Anda di halaman 1dari 9

Sistem Tanam Padi Ramah Lingkungan (Eco Farming)

Konsep bertani ramah lingkungan memang masih menjadi isu yang menarik untuk dibahas di
tengah gempuran sistem pertanian yang begitu mengidamkan produktivitas instan tanpa
mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosiologis dalam jangka panjang pelaksanaanya.
Begitu sulitnya perkembangan sistem bertani ramah lingkungan ini masuk ke dalam negara –
negara berkembang karena memang petani sudah dicekoki beragam kepentingan dengan berkedok
cara instan.

Konsep utama sistem Eco Farming adalah menghindari penggunaan pestisida dan herbisida kimia
serta memanfaatkan limbah organik sebagai tambahan pupuk untuk tanaman. Eco farming telah
banyak diakui oleh para pelaku pertanian berkelanjutan sebagai tujuan akhir mereka. Sistem
pertanian ini mempunyai beberapa kesamaan dengan pertanian organik namun tidak kompatibel.
Eco farming lebih bersifat meyeluruh daripada sistem pertanian organik, dimana meliputi berbagai
metode dan pertanian organik ada didalamnya seperti bagaimana meregenerasi ekosistem untuk
upaya mencegah erosi tanah, bagaimana mengatur infiltasi air, mengolah karbon menjadi media
tumbuh bagus seperti humus, dan bagaimana usaha meningkatkan keanekaragaman hayati yang
telah banyak mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas. Banyak cara nyata yang bisa
dilakukan di sistem ini yaitu bagaimana menggunakan Cover crop (penutup tanah), mengatur
pertanaman, menggunakan tanaman inang sebagai barrier, penggunaan agens hayati, pestisida
nabati, dan lain lain.

PRODUK BERKAH NANDUR

Eco farming bisa menjadi perintis bagi kembalinya fungsi lahan secara sehat seperti yang dulu
nenek moyang kita lakukan, tetapi tentunya dengan pendekatan teknologi saat ini untuk
mendapatkan produktivitas yang mumpuni, penemuan beberapa spesies mikroba yang mempunyai
manfaat di bidang pertanian juga merupakan salah satu yang bisa diandalkan untuk mendukung
sistem pertanian ini. Selain itu penemuan alat atau software di era informasi ini yang dapat
mendeteksi berbagai parameter pertanian harusnya bisa mempercepat dan membantu stakeholder
mewujudkan sistem pertanian yang paling luhur ini. Pengembangan akhirnya bermuara kepada
penciptaan lahan global yang berkelanjutan dengan menata manajemen dan mendukung berbagai
evaluasi dalam rangka mempertahankan keanekaragaman produksi pangan dan produk akhir
pertanian.

Bebek dalam Sistem Padi Ramah Lingkungan (Eco Farming)

Banyak sekali yang bisa dibahas dengan sistem pertanian ini, namun kali ini kita akan membahas
mengenai penggunaan organisme untuk budidaya tanam padi dalam kaitannya eco farming. Fokus
bahasan kali ini adalah penggunaan unggas terutama bebek yang dimana di berbagai negara
pertanian penghasil padi, sebenarnya sistem ini sudah sejak dulu ada dan terkenal banyak
manfaatnya, namun sangat sedikit sekali yang mengaplikasikannya dan seringkali kurangnya
publikasi dan kampanye membuatnya hanya menjadi kefanatikan segelintir petani saja.

Di China, sistem tanam padi dengan bebek yang biasanya disebut dengan Rice Duck Farming ini
sekarang mulai naik popularitasnya karena metode tanam padi seperti ini membawa banyak
manfaat bagi padi, bebek itu sendiri, dan tentu saja para petani yang melakukannya. Konsep utama
sistem Eco Farming adalah menghindari penggunaan pestisida dan herbisida kimia serta
memanfaatkan kotoran bebek sebagai tambahan pupuk untuk tanaman padi.

