Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

Dosen Pembimbing :
Jujuk Proboningsih, SKp., M.kes.

Disusun Oleh :
Desi Novita Sari (P27820119061)
Dwi Rachmawati (P27820119066)

Tingkat I Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

A. PENGERTIAN.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian /seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta
yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di
daerah fundus uteri).(Yuni Kusmiyati dkk, 2009, Perawatan Ibu Hamil, hal.
158-159.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi
plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim

B. KLASIFIKASI
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1. Marginal placenta previa
Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna
3. Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah tapi
jauh dari tulang

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus,
kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah
merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri.
3. Koretasi yang berulang.
4. Umur lanjut.
5. Bekas seksio sesarea.
6. Umur dan parietas

 Umur diatas 35 tahun


 Parietas tinggi dan parietas rendah
7. Endometrium cacat
8. Tumor
9. Malnutrisi
10. Bekas aborsi
11. Bekas sectio sesarea
12. Kelainan janin
13. Leiomioma uteri
14. Korpus luteum bereaksi lambat
15. Hipoplasia endometrium
16. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita
perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat
karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi
plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih
dari 20 batang perhari).

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan


plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan
zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang
besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes
mellitus, atau kehamilan multipel.

D. PATHOLOGY
 Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena sirkulasi pada
segmen bawah sedikit lebih baik daripada fundus, placenta previa mungkin butuh untuk
menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang adekuat. Permukaan placenta
previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30% lebih besar daripada placenta yang
terimplantasi di fundus.
 Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas dipertimbangkan
pada pembukaan sinus.
 Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di daerah pajana
atau di atas tulang.
 Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah perikatan
pada keadaan fetal.

E. MANIFESTASI KLINIK
 Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
 Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau
menyebabkan syok hipovolemik.
 Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang
kebetulan pada scan ultrasonik.
 Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dan tipis,
saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
 Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau
hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total
previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat
pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita
sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah
terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan
kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
 Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika
perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin
mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
 Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih
besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta previa
menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
 Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena
abnormalitas lokasi implantasi placenta.
 Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting
placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok hipovolemik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring plasenta tapi apakah plasenta melapisi
servik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa plasenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double
setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan plasenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.

G. PENATALAKSANAAN / TERAPI SPESIFIK


1. Terapi ekspektatif
 Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partum.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
 Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
 Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
- MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
 Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
 Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu plasenta masih berada di sekitar
ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS
apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
 Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
 Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5
pada palpasi luar)

H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan massif, dapat menyebabkan shock bahkan kematian.
2. Lahir premature. Plasenta previa dapat menyebabkan lahir premature.
3. Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada
dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan
plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu
operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi
wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi
uterus lainnya.
4. Anemia karena perdarahan
5. Asfiksia berat
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. D DENGAN PLASENTA PREVIA
I. PENGKAJIAN
Hari, tanggal : Senin, 16 Maret 2020
Jam : 12.00 WIB
Tempat : Kamar 09 Ruang Bougenville 2
Oleh : Desi Novita Sari
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dan status pasien
Metode : Anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “D”
Umur Pasien : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan laut banda perumnas Burneh Bangkalan
Status Perkawinan: Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Perawat
Tanggal Masuk : 15 Maret 2020
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 32 minggu dengan
ISK
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “R"
Alamat : Jalan laut banda perumnas Burneh Bangkalan
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk RS
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis plasenta previa
totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-11 Maret 2020
dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Pasien telah diberikan terapi
dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien
merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc. Perdarahan
sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri ke dokter
spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam
kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa
hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil, sempat muntah 1x
pada tanggal 15 Maret 2020 dan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar.
4. Riwayat kehamilan
a. Primigravida G1P0A0
1) HPMT : 30 Agustus 2019
2) HPL : 7 Mei 2020
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi perdarahan
pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam
hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.

c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1
tahun yang lalu
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada usia kehamilan 6 bulan
pasien memeriksakan diri ke RS Sakinah sebanyak 3 kali karena perdarahan pada
jalan lahir.
2. Riwayat reproduksi
a. Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak
dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada keputihan.
b. Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1 tahun yang
lalu.
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah keguguran.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana, namun
pasien ingin menggunakan KB suntik.

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Genogram

Pasien
Keterangan :
: laki-laki :garis keturunan
: perempuan :tinggal serumah.
: garis perkawinan
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.

