Anda di halaman 1dari 58

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes

2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Kata “diabetes” artinya ‘mengalir terus’, sedangkan “mellitus”

artinya ‘manis’. Disebut diabetes karena penderitanya selalu minum dalam

jumlah banyak (polidipsia), kemudian mengalir terus berupa urin. Disebut

“mellitus” karena urin penderita penyakit ini mengandung gula (glukosa).

Kadar glukosa orang sehat waktu puasa sekitar 80-100 mg/dl dan di bawah

140 mg/dl pada dua jam sesudah makan. Diabetes mellitus merupakan

suatu penyakit menahun atau kronis yang ditandai oleh

hiperglikemia,yaitu kadar glukosa darah melebihi nilai normal. Penyakit

yang biasa disebut DM ini akan menimbulkan komplikasi yang berakibat

fatal, seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan

mudah mengalami aterosklerosis jika dibiarkan tidak terkendali [ CITATION

Kri14 \l 1057 ].

Menurut American Diabetes Assosiation (ADA) tahun 2010,

daibetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya (Priantoro & Sulistianingsih,2014).

Diabetes adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan

kadar glukosa darah disebabkan oleh karena adanya penurunan sekresi

insulin. Pada DM tipe 1 penurunan sekresi itu disebabkan oleh karena

kerusakan sel beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada DM tipe 2

7
8

penurunan sekresi itu disebabkan oleh berkurangnya fungsi sel beta yang

progresif akibat glukotoksisitas, lipotoksitas, tumpukan amilod dan faktor

faktor lain yang disebabkan oleh resistensi insulin di samping faktor usia

dan genetik [ CITATION Suy11 \l 1057 ].

Diabetes melitus merupakan penyakit sistemis,kronis, dan

multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia.

Gejala yang timbul adalah akibat kurangnya sekresi insulin yang cukup,

tetapi tidak efektif. Diabetes melitus sering kali dikaitkan dengan

gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik [ CITATION Bar09 \l 1057 ].

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Pada tahun 1997, Expert Comittee on the Diagnosis and

Classification of Diabetes Mellitus of the American Diabetes Association

menerbitkan klasifikasi baru diabetes melitus: Tipe 1 adalah diabetes

melitus atau insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) dan Tipe 2 atau

non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM). Faktor-faktor yang

dikaitkan dengan IDDM dan NIDDM adalah genetik, hereditas,

autoimunitas, dan lingkungan [ CITATION Bar09 \l 1057 ].

Secara umum klasifikasi WHO 1980 sudah mulai diterima tetapi

kemudian masuk berapa usul dan komentar mengenainya sehingga dalam

klasifikasi baru WHO 1985, hal ini telah ditampung dan diperbaiki. Hal

yang paling penting adalah ditambahkannya “Malnitrition Related

Diabetes Mellitus” sebagai subklas utama,sejajar dengan IDDM dan

NIDDM. Tetapi kembali ADA 1997 tidak memasukan MRDM dalam

klasifikasi tersendiri tetapi dimasukkan kedalam DM tipe lain. Dalam


9

terminologi juga terdapat perubahan dimana pada klasifikasi WHO 1985

tidak lagi terdapat istilah tipe 1 dan tipe 2. Tetepi karena istilah ini sudah

mulai dikenal umum maka untuk tidak membingungkan maka kedua

istilah ini masih dapat dipakai tetapi tanpa mempunyai arti khusus seperti

implikasi etiopatogenik. Istilah ini pun kemudian kembali digunakan oleh

ADA pada tahun 1997,sehingga DM tipe 1 dan tipe 2 merupakan istilah

yang saat ini dipakai ketimbang NIDDM (DMTTI) dan IDDM (DMTI)

[ CITATION Suy11 \l 1057 ].

Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia) pada tahun

2002 mengelompokkan diabetes dalam 4 jenis yakni DM tipe 1, DM tipe

2, Gestasional diabetes, dan diabetes tipe lain :

1. Diabetes Mellitus tipe 1

Dahulu disebut insulin-de umumnya timbul sebelum penderita berumur

40 tahun. Jenis diabetes ini yang pertama kali dikenal. Penderita

diabetes jenis ini mengalami kerusakan sel-sel pada pulau langerhans di

dalam pankreas yang memproduksi insulin. Umumnya kerusakan

disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh yang disebut

autoimmun. Gannguan sistem kekebalan ini diduga juga berkaitan

dengan faktor genetik. Reaksi autoimunitas dapat juga dipicu oleh

adanya infeksi pada tubuh. Penderita diabetes tipe 1 umumnya memiliki

kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita.

Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya

normal, terutama tahap awal. Namun, perawatan diabetes tipe 1 harus

berkelanjutan, tepat, serta disiplin dalam pemeriksaan dan pengobatan


10

yang dijalankan. Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1

harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl). Beberapa

dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl untuk penderita yang

bermasalah dengan angka yang lebih rendah. Sampai saat ini diabetes

tipe 1 tidak dapat dicegah. Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan

penggunaan insulin. Pengawasan terhadap tingkat glukosa darah

dilakukan secara teliti melalui alat monitor pengujian darah. Tanpa

insulin, akan terjadi ketosis dan diabetic ketoacidosis sehingga bisa

menyebabkan koma, bahkan kematian. Pemberian insulin umumnya

melalui injeksi.

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Dahulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau

diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Diabetes jenis ini terjadi

karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi” dan “resistensi

terhadap insulin” atau “berkurangnya sensitivitas terhadap insulin”

(adanya efek respon jaringan terhadap insulin).Tahap awal abnormalitas

yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada

tahap ini,hiperglikemia dapat diatasi,salah satunya dengan penggunaan

obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin

atau mengurangi produksi glukosa dari hati. Namun, semakin parah

penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang sehingga terapi dengan

insulin kadang dibutuhkan. Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi jika

dibandingkan dengan DM tipe 1. Diabetes jenis ini umumnya


11

timbulnya setelah berumur 40 tahun. Faktor yang mempengaruhi

timbulnya diabetes jenis ini, di antaranya riwayat diabetes keluarga,

usia lanjut, obesitas, pola makan, dan aktivitas fisik yang kurang.

Walaupun proses terjadinya DM tipe 2 juga dipengaruhi oleh faktor

genetik, bentuk cara penurunannya belum diketahui dengan jelas.

Tampaknya hal tersebut berkaitan dengan resistansi insulin sehubungan

dengan kegemukan. Pasalnya, 50-90% penderitanya overweight.

Diabetes tipe 2 awalnya diatasi dengan peningkatan aktivitas fisik,

pengaturan makanan (pengurangan asupan karbohidrat), dan

pengurangan berat badan. Tujuannya untuk mengembalikan kepekaan

hormon insulin. Langkah berikutnya dengan pemberian obat

antidiabetes jika diperlukan.

3. Diabetes Mellitus gestasional

DM gestasional (gestational diabetes mellitus, GDM) disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin dalam

jumlah yang memadai selama proses kehamilan. GDM timbul sekitar 2-

5% dari terjadi kehamilan. Diabetes jenis ini mempunyai

kecenderungan untuk berkembang menjadi DM tipe 2. GDM dapat

membahayakan kesehatan ibu dan janin. Akibat yang

ditimbulkan,antara lain permasalahan macrosomia (bayi lahir dengan

berat badan melebihi normal), kecacatan janin, dan penyakit jantung

bawaan. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan

sendirinya setelah persalinan [ CITATION Kri14 \l 1057 ].


12

2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Manifestasi klinis DM ringan sampai berat :

Keadaan Patologis Manifestasi Klinis


Hiperglikemia dan glikosuria Poliuria, polidipsia, gatal pada

(diuresis osmotik). tubuh, dan vaginitis.