BACA JUGA ; DISKUSI PENGGUNAAN TEKNOLOGI TANAM HAZTON


Berikut adalah faktor penting bagaimana manfaat penggunaan bebek dalam sistem tanam padi :

1. Bebek dalam kaitannya terhadap pengendalian hama dalam sistem tanam padi
Tak dipungkiri adanya bebek di sawah akan menurunkan hama yang ada disana. bebek
mempunyai potensi untuk memakan hama seperti serangga dan keong yang menyerang tanaman
padi.

2. Bebek dalam kaitannya terhadap pengendalian gulma dalam sistem tanam padi
Bebek begitu hebat dalam hal ini, mereka makan benih dan bibit gulma secara rutin untuk
kebutuhan pangan mereka.

3. Bebek dalam kaitannya pembenahan tanah dalam sistem tanam padi


Limbah kotoran dari bebek otomatis menjadi berkah sendiri bagi padi. Kotoran ini akan menjadi
pupuk organik gratis bagi sawah. Selain itu Anda bisa melihat bagaimana bebek menenggelamkan
akar – akar gulma yang dimana hal ini menambah pertukaran oksigen di tanah menjadi lebih baik
dan mendorong akar tanaman tumbuh dengan optimal.

4. Bebek dalam kaitannya terhadap penurunan penggunaan racun pestisida dan herbisida kimia
Penggunaan pestisida dan herbisida kimia yang berlebihan terbukti membawa dampak yang
kurang baik bahkan ekstrem terhadap ekosistem sawah, baik itu residu racun yang ditinggalkan
pada tanaman, pengaruh kepada sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta peningkatan kekebalan
hama. Dengan adanya bebek, petani tidak akan perlu menggunakan pestisida secara besar –
besaran dengan dosis yang tinggi. Bisa digunakan pestisida nabati, hayati, penenaman tanaman
inang hama.
5. Bebek dalam kaitannya terhadap tenaga kerja yang hemat dan efisien
Bagaimanapun dengan adanya bebek kita akan mengurangi upah tenaga kerja dan waktu kita
untuk memikirkan biaya penyiangan, pemupukan dan pembelian pestisida yang notabene sekarang
semakin mahal saja.

Hama dan gulma secara menakjubkan menjadi sarana bebek berkembang baik dan ini tentu saja
keuntungan lagi untuk para petani yang memanfaatkan daging dan telur untuk mereka konsumsi
atau jual. Dalam berbagai kasus seperti di Jepang, petani disana bahkan sengaja menanam gulma
untuk pakan bebek. Namun, tidak sembarang gulma yang mereka tanam. Mereka menanam azolla
yang mampu memberikan bahan nitrogen ke tanah dan memberikan gizi bagi bebek

Bagimana Pengelolaan Bebek di Sawah :

duck farming
1. Tentukan luas sawah pertanaman padi dan pasang pembatas.
Anda bisa memulainya dengan memberikan batas ke lahan sawah Anda, bisa gunakan jaring atau
sesuaikan dengan bahan – bahan di sekitar Anda. Pemberian batas merupakan upaya agar bebek
tidak pergi terlalu jauh dan juga melindungi bebek terhadap serangan predator yang berpotensi
memangsa mereka.

2. Berikan spot lahan kering untuk tempat bebek berjemur


Bebek terkadang mempunyai kebiasaan mengeringkan badannya setelah hampir sebagian besar
berkutat di air. Memberikan tempat untuk bebek ini beraktivitas akan bermanfaat bagi mereka.

3. Masukkan bebek ke Sawah


Masukkan bebek yang sudah berumur 2-3 minggu ke sawah, bisa dimasukkan mulai seminggu
setelah padi pindah tanam. Untuk luas lahan 100 meter persegi lepaskan sekitar 20 – 30 bebek
per 100 meter lahan sawah.

4. Pelihara bebek sampai fase pengisian bulir saja


Anda bisa melepaskan bebek di sepanjang hari atau di saat pagi atau sore hari. Pemeliharaan
bebek ini berlaku untuk saat vegetatif awal sampai fase pengisian bulir. Pada saat pengisian bulir,
pindahkan bebek ke kandangnya karena berpotensi akan memakan bulir – bulir gabah.

