Anda di halaman 1dari 10

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of Benefit)

Layanan Rawat Inap di Indonesia

Analysis of Practice Pattern Inpatient Coordination of Benefits in Indonesia

Fera Mutiara Dewi¹, Budi Hidayat2

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
1

2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Korespondensi: Fera Mutiara Dewi


e-mail: feramutiara79@gmail.com

Abstrak
Kepemilikan lebih dari satu asuransi (double insured) telah membuka peluang praktik Coordination of Benefit (COB) di Indo-
nesia. Pada era JKN saat ini, setiap orang selain memiliki asuransi yang bersifat wajib mereka pun memiliki asuransi keseha-
tan tambahan yang kepesertaanya bersifat tidak wajib. Pada praktiknya, beberapa penerapan COB masih ditemukan belum
sesuai dengan prinsip universal asuransi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik COB dan besaran biaya COB
yang terjadi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah rancangan studi observasional dengan desain cross sectional. Pe-
modelan dengan ekonometrik (two-part model) dilakukan untuk memisahkan proses antara praktik COB dengan besaran
biaya COB. Hasil penelitian menyatakan kovariat Usia, LOS dan penyakit sistem sirkulasi menunjukkan efek yang signifikan
dalam pengujian secara statistik. Kurangnya koordinasi antar provider dengan asuradur atau asuradur dengan asuradur yang
lain menyebabkan meningkatnya potensi moral hazard yang dilakukan baik oleh peserta maupun provider sehingga peserta
berpotensi mendapatkan cakupan ganda. Perlu dibuat organisasi khusus untuk mengelola COB dan dibuatnya regulasi COB.
Kata kunci: coordination of benefit, regulasi cob, two-part model

Abstract
Nowadays, some people may have double insurance. Besides having compulsory insurance that regulated by government,
they also have additional health insurance which is not mandatory. This condition has opened up opportunities for Coordi-
nation of Benefit (COB) in Indonesia, especially in JKN era. Unfortunately, in practice COB still not executed according to the
principle of general rules of insurance. This research seeks to analyze the practice of the COB and COB fee scale in Indonesia.
The method used is the observational study with cross sectional design. The modeling uses an econometric approach that
is a two-part model which separates the process between the COB practice and the COB funds. The result of the research
states that age covariate, LOS, and circulatory system diseases show significant effects in statistical testing. Lack of coordi-
nation between providers and assurer or between assurer and assurer, causes increasing potential moral hazard by both
participants and providers so that participants may get double coverage. The suggestions of this research are first the need
to create an independent organization that manages COB and second the need to made regulation of COB.
Keywords: Coordination of Benefit, COB Regulation, Two-Part Model

Pendahuluan
Sejak 1 Januari 2014, Indonesia telah menerapkan kesehatan. Namun demikian, bagi peserta yang telah
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan kepeser- menggunakan jaminan kesehatan perusahaan (Jam-
taan bersifat wajib. Sebelum JKN diimplementasikan, sostek atau asuransi komersial), kehadiran program
sebagian besar penduduk Indonesia mengeluarkan JKN yang wajib dapat memaksa peserta dan menim-
biaya sendiri (out of pocket) untuk mendapatkan pe- bulkan ketidaknyamanan. Hal ini karena sebelumnya
layanan kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar ta- mereka telah terbiasa menikmati paket manfaat dan
hun 2013 menunjukkan bahwa sumber pembiayaan pelayanan yang lebih baik.
kesehatan penduduk Indonesia baik rawat jalan Untuk mengantisipasi kekhawatiran tersebut,
maupun rawat inap masih didominasi oleh biaya Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) men-
sendiri (out of pocket) mencapai 67,9 persen untuk yatakan bahwa meskipun prinsip bisnis BPJS Kese-
rawat jalan dan 53,5 persen untuk rawat inap (Ke- hatan (asuransi sosial) dan asuransi komersial ber-
menkes, 2013). beda, keduanya dapat tetap saling bersinergi melalui
Adanya program JKN pada Januari 2014, disam- mekanisme koordinasi manfaat atau Coordination
but baik oleh peserta yang belum memiliki jaminan of Benefit (COB). Fungsi COB adalah untuk meng-

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of 89 Dewi & Hidayat


Tabel 1. Sumber Biaya Pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap Penduduk Indonesia Tahun 2013