D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali makan, pasien
mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan pola minum pasien yaitu
pasien minum air putih sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak
mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan. Pola
minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu 3100 cc, dan susu ibu
hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien menyatakan nafsu makan menurun
karena setiap kali makan pasien merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan
mual apabila mencium bau makanan yang menyengat.
2. Eliminasi
a. Buang air kecil
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah yang banyak
setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning jernih.
b. Buang air besar
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak.
2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat di RSS.
3. Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi
mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya secara mandiri
dan tidak menggunakan alat bantu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja, pasien
tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Ambulasi/ROM √
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain dan alat,
4:tergantung total
4. Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sedikit sulit tidur, dalam sehari pasien tidur selama ±4-5 jam.
Pasien tidak pernah tidur siang.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur mulai pukul
19.00 WIB, 1 jam tidur kemudian bangun, begitu seterusnya. Pasien menyatakan
sulit tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien.
5. Persepsi dan Kognitif
a. Status mental : baik
b. Sensasi : tidak ada gangguan pengecapan
c. Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran.
d. Berbicara : tidak ada gangguan berbicara.
e. Penciuman : pasien dapat membedakan bau-bauan.
f. Perabaan : pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
g. Kejang : pasien menyatakan tidak ada riwayat kejang
h. Nyeri : pasien menyatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri
seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
i. Kognitif : Pasien menyatakan mengerti mengenai plasenta
previa, yaitu plasenta yang turun hingga menutupi jalan lahir.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. Temperatur : 38,5oC
d. Respirasi : 22 x/menit
e. DJJ : 153 x/menit
2. Status Gizi
a. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
b. Berat badan terakhir : 55 kg
c. Tinggi badan : 155 cm
d. IMT : 55/(1,55)2= 22,89 kg/m2 (Normal)
3. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit : kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
4. Kepala dan leher
a. Wajah : tidak oedem, tidak pucat, pasien terlihat meringis
kesakitan, pasien terlihat melindungi area nyeri
b. Mata : sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat
lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat sayu.
c. Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP.
5. Mulut, dan hidung
a. Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
6. Thoraks
a. Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi : suara sonor.
d. Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
7. Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
8. Jantung
a. Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : iktus cordis teraba.
c. Perkusi : suara redup.
d. Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak terdapat striae gravidarum terlihat linea
alba.
Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala 5/5 bagian, TFU 22cm, teraba HIS 1x selama 15 detik
dalam 10 menit dengan kekuatan sedang
Auskultasi : Terdengar bising usus 6 kali/menit, terdengar DJJ 153
x/menit
10. Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi. Akral teraba hangat. CRT <2
detik.
11. Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 14 Maret 2020. Pasien menggunakan pembalut,
terlihat darah berwarna merah segar di pembalut.
F. Terapi (Senin, 16 Maret 2020)
1. Nifedipin 10 mg/8 jam per oral
2. Sulfas ferosus 600 mg/24 jam per oral
3. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
4. Paracetamol tablet 500 mg per oral jika perlu
5. VIP Albumin 500 mg/24 jam per oral
6. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 15 Maret 2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