Cellular starvation (sel Polifagia dan kelelahan.

kekurangan bahan bakar).


Metabolisme karbohidrat, lemak, Berat badan menurun dan merasa

dan protein tidak efisien. lemah.


Hiperosmolaritas (ada dehidrasi). Turgor kulit buruk, takikardia,

dan hipotensi.
Koma ketoasidosis hiperosmolar. Tanda-tanda diabetes

ketoasidosis atau HHNK.


Sumber : [ CITATION Bar09 \l 1057 ].

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dari

tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu

mendapatkan perhatian ialah :

1. Keluhan Klasik :

a) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus

menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan

penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal

ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,

sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk

kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain

yaitu sel lemaak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak

dan otot sehingg menjadi kurus.


13

b) Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan

sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c) Banyak minum

Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan

yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan.

Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang

berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

d) Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi

glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu

merasa lapar.

2. Keluhan lain :

a) Gangguan saraf tepi / Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu

malam, sehingga mengganggu tidur.

b) Gangguan penglihatan

Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan

yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali

agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

c) Gatal / Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula
14

dikeluarkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapt

timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk

peniti.

d) Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak

secara terus teraang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan

budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,

apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

e) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang

dirasakan [ CITATION Suy11 \l 1057 ] . Menurut [ CITATION Kri14 \l 1057 ]

tanda-tanda diabetes mellitus adalah tiga serangkai yang klasik tentang

gejala kencing manis adalah poliuria (sering kencing), polidipsia (sering

merasa kehausan), dan polifagia (sering merasa lapar). Gejala awal

tersebut berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang

tinggi. Jika kadar gula lebih tinggi dari normal, ginjal akan membuang air

tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh

karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,

penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria). Akibat

lebih lanjut adalah penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga

banyak minum (polidipsia). Selain itu, penderita mengalami penurunan

berat badan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Untuk

mengkompensasikan hal tersebut, penderita sering kali merasakan lapar


15

yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagia). Gejala diabetes

lainnya yang timbul, diantaranya pandangan kabur, pusing, mual, dan

berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Selama itu,

penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

1. Gejala khusus penderita diabetes tipe 1

Gejala yang timbul pada penderita diabetes tipe 1 secara tiba-tiba dan bisa

berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan

ketoasidosis diabetikum. Penyebab terjadinya ketoasidosis adalah kadar

gula di dalam darah yang tinggi. Namun, sebagian besar sel tidak dapat

menggunakan gula tanpa insulin sehingga sel mengambil energi dari

sumber yang lain, seperti lemak. Sel lemak yang dipecah akan

menghasilkan keton. Keton merupakan senyawa kimia beracun yang bisa

menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih

yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. Selain itu,

pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk

memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti bau

aseton. Tanpa pengolahan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang

menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.

Sebelum menjalani pengobatan, penderita diabetes tipe 1 hampir selalu

mengalami penurunan berat badan karena kekurangan insulin yang berat..

setelah menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami

ketoasidosis jika mereka melewatkan 1 kali penyuntikan insulin atau

mengalami stress akibat infeksi, kecelakaan, atau penyakit yang serius.


16

2. Gejala khusus penderita diabetes tipe 2

Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami penurunan berat

badan. Bahkan, penderita diabetes jenis ini bisa tidak menunjukkan gejala-

gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah,

timbullah gejala berupa sering berkemih dan sering merasa haus, tetapi

jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai

lebih dari 1000 mg/dl), penderita akan mengalami dehidrasi berat yang

bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan

yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non ketotik penyebabnya

adalah stress, infeksi, atau obat-obatan.

Gejala lain yang ditimbulkan, diantaranya kesemutan, gatal, mata kabur,

dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita.

Pada penderita yang tidak begitu berat, peningkatan kadar gula darahnya

tidak begitu mencolok sehingga harus dilakukan tes toleransi terhadap

glukosa. Tes toleransi glukosa berguna untuk mengetahui kemampuan

tubuh dalam mengatur kadar gula darah.

Tanda-tanda pasti diabetes mellitus adalah adanya kenaikan kadar gula

darah yang lebih dari normal. Pada individu yang normal, kadar gula

dalam keadaan puasa berkisar 60-80 mg/dl, sedangkan setelah makan

(postpandrial) 120-160 mg/dl. Orang yang toleransi glukosanya normal

mempunyai risiko yang lebih besar untuk timbulnya diabetes mellitus jika

toleransi glukosa pernah abnormal dan toleransi glukosa berpotensi

abnormal.

2.1.4 Etiologi Diabetes


17

1. Diabetes tipe I

Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.

Komplikasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan

(misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta

[ CITATION Sme02 \l 1057 ].

2. Diabetes tipe II

Menurut [ CITATION Nov15 \l 1057 ] dan [ CITATION Sus06 \l 1057 ],

etiologi dari diabetes mellitus adalah : Kelainan genetik. Diabetes dapat

menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena

kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan

insulin dengan baik.

a. Usia. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang

secara dramatis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun.

Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan

tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat

badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap

insulin.

b. Stres berat. Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari

makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk

meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin memiliki efek

penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi lemak dan

gula itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena

diabetes.
18

c. Pola makan yang salah. Kurang gizi atau kelebihan berat badan

sama-sama meningkatkan resiko kena diabetes. Kurang gizi

(malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk

berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).

d. Mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung karbohidrat.

Kadang tubuh tidak sanggup memproses karbohidrat yang terlalu

banyak menjadi energi dengan cepat sehingga tingkat gula darah bisa

meningkat hanya dalam hitungan jam.

e. Kurang olah raga. Berolahraga setiap hari bisa membantu mengatur

tingkat gula dalam darah. Sebaliknya kurang berolahraga bisa membuat

gula darah meningkat.

f. Infeksi, penyakit dan operasi. Biasanya kadar gula darah naik lebih

cepat dibandingkan pada orang yang tidak sakit atau mengalami infeksi.

g. Obat – obatan. Mengkonsumsi beberapa jenis obat juga bisa

meningkatkan kadar gula. Penghambat reseptor angiotensin

(Angiotensin-Receptor Blockers/ARBs) dan penghambat enxim

pengubah angiotensin (Angiotensin-Converting Enzyme/ACE)[CITATION

Fit09 \l 1057 ].

h. Kontrol insulin. Naiknya gula darah juga bisa disebabkan oleh

kurangnya produksi insulin dalam tubuh.

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus


19

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti

dengan sel yang rusak. Tubuh juga memerlukan energi supaya sel dapat

berfungsi dengan baik. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang

kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.

Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk

dulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama

glukosa dibakar melalui proses kimia yang hasil akhirnya adalah

timbulnya energi yangdisebut metabolisme. Dalam proses metabolisme,

insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan

glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan

bakar. Insulin dikeluarkan oleh sel beta pankreas. Pada diabetes, jumlah

insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik

(resisteni insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena

ada kelainan di dalam sel itu sendiri pinu masuk sel tetap tidak dapat

terbuka hingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dimetabolisme.

Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar glukosa darah

meningkat (Suyono,2011).

2.1.6 Diagnosis Diabetes Melitus

Diabetes didiagnosis pada setiap orang yang kadar glukosa puasa

plasmanya mencapai 126 mg/dl (SI, 7 mmol/L) atau lebih tinggi pada dua

hari yang berbeda. Diabetes juga didiagnosis jika pasien memiliki glukosa

a. 200 mg/dl (SI, 11,1 mmol/L) atau lebih selama 2 jam setelah mendapat

larutan dalam uji toleransi glukosa.