Hasil penelitian dari Yu SM1, Zhu LF, Ouyang YN, Xu DH, Jin QY yang dikutip dari NCBI yang
mendalami pengaruh keberadaan bebek terhadap populasi organisme di sawah memperlihatkan
bahwa populasi wereng turun 64,8 % dan 78,5 % setelah 12 dan 42 hari bebek dilepas di sawah.
Bebek juga mempengaruhi penurunan alang – alang gulma sebesar 67,7 % dan 98,1 % pada 15
dan 25 hari setelah bebek dilepas, kedua parameter tadi didapatkan dari perbandingan terhadap
kontrol (sawah yang dibudidayakan secara konvensional). Pada penelitian juga menunjukkan
adanya penurunan Indeks Hawar Daun pada padi di sawah.

Teknik ini sebenarnya teknik nenek moyang, namun terlupakan. Oleh karena itu tidak ada
salahnya Anda Simencoba sistem pertanian ini di lahan Anda dan cobalah untuk bereksperimen.
Memang Anda akan sedikit mengubah kebiasaan Anda. Kreatiflah dengan kondisi sekitar, dan
evaluasi setiap langkah – langkahnya dan bagimana perbandingannya dengan cara tanam padi
Anda selama ini. Mari kita terus belajar untuk mengenal hal – hal baru di dunia pertanian,
khususnya tanam padi. Hal baru sesederhana apapun itu sepanjang itu positif percayalah pasti
memberikan dampak yang luar biasa bagi Anda.

Ecofarming sendiri adalah bentuk budidaya pertanian yang mengusahakan sedapat mungkin
tercapainya keharmonisan dengan lingkungannya. Dalam hal tertentu dalam ecofarming bisa saja
memasukkan komponen pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya sehingga dapat disebut
agroforestri. Dalam eco-farming tidak selalu dijumpai unsur kehutanan dalam kombinasinya,
sehingga dalam hal ini ecofarming merupakan kegiatan pertanian. Dalam istilah lain disebut juga
integrated farming (atau integrated crop management, ICM), merupakan pola holistic penggunaan
lahan yang mengintegrasikan proses regulasi alami menjadi aktivitas pertanian untuk mencapai
peralihan maksimal dari input off-farm dan untuk mempertahankan pendapatan pertanian.

Sistem-sistem yang terintegrasi didalamnya antara lain: multifunctional crop rotation, integrated
nutrient management, minimum soil cultivation, integrated crop management, ecological
infrastructure management.

Ekofarming juga disebut sebagai Organic farming atau metode pertanian yang meminimalisir
penggunaan kimia dalam proses produksinya. Hal ini bertujuan untuk memproduksi hasil tani
dengan nilai nutrisi tinggi dan mengimprovisasi fertilitas jangka panjang serta tanah pertanian
yang berkelanjutan. Sistem ini memajukan dan meninggikan agroekosistem, termasuk
biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi di dalam tanah. Istilah organic farming sendiri
ditemukan oleh Lord Northbourne dari bukunya berjudul Look to the Land yang lahir dari
konsepsinya tentang “pertanian sebagai organisme”, dia memaparkan sebuah pendekatan
holistic, keseimbangan ekologis ke dalam pertanian.
Prinsip utama pertanian organik adalah penggunaan input luar yang rendah yang berlawanan
dengan penggunaan input luar yang tinggi. Berdasarkan prinsip tersebut, maka berkembang
berbagai istilah seperti Cyclic Farming System, regeneratif agriculture, sustainable agriculture,
organic farming, organic system, organic agriculture, biological agriculture, purely organik
agriculture, dan ecofarming, yang merupakan kontras dari istilah-istilah conventional farming,
industrialized form agriculture, dan industrialized farming system (Mugnisjah, 2001). Pertanian
organik merupakan hukum pengembalian (low of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha
untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk residu dan
limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman
(Sutanto, 2002).