BUN 7 mg/dL 7-20

Creatinin 0,50 mg/dL Lk: 0,9 – 1,3 Pr: 0,6 – 1,1

Natrium 137 mmol/L 136-145

Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,1

Klorida 102 mmol/L 98-107

HBsAg Non Non reaktif


reaktif

Leukosit 23,67 103/μL 4,5-11

Eritrosit 3,55 106/μL 4,5-5,2

Hemoglobin 10,6 g/dL M : 14-18 F : 12-16

Hematokrit 31,3 % Lk: 40 – 50 Pr: 37 - 43

MCV 88,2 fL 79-99


MCH 30 pg 27-31

MCHC 34 g/dL 33-37

CHCM 35,7 g/dL 33-37

CH 31,3 pg

RDW 14,4 % 11,5-15,5

HDW 2,6 % 2,2-3,2

Trombosit 224 x103/μL 150-450

MPV 7,3 fL 7,2-11,1

NEUT# 21,1 103/μL 1,8-8

LYMPH# 1,03 103/μL 0,9-5,2

MONO# 1,25 103/μL 0,16-1

EO# 0,07 103/μL 0,045-0,44

BASO# 0,01 103/μL 0-0,2

LUC # 0,21 103/μL 0-0,1

NEUT% 89,1 % 50-70

LYMPH% 4,4 % 25-40

MONO% 5,3 % 2-8

EO% 0,3 % 2-4

BASO% 0.0 % 0-1

LUC% 0,21 % 0-0,1

PPT 13,6 detik 12,3-15,3

INR 0,98 0,9-1,1

Control PPT 13,9

APTT 27,3 detik 27,9-37

Control APTT 32,2

KIMIAWI
Glukosa 0

Protein 10 (+) mg/dL

Bilirubin 0 mg/dL

Urobilirubin Normal mg/dL

pH 6.5

Berat jenis 1.010

Blood/darah 0.2(2+) mg/dL

Keton 0.0 mg/dL

Nitrit 1+ mg/dL

Leukosit esterase 500.0 LEU/U

Warna Tidak
berwarna

Lekosit pucat ++

Glitter cell 0

Lekosit gelap +++

Eritrosit ++

Epitel tubuli 0

Epitel vesica 3-4


urinaria

Vagina 0

Uretra 0

Silinder hialin 0

Granuler 0

Epitel 0

Eritrosit 0

Leukosit 0
Kristal ca oksalat 0

Kristal triple fosfat 0

Bakteri ++

2. Hasil pemeriksaan USG tanggal 15 Maret 2020


Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ +, gerak +, plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir, gr II, Ak cukup, EFN 1105 gr.
II. ANALISA DATA

MASALA
No DATA PENYEBAB
H
1. DS : Pasien menyatakan Nyeri akut Agen cedera
- Nyeri biologis
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman
bagi pasien
DO :
- Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri
- Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar
mata
- Pasien terlihat melindungi area nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
2. DS : Pasien menyatakan Mual Kehamilan
- Nafsu makan menurun
- Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan karena mual
- Muntah 1x pada tanggal 15 Maret 2020
- Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang
menyengat
DO :
- Pasien terlihat lemas
3. DS : Pasien mengatakan Risiko Ketidakadeku
- Demam hingga menggigil penyebarani atan
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar nfeksi pertahanan
DO : sekunder
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
- Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 14 Maret 2020
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus
depan menutupi jalan lahir grade II
4. DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, Risiko Ketidakadeku
berwarna merah segar tinggi atan perfusi
DO : cedera plasenta
- Hasil pemeriksaan darah : (janin)
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus
depan menutupi jalan lahir grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna
merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
- DJJ 153 x/menit
5. DS : Pasien mengatakan Risiko Imobilisasi
- BAB biasanya rutin 1x sehari, namun selama dirawat di konstipasi fisik
RSS pasien belum BAB selama 3 hari
- Kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja,
pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur
- Mual
DO :
- Peristaltik usus : 6 x/menit
- Pasien bedrest
- Abdomen bagian bawah teraba keras

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS


A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan:
DS : Pasien menyatakan
- Nyeri
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien
DO :
- Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri
- Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata
- Pasien terlihat melindungi area nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
B. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan:
DS : Pasien menyatakan
- Nafsu makan menurun
- Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual
- Muntah 1x pada tanggal 15 Maret 2020
- Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat
DO :
- Pasien terlihat lemas
C. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan
- Demam hingga menggigil
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar

DO :
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 14 Maret 2020
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir
grade II
D. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar
DO :
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir
grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
- DJJ 153 x/menit
E. Risiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan
- BAB biasanya rutin 1x sehari, namun selama dirawat di RSS pasien belum BAB
selama 3 hari
- Kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja, pasien tidak dianjurkan
untuk turun dari tempat tidur
- Mual
DO :
- Peristaltik usus : 6 x/menit
- Pasien bedrest
- Abdomen bagian bawah teraba keras
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