20

b. 200 mg/dl atau lebih tinggi pada setiap uji glukosa plasma ada dua hari

yang berbeda (diambil sewaktu dan tidak menghiraukan makan

terakhir) dan adanya gejala diabetes.

Untuk membantu evaluasi dan memeriksa komplkasi, dapat dilakukan tiga

uji lainya :

1. Uji hemoglobin glikosilat (HbA) memantau keefektifan terapi jangka

panjang pada pasien yang sebelumnya didiagnosis diabetes. Uji ini

menunjukkan berbagai kadar hemoglobin yang menggambarkan kadar

glukosa darah rata-rata selama 2-3 bulan sebelumnya.

2. Pemeriksaan oftalmologi dapat menunjukkan retinopati diabetik.

3. Urinalisis menentukan adanya aseton dalam urine.

Beberapa orang mengalami pradiabetes, suatu keadaan tengah-tengah

antara metabolisme glukosa normal dan diabetes. Pradiabetes

meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke. Sekitar 41

juta penduduk Amerika yang berusia 40 sampai 74 tahun mengalami

pradiabetes.

Dua bentuk pradiabetes meliputi :

1. Glukosa puasa terganggu, didiagnosis pada pasien yang kadar glukosa

plasma puasanya mencapai 100 sampai 125 mg/dl (SI, 5,6 sampai 6,9

mmol/L).

2. Gangguan toleransi glukosa, yaitu hasil uji toleransi glukosa oral

melebihi normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai

diabetes 140 sampai 199 mg/dl (SI 7,8 sampai 11 mml/L), 2 jam setelah

pasien memakan 75 gram glukosa [CITATION Ary11 \l 1057 ].


21

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi dari penyakit diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi

kompikasi yang bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut memerlukan

indakan pertolongan yang cepat. Sementara itu, komplikasi kronis atau

bersifat menahun timbul setelah penderita mengidap diabetes selama 5-10

tahun atau lebih [ CITATION Kri14 \l 1057 ].

1. Komplikasi akut diabetes menurut [ CITATION Sme02 \l 1057 ] ada 3

komplikasi yaitu :

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau

kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3

mmol/L) [ CITATION Boe111 \l 1057 ].

b. Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak

cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan

gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga

gambaran klinis yang penting yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan

asidosis.

c. Sindrom Hipergikemik Hiperosmolar Nonketotik

HHNK merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran (self of

awareness).

2. Komplikasi Jangka Panjang menurut [ CITATION Sme02 \l 1057 ] kategori

komplikasi kronis diabetes yaitu :


22

a. Komplikasi makrovaskuler meliputi penyakit arteri koroner, penyakit

serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer [ CITATION Sme02 \l 1057 ].

b. Komplikasi mikrovaskuler diabetik (atau mikroaniopati) ditandai oleh

penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Membran basalis

mengelilingi sel-sel endotel kapiler. Ada dua tempat yaitu retina mata

dan ginjal.

1. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik adalah sebuah kondisi komplikasi diabetes akibat

rusaknya pembuluh darah pada jaringan sensitif mata bagian belakang

(retina), yang mempengaruhi retina dan dapat berakibat hingga

menyebabkan kebutaan. Jika kadar gula darah terlalu tinggi, maka

lensa alami mata akan membengkak sehingga pandangan menjadi

kabur [CITATION Fit09 \l 1057 ].

2. Nefropati Diabetik

Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran

selaput penyaring darah. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan

merusak selaput penyaring. Gangguan ginjal menyebabkan fungsi

ekskresi, filtrasi, terganggunya hormon ginjal. Gejala nefropati

diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak

pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,

mengalami penurunan berat badan [ CITATION Fit09 \l 1057 ].

3. Neuropati Diabetik
23

Kondisi dimana kadar gula darah tinggi dan berlangsung dalam waktu

yang lama dapat merusak pembuluh darah dan sistem saraf.

Komplikasi kerusakan saraf, membuat fungsi sistem saraf dalam

mengirim pesan-pesan ke otak atau ke bagian tubuh lainnya

mengalami kesulitan. Jika penderita diabetes mempunyai komplikasi

kerusakan saraf, mungkin mereka akan merasakan kehilangan rasa

pada bagian tubuhnya (Holistic Health Solution:2011).

Berdasarkan kerusakan pada jenis saraf neuropati dibedakan menjadi :

a. Kerusakan saraf motorik (neuropati motorik)

Saraf motorik merupakan saraf yang bertugas membawa pesan dari

otak ke otot, dan merangsang otot untuk bergerak, mengakibatkan

hilangnya aktivitas otot pada kaki atau tangan. Jari-jari tangan maupun

kaki dapat melengkung dan menonjol keluar, serta jari-jari melemah.

b. Kerusakan saraf sensorik (neuropati sensorik)

Saraf sensorik bertugas menghantarkan rangsangan dari tubuh ke otak.

Saraf ini yang dapat membuat orang merasakan sakit, panas, maupun

rasa lain. Kerusakan pada saraf ini akibat diabetes melitus awalnya

membuat kaki menjadi sakit dan sensitif. Namun lama-kelamaan kaki

menjadi kebal dan mati rasa (tidak dapat merasakan apa-apa).

c. Kerusakan saraf otonom (retinopati otonom)

Ada enam akibat utama neuropati otonom yaitu :

a. Kardiovaskuler, yang terdiri dari 3 manifestasi yaitu frekuensi

jantung yang meningkat (takikardia) tetap menetap, hipotensi

ortostatik, dan infark miokard tanpa nyeri atau silent.


24

b. Gastrointestinal. Kelambatan pengosongan lambung dapat terjadi

dengan gejala khas seperti perasaan cepat kenyang, mual dan muntah.

c. Urinarius, retensi urin, penurunan kemampuan untuk merasakan

kandung kemih yang penuh dan gejala neurogenic bladder yang

memiliki predisposisi untuk mengalami infeksi saluran kemih.

d. Kelenjar adrenal (hipoglycemic unawareness), menyebabkan tidak

adanya atau kurangnya gejala hipoglikemia.

e. Neuropati sudomotorik, yaitu tidak adanya atau berkurangnya

pengeluaran keringat “anhidrosis” pada ekstremitas yang disertai

dengan peningkatan kompensatorik perspirasi dibagian tubuh lain.

Kekeringan pada kaki membawa resiko timbulnya ukus kaki.

f. Disfungsi seksual, khususnya impotensi laki-laki.

Neuropati sering sekali memengaruhi bagian tungkai dan kaki dan

mungkin penderita tidak bisa merasakan adanya lepuh atau luka pada

kakinya. Kemudian luka dapat menjadi infeksi dan beberapa kasus

yang serius mungkin harus dilakukan amputasi. Hal ini dapat dicegah

dan dihindari dengan caradilakukan pemeriksaan setiap hari pada

kaki, periksa adanya bengkak, kemerahan, dan rasa panas pada kaki

(Holistic Health Solution:2011)

2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut [ CITATION Was11 \l 1057 ] tujuan utama terapi atau pelaksanaan

dari diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insuin dan kadar


25

glukosa darah. Jangka pendek tujuannya adalah menghilangkan keluhan

atau gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk

jangka panjang, tujuannya yaitu mencegah penyulit, baik makroangiopati,

mikroangiopati, maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan

morbiditas dan mortalitas DM. Pilar utama pengelolaan diabetes mellitus

diantaranya adalah :

1. Perencanaan Makan atau Penatalaksanaan Diet

Modifikasi diet dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Mellitus disebut sebagai Terapi Gizi Medis (TGM). Kunci

keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota

tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu

sendiri). Prinsip pengaturan makan pada pasien DM yaitu makanan

yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

masing-masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya

keteraturan makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada pasien

yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin [ CITATION

Sep12 \l 1057 ].

2. Latihan Jasmani

Pengendalian berat badan merupakan manajemen yang dilakukan

untuk menurunkan atau mengontrol berat badan pada rentang badan

normal. Pengendalian berat badan dapat dilakukan dengan cara

melakukan latihan fisik dan perencanaan makan [ CITATION Ily11 \l

1057 ].
26

3. Tujuan latihan fisik adalah mencapai kontrol metabolik yang baik pada

diabetes, menurunkan kelebihan berat badan, meningkatkan kapasitas

kerja fisik , meningkatkan kualitas hidup dan perasaan sejahtera dan

meningkatkan fungsi kardiovaskuler. Prinsip olahraga diabetisi sama

saja dengan prinsip olahraga secara umu, yaitu memenuhi frekuensi,

intensitas, time (durasi), dan tipe (jenis). Hal yang perlu diperhatikan

setiap kali melakukan olahraga adalah tahap (urutan kegiatan).

Tahapan dari latihan jasmani yang pertama adalah pemanasan (warm

up). Kedua latihan inti (conditioning), ketiga pendinginan (cooling-

down) dan keempat peregangan (stretching) [ CITATION Sep12 \l 1057 ].

4. Terapi

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan

berbagai komplikasi. Pencapaian target pengendalian diabetes selain

mengupayakan perubahan perilaku, juga diperlukan perencanaan

makan yang sesuai dan aktifitas fisik yang memadai serta bila perlu

dapat dilakukan dengan bantuan beberapa cara lain seperti : insulin dan

obat hiperglikemik oral (OHO) [ CITATION Sep12 \l 1057 ].

5. Pendidikan atau Penyuluhan

Menurut [ CITATION Sme02 \l 1057 ], pasien bukan hanya harus belajar

keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari

penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi

juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk

menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Pendekatan umum

untuk mengelola pendidikan diabetes adalah dengan membagi


27

informasi dan ketrampilan menjadi dua tipe utama, yaitu (1)

ketrampilan serta infomasi yang bersifat dasar (basic), awal (initial),

atau bertahan (survival), dan (2) pendidikan tingkat lanjut tentang

ketrampilan bertahan hidup seperti belajar memodifikasi diet serta

insulin dan tindakan preventif untuk menghindari komplikasi jangka

panjang. Tindakan preventif tersebut mencakup : perawatan kaki,

perawatan mata, hygiene umum (misalnya perawatan kulit, kebersihan

mulut), penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan

kadar lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah).

2.2. Konsep Ulkus Kaki Diabetes

2.2.1 Pengertian Ulkus Kaki Diabetes

Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi diabetes yang berkaitan

dengan morbiditas, yang disebabkan oleh makrovaskuler (kerusakan

pembuluh darah besar) dan mikrovaskuler (kerusakan pembuluh darah

kecil). Komplikasi ini diperkirakan terjadi kurang lebih 15% dari semua

pasien dengan diabetes, dengan risiko terjadinya kekambuhan dalam 5

tahun sebesar 70% dan menjadi 84% penyebab amputasi kaki pada

penderita diabetes. Pasien diabetes yang mengalami amputasi mempunyai

angka mortalitas dalam 5 tahun pasca amputasi sebesar 39-80% [ CITATION

Yud16 \l 1057 ].

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik

yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik [ CITATION

Sur07 \l 1057 ].

2.2.2 Etiologi Ulkus Kaki Diabetes


28

Menurut [ CITATION Sur07 \l 1057 ] etiologi ulkus kaki diabetes adalah :

1. Diabetik neuropati.

Neuropati perifer adalah penyebab utama pada luka diabetik di kaki.

Neuropati adalah suatu gangguan saraf yang menghasilkan kerusakan

atau hilannya fungsi dalam jaringan terutama pada serabu saraf. Pada

pasien dengan diabetik neuropati dapat disebabkan oleh iskemik karena

penebalan pembuluh darah yang mensuplai saraf atau demyelinisasi

saraf (destruksi pada sarung proteksi myelin pada sekeliling saraf),

yang memperlambat konduksi impuls. Polineuropati, atau kerusakan

multiple tipe saraf dan bentuk yang paling umum adalah neuropati pada

pasien dengan diabetik, pada kaki. Trineuropati yang mencakup :

a. Hilangnya sensasi

b. Hilangnya fungsi gerak

c. Hilangnya fungsi autonomik (sistem saraf autonomik yang

mengontrol otot halus, kelenjar dan organ viseral).

Kematian dan degenerasi saraf sensori (sensori neuropati) yang dapat

karena iskemik dan demyelinisasi. Pasien akan mengalami

ketidakmampuan dalam merasakan nyeri sehingga akan mengkontribusi

terjadinya injuri pada kaki. Kematian dan degenerasi saraf pergerakan

(motor neuropati), otot pada anggota tubuh khususnya otot instrinsik

pada kaki (pada permukaan plantar) adalah yang dapat menyebabkan

kelainan bentuk struktur dan footdrop. Perubahan degeneratif

meningkatkan risiko pasien jatuh dan lebih lanjut injuri pada kaki.

2. Peripheral vascular diseases.


29

Pada peripheral diseases ini dapat terjadi karena arteriosklerosis dan

aterosklerosis. Para arteriosklerosis adalah menurunnya elastisitas

dinding arteri. Pada aterosklerosis adanya akumulasi “plaques” pada

dinding arteri dapat berupa; kolesterol, lemak, sel-sel otot halus,

monosit, pagosit dan kalsium. Untuk kedua tipe ini dapat dibedakan

sebagai berikut :

Pada diabetik : multi segmen, dapat melibatkan pembuluh yang

berdekatan menjadi tersumbat, melibatkan pembuluh darah

berkolateral, melibatkan kedua ekstremitas bagian bawah (bilateral),

keterlibatan pembuluh; arteri tibia, arteri peroneal, pembuluh kecil dan

arteriole, gangren; pada area kaki dan jari-jari.

Bukan diabetik : segmen tunggal, tidak melibatkan pembuluh yang

berdekatan menjadi tersumbat, pembuluh berkolateral secara normal,

tidak melibatkan kedua ekstremitas (unilateral), pembuluh yang

terlibat adalah arteri aortik, iliak arteri, femoral arteri, gangren; dapat

meluas (extensive).

Menurut [ CITATION Ani13 \l 1057 ] etiologi ulkus kaki diabetes adalah :

1. Faktor Sirkulasi atau Gangguan Pembuluh Darah

Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel

pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita

DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah

perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki).

Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang dan

timbul ulkus yang kemudian berkembang menjadi nekrosis atau gangren


30

yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah

dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan

degenerasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati.

Dari kasus ulkus/gangren, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat

munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembangnya

bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri tersebut akan

tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah

pasien DM yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (visikositas)

yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi

dan oksigen jaringan tidak cukup, yang kemudian menyebabkan luka

sukar sembuh. Keadaan hiperglikemia terus menerus akan mempunyai

dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan

relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah tubuh

menurun, terutama kaki dengan gejala sakit pada tungkai bila berdiri,

berjalan, dan melakukan kegiatan fisik, kaki diraba terasa dingin/tidak

hangat, nyeri pada malam hari, sakit pada telapak kaki, luka sukar sembuh,

tekanan nadi menjadi lemah, dan terjadi perubahan warna kulit (pucat atau

kebiru-biruan).

2. Faktor infeksi

Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, dimana secara umum

penderita diabetes lebih rentan terkena infeksi. Hal ini dikarenakan

kemampuan sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang


31

pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Infeksi ini harus

dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru

pada luka. Kuman pada luka akan berkembang cepat ke seluruh tubuh

melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis.

Gangren termasuk kedalam infeksi tersebut. Gangren adalah jaringan

nekrosis yang disebabkan adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada

bagian tubuh sehingga supali darah terhenti. Gangren terjadi akibat proses

inflamasi yang memanjang, perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja

atau terbakar), proses degeneratif, dan gangguan metabolik. Selain

penurunan daya tahan tubuh, penurunan sirkulasi darah kaki dapat

menghambat proses penyembuhan luka, yang akibatnya kuman dapat

masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.

2.2.3 Tanda dan Gejala Ulkus Kaki Diabetes

Menurut [ CITATION Sur07 \l 1057 ] manifestasi klinis ulkus kaki diabetes

adalah umumnya pada daerah plantar kaki, kelainan bentuk pada kaki;

deformitas kaki, berjalan yang kurang seimbang, adanya fiura dan kering

pada kulit, pembentukan kalus pada area yang tertekan, tekanan nadi pada

area kaki kemungkinan normal, ABI (ankle brachial index) normal, luka

biasanya dalam dan berlubang, sekeliling kulit; dapat terjadi selulitis,

hilang atau berkurangnya sensasi nyeri, xerois (keringnya kulit kronik),

hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis, eksudat yang tidak

begitu banyak, dan biasanya luka tampak merah.

2.2.4 Patofisiologi
32

Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi

terjadiya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik

kaitannya dengan adanya pengaruh pada syaraf yang terdapat pada kaki

dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer. Pada pasien dengan

diabetik sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan

sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan “peripheral vascular

diseases”. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf.

Diabetik neuropati berdampak pada sistem saraf autonomi, yang

mengkontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dengan

adanya gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi

perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah.

Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian

antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan

untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi

neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis; yang

memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat

menimbulkan infeksi dan mengkontribusi untuk terjdinya gangren.

Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mepengaruhi

pada saraf sensori dan sistemmotor yang mengakibatkan hilangnya sensasi

rasa nyeri, tekann dan perubahan temperatur [ CITATION Sur07 \l 1057 ].

2.2.5 Klasifikasi Ulkus Kaki Diabetes

Sistem klasifikasi ulkus kaki diabetes menurut Wagner

Derajat 1 ulkus diabetik superfisial.


33

Derajat 2 ulkus yang meluas ke ligament, tendon, kapsul sendi, atau fascia

dengan tanpa abses atau osteomielitis.

Derajat 3 ulkus dalam dengan abses atau osteomielitis.

Derajat 4 gangren pada sebagian kaki.

Derajat 5 gangren luas pada seluruh kaki [ CITATION Cla09 \l 1057 ].

2.2.6 Patogenesis Molekuler Pada Penyembuhan Luka

a. Patogenesis Molekuler Pada Penyembuhan Luka Normal

Secara umum, penyembuhan luka normal terbagi menjadi 3 fase, yaitu

fase homeostatis dan inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodelling

(Gambar 1). Setiap fase ini berlangsung saling tumpang tindih dan diatur

secara ketat oleh berbagai growth factor dan sitokin. Fase homeostatis dan

inflamasi ditandai dengan luka pada sel dan adanya paparan dari kolagen

sub endotel yang menstimulasi koagulasi dan pengeluaran berbagai sitokin

dari platelet, sel endotel, dan fibrosis. Efek dari sitokin ini akan

menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan kebocoran kapiler. Sitokin juga

menstimulasi sirkulasi sel polimorfonuklear (PMN/neutrofil) untuk

mengekspresikan molekul adhesi permukaan membran yang disebut

integrin untuk memfasilitasi migrasi keluar dari pembuluh darah ke dalam

matriks ekstraseluler (ECM/extracellular matriks). PMN akan

menghasilkan protease, sitokin proinflamasi, serta radikal bebas oksigen

dan melakukan fagositosis pada sel-sel yang telah rusak/ mati dan

kontaminan bakteri. Setelah kira-kira 24-48 jam, terjadi transisi sel PMN

menjadi sel mononuklear/makrofag. Sel ini akan meneruskan fungsi sel

PMN seperti menghasilkan enzim digesti, misalnya MMP untuk degadasi


34

ECM. Makrofag juga akan menghancurkan sel-sel yang telah rusak/mati

dan kontaminan bakteri. Selain itu, makrofag ini juga memproduksi

sitokin IL-1, PDGF, TGF-β, EGF, FGF, IGF, yang akan berperan pada

tahap selanjutnya, yaitu proliferasi. Fase proliferasi ditandai dengan

deposisi ECM, angiogenesis, dan epitelialisasi. Fibroblas menghasilkan

ECM, kolagen, dan fibronektin primer yang membentuk sebuah

penyangga (scaffold) untuk migrasi dan proliferasi sel. Selanjutnya

keratinosit melakukan proliferasi dan migrasi dari tepi luka untuk

epitelisasi permukaan luka, yang akan memberikan pertahanan naturak

dari kontaminasi ekdternal dan infeksi. Proses ini dikontrol melalui sitokin

yang diposiksi makrofag, fibroblas, dan keratinosit serta interaksi langsung

dan sel makrofag dengan ECM. Fase remodelling merupakan fase

maturasi yang terjadi dengan proses kontraksi luka.kejadian ini didominasi

oleh fasilitas fibroblas yang berkembang menjadi miofibroblas yang

mengekspresikan α-aktin otot polos. Aktin akan berinteraksi dengan

miosin untuk proses kontraksi di daerah luka. Interaksi kolagen seluler

kemuadian terjadi untuk menjaga kekuatan konraktilitas daerah luka

[ CITATION Han16 \l 1057 ].

MATURASI SKAR, KOLAGEN,


FIBRIL, CROSSLINKING
T
R REMODELING 1 MINGGU-6 BULAN
A
SEL ENDOTELIAL, SEL EPITEL,
U
KOLAGEN, FIBROBLAS
M
A PROLIFERASI 2-20 HARI
35

Gambar 1 Fase-fase penyembuhan luka normal

(Sumber: Lobmann et al., 2005)

b. Patogenesis Molekuler Pada Penyembuhan Luka Diabetes

Penyembuhan luka mengalami gangguan pada penderita diabetes dan telah

dikaitkan dengan berbagai macam komplikasi, baik makro-maupun

mikrovaskuler, yang mengarah pada hipoksia jaringan, neuropati perifer,

dan jalur seluler dan inflamasi yang abnormal,serta merupakan faktor

predisposisi timbulnya infeksi pada ulkus kaki diabetes. Lebih jauh,

beberapa kelainan mikrovaskuler seperti penurunan respons pada

kerusakan jaringan yang menyebabkan penurunan perfusi, berkembangnya

edema karena rusaknya refleks venoarteriolar, dan meningkatnya

permeabilitas kapiler juga diperkirakan akan menunda penyembuhan luka

diabetes. Banyak faktor fisiologis yang berkontribusi terhadap gangguan

penyembuhan luka pada penderita diabetes. Faktor-faktor tersebut

memengaruhi setiap fase dalam proses penyembuhan luka diabetes, salah


36

satunya pada fase inflamasi. Inflamasi diperlukan untuk penyembuhan

luka normal, tetapi proses ini menjadi abnormal pada diabetes. Salah satu

penanda dari luka diabetes adalah fase inflamasi yang terlalu lama. Fase

inflamasi pada penyembuhan luka diabetes menjadi terlalu lama karena

terjadi peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6, IL-1β, dan TNF-α.

Hal ini diikuti dengan penurunan ekspresi VCAM-1, ICAM-1, dan

kemokin, di mana keseimbangan kesemuanya sebetulnya diperlukan untuk

penyelesaian fase ini. Sementara itu, sejumlah faktor juga diketahui

terlibat dalam tergangguanya atau gagalnya fase proliferasi dan

remodelling. Hal ini termasuk penurunan atau gangguan produksi growth

factor, respons angiogenensis, akumulasi kolagen, kuantitas dari jaringan

granulasi, migrasi dan proliferasi dari keratinosit dan fibroblas, sera

keseimbangan antara akumulasi komponen ECM dan remodelling-nya

oleh MMP [ CITATION Han16 \l 1057 ].

2.3 Konsep Diet Diabetes

2.3.1 Pengertian Diet Diabetes Mellitus

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM.

Makanan yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari, ini harus

konsisten dari hari ke hari. Adalah sangat penting bagi pasien yang

menerima insulin dikoordinasikan antara makanan yang masuk dengan

aktivitas insulin. Lebih jauh, orang dengan DM tipe II cenderung

kegemukan, di mana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan

hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat

badan [ CITATION Mar97 \l 1057 ]. Menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] diit


37

adalah obat utama yang dapat menekan timbulnya diabetes mellitus laten

dan dapat menekan manifestasi komplikasi akut maupun kronik.

2.3.2 Klasifikasi Diet Diabetes Mellitus

Menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] macam-macam diabetes yang masing-

masing mempunyai komposisi dan indikasi sendiri-sendiri yaitu :

1. Diit-B untuk diabetisi dengan komplikasi penyempitan pembuluh

darah dan lebih dari 15 tahun menderita diabetes.

2. Diit-B Puasa untuk diabetisi dengan komplikasi penyempitan

pembuluh darah dan lebih dari 15 tahun menderita diabetes saat puasa.

3. Diit-B1 untuk diabetisi yang mengalami patah tulang,TBC Paru dan

pasca bedah.

4. Diit-B1 Puasa untuk diabetisi yang mengalami patah tulang,TBC Paru

dan pasca bedah saat puasa.

5. Diit-B2 atau Diit-B2 Fase pra-Hemodialisa.

6. Diit-B3 atau Diit-B3 Fase pra-Hemodialisa.

7. Diit-Be atau Diit-Be Fase Hemodialisa.

8. Diit-M untuk Diabetes Mellitus yang Terkait Malnutrisi (DMTM).

9. Diit-M puasa.

10. Diit-G untuk diabetisi dengan komplikasi kaki gangren.

11. Diit-KV untuk diabetisi dengan gangguan kardiovaskuler (penyakit

jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah oklusif).

12. Diit-GL untuk diabetisi dengan gagal ginjal berat dan perdarahan

lambung.

13. Diit-H untuk diabetisi dengan kelainan fungsi hati.


38

14. Diit-KV-TI adalah diit Trisemester I untuk diabetisi yang hamil

dengan gangguan kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke,

penyakit pembuluh darah oklusif).

15. Diit-KV-T2 adalah diit Trisemester II untuk diabetisi yang hamil

dengan gangguan kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke,

penyakit pembuluh darah oklusif).

16. Diit-KV-T3 adalah diit Trisemester III untuk diabetisi yang hamil

dengan gangguan kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke,

penyakit pembuluh darah oklusif).

17. Diit-KV-L adalah diit saat laktasi untuk diabetisi dengan gangguan

kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh

darah oklusif).

18. Diit-B1-T1 adalah diit Trisemester I untuk diabetisi yang diketahui

saat hamil.

19. Diit-B1-T2 adalah diit Trisemester II untuk diabetisi yang diketahui

saat hamil.

20. Diit-B1-T3 adalah diit Trisemester III untuk diabetisi yang diketahui

saat hamil.

21. Diit-B1-L adlah diit saat laktasi untuk diabetisi yang diketahui saat

hamil.

2.3.3 Prinsip Diet Diabetes Mellitus


39

Tujuan pengaturan diet penyakit DM adalah membantu pasien

memperbaiki kebiasaan makan. Adapun prinsip penyusunannya sebagai

berikut.

1. Mempertahankan kadar gula darah supaya tetap normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan, insulin (endogeneous, atau

exogeneous), obat penurun gula oral serta aktivitas fisik.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

3. Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal.

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin, seperti hipoglikemia serta komplikasi jangka

pendek dan jangka lama.

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal.

Menurut Sutanto, prinsip penyusunan diet untuk penderita diabetes

bertujuan untuk menyesuaikan kesanggupan tubuh dalam menggunakan

makanan sehingga dapat membantu :

1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal,

2. Menurunkan gula dalam urin menjadi negatif, dan

3. Mencapai berat badan normal atau ideal [ CITATION Kri14 \l 1057 ].

2.3.4 Syarat Diet Diabetes Melitus

Meskipun susunan bermacam-macam diit diabetes di Surabaya berbeda-

beda sesuai dengan kondisi diabetesnya, tetapi setiap diit tetap diusahakan
40

untuk dapat memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut, yaitu diit

diabetes hendaknya dapat :

1. Memperbaiki kesehatan umum penderita,

2. Menyesuaikan berat badan penderita ke berat badan normal,

3. Menormalkan pertumbuhan Diabetes Mellitus anak atau Diabetes

Mellitus dewasa muda (masa pertumbuhan),

4. Mempertahankan glukosa darah sekitar normal,

5. Menekan atau menunda timbulnya angiopati diabetik,

6. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita misalnya

Diabetisi yang hamil, Diabetes mellitus dengan penyakit hati, TBC,

dan

7. Menarik dan mudah diterima penderita [CITATION Ask06 \l 1057 ].

Syarat umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu, diantaranya

sebagai berikut :

a. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan keadaan metabolik, umur, berat

badan, dan aktivitas tubuh.

b. Jumlah kalori disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam

menggunakannya.

c. Cukup protein, mineral dan vitamin dalam makanan.

d. Menggunakan bahan makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah

[ CITATION Kri14 \l 1057 ].

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaknya di ikuti pedoman

“3J” (Jumlah, Jadwal, Jenis), artinya :


41

1. J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.

2. J2 : Jadwal dii harus diikuti sesuai dengan intervalnya, yaitu tiga jam.

3. J3 : Jenis makanan manis harus dihindari, termasuk pantang Buah

Golongan A seperti sawo, mangga, jeruk, rambutan, durian, anggur

[ CITATION Ask06 \l 1057 ].

2.3.5 Pola Diet Diabetes Mellitus

Pengaturan diet perlu memperhatikan pola makan penderita sebelum sakit.

Hal ini diupayakan agar pola makan tidak terlalu meyimpang dari biasanya

sehingga makanan dapat mudah diterima oleh penderita. Pada dasarnya

diet diabetes mellitus diberikan dengan interval waktu tiga jam, meliputi

tiga kali makanan utama dan tiga kali makanana selingan.

1. Pukul 06.30 = makan pagi

2. Pukul 09.30 = selingan pagi (snack atau buah)

3. Pukul 12.30 = makan siang

4. Pukul 15.30 = selingan sore (snack atau buah)

5. Pukul 18.30 = makan malam

6. Pukul 21.30 = selingan malam (snack atau buah)

2.3.6 Perhitungan Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi minimal

yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor, di antaranya jenis kelamin, aktivitas, berat badan, kondisi

fisiologis seseorang (hamil,menyusui), tahap perkembangan (bayi, anak-

anak, remaja, dewasa), serta keadaan sakit dan penyembuhan.

Rumus perhitungan angka kecukupan energi individu (AKEi)


42

Kelompok umur AKEi Laki-laki AKEi Perempuan

(Tahun) (kkal/kg BB/hari) (kkal/kg BB/hari)


20-29 (15,3 Bi + 679) (FKi) (14,7 Bi + 496) (FKi)
30-59 (11,6 Bi + 879) (FKi) (8,7 Bi + 82) (FKi)
˃60 (13,5 Bo + 487) (Fki) (10,5 Bi + 596) (FKi)
Keterangan :

FKi : faktor kelipatan menurut tingkat kegiatan

Bi : berat badan sehat (kg)

Faktor kelipatan individu (FKI) menurut tingkat kegiatan

No Tingkat Kejadian Laki-laki Perempuan


1. Ringan 1,55 1,56
2. Sedang 1,78 1,64
3. Berat 2,10 2,00

Pada usia dewasa, berat badan sehat atau ideal harus benar-benar

diperhitungkan. Tujuannya agar makanan yang dikonsumsi sesuai dengan

kebutuhan sehingga tidak terjadi kelebihan makanan. Akibatnya adalah

terjadi kelebihan berat badan atau kegemukan. Rumus penentuan berat

badan ideal :

Bbi = (TB-10)-[ 10 % X (TB−100) ]

Keterangan :

TB : tinggi badan

Bi : berat badan ideal

Jika berat badan seseorang melebihi atau kurang dari berat badan ideal,

untuk menghiung AKEi perlu dikoreksi dengan berat badan ideal/sehat

terlebih dahulu [ CITATION Kri14 \l 1057 ].


43

Menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] penentuan gizi penderita dilaksanakan

dengan menghitung Percenage of Relative Body Weight (RBW) atau BBR

(Berat Badan Relatif) dengan rumus :

BB
BBLR = x 100 %
TB−100

Keterangan :

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan

No Klasifikasi Status Gizi Berat Badan Relatif (BBR)


1. Undernutrition ˂80%
2. Kurus (Underweight) BBR ˂90%
3. Normal (ideal) 90-100%
4. Gemuk ˃110%
5. Obesitas, bila BBR ≥ Obesitas Ringan BBR 120%

120% Obesitas Sedang BBR ˃ 130%-140%

Obesitas Beratt BBR ˃ 140%

Obesitas Morbid ˃ 200%

Penentuan status gizi selain dengan menghitung BBR dapat juga dihitung

dengan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

BB
IMT =
TB2

Keterangan :

BB = Berat Badan (kg).

TB = Tinggi Badan (meter).


44

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT menurut Himpunan Studi Obesitas

Indonesia (HISOBI) 15 Mei 2004 adlah :

No. Klasifikasi status gizi Indeks Massa Tubuh (IMT) (Kg/m2)


1. Kurus (Underweight) ˂ 18,5
2. Normal 18,5-22,9
3. Gemuk (Overweight) ≥ 23
4. At risk 23-24,9
5. Obesitas I 25-29,9
6. Obesitas II ≥ 30

Dalam praktek, pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk

diabetisi yang bekerja biasa adalah :

 Kurus : Berat Badan x 40-60 kalori

 Normal : Berat Badan x 30 kalori

 Gemuk : Berat Badan x 20 kalori

 Obesitas : Berat Badan x 10-15 kalori

Dalam praktek, bila keadaan tergesa-gesa, cukup dengan pedoman

melihat saja. Jika penderita tampak kurus, jumlah kalori adalah berat

badan pada saat diitmbang dikalikan 40-60; bila penderita tampak

sedang, dikalikan 30; bila penderita tampak gemuk, dikalikan 20; jika

penderita obesitas, dikalikan 10-15 kalori [ CITATION Ask06 \l 1057 ].

2.3.7 Indeks Glikemik Makanan

Indeks glikemik adalah ukuran seberapa besar dampak suatu makanan

yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula darah

setelah dikonsumsi, dibandingkan dengan glukosa atau roti putih.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan meningkatkan kadar gula


45

darah dengan cepat secara nyata karena makanan tersebut cepat dicerna

dan diserap oleh tubuh. Makanan dengan indeks glikemik rendah lebih

lambat eningkatkan kadar glukosa darah dan peningkatan insulin dalam

darah akan terjadi secara perlahan-lahan karena mengalami pencernaan

dan penyerapan yang lebih lama. Makanan yang punya indeks glikemik

rendah telah terbukti memperbaiki kadar glukosa dan lemak pada pasien-

pasien diabetes mellitus dan memperbaiki resistensi insulin [ CITATION

Kri14 \l 1057 ].

Jenis Takaran Indeks Beban


Nama
makanan saji glikemik glikemik
Tortila 50 30 8

Bakery gandum
Sponge cake 63 46 17
Cake pisang 60 47 14

dengan gula
Tortilla jagung 50 52 12
Cake pisang 60 55 12

tanpa gula
Roti 30 61 9

hamburger
Pita bread 30 68 10
Roti putih 30 71 10
Roti gandum 30 71 9

utuh (whole

wheat)
Bagel putih 70 72 25
Baguette putih 30 95 15
Nasi merah 150 50 14
Oatmeal 250 55 13
Jagung rebus 150 60 20
Muesli 30 66 16
Oatmeal 250 83 30
46

instan
Nasi putih 150 89 43
Sereal Cornflakes 30 93 23
Kacang tanah 50 7 0
Kacang 150 15 1

kedelai
Kacang- Kacang mede 50 27 3

kacangan asin
Kacang merah 150 29 7
Kacang hitam 150 30 7
Kacang 150 40 6

panggang
Minuman Jus apel tanpa 250 ml 44 30

pemanis
Jus jeruk 250 ml 50 12

tanpa pemanis
Soft drink 250 ml 68 23
Susu skim 250 ml 32 4
Yoghurt 200 33 11

rendah lemak

dengan buah
Susu penuh 250 ml 41 5

lemak
Dairy Es krim 5 57 6

Product
Jeruk bali 120 25 3
Buah- Pear 120 38 4
Apel 120 39 6
buahan Jeruk 120 40 4
Peach 120 43 5

kalengan
Peach 12 42 5
Pear kalengan 120 43 5
Anggur 120 59 11
Pisang 120 62 16
Kismis 60 64 28
Semangka 120 72 4
47

Pasta Fettucini 180 32 15


Makaroni 180 47 23
Spaghetti di 180 58 26

rebus 20 menit
Makanan Keripik 50 42 11

ringan jagung asin


Keripik 50 51 12

kentang
Berondong 20 55 6

jagung tawar
Pretzel 30 83 16
Sayuran Wortel 80 35 2
Green peas 80 51 4
Talas 150 54 20
Ubi 150 70 22
Lain-lain Mashed potato 150 87 17

instan
Chicken 100 46 7

nuggets

dipanaskan di

microwave
madu 25 61 12
Sumber: Regina, 2013

Catatan: jika indeks glikemik glukosa adalah 100:

 IG rendah adalah ≤ 55 │IG sedang adalah 56-69 │IG tinggi adalah

≥70.

Menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] buah-buahan yang dianjurkan adalah buah yang

kurang manis atau disebut buah golongan B, misalnya : pepaya, kedondong,

pisang, apel, tomat, dan semangka yang kurang manis. Buah-buahan yang manis

dapat disebut buah golongan A, sering kali mengacaukan perawatan dan harus

dilarang diberikan kepada diabrtisi, contoh : sawo, mangga, jeruk, rambutan,


48

durian, anggur. Buah golongan A ini boleh dimakan asal dalam jumlah sedikit,

jarang-jarang saja (sesekali), dan dimakan sesudah sayur golongan B. Sayur

golongan A mengandung 6% karbohidrat dan penggunaanya harus diperhitungkan

kalorinya. Sayuran golongan B hanya mengandung 3% karbohidrat, sehingga

dapat digunakan agak bebas.

1. Sayuran golongan A

100 gram sayuran golongan A mengandung 50 kalori, yang terdiir atas

protein 3 gram dan karbohidrat 10 gram. Contoh : bayam, buncis, daum

lompong, daun luntas, daun melinjo, daun pepaya, daun singkong, daun

ubi jalar, jangung muda, jantung pisang, kacang kapri, kacang panjang,

labu siam, nangka muda, pare dan wortel.

2. Sayuran golongan B

Mengandung sedikit kalori, protein, dan karbohidrat. Sayuran ini dapat

digunakan agak bebas tanpa diperhitungkan asal dalam jumlah yang wajar.

Contoh : cabai hijau besar, daun koro, daun labu siam, gambas, jamur

segar, kangkung, kecipir, kembang kol, kobis, labu air, lobak, lembayung

(daun kacang panjang), mentimun, pepaya muda, rebung, terong, sawi,

selada, seledri, taoge dan tomat.

2.3.8 Komposisi Diit-G

Menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] diit ini diberikan untuk diabetisi dengan

gangren. Komposisi Diit-G ini sama dengan Dii-B1, hanya ditambah

tinggi arginin, tinggi serat, rendah kolesterol,ekstra asam folat, vitamin B6

dan B12. Sejak tahun 1980 telah disusun dan digunakan Diit-B1 yang
49

terdiri dari 60% karbohidrat, 20% lemak, dan 20% protein. Diit-B1

diberikan kepada diabetisi yang memerlukan protein tinggi yaitu penderita

yang :

1. Mampu atau mempunyai kebiasaan makan tinggi protein, tetapi kadar

lemak darahnya normal,

2. Kurus atau BBR kurang dari 90%,

3. Masih muda (perlu pertumbuhan),

4. Mengalami patah tulang,

5. Menderita TBC paru,

6. Dalam keadaan pascabedah

7. Menderita penyakit Graves atau Morbus Basedowi, yaitu penyakit

gondok dengan kadar hormon gondok yang tinggi, dan

8. Menderita tumor ganas, antara lain : kanker payudara, kanker rahim,

atau kanker lainnya.

2.3.9 Daftar menu sehari Diit-G

Daftar menu sehari pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus gangren sesuai

kalori yang dibutuhkan menurut [ CITATION Ask06 \l 1057 ] adalah :

1. Diabetes Mellitus I – Diit-G

Kalori : 1100

Protein : 55,1 gram

Lemak : 28,7 gram

Karbohidrat : 160 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 50 gram
50

Daging : 25 gram

Tempe : 25 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 50 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

kacang hijau : 25 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 50 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A: 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram


51

f. Makanan kecil pukul 21.30

pisang : 150 gram

2. Diabetes Mellitus II – Diit-G

Kalori : 1300

Protein : 63,3 gram

Lemak : 30,5 gram

Karbohidrat : 208,1 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 50 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 25 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 75 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 75 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram


52

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 75 gram

e. Makan malam pukul 18.30

Nasi : 75 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 25 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 75 gram

Susu skim : 25 gram

3. Diabetes Mellitus III – Diit-G

Kalori : 1500

Protein : 71,55 gram

Lemak : 33,7 gram

Karbohidrat : 243,6 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 75 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram
53

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 75 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 100 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 75 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 100 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 75 gram

Susu skim : 25 gram


54

4. Diabetes Mellitus IV – Diit-G

Kalori : 1700

Protein : 81,7 gram

Lemak : 40,8 gram

Karbohidrat : 261,6 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 75 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 100 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 100 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30


55

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 100 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 100 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 100 gram

Susu skim : 25 gram

5. Diabetes Mellitus V – Diit-G

Kalori : 1900

Protein : 90,1 gram

Lemak : 42,7 gram

Karbohidrat : 311,4 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 100 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram


56

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 100 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 150 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 100 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 150 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 100 gram

Susu skim : 25 gram

6. Diabetes Mellitus VI – Diit-G


57

Kalori : 2100

Protein : 100,3 gram

Lemak : 56,3 gram

Karbohidrat : 329,4 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 100 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 125 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 150 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 125 gram


58

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 150 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 125 gram

Susu skim : 25 gram

7. Diabetes Mellitus VII – Diit-G

Kalori : 2300

Protein : 109,3 gram

Lemak : 53,1 gram

Karbohidrat : 343,7 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 100 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram


59

Pisang : 150 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 175 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 150 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 175 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 2,5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 175 gram

Susu skim : 25 gram

8. Diabetes Mellitus VIII – Diit-G

Kalori : 2500

Protein : 118,25 gram


60

Lemak : 61,6 gram

Karbohidrat : 397 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 175 gram

Daging : 50 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 150 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 200 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 150 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 200 gram


61

Daging : 75 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 175 gram

Susu skim : 25 gram

9. Diabetes Mellitus IX – Diit-G

Kalori : 2700

Protein : 132,85 gram

Lemak : 72,2 gram

Karbohidrat : 402,9 gram

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 175 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 50 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 175 gram

c. Siang pukul 12.30


62

Nasi : 200 gram

Daging : 100 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 175 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 200 gram

Daging : 100 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 175 gram

Susu skim : 25 gram

10. Diabetes Mellitus IX – Diit-G

Kalori : 2900

Protein : 137 gram

Lemak : 73,4 gram

Karbohidrat : 489 gram


63

a. Pagi pukul 06.30

Nasi : 175 gram

Daging : 75 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 25 gram

Minyak jagung : 5 gram

b. Makanan kecil pukul 09.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 175 gram

c. Siang pukul 12.30

Nasi : 200 gram

Daging : 100 gram

Tempe : 75 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

d. Makanan kecil pukul 15.30

Kacang hijau : 25 gram

Pisang : 175 gram

e. Malam pukul 18.30

Nasi : 200 gram

Daging : 100 gram

Tempe : 75 gram
64

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak jagung : 5 gram

f. Makanan kecil pukul 21.30

Pisang : 175 gram

Susu skim : 25 gram

Anda mungkin juga menyukai

  • PUTRI - DHF Fix
    PUTRI - DHF Fix
    Dokumen19 halaman
    PUTRI - DHF Fix
    Citra
    Belum ada peringkat
  • Cover Ujian
    Cover Ujian
    Dokumen2 halaman
    Cover Ujian
    Citra
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Citra
    Belum ada peringkat
  • Cover Ujian
    Cover Ujian
    Dokumen2 halaman
    Cover Ujian
    Citra
    Belum ada peringkat
  • BAB II Bismillah
    BAB II Bismillah
    Dokumen58 halaman
    BAB II Bismillah
    Citra
    Belum ada peringkat
  • BAB II Bismillah
    BAB II Bismillah
    Dokumen58 halaman
    BAB II Bismillah
    Citra
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Citra
    Belum ada peringkat
  • BAB II Bismillah
    BAB II Bismillah
    Dokumen58 halaman
    BAB II Bismillah
    Citra
    Belum ada peringkat
  • PATHWAYS
    PATHWAYS
    Dokumen1 halaman
    PATHWAYS
    Citra
    Belum ada peringkat
  • CKD
    CKD
    Dokumen18 halaman
    CKD
    Citra
    Belum ada peringkat
  • CKD
    CKD
    Dokumen18 halaman
    CKD
    Citra
    Belum ada peringkat
  • PATHWAYS
    PATHWAYS
    Dokumen1 halaman
    PATHWAYS
    Citra
    Belum ada peringkat
  • PATHWAYS
    PATHWAYS
    Dokumen1 halaman
    PATHWAYS
    Citra
    Belum ada peringkat
  • CKD
    CKD
    Dokumen18 halaman
    CKD
    Citra
    Belum ada peringkat