Ekofarming memiliki keuntungan baik dari segi ekologis maupun ekonomi karena sistem ini
memang mengintegrasikan keduanya. Keuntungan ekologis jelas didapat diantaranya konservasi
air, siklus daur ulang hara pada tanah, biodiversitas yang tinggi, dan tentu saja fertilitas ekosistem
sehingga didapat pertanian berkelanjutan. Keuntungan ekonomi didapat dari optimalisasi produksi
pertanian melalui berbagai cara pertanian seperti diversifikasi komoditas dalam satu petak
(multiple cropping), dapat juga dengan lahan kecil dan sumber daya pekerja minimum dengan
cara permaculture (permanent agriculture) atau implementasi pertanian skala kecil bahkan mikro
yang diintegrasikan dengan habitat manusia dan diserahkan pada pola ekosistem alami.

Pada sistem ekonomi, ekofarming sebetulnya dapat masuk pada sistem capital employed maupun
subsistence tergantung pola hubungan manusia-pertanian diarahkan pada kesejahteraan manusia.
Bila mendefinisikan kesejahteraan dengan penghasilan tinggi maka hasil surplus ekofarming dapat
dipasarkan secara global (capital) maupun lokal (subsisten) dengan produk yang unggul dari segi
alamiah. Bila kesejahteraan dapat diterjemahkan pada terpenuhinya kebutuhan manusia maka
hasil panen dapat mencukupi konsumsi pangan keluarga bahkan saling berbagi surplus panen,
tentu saja hal in ihanya ada pada sistem subsisten.

Pengertian Reboisasi
Reboisasi adalah melakukan penghijauan kembali agar alam menjadi hijau dan biasanya dilakukan
di hutan yang sudah menjadi gundul agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Hutan ini
memiliki fungsi sebagai penyimpan cadangan air, pelindung manusia dan juga aneka satwa.
Dengan ditanaminya kembali hutan yang gundul tersebut persediaan udara, air dan bencana alam
bisa dicegah. Banyak yang menyamakan reboisasi dengan penghijauan. Namun penghijauan
dengan reboisasi ini berbeda. Penghijauan adalah menanam pohon di tempat yang diyakini bisa
tumbuh misalnya saja di halaman rumah Anda sendiri.

Manfaat Reboisasi
Pengertian dan manfaat reboisasi harus ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Tujuannya agar
kesadaran anak untuk melakukan penanaman pohon semakin tinggi sehingga sampai dewasa akan
selalu teringat untuk selalu menanam pohon dan merawat pohon dengan baik. Dengan melakukan
reboisasi akan didapatkan manfaat seperti berikut ini:

Mencegah terjadinya erosi tanah yang bisa disebabkan oleh angin dan juga air hujan yang
berturut-turut.
Melestarikan kesuburan tanah yang bisa dijadikan sebagai lahan pertanian.
Menjaga struktur tanah agar tidak rusak.
Menjaga keanekaragaman satwa agar tetap lestari.
Membuat udara tetap bersih dan sehat terutama bagi makhluk hidup yang ada di bumi.
Membuat tanah tetap kokoh sehingga risiko tanah longsor bisa dihindari.
Mengurangi efek dari pencemaran udara dan global warming.
Melestarikan Sumber Daya Alam atau SDA yang sudah ada di hutan tersebut dan bisa digunakan
sebagai peningkat produktivitasnya.

Sudah sepantasnya kita memiliki kepedulian terhadap penghijauan dan reboisasi yang ada Di
Indonesia. Terutama saat ini banyak sekali bencana alam yang disebabkan oleh ulah tangan
manusia seperti banjir, tanah longsor dan masih banyak lagi lainnya. Selain melakukan reboisasi,
masyarakat dituntut untuk melakukan penghijauan di halaman rumahnya sendiri dan melakukan
tebang pilih agar hutan terhindar dari kegundulan. Semoga pengertian dan manfaat reboisasi yang
telah dijelaskan diatas bermanfaat bagi Anda.