N
KEPERAWATA
O TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N
1. 16 Maret 2020 16 Maret 2020 16 Maret 2020 16 Maret 2020
12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang lokasi, karakteristik, 1. Mengidentifikasi kondisi dan dasar
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam durasi, frekuensi dan skala nyeri. intervensi selanjutnya
dengan agen diharapkan pasien tidak 2. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, 2. Mengidentifikasi kondisi dan dasar
cedera biologis merasakan nyeri dengan RR) intervensi selanjutnya
kriteria hasil : 3. Atur posisi senyaman mungkin 3. Posisi yang nyaman dapat
1. Skala nyeri berkurang dari 3 menurunkan rasa nyeri.
menjadi 1 dalam skala 0-10 4. Ajarkan teknik manajemen nyeri 4. Nafas dalam meningkatkan suplai
2. Pasien mengatakan nyeri nonfarmakologi : nafas dalam oksigen dan merilekskan ketegangan
berkurang. otot
3. Ekpresi wajah tampak rileks. 5. Jelaskan penyebab nyeri yang 5. Memberikan informasi kepada pasien
4. Pasien dapat melakukan dialami pasien tentang nyeri yang dialaminya,
nafas dalam secara mandiri 6. Kelola pemberian parasetamol 500 mengurangi ansietas
Desi mg per oral jika perlu 6. Analgetik memblok pusat rasa nyeri
Desi Desi

2. Senin, 16 Maret Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020
2020 12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
12.00 WIB Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji penyebab mual pasien 1. Menentukan intervensi selanjutnya
Mual keperawatan selama 2x24 jam 2. Observasi mual dan muntah 2. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
berhubungan diharapkan pasien tidak mual intervensi selanjutnya
dengan dengan kriteria hasil : 3. Ciptakan suasana yang nyaman dan 3. Suasana yang bersih dan nyaman
kehamilan 1. Pasien tidak muntah bersih membebaskan pasien dari bau-bau yang
2. Nutrisi pasien terpenuhi menyebabkan mual.
Desi 4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi 4. Memberi kesempatan lambung untuk
sering mencerna makanan, mencegah refluks
5. Berikan pilihan makanan yang disukai 5. Untuk meningkatkan nafsu makan
pasien dan makanan yang tidak pasien dan mencegah timbulnya mual
berbau menyengat, modifikasi diet
6. Anjurkan pasien untuk menjaga 6. Kebersihan mulut dapat mengurangi
kebersihan mulut mual, meningkatkan kenyamanan
7. Anjurkan kepada pasien untuk 7. Membantu mengurangi keletihan pasien
memakan makanan yang lunak mengunyah makanan dan
meningkatkan asupan nutrisi pasien
8. Kelola pemberian suplemen
dan 8. Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi
vitamin : sulfas ferosus 600 mg/24 pada masa kehamilan
jam , albumin 500 mg/24 jam per oral 9. Antiemetik mencegah refluks lambung
9. Kolaborasi dengan dokter pemberian
Desi
obat antiemetik
Desi
3. Senin, 16 Maret Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020
2020 12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
12.00 WIB Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi suhu aksila dan tanda gejala 1. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
Risiko keperawatan selama 3x24 jam infeksi intervensi selanjutnya
penyebaran diharapkan pasien tidak 2. Lakukan vulva hygiene 2. Mengurangi risiko infeksi dan
infeksi mengalami infeksi dengan meningkatkan rasa nyaman
berhubungan kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Mencegah kontaminasi silang dan
dengan 1. Suhu rentang 36,5-37,5oC kontak, batasi pengunjung risiko infeksi nosokomial
ketidakadekuatan 2. Tidak terlihat tanda gejala 4. Anjurkan pasien banyak minum : 2 4. Mengurangi iritasi pada mukosa
pertahanan infeksi (tumor, rubor, kalor liter per hari kandung kemih
sekunder dolor, fungsio laesa) 5. Ajarkan keluarga dan pasien mengenai 5. Keikutsertaan keluarga dalam
Desi tanda dan gejala infeksi dan cara memonitor infeksi dan mencegahnya
mencegahnya
6. Kelola pemberian antibiotik injeksi 6. Antibiotik membunuh mikroorganisme
cefotaxim 500 mg/12 jam per IV penyebab infeksi
Desi Desi
4. Senin, 16 Maret Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020
2020 12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
12.00 WIB Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor perdarahan pervaginam 1. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
Risiko tinggi keperawatan selama 3x24 jam intervensi selanjutnya
cedera (janin) diharapkan janin tidak 2. Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau 2. Hemoragi berlebihan dan menetap
berhubungan mengalami cedera dengan tanda dan gejala syok hipovolemi dapat mengancam hidup pasien atau
dengan kriteria hasil : mengakibatkan infeksi pascapartum,
ketidakadekuatan 1. Perdarahan minimal anemia pascapartum, KID, gagal ginjal,
perfusi plasenta 2. DJJ rentang 120-160 x/menit atau nekrosis hipofisis yang disebabkan
Desi oleh hipoksia jaringan.
3. Denyut jantung lebih >160 serta <100
3. Monitor bunyi jantung janin dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi
pada plasenta
4. Melalui istirahat kemungkinan
4. Istirahatkan pasien, anjurkan bedrest terjadinya pelepasan plasenta dapat
dicegah
5. Posisi miring kiri menurunkan oklusi
5. Anjurkan pasien agar miring ke kiri vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke
jantung
6. Pergerakan yang banyak dapat
6. Anjurkan pasien untuk membatasi mempermudah pelepasan plasenta
pergerakan sehingga dapat terjadi perdarahan
7. Tokolitik menekan kontraksi uterus
7. Kelola pemberian tokolitik Nifedipin mengurangi perdarahan
10 mg/8 jam per oral 8. Dengan pemberian O2 dapat
8. Kolaborasi dengan dokter tentang meningkatkan konsumsi O2 sehingga
pemberian oksigen konsumsi pada janin meningkat
Desi Desi

