Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga yang
dibimbing oleh Bapak Ir. Budi Eko Prasetyo, M.MT.
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas semester empat dalam mata
kuliah Analisa Sistem Tenaga. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak akan begitu sulit untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai penulis, dengan rendah hati dan tangan
terbuka kami akan menerima masukan, saran dan usul untuk menyempurnakan
makalah ini. Adapun penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1) Bapak Ir. Budi Eko Prasetyo, M.MT selaku dosen mata kuliah Analisa
Sistem Tenaga yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu yang
bermanfaat.
2) Kedua orang tua, saudara serta teman teman kami yang telah mendukung,
membantu, dan memberikan doa restu.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
DASAR-DASAR SISTEM DISTRIBUSI......................................................3
2.1. Definisi Distribusi.................................................................................3
2.2. Klasifikasi Berdasarkan Tegangan.......................................................4
2.2.1. Jaringan Distribusi Tegangan Menengah...................................4
2.2.2. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah.......................................4
2.3. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran.........................................5
2.3.1. Saluran Udara.............................................................................5
2.3.2. Saluran Bawah Tanah................................................................6
2.4. Klasifikasi Berdasarkan Konfigurasi Jaringan.....................................7
2.4.1. Sistem Radial.............................................................................8
2.4.2. Sistem Loop...............................................................................8
2.4.3. Sistem Spindel...........................................................................9
iii
3.1.1.5.1. Lightning Arrester......................................................
3.1.1.5.2. Fuse Cut Out..............................................................
3.1.1.5.3. Automatic Recloser....................................................
3.1.1.5.4. Automatic Selectionizer.............................................
3.1.1.5.5. Automatic Vacum Switch..........................................
3.1.1.6. Switching............................................................................
3.1.1.6.1. Load Breaking Switch..............................................
3.1.1.6.2. Disconnecting Switch...............................................
3.1.2. Saluran Bawah Tanah..................................................................
3.1.2.1. Penghantar.........................................................................
3.1.2.2. Connector..........................................................................
3.2. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah..................................................
3.2.1. Saluran Udara................................................................................
3.2.1.1. Penghantar...........................................................................
3.2.1.2. Connector............................................................................
3.2.1.3. Isolator................................................................................
3.2.1.4. Tiang...................................................................................
3.2.2. Saluran Bawah Tanah....................................................................
3.3. Gardu Distribusi......................................................................................
3.4. Grounding...............................................................................................
3.4.1. Grounding JTM............................................................................
3.4.2. Grounding Gardu Distribusi........................................................
3.4.3. Grounding Lightning Arrester.....................................................
iv
BAB III PENUTUP............................................................................................
6.1. Kesimpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
PT. PLN (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang penyediaan listrik bagi seluruh penjuru masyarakat Indonesia
yang semakin hari semakin dibutuhkan. Seiring bertambahnya jumlah penduduk
dan kemajuan teknologi masa kini maka kebutuhan akan penggunaan listrik
semakin bertambah pula, sehingga kebutuhan akan adanya listrik ini menjadi
kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Selain jaraknya yang jauh, cuaca, pepohonan, dan alam sekitar juga dapat
menyebabkan gangguan pada Jaringan Distribusi. Oleh karena itu, maka diperlukan
peralatan-peralatan dan ilmu untuk menunjang kehandalan dan kualitas pada sistem
distribusi.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan sistem distribusi?
1.2.2 Apa saja klasifikasi pada sistem distribusi?
1.2.3 Apa saja komponen konstruksi Jaringan Tegangan Menengah?
1.2.4 Apa saja komponen konstruksi Jaringan Tegangan Rendah?
1.2.5 Apa saja proteksi yang digunakan pada sistem distribusi?
1.2.6 Bagaimana cara menjaga kehandalan dan kualitas pada sistem distribusi?
1.2.7 Bagaimana mekanisme kerja teknologi Hybrid pada kendaraan?
1.2.8 Apa saja kelebihan dan kekurangan teknologi Hybrid?
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami definisi tentang sistem distribusi.
1.3.2 Mengetahui macam-macam klasifikasi pada sistem distribusi.
1.3.3 Mengetahui komponen-komponen yang digunakan pada Jaringan
Tegangan Menengah.
1.3.4 Mengetahui Komponen-komponen yang digunakan pada Jaringan
Tegangan Rendah.
