiki, beberapa frekuensi yang dapat menimbulkan gelombang berdiri pada panjang l
= 0,100 m dan tegangan T = 0,49 N.
7. Naikkan frekuensi getaran perlahan-lahan dengan memutar tombol pengatur frekuensi
sampai terbentuk gelombang berdiri.
8. Atur lagi frekuensi secara lebih cermat agar amplitude gelombang menjadi sebesar-
besarnya.
Catatan : pada keadaan seperti ini dikatakan bahwa getaran pembangkit getaran ada
dalam resonansi dengan frekuensi alamiah atau frekuensi dasar tali.
9. Catat frekuensi ini sebagai f0 pada tabel.
10. Hiitung λ0 dan catat hasilnya pada tabel.
11. Naikkan frekuensi getaran perlahan sampai terbentuk gelombang berdiri lain.
12. Tentukan λ1 dan catat hasilnya pada tabel.
13. Atur frekuensi lebih cermat lagi sampai amplitude gelombang menjadi sebesar-besarnya.
14. Baca dan catat frekuensi ini sebagai f1.
15. Dengan menggunakan sebatang pensil atau bolpoin, tahanlah getaran pada salah satu
perutnya dan amati apa yang terjadi.
16. Tahan salah satu simpulnya dengan pensil dan amati apa yang terjadi.
17. Lakukan seperti langkah 12 sampai 14 untuk bentuk-bentuk gelombang berdiri berikut
seperti gambar.

GAMBAR 1.5
18. Lengkapi pengisian tabel untuk panjang 0,100 m dan tegangan 4,9 N.
19. Dengan menggunakan persamaan (1.1), hitung cepat rambat gelombang untuk masing-
masing keadaan dan cantumkan hasilnya pada tabel.
20. Ubah panjang tali menjadi 0,500 m dan mulai lagi dengan tegangan 4,9 N.
21. Dengan langkah-langkah serupa di atas, lengkapi tabel untuk panjang tali 0,500 m, untuk
tegangan-tegangan 0,49 N, 0,98 N, dan 1,47 N.
22. Analisis tabel hasil pengamatan dan buatlah kesimpulan.

HASIL PENGAMATAN
No Panjang Teganga f0 λ0 v0=f0 λ0 f0 λ1 v1=f1 λ1 f2 λ2 v2=f2 λ2
. l (m) n T (N) (Hz) (cm) (m/s) (Hz) (cm) (m/s) (Hz) (cm) (m/s)
1. 0,100 0,49
2. 0,98
3. 1,47
4. 0,500 0,49
5. 0,98
6. 1,47

KESIMPULAN
RESONANSI BUNYI

TUJUAN
1. Menganalisis gejala resonansi
2. Menganalisis gelombang bunyi di udara
3. Menentukan cepat rambat bunyi di udara

DASAR TEORI
Untuk memudahkan memahami peristiwa resonansi gelombang suara, terlebih dahulu
ditinjau seutas tali cukup tegang dengan salah satu ujungnya digerakkan ke atas dan kebawah
terus menerus sedangkan ujung lainnya terikat. Akibatnya di sepanjang tali terbentuk
gelombang berjalan. Ketika gelombang tersebut sampai di ujung yang lain, maka gelombang
akan dipantulkan sehingga gelombang merambat ke arah yang berlawanan dengan arah
gelombang datang. Dengan demikian di sepanjang tali terdapat dua buah gelombang, gelombang
datang dan gelombang pantul dan keduanya berinterferensi.
Pada frekuensi tertentu interferensi gelombang menghasilkan gelombang berdiri. Apabila
gelombang datang dan pantul memiliki fase gelombang yang sama, maka terjadi interferensi
konstruktif, Sedangkan apabila fase kedua gelombang berbeda sebesar setengah panjang
gelombang maka terjadi interferensi destruktif.
Interferensi konstruktif menghasilkan gelombang yang memiliki amplitudo besar. Titik
pada tali dimana terjadi interferensi konstruktif dinamakan perut gelombang. Tali hanya
berosilasi ke atas dan kebawah saja. Sedamgkan titik pada tali dimana terjadi interferensi
destruktif dinamakan titik simpul. Gelombang seperti ini dinamakan gelombang berdiri karena
pada tali tidak tampak gelombang yang merambat, yang terlihat hanyalah simpul dan perut
gelombang.
Gelombang berdiri yang terjadi akibat interferensi konstruktif dapat terjadi pada beberapa
frekuensi yang dinamakan frekuensi resonansi. Frekuensi resonansi paling rendah yang
dinamakan frekuensi resonansi nada dasar. Sedangkan frekuensi resonansi yang lebih tinggi
berikutnya dinamakan frekuensi nada atas, nada atas tingkat satu begitu seterusnya.
Syarat terjadinya peristiwa resonansi gelombang tali yang kedua ujungnya terikat adalah
nλn
L=
2 (D-1)
dimana n = 1, 2 , 3 … menunjukkan indeks frekuensi dasar, frekuensi nada atas pertama,
ke dua dan seterusnya. L adalah panjang tali dan  panjang gelombang.
Syarat terjadinya Sedangkan apabila salah satu ujung tali merupakan ujung terbuka
sedangkan yang lainnya ujung tertutup, maka syarat terjadinya resonansi adalah
(2 n−1 )λ
L=
4 (D-2)
Suatu gelombang yang merambat dengan frekuensi f memiliki laju
v=f (D-3)
Peristiwa resonansi gelombang suara mirip dengan yang terjadi pada gelombang tali.
Gelombang suara yang merambat di dalam tabung berisi udara ketika sampai di ujung tabung
maka gelombang tersebut akan dipantulkan. Pada frekuensi gelombang suara tertentu, akan
terjadi peristiwa resonansi yang ditandai dengan terdengarnya dengung bunyi yang lebih keras
daripada ketika tidak terjadi resonansi. Jika terjadi resonansi, maka ujung tabung yang tertutup
merupakan titik simpul sedangkan ujung tabung terbuka sebagai perut. Gelombang dengan
frekuensi f dan panjang gelombang.
Karena gelombang suara adalah gelombang mekanik yang merambat di udara, maka
kecepatan merambat gelombang suara dipengaruhi oleh temperatur udara.