5. Senin, 16 Maret Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020 Senin, 16 Maret 2020
2020 12.00 WIB 12.00 WIB 12.00 WIB
12.00 WIB Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji pola defekasi pasien 1. Mengetahui tingkat konstipasi.
Risiko konstipasi keperawatan selama 1x24 jam 2. Berikan cakupan nutrisi berserat 2. Mengurangi penyerapan cairan
berhubungan diharapkan pasien tidak sesuai dengan indikasi berlebihan di usus
dengan mengalami konstipasi dengan 3. Berikan cairan jika tidak 3. Untuk melunakkan feses
imobilisasi fisik kriteria hasil : kontraindikasi 2-3 liter per hari
1. Pasien BAB 1x sehari dengan 4. Anjurkan pasien untuk sering 4. Mobilisasi dapat merangsang BAB
konsistensi lunak mengganti posisi (berbaring, miring
Desi dan duduk)
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian 5. Laksatif melunakkan feses
laksatif atau enema sesuai indikasi Desi
Desi
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Nyeri akut 16 Maret 2020, 10.00 WIB 16 Maret 2020, 10.30 WIB
berhubungan 1. Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, S : Pasien megatakan nyeri masih terasa, pasien mengatakan merasa lebih nyaman
dengan agen frekuensi dan skala nyeri.. ketika posisi berbaring, pasien mengatakan sudah menerapkan nafas dalam ketika
cedera biologis 2. Mengatur posisi senyaman mungkin. nyeri, pasien mengatakan penyebab nyeri adalah gerakan janin
3. Mengajarkan teknik manajemen nyeri O: Wajah pasien terlihat tegang karena menahan nyeri, pasien terlihat sudah bisa
nonfarmakologi : nafas dalam nafas dalam dengan benar, posisi pasien supinasi, teraba janin aktif di abdomen
4. Menjelaskan penyebab nyeri yang dialami pasien A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Desi P : Monitor TTV
Desi
Risiko penyebaran 16 Maret 2020, 11.00 WIB 16 Maret 2020, 11.15 WIB
infeksi 1. Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala S : Keluarga pasien mengatakan suhu tubuh pasien panas
berhubungan infeksi O : Suhu 38,5oC
dengan 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, A : Masalah risiko infeksi teratasi
ketidakadekuatan batasi pengunjung P : Kelola pemberian parasetamol tablet 500mg per oral
pertahanan Desi Desi
sekunder
Risiko tinggi 16 Maret 2020, 14.30 WIB 16 Maret 2020, 14.45 WIB
cedera (janin) 1. Memonitor perdarahan pervaginam S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir, darah berwarna merah
berhubungan 2. Mengkaji jumlah darah yang hilang. Memantau segar, pasien mengatakan akan sering miring ke kiri dan membatasi pergerakan
dengan tanda dan gejala syok hipovolemi O : DJJ : 152 x/menit, pasien bedrest
ketidakadekuatan 3. Memonitor bunyi jantung janin A : Masalah risiko tinggi cedera (janin) teratasi
perfusi plasenta 4. Menganjurkan pasien istirahat dan bedrest P : Monitor perdarahan pervaginam
5. Menganjurkan pasien agar miring ke kiri Desi
6. Menganjurkan pasien untuk membatasi
pergerakan
Desi
Risiko penyebaran 17 Maret 2020, 08.00 WIB 17 Maret 2020, 08.15 WIB
infeksi 1. Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi
berhubungan infeksi O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang infus RL di tangan kanan sejak tanggal 17
dengan 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1
ketidakadekuatan batasi pengunjung gram masuk per IV
pertahanan 3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 gram per IV A: Masalah risiko infeksi teratasi
sekunder Desi P : Kelola pemberian cefotaxim 1 gram/12 jam per IV