Inspirasi Budidaya Paprika Lewat Program Ecofarming

Paprika, atau Capsicum annuum L dikenal sebagai penghasil buah yang berasa manis dan sedikit
pedas dari suku terong-terongan, atau Solanaceae. Buahnya yang berwarna hijau, kuning, merah,
atau ungu, sering digunakan sebagai campuran salad.

Selain memiliki manfaat kesehatan, paprika khususnya yang berwarna merah, juga mengandung
phytochemical dan beta-carotene yang merupakan antioksidan dan agen anti inflamasi yang baik.
Capsaicin yang terdapat dalam paprika memiliki berbagai khasiat kesehatan. Misalnya
menurunkan kolesterol jahat, mengontrol diabetes, meredakan nyeri, dan inflamasi.

Tak hanya baik untuk kesehatan, dari segi ekonomi, paprika bisa juga dijual dengan harga tinggi.
Karena salah satu alasan inilah, produsen air minum kemasan AQUA, PT Tirta Investama (Danoe
Aqua) Cianjur, menggerakkan program corporate social responsibility bernama Ecofarming. Salah
satu yang dibudidayakan dengan program ini, adalah paprika.

Dalam program Ecofarming ini, kelompok petani di kawasan Kampung Tabrik, Desa Gekbrong
Cianjur, diajak untuk belajar menanam paprika yang ramah lingkungan.

"Kami juga melakukan pendekatan integrated pengelolaan pertanian terpadu. Untuk daerah Tabrik
yang dikembangkan adalah paprika," ujar Sustainable Development Senior Manajer AQUA, Arief
Fatullah saat ditemui di Cianjur, 27 November 2017 lalu.

logo
search
home
GAYA-HIDUP
INSPIRASI-UNIK
Rabu, 29 November 2017 | 18:38 WIB
Inspirasi Budidaya Paprika Lewat Program Ecofarming
avatar
Team VIVA »
Budidaya Paprika
Foto :
VIVA.co.id/ Lutfi Dwi Pujiastuti
Budidaya Paprika
SHARE
VIVA – Paprika, atau Capsicum annuum L dikenal sebagai penghasil buah yang berasa manis
dan sedikit pedas dari suku terong-terongan, atau Solanaceae. Buahnya yang berwarna hijau,
kuning, merah, atau ungu, sering digunakan sebagai campuran salad.

Selain memiliki manfaat kesehatan, paprika khususnya yang berwarna merah, juga mengandung
phytochemical dan beta-carotene yang merupakan antioksidan dan agen anti inflamasi yang baik.
Capsaicin yang terdapat dalam paprika memiliki berbagai khasiat kesehatan. Misalnya
menurunkan kolesterol jahat, mengontrol diabetes, meredakan nyeri, dan inflamasi.

BACA JUGA
article
Dahsyat, Tim Bulutangkis Putra RI Lolos ke Semifinal BATC 2020
article
Foto-foto Siraman Cucu Soeharto Jelang Nikahi Pramugari Cantik
article
5 Ide Kado Valentine Buat Kekasih yang Hobi Naik Motor
article
Bebas COVID-19, Indonesia Malah KLB Demam Berdarah Dengue
article
Media Turki Sebar Berita Hoax Soal Raffi Ahmad
Tak hanya baik untuk kesehatan, dari segi ekonomi, paprika bisa juga dijual dengan harga tinggi.
Karena salah satu alasan inilah, produsen air minum kemasan AQUA, PT Tirta Investama (Danoe
Aqua) Cianjur, menggerakkan program corporate social responsibility bernama Ecofarming. Salah
satu yang dibudidayakan dengan program ini, adalah paprika.

Dalam program Ecofarming ini, kelompok petani di kawasan Kampung Tabrik, Desa Gekbrong
Cianjur, diajak untuk belajar menanam paprika yang ramah lingkungan.