1.3.5 Mengetahui bagaimana proteksi pada sistem distribusi.
1.3.6 Mengetahui cara menjaga kehandalan dan kualitas pada sistem distribusi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai “Analisa Sistem Tenaga pada Distribusi”.
Masing-masing bab dipaparkan sebagai berikut.
DASAR-DASAR DISTRIBUSI
2.1. DISTRIBUSI
Keterangan:
1) Gardu Induk
2) Saluran Distribusi Primer
3) Trafo (20kV/380V)
4) Saluran Distribusi Sekunder
3
2.2. KLASIFIKASI BERDASARKAN TEGANGAN
4
2.3. KLASIFIKASI BERDASARKAN SISTEM PENYALURAN
5
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran
tenaga listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar
berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan
Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar
berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di
lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi
pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton
penopangnya.
a) Keuntungan:
• Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem
hantaran kabel bawah tanah.
• Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan
sistem kabel bawah tanah.
• Biaya pemasangan jauh lebih murah.
• Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.
• Mudah untuk perluasan jaringan.
b) Kerugian:
• Mudah mendapat gangguan
• Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.
• Terjadi banyak gangguan antar fasa, 3 fasa
6
akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal
meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
a) Keuntungan:
• Tidak mudah mengalami gangguan.
• Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.
• Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca
buruk, taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.
• Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.
b) Kerugian:
• Biaya pembuatan mahal.
• Gangguan biasanya bersifat permanent.
• Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan
menggunakan sistem hantaran udara.
• Banyak terjadi gangguan 1 fasa ke tanah.
7
2.4.1. SISTEM RADIAL
8
2) Bentuk close loop, bila dilengkapi dengan normally close switch
yang terletak pada salah satu bagian diantara gardu distribusi,
dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup.
9
Sistem ini memiliki keuntungan seperti, Penentuan bagian jaringan
yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan
demikian pola proteksinya akan lebih mudah. Dan Baik untuk dipakai di
daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi. Namun sistem ini
juga memiliki kerugian seperti memerlukan biaya investasi yang cukup
mahal.
10
Berikut merupakan keuntungan dan kerugian dari jaringan saluran udara:
Keuntungan :
Kerugian :
11
ANDONGAN
Sag atau andongan adalah jarak antara garis lurus horizontal dengan titik
terendah penghantar. Berat penghantar dihitung berdasarkan panjang
penghantar sebenarnya sebagai fungsi dari jarak andongan dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
3.1.1.2 Connector
12
d. Taping Clamp (untuk penyadapan dari saluran ke peralatan listrik
lainya)
3.1.1.3 Isolator
13
2. Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya
sebagai isolator. Semakin berat dan besar ukuran isolator tersebut akan
mempengaruhi beban penyangga pada sebuah tiang listrik.
14
Isolator regang (suspension insulator)
3.1.1.4 Tiang
Pada Jaringan Tegangan Menengah, digunakan tiang kayu, tiang besi, dan
tiang beton. Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan
beban kerja (working load) 200 daN, 350 daN dan 500 daN, dengan
panjang tiang 11 meter, 12 meter, 13 meter dan 14 meter.
a. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa
wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan,
15
dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
Namun saat ini tiang kayu telah jarang digunakan.
b. Tiang Baja
Jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Tergolong lebih mahal, pilihan
tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya
lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Penggunaan tiang Besi
diatur dalam SPLN 54:1983
16
c. Tiang Beton
Pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih
murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk
terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
Penggunaan tiang beton diatur dalam SPLN 93:1991
17
1 : Tiang awal
6 : Tiang akhir
7 : Sistem Pembumian
8 : Topang Tarik
9 : Topang Tekan
10 : Tiang Peregang
d : Jarak Gawang
18
B. Konstruksi Tiang Penumpu (line pole)
i. Tiang penumpu 0°‐15°, dengan 3 buah isolator tumpu dan 1 buah cross
arm;
ii. Tiang sudut kecil, 15°‐30° jenis line‐post, pin‐post, pin insulator dengan 2
buah Palang (double arming cross‐arm). Tiap fasa memakai 2 buah isolato
iii. Tiang sudut sedang, 30° – 60°, konstruksi isolator 2 set jenis suspension
atau long rod dan 1 buah isolator tumpu, untuk penghantar ditengah
Palang memakai 2 buah Palang (cross‐arm).
iv. Tiang sudut besar, 60° ‐ 90° Konstruksi pada tiang sudut besar ini
memakai 4 buah double arming cross‐arm. Konstruksi tiang awal, dengan
2 set isolator jenis suspension tiap fasa dan minimal 1 buah isolator line
post penghantar pada saluran tengah.
19
Konstruksi Tiang Akhir
Konstruksi tiang khusus adalah memakai tiang dengan working load besar
350 daN, 500 daN atau 2x200 daN dipergunakan untuk instalasi :
20
3.1.1.5 Proteksi
Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin
pengaruh gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta memberikan
perlindungan yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan
dalam hal terjadinya gangguan yang menetap (permanen).
21
Pemasangan LA sebelum FCO
22
nilai arus pengenal pengaman lebur sisi primer tidak melebihi 2,5 kali arus
nominal primer tranformator. Jika sadapan Lighning Arrester (LA)
sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse Link tipe–H. jika sebelum Fused Cut
Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K. Arus pengenal pelebur jenis letupan
(expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat)
menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974) – NEMA.
Spesifikasi Fuse Cut‐Out (FCO) dan Fuse Link (expulsion type) Tegangan
Menengah (Publikasi IEC No. 282‐2 – NEMA).
Relai penutup balik adalah relai yang dapat mendeteksi arus gangguan dan
memerintahkan PMT membuka (trip) dan menutup kembali.
23
1.2. Fungsi Relai Penutup Balik / PBO
Bila terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan tidak bisa
reclose lagi (lock – out ).
o Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang dari 0,6 detik), relai
memberi perintah reclose ke PMT .
o Jika gangguan masih ada, PMT akan trip kembali dan reclosing relai
akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama
(antara 15- 60 detik
24
o Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip kembali dan reclosing
relai akan melakukan reclose yang ke tiga setelah dead time t 3 .
25
Klasifikasi SSO
26
Gambar 3 : Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS
• Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip,
tegangan hilang. Setelah T3, semua AVS trip.
• PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.
• Setelah T1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.
• Setelah T2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.
• Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan
AVS2 lepas setelah T3.
• PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah T1 sedangkan
AVS2 sudah lock-out (pada saat masuk pertama tetapi hanya
merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari T2).
27
sebuah sistem penginterupsi hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam
sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem kabelnya yang full-
insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang
membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah. Sistem
pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali
yang terbuat dari baja anti karat sehingga dapat digunakan dalam berbagai
kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-friendly) dan tahan segala
kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga dapat
ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).
28
b) Disconnecting Switch (DS)
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan
secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus
dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk
pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS
pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
29
3.2. KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH
30
Radius pelayanan jaringan lebih kurang 300 meter dan tingkat tegangan
pelayanan dibatasi + 5 % dan – 10 %. Jenis tiang yang digunakan adalah
tiang beton berukuran panjang 9 m dengan kedalaman penanaman 6
adalah 160 daN, 200 daN, 350 daN dan 500 daN 1 kali panjang tiang.
Untuk Jaringan Tegangan Rendah, Beban Kerja (working load) tiang yang
dipakai (1 daN = 1,01 kg.gaya)
3.2.1 SALURAN UDARA
3.2.1.1 Penghantar
Saluran Udara Tegangan Rendah dengan Kabel pilin (twisted cable) ini
dapat dikonstruksikan pada :
1) Tiang yang berdiri sendiri dengan panjang tiang 9 meter dan
ditanam 1/6 kali panjang tiang.
2) Di bawah jaringan saluran udara tegangan menengah 3)
Pada dinding bangunan.
Penghantar yang dipergunakan adalah jenis penghantar kabel pilin
(NFAAX–T) dengan penghantar inti/fasa Alumunium murni dan Almelec
sebagai penghantar netral yang sekaligus sebagai messenger. Ukuran
kabel untuk kabel Fasa : 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2 (Alumunium murni),
dan untuk Netral : 54,6 mm2 (Almelec = Allumunium Alloy) Penghantar
Netral (N) dengan ukuran 3x35+N, 3x50+N, 3x70+N berfungsi sebagai
pemikul beban mekanis kabel atau messenger. Jangkauan operasi
dibatasi oleh batas‐batas tegangan +5% ‐10%, dengan pembebanan
yang maksimal. Konstruksi jaringan dengan tiang sendiri panjang 9
meter atau dibawah saluran udara TM (underbuilt) tidak kurang dari 1
meter dibawah penghantar SUTM.
Tinggi Andongan atau lenduran (sag) minimal 60 cm pada suhu 20°C
tanpa angin, rendah (20°C) tiang tidak menerima. atau 1(satu) meter
pada suhu penghantar 90°. Perhitungan harus dilakukan agar pada suhu
beban horizontal lain kecuali akibat berat beban penghantar itu sendiri.