Desi
Mual berhubungan 17 Maret 2020, 10.00 WIB 17 Maret 2020, 10.20 WIB
dengan kehamilan 1. Mengkaji penyebab mual pasien S : Pasien mengatakan merasakan mual apabila mencium bau yang menyengat
2. Mengobservasi mual dan muntah seperti ikan, pasien mengatakan mal berkurang dan tidak muntah, akan makan
3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi makanan yang lunak dalam porsi kecil tapi sering, mengatakan makan diet RS
sering habis ½ porsi
4. Menganjurkan kepada pasien untuk memakan O : Terlihat sedang makan camilan
makanan yang lunak A : Masalah mual teratasi
Desi P : Observasi mual dan muntah
Desi
Risiko penyebaran 18 Maret 2020, 09.00 WIB 18 Maret 2020, 10.00 WIB
infeksi 1. Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala S : Pasien mengatakan masih flek-flek, pasien mengatakan sudah banyak minum
berhubungan infeksi sehari kurang lebih 2 botol aqua, keluarga dan pasien mengatakan sudah paham
dengan 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, mengenai tanda dan gejala infeksi.
ketidakadekuatan batasi pengunjung O : S : 37oC, TD : 110/70 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi
pertahanan 3. Menganjurkan pasien banyak minum : 2 liter per cefotaxim sudah masuk melalui IV
sekunder hari A : Risiko infeksi teratasi
4. Memberiahu keluarga dan pasien mengenai P : Kelola pemberian cefotaxim 1gram/12jam per IV
tanda dan gejala infeksi dan cara mencegahnya Desi
5. Mengelola pemberian antibiotik inj cefotaxim
1gr/12 jam
Desi
Risiko konstipasi 18 Maret 2020, 11.00 WIB 18 Maret 2020, 12.00 WIB
berhubungan 1. Mengkaji pola defekasi pasien S : Pasien mengatakan biasanya BAB 1 kali sehari setiap pagi, pasien mengatakan
dengan imobilisasi 2. Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan sudah berlatih untuk duduk dan miring, keluarga pasien mengtakan sudah
fisik cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi membelikan pasien sayur sayuran tetapi pasien hanya makan sedikit sekali kurang
3. Menganjurkan pasien untuk sering mengganti lebih 2 sendok.
posisi (berbaring, miring dan duduk) O : Posisi pasien sudah sering berubah.
Desi A : Risiko konstipasi teratasi sebagian
P : Kolaborasi dengan dokter pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
Desi
Mual berhubungan 18 Maret 2020, 08.30 WIB 18 Maret 2020, 08.40 WIB
dengan kehamilan 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan masih sedikit mual, tidak muntah, dan menyatakan
2. Menganjurkan pasien makan sedikit-sedikit tapi mengerti untuk makan makanan yang disukai sedikit-sedikit tapi sering
sering O : obat dan dosis : sulfas ferosus 600 mg, albumin 500 mg, rute: oral, pada Ny. D,
3. Menganjurkan pasien memakan makanan yang pukul 08.30 WIB
disukai A : Mual teratasi sebagian
4. Mengelola pemberian suplemen dan vitamin : P : Monitor mual dan muntah
sulfas ferosus 600 mg/oral , albumin 500 mg/oral Desi
Desi
Risiko konstipasi 19 November 2014, 10.00 WIB 19 November 2014, 10.10 WIB
berhubungan 1. Mengkaji pola defekasi S : pasien menyatakan sudah BAB kemarin 1x dengan konsistensi keras, dan
dengan imobilisasi 2. Menganjurkan pasien minum 2-3 Liter per hari menyatakan mengerti untuk minum 2-3 L dan makan makanan berserat
fisik 3. Menganjurkan pasien banyak makan makanan O : pasien mampu menjelaskan kembali cara mencegah konstipasi
berserat A : Risiko konstipasi belum teratasi
Desi P : Kaji pola defekasi setiap hari
Desi

