LP Kep. Kom (Mike Nur Mayanti) - 1
LP Kep. Kom (Mike Nur Mayanti) - 1
KELUARGA
DISUSUN OLEH :
NIM : 201903098
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
1
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, &
anggota lain.
4. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk kesehatan.
1.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing
-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing - masing.
1.1.5 Struktur Keluarga (Ikatan Darah)
1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ayah.
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ibu.
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
1.1.6 Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul
Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
2
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak –
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.1.7 Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
(Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-
bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas
berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya
kelak jika menikah.
3
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and
lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)
7. Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga
1.1.8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang
terjadi pada sistem keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan
perkembangan keluarga menurut Mubarrak (2011), yaitu :
4
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
5
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :
Tahap ini dimulai saat anak tertua mulai memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan pada
tahap ini :
6
Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada ssaar anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19/20 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap
ini :
Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan
memasuki usia tua.
7
Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
Mempertahankan kesehatan.
8
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
9
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian sosial yang tinggi pada masyarakat.
10
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno,
2004)
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
3. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
4. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati
sendiri.
5. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
6. sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi
keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
7. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
8. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
1.1.12 Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)
1. Keluarga baru menikah
a. membina hubungan Intim
11
b. bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
c. mendiskusikan rencana punya anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
a. persiapan menjadi orang tua
b. adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
a. memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
b. membantu anak untuk bersosialisasi
c. mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
d. pembagian tanggung jawab
e. kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
a. membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
b. mempertahankan keintiman pasangan
c. memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
a. memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
b. mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
c. komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
d. persiapan perub. Sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
a. perluas jar. Keluarga dari keluarga inti ke extended
b. pertahnakan keintiman pasanagan
c. mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru
d. penataan kembali peran orang tua
7. Keluarga usia pertengahan
a. pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan
b. hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
c. meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
a. pertahankan suasana saling menyenangkan
12
b. adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
c. pertahankan keakraban pasangan
d. melakukan life review masa lalu
1.1.13 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Bahaya fisik
a. Penyakit
b. Kegemukan
c. Kecelakaan
d. Kecanggungan
e. Kesederhanaan
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam konsep diri
b. Bahaya moral
c. Bahaya yang menyangkut minat
d. Bahaya dalam penggolongan peran seks
e. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
f. Bahaya hubungan keluarga
KONSEP PENYAKIT
1.5 Konsep Diare Pada Anak
1.5.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> x dalam sehari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan tanpa darah dan/lendir. (Suharyono, 2008)
Gastroenteritis akut adalah suatau keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal, tidak seperti biasanya, dimulai dengan keenceran serta frekuensi lebih
dari 3x/hari dengan/ tanpa lendir dan darah. (Muwarni, 2009)
Jadi, dapat disimpulkan diare adalah suatu peyakit yang ditandai degan
bertambahnya frkeuensi dalam BAB (>3x dalam sehari) dengan konsistensi feses
leih encer dengan atau tanpa lendir dan darah.
1.5.2 Etiologi
13
Menurut (Ngastiyah, 2007), faktor terjadinya diare disebabkan oleh :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi virus : retrovirus, enterovirus, adenovirus
b. Bakteri : Stigella, salmonella, erchercia colli
c. Parasit dan jamur
d. Infeksi parenteral : merupakan infeksi diluar sistem pencernaan yang dapat
meimbulkan diare seperti ; OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dsb.
14
a. Diare akut : Diare yang bersifat mendadak, belansgung cepat, dan
berakhiri melebihi waktu 1 minggu.
Diare kronik : Diare yang berlangsung 2 minggu lebih
15
1.5.4 Pathway
DIARE
16
1.5.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan tinja, pemeriksaan DL
(peningkatan LED, hipokalemi)
2. Pemeriksaan Radiologi : Barrium flow through, barrium enema skip lesson
3. Kolonoskopi : pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita
peradangan pada colon
1.5.6 Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2007) komplikasi dari diare jika tidak ditangani
dengan tepat maka akan menyebabkan tejadinya hipokalemi, hiponatremi, syok
hipovolemik, serta asidosis.
1.5.7 Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukkan umlah caira yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan yang diberikan sama dengan jumlah cairang yang telah
hilang
b. Ada 2 jenis cairan yang diberikan yaitu : cairan rehidrasi oral (CRO) atau
cairan oralit dan cairan rehidrasi parenteral misalnya seperti cairan
Ringer Laktat (RL)
2. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris yang diindikasikan pada diare akut,
karena 40% kasus diare inesi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotk diindikasilan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam dan feses berdarah.
3. Terapi Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi defenoksial dan atropin sulfat. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan prpulsi, peingkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi defekasi. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.
17
1.5.8 Pencegahan
1. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
2. Memasak makanan dan minuman dengan matang
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (sesudah dan sebelum makan,
BAB)
4. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
5. Meghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat
6. Tidak mengonsumsi makanan basi
7. Makan makanan yang bergizi dan makan secara teratur
18
Jadi dapat disimpulkan bahwa, diabetes mellitus adalah suatu kondisi tubuh
dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang berlebihan karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.
Nilai Normal Gula Darah
Buka Belu DM
n DM m
Pasti
DM
Kada Plasm <100 100- 200
r a 190
Gula Vena
Darah Darah <90 90- 200
Sewa Kapile 199
ktu r
(mg/d
l)
Kada Plasm <100 100- 126
r a 125
Gula Vena
Darah Darah <90 90-99 100
Puasa Kapile
(mg/d r
l)
19
Ada beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit
DM tipe 1 ini. Inilah beberapa faktor yang sebaiknya diwaspadai:
20
Yaitu diabetes yang terjadi proses kehamilan (trimester 2-3), gula
darah ibu hamil dengan penyakit ini sangat tinggi, sehingga janin yang
dikandungnya akan berkembang sangat besar bisa mencapai berat 4 kg di
dalam kandungan.
Pada masa kehamilan ketika hormon estrogen, progesteron,
prolaktin meningkat maka reseptor akan menurun atau berkurang,
sehingga insulin juga menurun. Ketika insulin menurun dan glukosa
meningkat maka terjadilah hiperglikemi dikarenakan glukosa tidak bisa
memproses menjadi glikogen yang digunakan sebagai sumber kalori,
energi, dan nutrisi bagi tubuh.
4) Diabetes Melitus tipe lain
Diabetes melitus yang disebabkan misal karena penderita memiliki
sindrom seperti sindrom chusing, sindrom kelainan hormonal
(androgen),dan lain-lain.
[ CITATION Cat17 \l 1057 ]
3. Etiologi DM
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur,
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut
diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non
usia lanjut.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada
lansia :
a. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes melitus
lebih cenderung mengidap penyakit tersebut ketimbang dengan mereka
yang tidak memilikinya di dalam keluarga. Resikonya tergantung pada
jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. Semakin banyak jumlah
sanak saudara yang mengidap diabetes, semakin tinggi resikonya. Ada
resiko 5% bagi Anda untuk mengidap diabates jika orang tua atau sodara
kandung Anda mengidap diabetes. Resikonya bisa meningkat menjadi
50% jika Anda kelebihan berat badan.
21
b. Pola makan tidak sehat
Yang disebut pola makan yang tidak sehat banyak sekali macamnya. Dan
berkenaan dengan diabetes melitus hal ini sangat3 menjadi penyebab dari
diabetes. Makan-makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan juga
makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat memicu Anda terkena
diabetes nantinya. Makan-makanan mengandung lemak tinggi dan
kolesterol tinggi juga memicu diabetes. Karena makanan jenis ini dapat
memicu kegemukan atau obesitas terjadi pada diri Anda.
c. Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan
insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak
yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang
lebih besar tidak merespons insulin dengan baik. Gejala-gejala diabetes
mungkin bisa menghilang seiring menurunnya berat badan.
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam pankreas yang
memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur.
e. Jenis Kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita
memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena
diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi untuk terjangkit
diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh dan
kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak bisa
memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda diabetes
akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena infeksi oleh kuman
22
atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa
merusak sel-sel beta, dan karenanya menyebabkan diabetes
g. Kurang aktivitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan
untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak olahraga akan
mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan diatas,
bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari diabetes melitus.
4. Patofisiologi DM
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di
pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat.
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes
mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)),
atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi
insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes
ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.
23
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling
sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe
NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin [ CITATION Mic06 \l 1057 ]
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, antara lain :
a. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan
fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan
akibat penuaan.
b. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi
diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan
osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia [
CITATION Mic06 \l 1057 ]
5. Tanda dan Gejala DM
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada
pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang pada pasien DM usia lanjut
dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relative sekarang menjadi absolute dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala
yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya
24
tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
[ CITATION WAr06 \l 1057 ]
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.[ CITATION Bru02 \l 1057 ]
Tanda dan gejala diabetes melitus antara lain :
a. Sering buang air kecil
b. Rasa hausberlebian
c. Rasa laparberlebihan
d. Pandangankabur
e. Mudahlelah
f. Kadar guladarahtinggi
g. Luka lambatsembuh
h. Penurunan berat badan
6. Pencegahan DM
Terapkan pola hidup sehat, buatlah hidup anda teratur dan terjadwal
didalam menjalankan aktivitas kehidupan. Ketidakteraturan dalam pola hidup
akan sangat memepengaruhi berbagai organ dan kelenjar pada tubuh kita.
1. Mengatur makanan, pola makan yang sehat, jaga diri anda dari masukan
asupan makanan yang tidak sehat dan beresiko terhadap kesehatan dalam
jangka panjang seperti makanan dengan tinggi lemak, makan yang
mengandung pengawet, perasa, dan pewarna buatan.
2. Menjalani pemeriksaan gulan darah rutin
3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
anda
4. Selalu menjaga BB supaya stabil, jika sudah memiliki BB yang lebih maka
usahakan untuk menurunkannya.
5. Jauhi rokok dan minuman beralkohol
25
6. Penderita DM harap berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
duberikan terapi insulin
a. Karbohidrat : 60%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
26
Kacang Tanah
Ikan
c. Jenis makanan yang DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
Kol
Tomat
Kangkung
Oyong
Bayam
Kacang Panjang
Pepaya
Jeruk
Pisang
Labu siam
7. Pengobatan DM
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai
kadar glukosa darah normal. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga factor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah 3J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)
yaitu:
1. J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
2. J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
3. J3: jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis)
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, antara lain :
1. Penatalaksanaan Medis : Obat hipoglikemik oral dan insulin
27
2. Penatalaksanaan Non Medis : Diet, Olahraga, Pemantauan kadar gua
darah, nutrisi, dan pendidikan kesehatan.
8. Komplikasi
a) penyakit kardiovaskular
b) kerusakan syaraf
c) kerusakan pada organ kaki
d) kerusakan mata
e) kerusakan ginjal
f) keguguran
28
e) Alamat dan No Telepon :
2) Komposisi Anggota Keluarga
Nama Umur Sex Hubunga Pendidika Pekerjaa Keteranga
n dengan n n n
KK
3) Genogram
Genegram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat
keterangan gambar dengan simbol berbeda (Friedman, 1998 ;
Santun, 2008), antara lain :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah :
Pasien yang diidentifikasi :
Kawin :
Cerai :
Anak adopsi :
Anak Kembar :
Aborsi :
4) Tipe Keluarga
5) Suku Bangsa
Asal suku bangsa keluarga
29
Bahasa yang dipakai keluarga
Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6) Agama
Agama yang dianut keluarga
Kepercayaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan
7) Status Sosial Ekonomi keluarga
Rata-Rata penghasilan seluruh anggota keluarga
Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
Tabungan khusus kesehatan
Barang (harta/benda) yang dimiliki keluarga (perabotan,
transportasi)
8) Aktifitas rekreasi keluarga
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
30
3. Lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik lingkungan,
mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem
sosial yang mendukung.
a) Karakteristik rumah : tentang rumah yang dihuni keluarga
meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan,
jumlah ventilasi, perletakan perabot rumah, sarana pembuangna
air limbah dan MCK, sarana air bersih danh minum yang
digunakan.
b) Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan
komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas
keluarga dan anggita keluarga, mungkin keluarga sering
berpindah tempat.
d) Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana keluarga
berinteraksi
Struktur Keluarga
Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambil keputusan, peran
anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
1. Struktur peran yang menjelaskan peran masing – masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga maupun
dimasyarakat.
2. Nilai atau norma keluarga yang dianut oleh keluarga.
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi.
4. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
31
Fungsi Keluarga
1. Fungsi afeksi, gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki anggota keluarga , dukunagn anggota keluarga,
hubungan psikososial dalam anggota keluarga, bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi, hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya dan perilaku
yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan, mengetahui kemampuan keluarga
untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat
anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Stress dan Coping Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan keluarga
2. Respon keluarga terhadap stress
3. Strategi koping keluarga
4. Strategi adaptasi yang disfungsional : adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptive
Harapan Keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga\
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
32
2. Pengkajian Tahap 2
a) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga, meliputi:
Persepsi terhadap keparahan penyakit
Pengertian penyakit
Tanda dan gejala penyakit
Faktor penyebab
Persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengambil keputusan,
meliputi:
Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah
Masalah dirasakan keluarga
Bagaimana keluarga mengambil keputusan terhadap keluarga
yang sakit
c) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, meliputi :
Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakut
Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga memelihara
lingkungan, meliputi:
Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
Pentingnya hygiene sanitasi
Upaya pencegahan penyakit.
e) Pengkajian terkait kemampuan keluarga menggunaan fasilitas
keluarga, meliputi:
o Keberadaan fasilitas kesehatan
o Keuntungan yang didapat
33
o Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
o Pengalaman keluarga yang kurang baik
o Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan hasil dari analisis data
resiko penularan penyakit) dan masalah koping keluarga (tidak efektif, tidak
mampu).
terdapat empat masalah atau keterbatasan yang nampak jelas dari penggunaan
adalah:
34
merupakan kekuatan dan kelemahan, tergantung pada sudut pandang
seseorang.
sangat luas dan tidak cukup untuk mengarahkan intervensi. Akan tetapi,
dengan menspesifikan tanda dan gejala dari masalah atau faktor etiologi
35
lebih optimal
3. Menetapkan Etiologi
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari lima tugas
keluarga antara lain:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal mengenal msalah
kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga
seperti pada tabel.
B
O
No Kriteria Skor B
O
T
1. Sifat masalah
Actual 3 1
(tidak/kurang sehat)
Ancaman 2
kesehatan 1
Keadaan sejahtera
2. Kemungkinan masalah
36
dapat diubah
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk
dicegah
Tinggi 3 1
Sedang 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
skala : masalah berat , 2 1
harus segera ditangani dan 1
masalah tetapi tidak perlu 0
segera ditangani masalah
tidak dirasakan
Þ Sifat Masalah
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru
menunjukkan tanda dan gejala atau bahkan kondisi sehat.
Þ Kemungkinan masalah untuk diubah
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga, sumber
daya perawat, dan sumber daya lingkungan.
Þ Potensial masalah untuk dicegah
Pembenaran mengacu pada: berat ringannya masalah, jangka waktu
terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok tinggi
yang bisa dicegah.
Þ Meonjolnya masalah
Pembenaran mengacu kepada: persepsi terhadap masalah
Skoring :
37
Angka tertinggi
Jumlah skor, skor tertinggi yang jadi masalah prioritas
Perencanaan Keperawatan
1. Penyusunan Tujuan
Pertama-tama perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berotientasi
pada klien. Penyusunan bersama tujuan tersebut terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber keluarga dalam perawatan mandiri. Menggambarkan
pendekatan- pendekatan alternatif dalam pemecahan masalah. Menyeleksi
intervensi-intervensi keperawatan dan bersifat spesifik.Penyusunan tujuan
bersama keluarga menjadi penentu perencanaan yang efektif, hal ini
sangat beralasan karena diharapkan pada akhirnya klien mempuyai
tanggung jawab akhir dalam pemecahan masalah dan mengatur hidup
mereka sendiri, selain itu juga menghormati keyakinan keluarga.
Penyusunan tujuan bersama dengan keluarga akan lebih efektif. Alasan
yang mendasarinya adalah:
38
panjang/umum. Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir
Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan intervensi ini diawali dengan peyelesaian perencanaan
perawatan. Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang; klien(individu
atau keluarga), perawat, dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain,
keluarga luas dan orang-orang lain dala jaringan kerja sosial keluarga.
Adapun faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga
untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan antara lain:
a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau
mendapatkan informasi yang salah.
b. Keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga mereka
melihat masalah sebagian.
c. Keluarga tidak dapat mengaitkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi.
d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau
sosial.
f. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas
kaku dan kurang fleksibel
g. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan
macam-macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.
h. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor
sosial buaday. (Setiadi, 2008)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi
yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Keefektifan
ditentukan degan melihat respons keluarga dan hasil (bagaimana keluarga
memberika respons), bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan.
39
Dengan kata lain, evaluasi merupakan tahapan penilaian untuk
membandingkan kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
perawat.
Evaluasi merupakan proses kesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga
perlu melihat tindakan-tindakan keperawatan tertentu, apakah tindakan
perawatan tersebut benar-benar membantu.
Menurut (Setiadi, 2008) evaluasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, evaluasi yang dilakukan selama kegiatan
berlangsung.
b. Evaluasi Hasil
Evaluasi yang dibandingkan antara tujuan yang akan dicapai dan
merupakan hasil dari asuhan keperawatan. Evaluasi sesuai dengan
SOAP.
S : ungkapan subjektif dari pasien atau keluarga
40
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bemain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Smeltzer, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta : EGC.
Soeparman dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2. Jakarta : Penerbit FKUI
41