Sumber Biaya Rawat Jalan Rawat Inap

Biaya Sendiri (Out of Pocket) 67,9 53,5

Askes/ASABRI 3,2 5,4

Jamsostek 2,0 3,5

Asuransi Swasta 0,7 1,8

Jamkesmas 14,2 15,6

Jamkesda 5,8 6,4

Jaminan Perusahaan 1,8 4,0

Sumber Lainnya 3,3 4,8

Lebih dari 1 sumber 1,1 4,9

Total 100 100


Sumber: Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

koordinasikan santunan/manfaat asuransi diantara daftar sebagai peserta COB sebanyak 234.636 orang
dua atau lebih asuradur yang menjamin orang yang (BPJS Kesehatan, 2016).
sama dengan tujuan untuk mencegah terjadinya Implementasi program JKN hingga saat ini tel-
pembayaran yang berlebih dari biaya yang harus ah memasuki tahun keempat, tentunya sudah cukup
dibayarkan (Ilyas, 2011). Dalam mekanisme COB, banyak peserta JKN yang memiliki AKT melakukan
peserta JKN memperoleh beberapa keuntungan yaitu program COB. Data di RS Umum Pusat Rujukan
memungkinkan naik kelas perawatan, mendapatkan Nasional tahun 2016 menunjukkan sebanyak 142
benefit yang tidak ditanggung dalam JKN, mendapa- pasien JKN melakukan kenaikan kelas perawatan
tkan perawatan lanjutan eksklusif, dan dapat berobat atas permintaan sendiri. Dari 142 pasien terbagi
ke RS swasta yang belum bekerjasama dengan BPJS menjadi 80% pasien naik ke kelas VIP dan 20% naik
Kesehatan. ke kelas utama.
Skema COB semakin diminati oleh perusahaan Praktik COB selain dilakukan oleh peserta BPJS
asuransi swasta. Hal ini karena pada 2019, ditarget- juga dilakukan oleh peserta AKT yang memiliki dua
kan seluruh masyarakat Indonesia telah menjadi pe- atau lebih produk AKT. Saat ini banyak keluarga yang
serta BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). BPJS memiliki cakupan ganda jaminan kesehatan. Tentun-
Kesehatan sebagai penjamin pertama telah mem- ya hal tersebut menjadi masalah yang cukup serius di
berikan manfaat yang cukup komprehensif sehing- dalam sistem asuransi kesehatan. Di bawah program
ga beban klaim asuransi kesehatan komersial dapat COB, asuradur kedua (pembayar sekunder) akan
berkurang. Peluang tersebut tidak disia-siakan oleh menanggung sebagian besar atau keseluruhan biaya
perusahaan asuransi kesehatan komersial yang ada yang tidak dijamin oleh asuradur pertama (pemba-
di Indonesia. BPJS Kesehatan mencatat sebanyak 52 yar primer). Namun pada praktiknya banyak peserta
perusahaan Asuransi Kesehatan Tambahan (AKT) yang mencoba untuk dapat mengambil keuntungan
telah menandatangani kerjasama skema COB (BPJS dengan mendapatkan penggantian yang jauh melebi-
Kesehatan, 2016). hi dari biaya aktual (Pamjaki, 2005)
Jumlah peserta JKN sampai dengan Februari Sebagai studi pendahuluan dilakukan analisa data
2017 yaitu 174.757.722 orang (68.5% dari jumlah klaim COB pada 5 AKT yang bekerjasama dengan
penduduk Indonesia). Jumlah kepesertaan asuransi salah satu TPA di Jakarta periode 2014 sampai den-
swasta baik produk individu dan grup tahun 2014 gan 2016. Diketahui sebanyak 36% adalah COB dari
sebanyak 7.659.139 orang atau 3% dari total popu- BPJS Kesehatan. Dari jumlah tersebut sebanyak 24%
lasi (OJK 2014). Jumlah peserta AKT yang telah ter- merupakan klaim COB dari rumah sakit pemerin-