TERPOPULER
Para staf medis di China kelelahan menangani pasien virus corona
Tangani Kasus COVID-19 Banyak Dokter Meninggal di China, Publik Ngamuk
Ular weling.
Kobra Sekalipun Bukan Tandingan Bisa Mematikan Ular Weling
Ilustrasi penelitian virus
Indonesia Masih Negatif COVID-19, Sampel Tes Pasien Kurang Banyak?
Ilustrasi zodiak (image: pixabay)
Pemilik 3 Zodiak Ini Selamat Ya, Kamu Bakal Bahagia di Hari Valentine
Korban virus corona di China
Terpapar Corona, Pejabat Korut Ini Ditembak Mati di Pemandian Umum
"Kami juga melakukan pendekatan integrated pengelolaan pertanian terpadu. Untuk daerah Tabrik
yang dikembangkan adalah paprika," ujar Sustainable Development Senior Manajer AQUA, Arief
Fatullah saat ditemui di Cianjur, 27 November 2017 lalu.

Arief pun menilai, tanaman paprika diyakini mampu menunjang ekonomi masyarakt setempat
untuk jangka panjang. Bahkan, sejak 2016 tanaman ini dibudidayakan, sudah mampu memberikan
pendapatan bersih untuk petani antara Rp3-4 juta per bulan. Dan, untuk perkilogramnya, paprika
merah bisa dijual dengan harga Rp30 ribu dari petani. Sementara itu, untuk paprika hijau, bisa
dijual dengan harga Rp25 ribu per kilogramnya.

"Pertimbangan kenapa paprika yang dibudidaya karena value dari produknya. Jadi, yang
dibudidayakan, jangan sampai dijual enggak ada hasilnya. Ini dipilih, karena bernilai ekonomi
tinggi untuk masyarakat jangka panjang," terangnya lagi.

Tak hanya itu, kawasan Cianjur juga dinilai pas untuk dijadikan lahan penanaman paprika. Lewat
program Ecofarming ini, awalnya produsen air minum kemasan ini memberikan penyertaan modal
kepada kelompok petani setempat berupa enam green house pada lahan konservasi pada akhir
2015.

Perseroan menghibahkan enam fasilitas seluas 200 meter persegi tersebut sebagai medium
budidaya paprika.

Penerapan Ecofarming memungkinkan tanaman terbebas dari kontaminasi bahan kimia.


Dampaknya, bukan hanya dapat meningkatkan angka produktivitas, tetapi juga mendongkrak nilai
penjualan produk pangan organik tersebut.

Ketua Kelompok Tani Kampung Tabrik, Uden Suherlan juga mengatakan, proses penanaman
paprika tidaklah sulit. Media tanamnya menggunakan arang sekam yang dicampur dengan kompos
organik, lalu dimasukkan ke dalam polybag. Setelah itu, masukkan bibit paprika dan diletakkan
dalam green house.

"Idealnya paprika akan tumbuh subur di atas ketinggian 1.000 dpl. Biasanya dalam waktu tiga
bulan, paprika sudah bisa dipanen. Bahkan, panennya bisa sampai lima kali panen."

Masa tanam paprika sampai terakhir panen bisa sampai delapan bulan. "Setelah itu, tanaman
diganti yang baru," katanya.

Paprika sendiri harus ditanam dalam green house yang didesain dengan atap plastik agar terhindar
dari hama serangga.

Tak hanya paprika yang dibudidaya, tanaman holtikultura lainnya seperti tomat, terong, cabai
hingga daun bawang juga ikut dibudidayakan.

Tak hanya mengedukasi cara tanam yang ramah lingkungan, program ecofarming juga
mengajarkan petani di Kampung Tabrik untuk memanfaatkan air hujan yang mengalir ke green
house dan turun ke embung. Nantinya air dalam embung tersebut dapat digunakan untuk
menyiram tanaman, sedangkan sisanya dapat terserap ke dalam tanah melalui sumur resapan.

Anda mungkin juga menyukai