ALAT DAN BAHAN


 Statif
 Tabung air
 Selang
 Tabung resonansi
 Air
 Sumber Bunyi
 Osciloskop

PROSEDUR KERJA
A. Mengukur Kecepatan Rambat Gelombang Suara di Udara
1. Catatlah temperatur ruangan.
2. Perlahan – lahan turunkan permukaan air yang berada di dalam tabung
dengan cara menurunkan bejana tempat air sehingga panjang kolom udara sekitar
35 cm.
3. Hidupkan sumber bunyi dan aturlah pada posisi frekuensi 200 Hz dan
1000 Hz serta volume suara.
4. Perlahan – lahan turunkan permukaan air dan hentikan penurunan
permukaan air jika terdengar suara resonansi frekuensi nada dasar. Ukurlah
panjang kolom udara.
5. Naikkan tinggi permukaan air sehingga panjang kolom udara sekitar 35
cm kemudian ulangi langkah percobaan ke 4.
6. Ulangi langkah ke 5 sehingga diperoleh 5 buah data percobaan.
7. Berdasarkan data di atas, hitunglah panjang kolom udara rata-rata beserta
standard deviasinya. Kemudian hitung panjang gelombang suara tersebut
menggunakan persamaan D-2.
8. Hitunglah kecepatan rambat gelombang suara menggunakan persamaan
D-3.

B. Mengukur Frekuensi Gelombang Suara


1. Aturlah permukaan air sehingga tinggi kolom udara sekitar
20 cm.
2. Putarlah saklar pengatur frekuensi selangkah searah jarum
jam.
3. Perlahan – lahan turunkan permukaan air sampai terdengar
nada resonansi. Catatlah panjang kolom udara ini. Ulangi percobaan sampai
diperoleh 5 buah data kemudian hitunglah panjang kolom udara rata – rata beserta
standard deviasinya.
4. Hitunglah panjang gelombang suara menggunakan
persamaan D-2 kemudian gunakan hasil perhitungan kecepatan rambat gelombang
suara pada percobaan A dan persamaan persamaan D-3 untuk menghitung
frekuensi gelombang suara.
Gambar 1.1 ALAT PEMBANGKIT RESONANSI

HASIL PENGAMATAN
Temperatur ruangan : °C.
Garpu Penala I : Frekuensi = Hz.

Pengukuran Panjang kolom udara


Nada atas pertama L1 Nada atas kedua L2
ke Nada dasar LD
1.
2.
3.
4.
5.
Rata – rata LD = L1= L2=

λ́ dasar =
λ́ pertama =
λ́ kedua =
λ́ =
v́ =

Garpu penala II : Frekuensi = Hz


Pengukuran Panjang kolom udara
Nada atas pertama L1 Nada atas kedua L2
ke Nada dasar LD
1.
2.
3.
4.
5.
Rata – rata LD = L1= L2=

λ́ dasar =
λ́ pertama =
λ́ kedua =
λ́ =
v́ =

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai