Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan klipping ini sebagai mana
yang telah direncanakan. Klipping ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Rawa.
Klipping ini disusun dari beberapa sumber yang menjelaskan tentang Rawa yaitu
pengertian rawa, ciri-ciri rawa, jenis-jenis rawa, dan manfaat rawa. Saya sangat
berharap semoga klipping ini dapat berguna bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari pada sempurna, maka
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan klipping
ini. Atas kritik dan saran dari pembaca saya ucapkan terima kasih.

                                                                                     Palangka Raya, September 2019

Penyusun

                                                                                                      
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata
pengantar.................................................................................,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,................ I
Daftar isi........................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Rawa..............................................................................................................
B.     Ciri-ciri rawa....................................................................................................................
C.     Jenis-jenis rawa................................................................................................................
D.    Manfaat rawa...................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................
B.     Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... III
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Lahan rawa di Indonesia cukup luas dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu
Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua). Menurut Widjaja-Adhi et al. (1992), luas
lahan rawa Indonesia sekitar 33,40 juta ha, yang terdiri atas rawa pasang surut 20 juta ha
dan rawa lebak 13,40 juta ha.
            Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang
dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal.
Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”,
“marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Pemahaman dalam mengelola rawa sangatlah penting. Sebaiknya dengan
mempertahankan fungsi ekologis kawasan tersebut dalam penggunaannya untuk
keperluan kehidupan seperti pemukiman, pertanian, perikanan dan lain-lain. Pengelolaan
yang bijaksana dengan melakukan penataan ruang, dan pengawasan yang ketat dari pihak
pemerintah dapat ditentukan mana kawasan rawa yang dapat dikelola dan yang harus
dipertahankan fungsi ekologisnya. Saat ini perikanan Indonesia dalam waktu yang relatif
singkat telah mampu memberikan sumbangan yang substansial dalam pembangunan
perekonomian. Secara keseluruhan, perikanan mempunyai peranan dan posisi vital dalam
pemenuhan kebutuhan gizi protein, kesempatan kerja, penerimaan devisa dan
pengembangan wilayah (Baharsyah 1990).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rawa Air Tawar

Rawa merupakan ekosistem perairan menggenang yang relatif dangkal, didnding landai
dan daerah litoralnya sangat produktif. Ekosistem rawa air tawar merupakan kosistem
dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh
beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada
berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi
rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah
ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau akar
napas maupun seperti penupang pohon.

B.     Ciri-Ciri Ekosistem Rawa Air Tawar.


Ciri-ciri rawa yaitu:
1.      kedalaman dangkal
2.      ph sekitar 6
3.      airnya keru dan tidak baik dikomsumsi
4.      biota rawa sebagai berikut:
a.       Tumbuhan, di rawa terdapat beberapa tumbuhan yaitu enceng
gondok, kangkung, teratai, dan beberapa tumbuhan monokotil
lainnya.
b.      Hewan, di rawa terdapat beberapa yaitu:
1.        Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya
melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2.      Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3.       Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di
permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya
serangga air.
4.        Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya siput.
5.       Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup
pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak
bebas, misalnya cacing dan remis.

C.    Jenis-jenis rawa


1.   Menurut Jenis lahan, rawa dibagi menjadi :
a.   Rawa pasang surut (RPS)
Lahan rawa pasang surut adalah suatu wilayah rawa yang dipengaruhi oleh gerakan
pasang surut air laut yang secara berkala mengalami luapan air pasang. Jadi lahan rawa
pasang surut dapat dikatakan sebagai lahan yang memperoleh pengaruh pasang surut air
laut atau sungai-sungai sekitarnya. Bila musim penghujan lahan-lahan ini tergenang air
sampai satu meter di atas permukaan tanah, tetapi bila musim kering bahkan permukaan
air tanah menjadi lebih besar 50 cm di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring
tides) di musim hujan, bagian daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area)
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona. Klasifikasi zona-zona wilayah rawa ini telah
diuraikan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), dan agak mendetail oleh Subagyo (1997).
Ketiga zona wilayah rawa tersebut adalah
Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau
Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawar
Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut,  (anonim, 2006. buku lahan
rawa).
b.  Rawa non pasang surut (RNPS) / Rawa Lebak
Secara istilah, rawa lebak berasal dari bahasa jawa lebak yang berarti lembah atau dataran
yang rendah. Akan tetapi, secara umum, rawa lebak merupakan suatu daratan yang seriap
tahunnya mengalami genangan minimal selama tiga bulan dengan genangan minimal 50
cm. rawa lebak juga disebut dengan istilah rawa pedalaman karena kedudukannya yang
menjorok jauh dari muara laut atau sungai. Lahan rawa lebak sendiri adalah rawa lebak
yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, atau segala
hal yang sudah mendapat campur tangan manusia
2. Berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup, rawa dibedakan menjadi
beberapa jenis, yakni:
a) Rawa Swamp
Swamp merupakan daerah lahan bahan basah yang selalu digenangi oleh air. Pada
umumnya daerah ini ditumbuhi flora seperti lumut, rumput – rumputan, semak-semak,
dan tumbuhan jenis pohon.
b) Rawa Marsh
Rawa jenis marsh merupakan daerah lahan basah (sama seperti swamp). Perbedaannya
ada pada jenis flora yang hidup di daerah tersebut. Adapun jenis floranya seperti jenis
lumut-lumutan, rumput-rumputan, dan alang-alang.
c) Rawa Bog
Lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, tetapi lahan bagian dalamnya
penuh air (bersifat basah).
d) Rawa Pasang Surut
Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah
(pasang-surut), hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut. Bakau
adalah tanaman yang sering ada di daerah ini.

3. Berdasarkan letaknya, rawa bisa dibedakan menjadi 3 macam, yakni:


a) Rawa Dataran Rendah
Rawa dataran rendah terjadi di daerah depresi yang membentuk permukaan datar dan
cekung. Air rawa ini berasal dari air hujan, air tanah, dan air sungai, serta kaya akan
mineral. Rawa ini ditumbuhi oleh tumbuhan autotrophic. Gambut yang terbentuk di
daerah ini berasal dari sisa-sisa tumbuhan autotrof.
b) Rawa Dataran Tinggi
Rawa jenis ini terletak di daerah tinggi (daripada daerah disekitarnya) dan memiliki
permukaan cekung. Sumber air rawa jenis ini berasal dari air hujan dan airnya tidak
begitu asam.
c) Rawa Peralihan
Rawa jenis ini sebagian tanahnya bisa digunakan sebagai lahan pertanian
4. Berdasarkan pergantian airnya, ada dua jenis rawa, yaitu :
a.     Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian
Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·      Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan
tidak dapat dijadikan air minum, kadar keasaman air mencapai 4,5.
·      Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme yang hidup.
·      Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal

b.     Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian


Rawa yang airnya mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·      Airnya tidak terlalu asam.
·      Banyak organisme yang hidup
·      Dapat diolah menjadi lahan pertanian.

D.    Manfaat Rawa


Rawa dapat dimanfaatkan antara lain untuk usaha perikanan darat dan empat rekreasi.
Oleh karena itu, keberadaan rawa harus dijaga guna keseimbangan lingkungan.
Manfaat rawa bagi kehidupan kita adalah :
1.    Seperti enceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioas dan barang-barang
kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding, dan lain-lain.
2.    Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut.
3.    Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat.
4.    Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.

Potensi dan pengelolaan rawa


Rawa dapat menjadi tempat sumber cadangan air, yaitu dengan menyerap dan
menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya. Rawa masih dapat diupayakan untuk
kegiatan pertanian jika dilakukan reklamasi terhadap rawa tersebut. Kendala utama yang
dihadapi dalam rangka reklamasi dan pengembangan wilayah rawa adalah tingkat
kemasaman tanah yang tinggi dan ketersediaan unsur hara dalam tanah yang rendah.
E.     Rawa yang diteliti
Rawa yang letaknya di Palaguna, berdasarkan jenis lahan, rawa ini termasuk rawa
non pasang surut/rawa lebak dan berdasarkan sumber airnya termasuk rawa tadah hujan.
 Lahan rawa tadah hujan adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal 1
bulan) Daerah rawa tadah hujan merupakan daerah ekosistem yang sangat digenangi air
dan airnya dipengaruhi hujan. Daerah rawa tadah hujan merupakan daerah ekosistem
yang sangat beragam baik spasies atau temporal.