Dalam kondisi khusus (listrik desa)jarak gawang dapat mencapai 60
meter.
SAG :
Jalan Umum 6 meter
31
Jalan Kecil 5 meter
Pekarangan 3 meter
Sungai 6 meter
32
3.2.1.2 Connector
a) Pole Bracket
Terdapat dua jenis komponen pole bracket :
33
Pengikat Pole Bracket pada tiang yang diikat mati dengan stopping
buckle.
Untuk konstruksi jaringan SUTR yang berdiri sendiri dipakai tiang beton
atau tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton yang dipakai dari
berbagai jenis yang memiliki kekuatan beban kerja (working load)
200daN, 350daN dan 500daN (dengan angka faktor keamanan tiang=2 )
Pada titik yang memerlukan pembumian dipakai tiang beton yang
dilengkapi dengan terminal pembumian. Pada dasarnya pemilihan
kemampuan mekanis tiang SUTR berlandaskan kepada empat hal, yaitu :
1) Posisi fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah, tiang sudut)
2) Ukuran penghantar
3) Jarak andongan (Sag)
4) Tiupan angin
Tiang Besi dipergunakan untuk konstruksi pada lingkungan dimana Tiang
Beton tidak mungkin dipasang. Penggunaan tiang beton H-type tidak
direkomen-dasikan karena tingkat kesulitan pemasangannya, dan lain-
lain pertimbangan. Jarak antar tiang pada SUTR tidak melebihi dari 50
meter.
34
Penyangga Tiang (Pole Support)
Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah (SKTR) secara umum tidak banyak
dipakai sebagai jaringan distribusi Tegangan Rendah, kecuali hanya
dipakai dalam hal :
35
3.2.2.1 Penghantar
Jenis kabel yang dipakai adalah jenis kabel bawah tanah berpelindung
mekanis NYFGbY dengan ukuran penampang dan KHA pada t=30°C dan
kedalaman penggelaran bawah tanah 70 cm sebagai berikut.
36
37
Jenis Kabel
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pasangan luar memakai
jenis kabel pilin (NFAAX–T) dengan inti Alumunium. Pada bagian yang
memasuki rumah pelanggan, kabel harus dilindungi dengan pipa PVC
atau flexibel conduit. Luas penampang penghantar yang dipakai 10mm2,
35 mm2, 50 mm2, 70 mm2.
Sambungan pelayanan yang memakai kabel tanah berisolasi dan
berselubung termoplastik dengan perisai kawat baja (NYFGbY) dengan
ukuran penampang kabel 16 mm2, 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, dan 95
mm2.
38
Area Pelayanan Sambungan Tenaga Listrik
Tegangan Rendah
Jauh jangkauan kabel dibatasi oleh tegangan jatuh (ΔV) sebesar 1 %.
Jarak kabel adalah jarak antara titik sambung pada JTR dengan papan
meter. Panjang kabel tidak melebihi 30 meter, sedangkan untuk listrik
pedesaan diperbolehkan sampai dengan 60 meter.
Kabel untuk pelayanan ini tidak dibenarkan menyebrang (crossing) jalan
raya.
39
Sambungan dengan beban kecil fasa ‐1 tidak boleh disambung
langsung pada PHB sistem fasa ‐3 pada saluran utama. Penyambungan
pelanggan kecil harus dilakukan pada PHB cabang
- Sambungan fasa ‐1 dari PHB khusus untuk sambungan fasa ‐1
- Sambungan fasa ‐3 dari PHB khusus untuk sambungan fasa ‐3
- Sambungan beban motor‐motor listrik dari PHB khusus untuk
sambungan instalasi tenaga.
Penampang penghantar Sambungan Tenaga Listrik Tegangan
Rendah (STLTR) sekurang kurangnya 10 mm2, dan sedapat mungkin
tidak menyebrang jalan raya. Panggunaan penghantar dengan ukuran
yang seimbang sesuai dengan besarnya beban pelanggan. Pelanggan
dengan daya kecil dipasok dari PHB cabang. Penghantar sirkit masuk
dilengkapi saklar sekurang‐kurangnya jenis No Fused Breaker (NFB)
Penghantar keluar dari PHB cabang ke pelanggan diproteksi dengan
pengaman lebur. HB khusus untuk sambungan instalasi tenaga.
Jaringan utama memakai kabel NYFGbY 4 x 95 mm2, sirkit
cabang memakai kabel NYFGbY 4 x 50 mm2 dan 4 x 25 mm2, sirkit akhir
memakai kabel NYY yang dilindungi dengan plastik conduit atau
NYFGbY. Instalasi distribusi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
40
pada ruko memakai kabel NYY atau NYFGby, sementara pada kompleks
perumahan memakai kabel NYFGbY. Setiap PHB‐TR maksimum 6 sirkit
keluar.
41
transformator distribusi dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu:
Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA
Pada gardu portal dimana transformator distribusi yang dipasang
pada kisaran 50kVA ~ 100kVA, maka PHB TR (papan hubung bagi
tegangan rendah ) yang dipasang adalah PHB TR 2 jurusan.
Gardu Portal 160 – 400 kVA
Pada gardu portal dimana transformator distribusi yang dipasang
pada kisaran 160kVA ~ 400kVA, maka PHB TR (papan hubung
bagi tegangan rendah ) yang dipasang adalah PHB TR 4 jurusan.
42
3.3.3. Gardu Portal
43
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari
konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di
lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Dibangun pada tempat-
tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton. Karena sifat
mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang
terbatas. Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama
gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di
angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada
untuk difungsikan sesuai tujuannya.
44
a) Circuit Breaker (CB) yang bekerja sebagai pembatas arus
nominal daya tersambung pelanggan.
b) Transformator Arus (CT)
3) Satu sel kubikel untuk sambungan kabel milik pelanggan
4) Satu set relai pembatas beban
5) Satu set alat ukur ( KWH meter, KVARH meter)
3.4. GROUNDING
Tujuan pembumian pada suatu sistem tenaga listrik secara umum adalah:
45
Lilitan sekunder atau sisi tegangan menengah transformator daya
pada Gardu Induk dihubungkan secara bintang (Y). Titik netral lilitan
dibumikan melalui:
46
penghantar pembumian lightning arrester dengan titik netral sisi Tegangan
Rendah transformator distribusi dihubungkan secara mekanis (di bonding)
di bawah tanah. Pada pada gardu portal dan gardu cantol, penghantar
pembumian lightning arrester disatukan dengan badan transformator dan
selanjutnya dibumikan.
Misal:
a) Jaringan dialam terbuka gangguan yang terjadi disebabkan pohon, petir
dan binatang.
b) Jaringan yang mempergunakan kabel bawah tanah, gangguan yang
terjadi disebabkan terpacul atau beban lebih.
Untuk itu setiap pemadaman yang terjadi akibat gangguan atau di sengaja
atau terencana terdapat indek keandalan yaitu: suatu besaran untuk
membandingkan penampilan misal sistem distribusi, dua indeks keandalan yang
paling sering digunakan dalam sistem distribusi adalah indeks pemadaman rata-
rata (f) dan indeks lama pemadaman rata-rata (d) Tingkat Keandalan kontinuitas
penyaluran bagi pemanfaat tenaga listrik adalah berapa lama padam yang terjadi
dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memulihkan penyaluran kembali
tenaga listrik. Secara ideal tingkat keandalan kontinuitas penyaluran dibagi atas 5
tingkat:
47
b) Tingkat ‐ 2 : Pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam. Mengisolasi
penyebab gangguan dan pemulihan penyaluran kurang dari 1 jam.
Umumnya pada sistem dengan pasokan penyulang cadangan atau
sistem loop.
c) Tingkat ‐ 3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada
sistem yang mempunyai sistem SCADA.
d) Tingkat ‐ 4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem
dengan fasilitas automatic switching pada sistem fork.
e) Tingkat ‐ 5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada
pasokan tenaga listrik, misalnya pada sistem spotload, transformator
yang bekerja parallel.
4.1. SAIDI
Dimana:
m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun t
i = Lamanya tiap-tiap pemadaman
Ci = Jumlah pelanggan yang mengalami pemadaman
C = Jumlah pelanggan yang dilayani
Indeks keandalan ini dapat juga di hitung dari angka keluar komponen
yang menyebabkan pemadaman dan waktu pemulihan pelayanan.
48
Dimana:
Ai = angka keluar komponen yang menyebabkan pemadaman
Xi = panjang penyulang atau jumlah unit komponen
n = jumlah komponen yang keluar menyebabkan pemadaman
m = jumlah dari fungsi kerja yang terlibat dalam pemulihan pelayanan
Cij = jumlah pelanggan per unit yang mengalami pemadaman selama
=llangkah demi langkah dari operasi (j = indeks dari operasi kerja)
tij = Waktu yang diperlukan dalam langkah demi langkah dari operasi
= kerja pemulihan
4.2. SAIFI
Dimana:
m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun
Ci = Jumlah pelanggan uang mengalami pemadaman
49
N = Jumlah pelanggan yang dilayani
Indeks keandalan ini dapat dihitung dari angka keluar komponen yang
menyebabkan pemadaman:
Dimana:
I = angka keluar komponen yang menyebabkan pemadaman (indeks
= dari komponen)
Xi = Panjang penyulang atau unit komponen
Ci = Jumlah pelanggan per unit yang mengalami pemadaman
N = Banyaknya komponen yang keluar yang menyebabkan pemadaman
50
= {1 x 5000 + 1 x 1000 + 1 x 5000 + 1 x 4000 + 1 x 2000}/55.000
= 0,31 kali/tahun.
Lama pemadaman rata-rata SAIDI:
= {1,75x1x2000}/55.000
= 0,376 jam/tahun.
a. Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan
drop.
b. Impedansi konduktor - semakin besar impedansi, semakin besar tegangan
drop.
51
σ : konduktivitas bahan penghantar Cu = 56;
Alumunium = 32,7
v : jatuh tegangan [volt]
u : jatuh tegangan [%]
: panjang saluran (bukan panjang penghantar) [meter
L sirkuit]
5.2. FLICKER
52
Kelip Tegangan adalah Impresi ketidak stabilan pada sensasi visual yang
diakibatkan oleh stimulasi cahaya yang luminensinya atau distribusi
spektrumnya berubah terhadap waktu akibat fluktuasi tegangan oleh beban
peralatan listrik seperti tanur busur listrik ( arc furnace ), pengasutan motor,
dan siklus on/off dari beban listrik besar.
5.3. HARMONISA
53
Harmonisa arus dapat menyebabkan penurunan faktor daya (PF - true
power factor) meski faktor daya fundamental-nya (cos phi ) tetap baik.
Karena itu level harmonisa arus di titik sambung pelanggan harus dijaga agar
tidak melebihibatasan tertentu sehingga level harmonisa tegangan diseluruh
sistem tenaga listrik masihmemenuhi persyaratan. Batasan distorsi harmonisa
tegangan untuk tingkat tegangan sistem yang berbeda ditunjukkan pada tabel
dibawah ini.
54
CATATAN 1: Tegangan yang termasuk pada tabel diatas merujuk pada
SPLN No. 1 Tahun 1995, Tegangan-Tegangan Standar.
Mitigasi harmonisa arus pada suatu sistem tenaga listrik pelanggan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
55
pemindahan lokasi kapasitor bank ke titik lokasi yang lebih
tepatataupun dengan mengubah kapasitas kapasitor bank.
Diambil data dari Gardu Induk Pakis data per Januari 2019
Diketahui:
Gardu Induk Pakis memili 2 Busbar; 10 Penyulang dengan total daya 80
MVA.
Dengan melihat single line diagram Gardu Induk PAKIS terdapat 10 penyulang
dan ada 2 penyulang merupakan pelanggan bisnis yaitu penyulang Gunung Jati dan
Velodrom. Dan penyulang lainnya merupakan rumah tangga. Dengan begitu
dimisalkan kedua atau salah satu penyulang tersebut dipadamkan karena gangguan
atau pemeliharaan maka indeks LOLP akan tinggi yang dapat diartikan sistem
tersebut jelek karena tidak mampu menyuplai beban yang memilki income yang
tinggi dibanding penyulang lainnya.
56
BAB III
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
57
Sistem Distribusi merupakan suatu sistem aliran energi listrik bersumber
dari outgoing transformator Gardu Induk dan diteruskan menuju pelanggan
(dalam hal ini adalah alat Pengukur dan Pembatas konsumen). Selama penyaluran
energi listrik teedapat beberapa komponen penting guna menenuhi kebutuhan
energi listrik di pelanggan, yakni penghantar, gardu distribusi, panel hubung bagi,
dan sampai ke alat pengukur dan pembatas. Proses mengalirnya energi listrik yang
didukung dengan adanya konstruksi serta proteksi. Sehingga, dalam proses
perencanaan, pengadaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan dan perawatan harus
mengikuti standard yang berlaku guna menjaga kehandalan dan kualitas sistem
aliran energi hingga ke pelanggan
58