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 90 Volume 2, Nomor2


tah, 48% dari rumah sakit swasta, sementara sisanya part model untuk y adalah sebagai berikut:
sebesar 26% tanpa keterangan. Produk AKT yang
menjadi pambayar kedua pun bervariatif, sebanyak
95% merupakan produk indemnity, 5% sisanya mer-
upakan produk cash plan. Jumlah besar klaim COBi (Mi) merupakan fungsi
Implementasi konsep COB (BPJS Kesehatan eksponensial dari kepemilikan AKT (IiT) dan berb-
dengan AKT atau AKT dengan AKT) di Indonesia agai independen variabel (x’i) :
telah berjalan lama. Namun pada praktiknya sering Mi = exp (I iTα + x’iβ)
ditemukan peserta atau provider mengambil keuntun- M adalah praktik COB; IiT adalah kepemilikan AKT
gan dari asuradur dengan mengajukan klaim COB (karakter T menunjukkan jenis produk AKT: in-
yang sebelumnya telah dijamin penuh oleh asuradur demnity, cash plan, managed care); x’i adalah deter-
pertama. Hal ini tentunya dapat menyebabkan over minan lain. Fungsi eksponen dalam persamaan di
insurance dan pada akhirnya meningkatkan biaya atas digunakan untuk memastikan nilai non-negatif
kesehatan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dari variabel dependen. Estimasi persamaan di atas
untuk memperoleh gambaran tentang pola praktik dapat dilakukan dengan Maximum Likelihood (ML),
COB di Indonesia dimana metode ML akan menghasikan parameter
estimasi yang konsisten dan efisien jika seluruh vari-
Metodologi Penelitian abel independennya exogenous, yaitu E (uiΙ IiT,x’i)=0.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif den- Dalam penelitian ini peneliti menganggap regresor
gan desain studi cross sectional. Unit observasi yang tidak memiliki masalah endogeinity. Hal ini dikare-
digunakan adalah data klaim. Informasi yang digali nakan data yang digunakan adalah merupakan data
mencerminkan data selama satu tahun, yaitu data klaim dari peserta asuransi kesehatan komersial yang
klaim rawat inap pada TPA X periode Januari sampai sebagian besar kepesertaannya merupakan otomasi
Desember 2016. Penelitian dilaksanakan pada bulan difasilitasi oleh perusahaan.
April sampai dengan Mei 2017. Tahap pertama dari two-part model digunakan un-
Variabel dependen yang akan diteliti adalah prak- tuk menganalisis probabilitas klaim COB. Estima-
tik COB dan besaran biaya COB. Variabel Indepen- tor yang digunakan pada tahapan ini adalah probit.
den utama yaitu jenis AKT (Indemnity, Cash Plan dan Hasil dari regresi probit terjadi penghilangan varia-
Managed Care). Variabel kontrol yaitu faktor predis- bel (omitted) untuk kovariat produk AKT, provider,
posing (jenis kelamin dan usia), enabling (provider dan payer penjamin pertama. Hal ini dimungkink-
dan payer penjamin utama) dan faktor need (kate- an karena ketiadaan variasi pada variabel atau pro-
gori diagnosa dan LOS). porsi kejadian COB sangat kecil. Sedangkan pada
Proses analisis menggunakan perangkat lunak tahap kedua untuk menganalisis besaran biaya COB,
Stata 13. Analisis menggunakan pendekatan ekono- setelah dilakukan penjajagan antara Poisson dan Neg-
metrik yaitu hurdle model atau two-part model. Two- ative Binomial (Negbin), peneliti memutuskan meng-
part model berasumsi bahwa proses satu dengan gunakan Negbin. Dasar pertimbangannya adalah data
lainnya merupakan proses yang harus dipisahkan. yang digunakan memiliki nilai varian lebih tinggi
Dalam hal ini bahwa keputusan untuk melakukan dari nilai rata-ratanya. Secara statistik tampak dari
praktik COB dengan besaran biaya klaim COB mer- hasil uji overdispersion yaitu (0.534; p<1%) serta
upakan dua proses yang berbeda. positifnya nilai parameter α (alpha) = 0.343. Hasil
Merujuk pada (Cameron & Trivedi 2005) didefi- uji LR Poisson versus Negbin, dengan nilai 633.378
nisikan bahwa variabel indikator biner (binary) d ((2x (476.031 – 159.342)) dan signifikan pada
= 1 untuk klaim dengan praktik COB dan d = 0 1%, serta nilai AIC dan
untuk klaim yang tidak dengan praktik COB. Den-
gan demikian maka biaya klaim COB y > 0 untuk Hasil
praktik COB dan y = 0 untuk non COB. Pada non Dalam penelitian ini terdapat jumlah total observasi
COB hanya dilakukan observasi Pr [d=0]. Sedang- 90.827 klaim rawat inap dan setelah dilakukan data
kan pada praktik COB, kondisional pada biaya y > cleaning menjadi 90.107 klaim rawat inap(Tabel 1).
0 merupakan fungsi f (y|d=1), untuk probabilitas Dikarenakan keterbatasan jumlah observasi pada
praktik COB f(.).(Cameron & Trivedi, 2009) Two- produk managed care yaitu hanya 1 observasi, untuk

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of 91 Dewi & Hidayat


Tabel 3 Deskripsi Statistik Keseluruhan Observasi
Variabel Mean Min Max
Praktik COB 0.0049 0 1
Besaran Biaya Klaim 40.585 1 149.879
Produk AKT 0.0008 0 1
Perempuana 0.508 0 1
Usia 24.755 0 91
RS_Swastab 0.999 0 1
Askeskomc 0.998 0 1
Kategori Diagnosa Infeksi Parasit R
Neoplasma 0.0470 0 1
Jiwa 0.0006 0 1
Syaraf 0.005 0 1
Mata 0.012 0 1
Telinga 0.0168 0 1
Sirkulasi 0.034 0 1
Pernafasan 0.109 0 1
Pencernaan 0.0896 0 1
Kulit 0.0220 0 1
Muskuloskletal 0.0213 0 1
Kemih 0.0675 0 1
Hamil 0.007 0 1
Perinatal 0.006 0 1
Kongenital 0.0002 0 1
Gejala 0.960 0 1
Racun 0.0494 0 1
Morbid 0.0002 0 1
Faktor lain 0.115 0 1
LOS 2.784 0 93
Observasi (n) = 90.107
Catatan: merupakan kelompok acuan (base line) dari ajenis kelamin; bprovider; cpayer penjamin pertama;
R
kategori diagnosa yaitu penyakit infeksi & parasit.

mencegah terjadinya bias pada analisis maka dilaku- 99,8% produk asuransi merupakan produk indemni-
kan penyederhanaan kategori produk AKT menjadi ty. Diagnosa yang sering muncul adalah kategori ge-
2, yaitu 0=indemnity dan 1=cashplan. jala dan tanda kelainan klinis dengan kode R dengan
Secara demografi, rerata usia peserta yang menga- rerata LOS yang terjadi yakni 3 hari. Rerata biaya
jukan klaim rawat inap adalah 25 tahun, dengan klaim yakni Rp.2.713.078, dengan nilai maksimal
51% berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 99,9% Rp.504.618.475.
peserta melakukan perawatan di RS swasta dengan

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 92 Volume 2, Nomor2


Tabel 4 Deskripsi Statistik untuk ObservasI dengan COB
Variabel Mean Min Max
Besaran Biaya COB 39.536 12.127 115.291
Produk AKT 0.167 0 1
Perempuan a
0.504 0 1
Usia 27.79 0 72
RS_Swasta b
0.923 0 1
Askeskom c
0.687 0 1
Kategori Diagnosa
Infeksi Parasit R
Neoplasma 0.791 0 1
Darah 0.002 0 1
Endokrin 0.013 0 1
Syaraf 0.015 0 1
Mata 0.004 0 1
Telinga 0.013 0 1
Sirkulasi 0.072 0 1
Pernafasan 0.085 0 1
Pencernaan 0.099 0 1
Kulit 0.011 0 1
Muskuloskletal 0.018 0 1
Kemih 0.065 0 1
Hamil 0.015 0 1
Gejala 0.063 0 1
Racun 0.049 0 1
Morbid 0.002 0 1
Faktor lain 0.115 0 1
LOS 4.409 1 24
Observasi (n) = 442
Catatan: merupakan kelompok acuan (base line) dari ajenis kelamin; bprovider; cpayer penjamin pertama;
R
kategori diagnosa yaitu penyakit infeksi & parasit.

Rerata usia peserta yang melakukan praktik COB minimal 12,12 atau senilai Rp.21.630 dan maksimal
adalah 28 tahun dengan proporsi perempuan 50,4%. 115,29 atau senilai Rp.176.680.106. Biaya minimal
Sebanyak 92.3% peserta melakukan rawat inap di merupakan biaya pemeriksaan laboratorium pada
RS swasta dengan penjamin utamanya 68,7% adalah kasus dengan diagnosa penyakit saluran pencernaan,
AKT dan sisanya adalah BPJS Kesehatan. Dari jenis sementara untuk biaya maksimal merupakan biaya
produk AKT sebanyak 83,3% adalah produk asur- perawatan pada kasus dengan diagnosa keganasan
ansi indemnity. atau neoplasma. Besaran biaya COB sesuai dengan
Diagnosa yang sering muncul adalah penyakit definisi operasional dalam penelitian ini adalah biaya
sistem pencernaan yakni sebesar 9,9% dengan rerata yang diajukan dan dijaminkan dalam praktik COB
yang terjadi selama 4,4 hari. Sementara untuk rera- setelah sebelumnya dijaminkan oleh payer (penja-
ta besaran biaya COB adalah sebesar 39,53 dalam min)pertama.
logaritma atau senilai Rp.2.443.410, dengan biaya

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of 93 Dewi & Hidayat


Tabel 5 Hasil Regresi Two-Part Model
Variabel Probit Negbin
-0.209
Produk AKT omitted
(0.023)
0.0027 0.043
Perempuana
(0.046) (0.024)
0.0025 0.002
Usia
(0.001) (0.000)
0.014
RS_Swastab omitted
(0.038)
-0.0765
Askeskomc omitted
(0.0271)
Kategori Diagnosa Infeksi Parasit R
0.157 0.094
Neoplasma
(0.0915) (0.0669)
0.120 0.131
Endokrin
(0.160) (0.0312)
0.220 0.0957
Penyakit sistem syaraf
(0.214) (0.109)
0.295 0.230
Penyakit mata & adnexa
(0.301) (0.199)
-0.0533 -0.133
Penyakit telinga
(0.184) (0.053)
0.297 0.123
Penyakit sistem sirkulasi
(0.093) (0.0563)
-0.262 0.0389
Penyakit sistem pernafasan
(0.0799) (0.361)
-0.0499 0.066
Penyakit sistem pencernaan (0.0561)
(0.088)
-0.102 0.0756
Penyakit kulit dan jaringan
(0.184) (0.0746)
-0.475 0.165
Penyakit pada sistem muskuloskletal
(0.286) (0.067)
0.0263 -0.0269
Penyakit saluran kemih & genital
(0.0915) (0.0512)
0.364 0.071
Kehamilan & kelahiran
(0.169) (0.068)
-0.121 -0.007
Gejala, tanda, kelainan klinik dan kelainan lab (0.040)
(0.094)
Keracunan, cedera dan beberapa penyebab dari -0122 0.146
luar (0.109) (0.0436)
-0.230 0.0636
Faktor lain
(0.295) (0.0436)
0.0367 0.0384
LOS
(0.053) (0.004)
N 90.107 442
-3.01 3.506
Constant
(0.0534) (0.051)
Catatan: merupakan kelompok acuan (base line) dari ajenis kelamin; bprovider; cpayer penjamin pertama; Rkategori
diagnosa yaitu penyakit infeksi & parasit. Robust standard error di dalam kurung.

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 94 Volume 2, Nomor2


Tabel 5 merupakan hasil regresi dari two-part error sehingga menghasilkan estimasi yang dapat di-
model yang mana Probit merupakan pemodelan un- interpretasikan dengan metodologi pseudo maximum
tuk mengestimasi praktik COB, sedangkan Negbin likelihood.
merupakan pemodelan untuk mengestimasi besaran
biaya COB. Hasil analisis dari two part model adalah Pembahasan
sebagai berikut: Praktik COB
a. Faktor Predisposing / Pendorong Banyaknya keluarga yang memiliki cakupan ganda
Kovariat perempuan menunjukkan hubungan jaminan kesehatan akan menjadi masalah serius da-
positif untuk praktik COB sebesar 0,0027 dan lam sistem asuransi kesehatan saat ini. Dengan adan-
besaran biaya COB sebesar 0,043. Ini berarti ya skema COB dapat mencegah terjadinya asuransi
jenis kelamin perempuan akan meningkatkan membayar manfaat yang melebihi nilai aktual ker-
praktik COB sebesar 0,27% dan meningkatkan ugian yang sebenarnya terjadi (Pamjaki, 2005). Di
biaya COB sebesar 4,3% dibandingkan laki-la- Indonesia sampai saat ini belum ada sebuah Badan/
ki. Untuk kovariat usia menunjukkan hubun- Organisasi tertentu yang khusus menangani COB.
gan positif sebesar 0,0025 untuk praktik COB Praktik COB hanya diterapkan dan dikelola oleh pe-
dan besaran biaya sebesar 0,002. Ini berarti se- rusahaan asuransi yang berkoordinasi langsung den-
tiap kenaikan usia 1 tahun akan meningkatkan gan perusahaan asuransi lain yang juga memberikan
praktik COB sebesar 0,25%, dan meningkat- pertanggungan kepada peserta untuk kasus yang
kan besaran biaya COB sebesar 0.2%. sama (Pamjaki, 2008).
b. Faktor Enabling / Pendukung Hasil penelitian memperlihatkan praktik COB
Pada kovariat RS swasta didapatkan hubun- tertinggi adalah untuk produk AKT indemnity
gan positif untuk besaran biaya COB sebesar (83,3%) yang disebabkan oleh kepesertaan ganda.
0.014, artinya provider RS swasta meningkat- Kepesertaan ganda dapat disebabkan oleh beberapa
kan biaya COB sebesar 1,4% jika dibanding- hal yaitu (1) suami istri yang merupakan pekerja
kan dengan provider RS pemerintah. Sementa- dan memenuhi persyaratan untuk mendapatkan cak-
ra pada kovariat askeskom terdapat hubungan upan asuransi kesehatan; (2) asuransi pekerja dan
negatif 0,0765, yang artinya jika payer penja- asuransi keluarga); (3) kepemilikan asuransi kelom-
min pertama merupakan AKT (asuransi kes- pok dan asuransi perorangan; dan (4) seseorang
ehatan komersial) maka besaran biaya COB yang bekerja di dua tempat yang pada kedua tempat
akan menurun sebesar 7,6% jika dibandingkan tersebut memberikan cakupan asuransi kesehatan
dengan BPJS yang merupakan payer penjamin kelompok. Selain itu, asuransi kesehatan komersial
pertamanya. baik kelompok dan perorangan di Indonesia um-
c. Faktor Need / Kebutuhan umnya adalah produk indemnity yang memberikan
Pada kovariat kategori diagnosa yang mem- penggantian biaya kesehatan sesuai dengan manfaat
berikan nilai paling signifikan adalah kehami- yang dimiliki peserta.
lan dan kelahiran yaitu 0,364 yang artinya Determinan yang paling berpengaruh dalam me-
kehamilan dan kelahiran akan meningkatkan nentukan probabilitas praktik COB adalah kovariat
praktik COB sebesar 36,4% jika dibanding- LOS yang secara statistik memberikan hubungan
kan dengan penyakit infeksi parasit. Selain itu positif paling signifikan dengan nilai koefisien 0,036
penyakit sistem sirkulasi akan meningkatkan atau 3,86%. Dalam deskripsi statistik LOS pada non
praktik COB sebesar 29,7% jika dibandingkan COB adalah 2,7 hari dan LOS pada praktik COB
dengan penyakit infeksi parasit. Hasil peneli- adalah 4,4 hari. Peningkatan LOS sejalan dengan
tian didapatkan bahwa penyakit mata dan ad- jenis produk AKT yang dimiliki peserta dalam pe-
nexa akan meningkatkan besaran biaya COB nelitian, yakni produk indemnity menjaminkan biaya
sebanyak 23% jika dibandingkan dengan pen- kesehatan selama peserta memiliki benefit kesehatan.
yakit infeksi parasit. Untuk lama hari rawat Kontrol produk indemnity terkait pemberian pe-
akan meningkat praktik COB sebesar 3,67% layanan dan metode pembayaran tidak seketat BPJS
dan meningkatkan biaya COB sebesar 3,8%. Kesehatan maupun AKT produk managed care.
Semua hasil estimasi diukur dengan menggu- Kovariat usia juga bernilai positif pada praktik
nakan metode ML dan pengukuran robust standard COB dengan nilai koefisien 0,002 atau 0,2% yang

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of 95 Dewi & Hidayat


berarti bahwa semakin tua seseorang maka sema- besar 1.4% dibandingkan dengan rumah sakit pe-
kin tinggi peluang untuk menjadi sakit (Pohlmeier merintah. Hampir seluruh observasi di dalam pene-
& Ulrich, 1995; Jürges, 2007; Deb & Trivedi, 2009). litian ini menerima pelayanan di rumah sakit swasta,
Meningkatnya praktik COB pada kovariat jenis ke- tentunya disebabkan kualitas pelayanan rumah sakit
lamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki swasta jauh lebih baik dibandingkan dengan rumah
sejalan dengan penelitian Fucsh (1978) tentang de- sakit pemerintah.
mand terhadap tindakan operasi yang menyatakan Sementara, jika payer penjamin pertama mer-
bahwa perempuan meningkatkan demand terhadap upakan asuransi kesehatan komersial maka besaran
pelayanan kesehatan. Dalam pengertian lain kondisi COB akan menurun sebesar 7.6% jika dibandingkan
perempuan lebih rentan terhadap kondisi jatuh sakit dengan BPJS Kesehatan sebagai payer penjamin per-
dibandingkan laki-laki yang akhirnya berpengaruh tama. Kejadian ini dapat disebabkan oleh cakupan
pada kunjungan perempuan ke fasilitas kesehatan yang diberikan oleh asuransi kesehatan komersial
Untuk kategori diagnosa yang paling signifikan cukup luas jika dibandingkan dengan BPJS Keseha-
adalah penyakit sistem sirkulasi dengan nilai koe- tan. Secara empiris selisih biaya yang diajukan pe-
fisien 29,7%. Dalam hal kategori diagnosa penyakit serta BPJS Kesehatan sebagai klaim COB merupakan
sistem sirkulasi cenderung meningkat seiring den- selisih biaya karena kenaikan kelas perawatan.
gan pertambahan usia. Sedangkan pada diagnosa Hasil uji statistik menunjukkan bahwa mening-
kehamilan dan kelahiran memiliki nilai koefisien katnya LOS berbanding lurus dengan meningkatnya
33%. Kategori diagnosa ini mencakup gangguan se- besaran biaya COB. Pemberian perawatan berlebih
lama kehamilan seperti false labour dan hyperemesis (over treatment) oleh provider tentunya akan mening-
gravidarum tidak akan dibahas dalam penelitian ini katnya LOS. Selain itu, belum adanya clinical pathway
dikarenakan penulis menganggap kondisi kehamilan yang menjadi standar pelayanan minimal dalam ska-
dan kelahiran telah direncanakan sebelumnya oleh la nasional di Indonesia mendorong provider untuk
peserta. memberikan pelayanan yang berlebih kepada peserta
Besaran Biaya COB AKT. Dengan diberlakukannya clinical pathway pada
Besaran biaya merefleksikan biaya aktual pasien skala nasional diharapkan mampu menurunkan over
yang dijamin dalam praktik COB sesuai jumlah hari supply and services yang sering terjadi sehingga dalam
rawat dan jenis perawatan. Dalam penelitian ini je- jangka panjang menurunkan besaran biaya aktual
nis produk indemnity sangat berpengaruh secara sig- COB.
nifikan pada besaran biaya COB jika dibandingkan Kategori diagnosa yang memberikan efek paling
dengan produk cash plan dan managed care. Atau signifikan dalam meningkatkan besaran biaya COB
dengan kata lain, produk cash plan dan managed care adalah penyakit mata dan adnexa jika dibanding-
menurunkan biaya COB sebesar 20% jika diband- kan dengan penyakit infeksi dan parasit. Hasil ini
ingkan dengan produk indemnity. Produk cash plan kontradiktif dengan kategori diagnosa yang sangat
pada umumnya ditujukan untuk memberikan san- mempengaruhi praktik COB yakni sistem sirkulasi.
tunan harian selama peserta menjalani rawat inap di Namun demikian, kedua kategori diagnosa tersebut
rumah sakit. Besarannya pun bervariasi tergantung sejalan dengan peningkatan usia dimana semakin
premi yang dibayarkan. Dan tentunya santunan yang tua seseorang akan semakin besar potensi mengidap
didapat peserta dari produk cash plan tidak seband- penyakit sistem sirkulasi, mata dan adnexa. Pen-
ing dengan biaya perawatan yang dijaminkan oleh yakit sistem sirkulasi seperti stroke dan penyakit
produk indemnity. jantung merupakan jenis penyakit degeneratif dan
Kepemilikan jaminan kesehatan lebih dari satu katastropik yang termasuk penyakit yang berbiaya
berpotensi menyebabkan dorongan kuat bagi ru- tinggi. Menurut WHO (2003), penyakit dapat dika-
mah sakit untuk lebih produktif dan menawarkan takan katastropik apabila menyebabkan pengeluaran
lebih banyak layanan kepada pasien. Hal ini tentun- pada anggaran rumah tangga sebesar 40% dari total
ya sangat memungkinkan rumah sakit memberikan pendapatan di luar biaya makan dan minum.
layanan yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pa- Praktik COB yang tidak seharusnya dapat mer-
sien (over supply of services). Hasil dari penelitian ugikan peserta asuransi yang akan memperpanjang
ini secara statistik menunjukkan bahwa rumah sakit polis. Hal ini karena semakin besar biaya klaim yang
swasta dapat meningkatkan besaran biaya COB se- harus dibayar oleh asuradur akan berbanding lurus

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 96 Volume 2, Nomor2


dengan peningkatan biaya premi. Regulasi COB san- Saran
gat dibutuhkan untuk memastikan prinsip asuransi Diperlukannya Badan/Organisasi yang khusus men-
dipatuhi baik oleh asuradur, peserta maupun provid- gelola COB dan perlu dibuatnya regulasi yang men-
er. Belum adanya regulasi baku yang mengatur se- gatur tentang praktik COB di Indonesia secara detail.
cara detail praktik COB di Indonesia semakin mem- Di dalamnya dapat diatur tentang sinergi maksimal
buka peluang terjadinya over insurance atau cakupan antara provider dan asuradur untuk menerapkan
ganda yang diterima oleh peserta. praktik COB yang ideal.
Tidak adanya sharing informasi untuk mengetahui
peserta yang memiliki polis asuransi lebih dari satu Daftar Pustaka
juga menjadi penghambat praktik COB. Jika asuransi Andersen, R.M., 1995. Andersen and Newman
tidak dapat bekerjasama maka sangat dimungkinkan Framework of Health Services Utilization. Jour-
untuk dijadikan target moral hazard dan fraud baik nal of Health and Social Behavior, 36(Desember),
yang dilakukan oleh peserta maupun provider. Se- hal.1–10. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.
bagai contoh pada proses BI checking yang dilaku- gov/pubmed/7738325.
kan pada praktik perbankan dalam pengajuan kredit BPJS Kesehatan, 2014. BPJS Kesehatan Telah Gan-
atau pinjaman bank, penerimaan peserta asuransi deng Puluhan Asuransi Swasta Lewat Skema Co-
baru pun dapat menambahkan proses checking saat ordination of Benefit (COB). Available at: https://
proses underwriting. Otorisasi proses tersebut dapat bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/50ff-
diberikan kepada suatu Badan/Organisasi yang in- d304e2c62f7e0e036a79e560ad7a.pdf [Diakses
dependen. Februari 28, 2017].
Sebagai lesson learned dalam penelitian ini, di BPJS Kesehatan, 2016. Penguatan Koordinasi Man-
Amerika praktik COB telah ditangani oleh suatu faat Optimalkan Pelayanan Bagi Peserta JKN-KIS,
Badan independen yang bernama Benefit Coordina- Available at: https://www.bpjs-kesehatan.go.id/
tion & Recovery Center (BCRC) yang bertugas un- bpjs/dmdocuments/7581dc0fad1c8a03ec-
tuk melakukan investigasi ketika seseorang memiliki c2049ea9f6df42.pdf.
asuransi lebih dari satu, membuat catatan agar tidak BPJS Kesehatan, 2015. Surat Edaran BPJS Kesehatan
terjadi pembayaran ganda untuk klaim yang sama No 32 Tahun 2015.pdf.
dan mengirimkan data asuransi kesehatan lainnya Cameron, A.C. & Trivedi, P.K., 2005. Microecono-
kepada para asuradur agar proses COB berjalan den- metrics Methods and Applications, New York: Cam-
gan benar (Gov, 2016)determine which insurance bridge University Press.
plan has the primary payment responsibility and the Cameron, A.C. & Trivedi, P.K., 2009. Microeconomet-
extent to which the other plans will contribute when rics Using Stata, Texas: A Stata Press Publication.
an individual is covered by more than one plan. Deb, P. & Trivedi, P.K., 2009. Demand for Medical
Care by Elderly. , 12(3), hal.313–336.
Kesimpulan dan Saran Gov, C., 2016. Coordination of Benefit. 07/11/2016
Kesimpulan 4:21 PM. Available at: https://www.cms.gov/Medi-
Produk indemnity merupakan produk AKT yang care/Coordination-of-Benefits-and-Recovery/Co-
paling mempengaruhi pola praktik COB dan ordination-of-Benefits-and-Recovery-Overview/
besaran biaya COB di Indonesia. Kovariat usia, Coordination-of-Benefits/Coordination-of-Bene-
LOS, penyakit sistem sirkulasi menunjukkan efek fits.html [Diakses Juni 15, 2017].
yang signifikan dalam pengujian secara statistik. Ru- Ilyas, Y., 2011. Asuransi Kesehatan Review Utilisasi,
mah sakit swasta merupakan provider yang paling Manajemen Klaim dan Fraud Cetakan Ke., Depok:
berperan dan BPJS Kesehatan merupakan payer per- Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indo-
tama paling berperan dalam meningkatkan praktik nesia.
dan besaran biaya COB. Belum adanya regulasi dan Jürges, H., 2007. Health Insurance Status and Physi-
badan khusus yang mengatur praktik COB dapat cian-Induced Demand for Medical Services in Ger-
membuka peluang terjadinya perilaku moral hazard many : New Evidence from Combined District and
dan fraud. Individual Level Data, Berlin.
OJK, 2014. Statistik Perasuransian Indonesia, Jakarta.

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of 97 Dewi & Hidayat


Available at: http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/ Asuransi Kesehatan Indonesia.
data-dan-statistik/asuransi/Documents/Pages/ Pohlmeier, W. & Ulrich, V., 1995. An Econometric
Perasuransian-Indonesia-2014/Statistik Perasur- Model of the Two-Part Decisionmaking Process
ansian Indonesia 2014.pdf. in the Demand for Health Care. The Journal of
Pamjaki, 2005. Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Ba- Human Resources, 30(2), hal.339–361. Available
gian B Agustus, 2. Y. Ilyas, ed., Depok: PAMJAKI. at: http://www.jstor.org/stable/146123%5Cn-
Pamjaki, 2008. Managed Care, Part A, Jakarta: Per- http://www.jstor.org/stable/pdfplus/146123.pdf?-
himpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Ahli acceptTC=true.

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 98 Volume 2, Nomor2

Anda mungkin juga menyukai