a.    Pengertian Rawa Tadah Hujan


            Rawa tadah hujan (lebak) merupakan tipe perairan spesifik yang mengalami
pergantian dari fase teresterial ke fase Aquatik, menyediakan sumber pakan dan tempat
hidup bagi berbagai jenis ikan air tawar.
            Rawa tadah hujan merupakan kawasan rawa yang genangan airnya dipengaruhi
air hujan atau luapan sungai. Rawa tadah hujan biasanya berada di antara dua sungai
besar di dataran rendah. Berbeda dengan rawa pasang surut yang genangan airnya
dipengaruhi pasang surut air laut harian, rawa tadah hujan tergenang selama musim hujan
dan berangsur-angsur kering pada musim kemarau.
            Ada tiga jenis rawa tadah hujan (lebak) berdasarkan tinggi dan lama genangan.
Lebak pematang atau dangkal, bila genangannya kurang dari 50 cm selama kurang dari 3
bulan; lebak tengahan, dengan genangan air antara 50 – 100 cm selama 3 – 6 bulan; dan
lebak dalam bila genangan airnya lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan. Kawasan
lebak dalam yang menghasilkan produksi ikan secara alami dikenal dengan istilah lebak
lebung.

b.      Karakteristik Rawa Tadah Hujan


          Lahan rawa lebak tengahan, tinggi permukaan airnya 50 cm – 100 cm dan lama
genangan air 3 – 6 bulan. Lahan rawa tadah hujan atau rawa lebak dangkal umumnya
mempunyai tingkat kesuburan tanah yang tinggi, karena pengayaan endapan lumpur yang
dibawa air sungai.
            Setiap tahun lahan rawa tadah hujan pada umumnya mendapat endapan lumpur
dari daerah yang lebih tinggi. Sehingga walaupun kesuburan tanahnya tergolong sedang
tetapi keragamannya sangat tinggi antar wilayah atau lokasi.
c.       Pemanfaatan Rawa Tadah Hujan
           Pemanfaatan rawa tadah hujan sebagai sumber ikan sudah berlangsung sejak lama.
Aktivitas penangkapan ikan dilakukan pada akhir musim penghujan atau awal musim
kemarau sampai pada akhir musim kemarau. Pada musim penghujan di mana air sungai
besar melimpah, rawa tadah hujan akan terisi air dan ikan akan memasukinya. Ketika
musim kemarau, air kembali ke sungai besar. Pada saat itu di pintu masuk rawa tadah
hujan dipasang jebakan dan perburuan ikan di rawa tadah hujan dilakukan. Sampai
sekarang pola penangkapan ikan dengan sistem pemanfaatan rawa tadah hujan masih
berlanjut dikelola secara tradisional, oleh marga (Djausal, 1996) didalam ngoberengoh.

d.      Biota rawa


Biota yang terdapat yang di rawa yang kami teliti yaitu enceng gondok, kankung, dan
dibagian pinggir terdapat rumput-rumputan. Dan hewan yang terdapat berupa ikan,
cacing, laba-laba, semut, dan siput.

e.       Masalah dan Kendala Pengembangan


            Masalah utama pengembangan lahan rawa tadah hujan dalam bidang perikanan
adalah kondisi air yang fluktuatif serta masa berairnya yang tergolong cukup pendek
sehingga akan terjadi kekeringan sebelum mencapaipuncak musim kemarau. Sedangkan
untuk usaha pertanian adalah kondisi air yang fluktuatif dan sering tidak terduga.
Hidrotopografi yang beragam dan belum tertata dengan baik. Kebanjiran pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rawa merupakan ekosistem perairan menggenang yang relatif dangkal, didnding landai
dan daerah litoralnya sangat produktif.  Ekosistem rawa air tawar merupakan kosistem
dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar
6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh
beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada
berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi
rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah
ada pula yang  menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau akar
napas maupun seperti penupang pohon.

Saran
Jumlah eceng gondok yang meningkat di ekosistem rawa dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem sehingga perlu adanya penanganan seperti konservasi rawa atau
memberi kontrol biologis seperti memberi ikan grass capr yang memakan eceng gondok.

Anda mungkin juga menyukai