Nyeri akut 18 Maret 2020, 18.00 WIB 18 Maret 2020, 18.15 WIB
berhubungan 1. Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang, skala 1 (1-10)
dengan agen frekuensi dan skala nyeri. O : TD : 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, terlihat nafas dalam
cedera biologis 2. Memonitor tanda-tanda vital (TD, N, RR) secara mandiri, pasien terlihat rileks, pasien posisi supinasi
3. Mengatur posisi senyaman mungkin A : Masalah nyeri aku teratasi
Desi P : Monitor TTV
Desi
Risiko penyebaran 18 Maret 2020, 20.00 WIB 18 Maret 2020, 20.15 WIB
infeksi 1. Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala S:-
berhubungan infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus RL di tangan kanan sejak tanggal 17
dengan 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1
ketidakadekuatan batasi pengunjung gram masuk per IV
pertahanan 3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 gram per IV A : Masalah risiko infeksi teratasi
sekunder Desi P : Kelola pemberian cefotaxim 1 gram/12 jam per IV
Desi
Risiko tinggi 18 Maret 2020, 20.15 WIB 18 Maret 2020, 20.30 WIB
cedera (janin) 1. Memonitor perdarahan pervaginam S : Pasien mengatakan perdarahan berkurang, tinggal flek, pasien mengatakan
berhubungan 2. Mengkaji jumlah darah yang hilang. Memantau akan sering miring ke kiri dan membatasi pergerakan
dengan tanda dan gejala syok hipovolemi O : DJJ : 149 x/menit, pasien bedrest
ketidakadekuatan 3. Memonitor bunyi jantung janin A : Masalah risiko tinggi cedera (janin) teratasi
perfusi plasenta 4. Menganjurkan pasien istirahat dan bedrest P : Monitor perdarahan pervaginam
5. Menganjurkan pasien agar miring ke kiri Desi
6. Menganjurkan pasien untuk membatasi
pergerakan
Desi
BAB III
KESIMPULAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Dari proses keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. D dengan diagnosa medis
Plasenta previa primigravida 32 minggu dengan ISK lima diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan pasien menyatakan
nyeri,P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, Q : Seperti tertekan, R : Perut bagian
bawah, S : 3 dari 0-10, T : Hilang timbul, Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak
nyaman bagi pasien, pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri, pasien terlihat sayu,
terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, pasien terlihat melindungi area nyeri, tanda-tanda
vital : TD : 100/60 mmHg, N : 90 x/menit, R : 22 x/menit.
2. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan pasien menyatakan nafsu makan
menurun, makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual, muntah
1x pada tanggal 15 Maret 2020, merasakan mual apabila mencium bau makanan yang
menyengat, pasien terlihat lemas.
3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
ditandai dengan pasien mengatakan demam hingga menggigil, perdarahan pada jalan lahir
berwarna merah segar, hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67 103/μL, Hemoglobin 10,6
g/dL, temperatur : 38,5oC, terpasang kateter tinggal sejak tanggal 14 Maret 2020, hasil
pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II.
4. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
ditandai dengan pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar,
hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67 103/μL, hemoglobin 10,6 g/dL, APTT 27,3
detik, hematokrit 31,3%, eritrosit 3,55 106/μL, hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir grade II, pasien menggunakan pembalut, terlihat darah
berwarna merah segar di pembalut, tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N : 90 x/menit,
R : 22 x/menit
5. Risiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan pasien
mengatakan BAB biasanya rutin 1x sehari, namun selama dirawat di RSS pasien belum
BAB selama 3 hari, kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja, pasien tidak
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur, mual, peristaltik usus : 6 x/menit, pasien bedrest,
abdomen bagian bawah teraba keras.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam terdapat diagnosa yang
teratasi dan belum teratasi yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( teratasi )
2. Mual berhubungan dengan kehamilan ( teratasi )
3. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
(teratasi)
4. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
(teratasi)
5. Risiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi fisik (belum teratasi)
Risiko konstipasi belum teratasi karena tujuan belum tercapai yaitu pola defekasi
pasien belum teratur (1x sehari dengan konsistensi lunak).
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Buku Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan .Jakarta: EGC

________________________. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

___________________. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney et al.
(eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology.10th ed. New York:
McGraw-Hill

Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai