Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas Keluarga

DISUSUN OLEH :

MIKE NUR MAYANTI


201903098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERO
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga sebagai


syarat pemeuhan tugas stase Keperawatan Komunitas (Keluarga) pendidikan
Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto oleh :

Nama : Mike Nur Mayanti

NIM : 201903098

Prodi : Profesi Ners

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mojokerto, Maret 2020

Mahasiswa

Mike Nur Mayanti


201903098

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Rina Nur Hidayati, M.Kep.Sp.Kep.Kom.) ( )

ii
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Keluarga

1.1.1. Definisi Keluarga

Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi


yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998)
mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga
adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit
Setyowati 2008).

1.1.2 Ciri-ciri Keluarga

1. Diikat tali perkawinan


2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Tanggung jawab masing –masing
5. Ada pengambil keputusan
6. Kerjasama
7. Interaksi
8. Tinggal dalam suatu rumah
1.1.3 Struktur Keluarga
1. Struktur peran keluarga, formal dan informal.

1
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, &
anggota lain.
4. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk kesehatan.
1.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing
-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing - masing.
1.1.5 Struktur Keluarga (Ikatan Darah)
1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ayah.
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan Itu berasal dari jalur ibu.
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
1.1.6 Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul
Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

2
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak –
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.1.7 Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
(Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-
bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas
berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya
kelak jika menikah.

3
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and
lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)
7. Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga
1.1.8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang
terjadi pada sistem keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan
perkembangan keluarga menurut Mubarrak (2011), yaitu :

Tahap I Pasangan Baru atau Keluarga Baru

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing indivisdu yaitu


suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing- masing , dalam artian secara psikologis

4
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :

Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

Menetapkan tujuan bersama.

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman , atau kelompok


sosial.

Merencanakan anak - KB.

Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri


menjadi orangtua.

Tahap II Keluarga kelahiran anak pertama

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dengan kelahiran


sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia
30 bulan (3,2 tahun). Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :

Persiapan menjadi orang tua.

Membagi peran dan tanggungjawab.

Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah


yang menyenangkan.

Mempersiapakan biaya untuk kelahiran anak pertama.

Memfasilitasi role learning anggota keluarga.

Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.

Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah

5
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tepat


tinggal, privasi, dan rasa aman.

Membantu anak untuk bersosialisasi.

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan


anak yang juga harus dipenuhi.

Mepertahan hubungan yang sehat baik didalam maupun di uar


keluarga.

Dapat membagi waktu antara indiviu, pasangan dan anak.

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

Kegiatan dan wwaktu untuk simulasi tumbuh dan kembang anak.

Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak tertua mulai memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan pada
tahap ini :

Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anakk, pendidikan,


dan semangat belajar.

Tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.

Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

Menyediakan aktifitas untuk anak.

Menyesuaikan dengan aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan


anak.

6
Tahap V keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai pada ssaar anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19/20 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap
ini :

Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab


mengingat remaja yang sudah tumbuh dewasa.

Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

Mempertahan komunikasi yang terbuka dengan anak dan orang


tau.

Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbh kembang anak.

Tahap VI ekluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.


Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak pada keluarga atau jika
anak belum memiliki keluarga atau tetap tinggal bersama orang tua. Tugas
perkembangan pada tahap ini :

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

Mempertahankan keintiman pasangan.

Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan
memasuki usia tua.

Mempersiapkan anak untuk mandiri danmenerima kepergian


anaknya.

Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

Berperan suami-isteri atau kakek-nenek.

7
Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.

Tahap VII keluarga usia pertengahan

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah


dan berakhir pada saat pensiunatau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini :

Mempertahankan kesehatan.

Mempunyai lebih banyak waktu kebebasan dalam artian

mengolah minat sosial dan waktu santai.

Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.

Keakraban dalam pasangan.

Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga.

Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan kekraban


pasangan.

Tahap VIII keluarga lanjut usia

Tahapan ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,


berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.
Tugas perkembangan pada tahap ini :

Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, keuatan


fisk dan pendapatan.

Mempertahankan keakraban pasangan suami-isteri dan saling


merawat

8
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan


kematian.

1.1.9 Keluarga Sejahtera


Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawina
yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak.
Tahapan keluarga sejahtera (Mubarrak, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kenutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera
2. Keluarga sejahtera tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memnuhi kebutuhan dasarnya
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan trasnportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap II
Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya,
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
sosial psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material dan kuangan
untuk sosial kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus

9
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian sosial yang tinggi pada masyarakat.

1.1.10 Fungsi Keluarga


Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function).
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan (Setyowati, 2008).
1.1.11 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

10
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno,
2004)
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
3. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
4. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati
sendiri.
5. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
6. sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi
keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
7. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
8. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
1.1.12 Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)
1. Keluarga baru menikah
a. membina hubungan Intim

11
b. bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
c. mendiskusikan rencana punya anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
a. persiapan menjadi orang tua
b. adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
a. memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
b. membantu anak untuk bersosialisasi
c. mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
d. pembagian tanggung jawab
e. kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
a. membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
b. mempertahankan keintiman pasangan
c. memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
a. memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
b. mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
c. komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
d. persiapan perub. Sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
a. perluas jar. Keluarga dari keluarga inti ke extended
b. pertahnakan keintiman pasanagan
c. mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru
d. penataan kembali peran orang tua
7. Keluarga usia pertengahan
a. pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan
b. hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
c. meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
a. pertahankan suasana saling menyenangkan

12
b. adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
c. pertahankan keakraban pasangan
d. melakukan life review masa lalu
1.1.13 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Bahaya fisik
a. Penyakit
b. Kegemukan
c. Kecelakaan
d. Kecanggungan
e. Kesederhanaan
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam konsep diri
b. Bahaya moral
c. Bahaya yang menyangkut minat
d. Bahaya dalam penggolongan peran seks
e. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
f. Bahaya hubungan keluarga

KONSEP PENYAKIT
1.5 Konsep Diare Pada Anak
1.5.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> x dalam sehari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan tanpa darah dan/lendir. (Suharyono, 2008)
Gastroenteritis akut adalah suatau keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal, tidak seperti biasanya, dimulai dengan keenceran serta frekuensi lebih
dari 3x/hari dengan/ tanpa lendir dan darah. (Muwarni, 2009)
Jadi, dapat disimpulkan diare adalah suatu peyakit yang ditandai degan
bertambahnya frkeuensi dalam BAB (>3x dalam sehari) dengan konsistensi feses
leih encer dengan atau tanpa lendir dan darah.
1.5.2 Etiologi

13
Menurut (Ngastiyah, 2007), faktor terjadinya diare disebabkan oleh :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi virus : retrovirus, enterovirus, adenovirus
b. Bakteri : Stigella, salmonella, erchercia colli
c. Parasit dan jamur
d. Infeksi parenteral : merupakan infeksi diluar sistem pencernaan yang dapat
meimbulkan diare seperti ; OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dsb.

2. Faktor Non Infeksi


b. Malabsorbsi : malabsorbsi karbohodrat disakarida, malabsorbsi emak,
malabsorbsi protein, malabsorbsi karbohidrat monosakarida (glukosa,
laktosa, galaktosa)
c. Faktor makanan : makanan yang beracun, makanan dan minuman yang
tekontaminasi baik oleh serangga ataupun tangan yang kotor, penggunaan
sumber air yang sudah tecemar, tidak memasak air degan matang, tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah BAB.
d. Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena
cemas dapat merangsang pengingkatan peristaltik usus.
1.5.3 Klasifikas
Meurut (Suryana, 2008) diare diklasifikasikan menjadi 3, antara lain :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 golongan :
a. Diare infeksi non spesifik : tifus & paratidus, stapilococus diare baciler
b. Diare non spesifik : diare dientitis
2. Ditinjau dari organ yang tekena diare :
a. Diare infeksi enteral/infeksi usu : misalnya diare yang ditimbulkan oleh
baktei, virus, dan parasit
b. Diare parenteral/diare akibat infeksi dari luar usus : misalnya diare
karena bronkitis
3. Ditinjau dari lamanya infeksi :

14
a. Diare akut : Diare yang bersifat mendadak, belansgung cepat, dan
berakhiri melebihi waktu 1 minggu.
Diare kronik : Diare yang berlangsung 2 minggu lebih

15
1.5.4 Pathway

Infeksi Malabsorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologis


makanan

Reaksi Inflamasi Toksik tidak Rangsangan


Tekanan
dapat diserap syaraf
osmotik
Pe sekresi air &
elektrolit usus Motalitas usus
Pergeseran air
dan elektrolit ke
rngga usus
Hipermotalitas Hipomotalitas

Kemampuan Bakteri tumbuh


absorbsi

DIARE

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit sekitar Cairan yang Frekuensi Agen Mual &


anus lecet keluar banyak defekasi pirogenik muntah

Kemerahan Dehidrasi BAB cair Suhu Anoreksia


& gatal dengan tubuh
atau tanpa
Turgor kulit darah dan MK :
MK : Resiko tidak elastis berlendir MK : Defisit
kerusakan dan membran Hipertensi Nutrisi
integritas mukosa kering
kulit
MK :
Kekurangan
volume cairan

16
1.5.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan tinja, pemeriksaan DL
(peningkatan LED, hipokalemi)
2. Pemeriksaan Radiologi : Barrium flow through, barrium enema skip lesson
3. Kolonoskopi : pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita
peradangan pada colon
1.5.6 Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2007) komplikasi dari diare jika tidak ditangani
dengan tepat maka akan menyebabkan tejadinya hipokalemi, hiponatremi, syok
hipovolemik, serta asidosis.

1.5.7 Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukkan umlah caira yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan yang diberikan sama dengan jumlah cairang yang telah
hilang
b. Ada 2 jenis cairan yang diberikan yaitu : cairan rehidrasi oral (CRO) atau
cairan oralit dan cairan rehidrasi parenteral misalnya seperti cairan
Ringer Laktat (RL)
2. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris yang diindikasikan pada diare akut,
karena 40% kasus diare inesi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotk diindikasilan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam dan feses berdarah.
3. Terapi Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi defenoksial dan atropin sulfat. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan prpulsi, peingkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi defekasi. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.

17
1.5.8 Pencegahan
1. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
2. Memasak makanan dan minuman dengan matang
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (sesudah dan sebelum makan,
BAB)
4. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
5. Meghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat
6. Tidak mengonsumsi makanan basi
7. Makan makanan yang bergizi dan makan secara teratur

1.6 Konsep Penyakit Diabetes Mellitus


1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk
di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi
pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya [ CITATION Bar02 \l 1057 ]
Diabetes adalah penyakit yangberlangsung lama atau kronis serta ditandai
dengan kadar gula darah (glukosa) yang tinggi atau diatas nilai normal.
Glukosa yang menumpuk didala darah akibat tidak diserap oleh sel tubuh
dengan baik yang dapat menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika
gula darah tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita. Glukosa merupakan sumber energi utama
bagi tubuh manusia. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak dibelakang lambung.
Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduks insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan
mengolah glukosa menjadi energi. [ CITATION WAr06 \l 1057 ]

18
Jadi dapat disimpulkan bahwa, diabetes mellitus adalah suatu kondisi tubuh
dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang berlebihan karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.
Nilai Normal Gula Darah
Buka Belu DM
n DM m
Pasti
DM
Kada Plasm <100 100- 200
r a 190
Gula Vena
Darah Darah <90 90- 200
Sewa Kapile 199
ktu r
(mg/d
l)
Kada Plasm <100 100- 126
r a 125
Gula Vena
Darah Darah <90 90-99 100
Puasa Kapile
(mg/d r
l)

2. Macam-macam Diabetes Mellitus


1) Diabetes Melitus tipe I (IDDM / Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Yaitu ditandai dengan kerusakan pada kelenjar sel beta pankreas
sehingga tidak dapat memproduksi insulin.Karakteristik Diabetes Melitus
tipe I:
a. Mudah terjadi ketoasidosis
b. Tubuh tidak bisa menghasilkan insulin
c. Tergantung dengan injeksi insulin
d. Terjadi pada anak-anak atau ˂30 tahun
e. Disebabkan autoimun
f. Penyaki muncul tiba-tiba → cepat → kronis
g. Ada riwayat diabetes pada keluarga (10%)

19
Ada beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit
DM tipe 1 ini. Inilah beberapa faktor yang sebaiknya diwaspadai:

a. Memiliki faktor genetik penderita diabetes melitus.


b. Mengalami gangguan pada sistem imun di dalam tubuh.
c. Kekurangan nutrisi.
d. Serangan virus tertentu yang merusak organ pankreas.
2) Diabetes melitus tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin atau tidak membutuhkan insulin melainkan terjadi kerusakan pada
insulin dan reseptor sehingga insulin yang diproduksi tidak mencukupi
kebutuhan dalam tubuh.
DM tipe II berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak
terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh
(Smeltzer&Barre, 2008). Karakteristik DM tipe II :
a. Sukar terjadi ketoasidosis
b. Insulin diproduksi, namun tidak mencukupi kebutuhan dalam tubuh
c. Terjadi pada usia ≥ 30 tahun atau diabetes dewasa
d. Tidak tergantung dengan insulin
e. Bisa dicegah dengan pola hidup sehat, diet sehat, olahraga
f. Gejala lambat (asimptomatik)
b. Ada riwayat diabetes pada keluarga (30%)
Berikut adalah beberapa faktor pemicu dari DM tipe 2 ini:
a. Obesitas
b. Sangat jarang berolahraga
c. Tidak mengatur pola makan
d. Sering mengalami stres akibat pekerjaan
3) Diabestes Gestasional (DMG atau diabestes melitus gestasional)

20
Yaitu diabetes yang terjadi proses kehamilan (trimester 2-3), gula
darah ibu hamil dengan penyakit ini sangat tinggi, sehingga janin yang
dikandungnya akan berkembang sangat besar bisa mencapai berat 4 kg di
dalam kandungan.
Pada masa kehamilan ketika hormon estrogen, progesteron,
prolaktin meningkat maka reseptor akan menurun atau berkurang,
sehingga insulin juga menurun. Ketika insulin menurun dan glukosa
meningkat maka terjadilah hiperglikemi dikarenakan glukosa tidak bisa
memproses menjadi glikogen yang digunakan sebagai sumber kalori,
energi, dan nutrisi bagi tubuh.
4) Diabetes Melitus tipe lain
Diabetes melitus yang disebabkan misal karena penderita memiliki
sindrom seperti sindrom chusing, sindrom kelainan hormonal
(androgen),dan lain-lain.
[ CITATION Cat17 \l 1057 ]
3. Etiologi DM
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur,
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut
diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non
usia lanjut.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada
lansia :
a. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes melitus
lebih cenderung mengidap penyakit tersebut ketimbang dengan mereka
yang tidak memilikinya di dalam keluarga. Resikonya tergantung pada
jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. Semakin banyak jumlah
sanak saudara yang mengidap diabetes, semakin tinggi resikonya. Ada
resiko 5% bagi Anda untuk mengidap diabates jika orang tua atau sodara
kandung Anda mengidap diabetes. Resikonya bisa meningkat menjadi
50% jika Anda kelebihan berat badan.

21
b. Pola makan tidak sehat
Yang disebut pola makan yang tidak sehat banyak sekali macamnya. Dan
berkenaan dengan diabetes melitus hal ini sangat3 menjadi penyebab dari
diabetes. Makan-makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan juga
makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat memicu Anda terkena
diabetes nantinya. Makan-makanan mengandung lemak tinggi dan
kolesterol tinggi juga memicu diabetes. Karena makanan jenis ini dapat
memicu kegemukan atau obesitas terjadi pada diri Anda.
c. Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan
insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak
yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang
lebih besar tidak merespons insulin dengan baik. Gejala-gejala diabetes
mungkin bisa menghilang seiring menurunnya berat badan.
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam pankreas yang
memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur.
e. Jenis Kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita
memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena
diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi untuk terjangkit
diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh dan
kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak bisa
memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda diabetes
akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena infeksi oleh kuman

22
atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa
merusak sel-sel beta, dan karenanya menyebabkan diabetes
g. Kurang aktivitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan
untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak olahraga akan
mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan diatas,
bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari diabetes melitus.

4. Patofisiologi DM
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di
pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat.
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes
mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)),
atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi
insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes
ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.

23
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling
sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe
NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin [ CITATION Mic06 \l 1057 ]
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, antara lain :
a. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan
fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan
akibat penuaan.
b. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi
diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan
osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia [
CITATION Mic06 \l 1057 ]
5. Tanda dan Gejala DM
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada
pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang pada pasien DM usia lanjut
dapat berubah tiba-tiba apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relative sekarang menjadi absolute dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala
yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya

24
tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
[ CITATION WAr06 \l 1057 ]
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.[ CITATION Bru02 \l 1057 ]
Tanda dan gejala diabetes melitus antara lain :
a. Sering buang air kecil
b. Rasa hausberlebian
c. Rasa laparberlebihan
d. Pandangankabur
e. Mudahlelah
f. Kadar guladarahtinggi
g. Luka lambatsembuh
h. Penurunan berat badan
6. Pencegahan DM
Terapkan pola hidup sehat, buatlah hidup anda teratur dan terjadwal
didalam menjalankan aktivitas kehidupan. Ketidakteraturan dalam pola hidup
akan sangat memepengaruhi berbagai organ dan kelenjar pada tubuh kita.
1. Mengatur makanan, pola makan yang sehat, jaga diri anda dari masukan
asupan makanan yang tidak sehat dan beresiko terhadap kesehatan dalam
jangka panjang seperti makanan dengan tinggi lemak, makan yang
mengandung pengawet, perasa, dan pewarna buatan.
2. Menjalani pemeriksaan gulan darah rutin
3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
anda
4. Selalu menjaga BB supaya stabil, jika sudah memiliki BB yang lebih maka
usahakan untuk menurunkannya.
5. Jauhi rokok dan minuman beralkohol

25
6. Penderita DM harap berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
duberikan terapi insulin

Makanan yang dipantangkan dan diperbolehkan serta Proporsi diet makanan


harian yang benar bagi penderita DM. Berdasarkan anjuran dari PERKENI
(perkumpulan Endokronologi Indonesia) diet harian penderita DM disusun
sebagai berikut :

a. Karbohidrat : 60%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%

Jenis makanan yang harusb dikonsumsi oleh penderita DM


diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jenis makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :


 Manisan buah
 Gula pasir
 Susu kental manis
 Madu
 Abon
 Kecap
 Sirup
 Es Krim
b. Jenis makanan yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI
 Nasi
 Singkong
 Roti
 Telur
 Tempe
 Tahu
 Kacang Hijau

26
 Kacang Tanah
 Ikan
c. Jenis makanan yang DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
 Kol
 Tomat
 Kangkung
 Oyong
 Bayam
 Kacang Panjang
 Pepaya
 Jeruk
 Pisang
 Labu siam
7. Pengobatan DM
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai
kadar glukosa darah normal. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga factor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah 3J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)
yaitu:
1. J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
2. J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
3. J3: jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis)
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, antara lain :
1. Penatalaksanaan Medis : Obat hipoglikemik oral dan insulin

27
2. Penatalaksanaan Non Medis : Diet, Olahraga, Pemantauan kadar gua
darah, nutrisi, dan pendidikan kesehatan.
8. Komplikasi
a) penyakit kardiovaskular
b) kerusakan syaraf
c) kerusakan pada organ kaki
d) kerusakan mata
e) kerusakan ginjal
f) keguguran

1.7 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Pengkajian Keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Agar di peroleh data pengkajian yang akurat dan sesuaidengan keadaan
keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dimegerti
yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.mHal yang
perlu dikaji sesuai dengan teori pengkajian keluarga Friedman:
1. Pengkajian Tahap 1
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data-data yang ada pada keluarga. (Setiawati Santun, 2008). Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre
Nursing Friedman, meliputi 8 komponen pengkajian yaitu:
Data Umum
1) Identitas Kepala Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga (KK) :
b) Umur (KK) :
c) Pekerjaan (KK) :
d) Pendidikan (KK) :

28
e) Alamat dan No Telepon :
2) Komposisi Anggota Keluarga
Nama Umur Sex Hubunga Pendidika Pekerjaa Keteranga
n dengan n n n
KK

3) Genogram
Genegram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat
keterangan gambar dengan simbol berbeda (Friedman, 1998 ;
Santun, 2008), antara lain :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah :
Pasien yang diidentifikasi :
Kawin :
Cerai :
Anak adopsi :

Anak Kembar :

Aborsi :

4) Tipe Keluarga
5) Suku Bangsa
 Asal suku bangsa keluarga

29
 Bahasa yang dipakai keluarga
 Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6) Agama
 Agama yang dianut keluarga
 Kepercayaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan
7) Status Sosial Ekonomi keluarga
 Rata-Rata penghasilan seluruh anggota keluarga
 Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
 Tabungan khusus kesehatan
 Barang (harta/benda) yang dimiliki keluarga (perabotan,
transportasi)
8) Aktifitas rekreasi keluarga
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : tahap perkembangan


keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluraga inti.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tugas
keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti : riwayat kesehatan keluarga inti.
Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga, perhatian
terhadap upaya pencegahan penyakit.
4. Riwayat kesehatan keluarga suami istri yang menjelaskan riwayat
kesehatan generasi diatas, tentang riwayat penyakit keturunan ,
upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit,
upaya kesehatan yang diperhatikan sampai saat ini.

Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)


1. Riwayat Penyakiy keturunan dan penyakit menular dikeluarga
2. Riwayat kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

30
3. Lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik lingkungan,
mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem
sosial yang mendukung.
a) Karakteristik rumah : tentang rumah yang dihuni keluarga
meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan,
jumlah ventilasi, perletakan perabot rumah, sarana pembuangna
air limbah dan MCK, sarana air bersih danh minum yang
digunakan.
b) Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan
komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas
keluarga dan anggita keluarga, mungkin keluarga sering
berpindah tempat.
d) Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana keluarga
berinteraksi
Struktur Keluarga
Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambil keputusan, peran
anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
1. Struktur peran yang menjelaskan peran masing – masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga maupun
dimasyarakat.
2. Nilai atau norma keluarga yang dianut oleh keluarga.
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi.
4. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

31
Fungsi Keluarga
1. Fungsi afeksi, gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki anggota keluarga , dukunagn anggota keluarga,
hubungan psikososial dalam anggota keluarga, bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi, hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya dan perilaku
yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan, mengetahui kemampuan keluarga
untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat
anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Stress dan Coping Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan keluarga
2. Respon keluarga terhadap stress
3. Strategi koping keluarga
4. Strategi adaptasi yang disfungsional : adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptive

Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


1. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan ?
2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3. Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mulut,
THT, leher, thorax, abdome, ekstremitas atas dan bawah serta
genetalia.
4. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

Harapan Keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga\
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada

32
2. Pengkajian Tahap 2
a) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga, meliputi:
 Persepsi terhadap keparahan penyakit
 Pengertian penyakit
 Tanda dan gejala penyakit
 Faktor penyebab
 Persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengambil keputusan,
meliputi:
 Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah
 Masalah dirasakan keluarga
 Bagaimana keluarga mengambil keputusan terhadap keluarga
yang sakit
c) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, meliputi :
 Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakut
 Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
 Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
 Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga memelihara
lingkungan, meliputi:
 Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
 Pentingnya hygiene sanitasi
 Upaya pencegahan penyakit.
e) Pengkajian terkait kemampuan keluarga menggunaan fasilitas
keluarga, meliputi:
o Keberadaan fasilitas kesehatan
o Keuntungan yang didapat

33
o Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
o Pengalaman keluarga yang kurang baik
o Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan hasil dari analisis data

dari hasil pengkajian keluarga, dimana diagnosis yang diangkat berdasarkan

masalah-masalah pada fungsi-fungsi keluarga (afektif, sosial, fungsi

perawatan kesehatan), masalah pada struktur keluarga (komunikasi, peran,

kekuatan), masalah pada linkungan keluarga (perumahan, resiko cedera,

resiko penularan penyakit) dan masalah koping keluarga (tidak efektif, tidak

mampu).

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan

dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang

merupakan tanggung jawab perawat. Menentukan diagnosa keperawatan

dapat dilakukan dengan cara wawanca, pengamatan langsung dan pengukuran

dengan menunjukkan status kesehatan mualai dari potensial, resiko tinggi,

sampai masalah aktual.

Selain diagnosa dari NANDA yang berorientasi pada keluarga,

terdapat empat masalah atau keterbatasan yang nampak jelas dari penggunaan

diagnosa NANDA dalam praktik keperawatan. Empat keterbatasan tersebut

adalah:

1. Diagnosa-diagnosa tersebut tidak bersifat teoritis, yang mana bisa jadi

34
merupakan kekuatan dan kelemahan, tergantung pada sudut pandang

seseorang.

2. Sebagian besar keperawatan yang berorientasi pada keluarga bersifat

sangat luas dan tidak cukup untuk mengarahkan intervensi. Akan tetapi,

dengan menspesifikan tanda dan gejala dari masalah atau faktor etiologi

atau penyebab, keterbatasan ini dapat dicegah

Adapaun langkah-langkah dalam menentukan diagnosa adalah dengan


cara melalui tahapan:
1. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah pengkajian, selanjutnya data dianalisa
untuk dapat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Tahapan
analisa data adalah :
1) Validasi data
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan
spiritual.
3) Membandingkan dengan standart.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran
individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga
meliputi problem, etiologi dan sign/simptom.
 Masalah keperawatan aktual
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang
jelas mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi
 Masalah keperawatan resiko tinggi
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarahkan
pada timbulnya masalah kesehatan bisa tidak segera ditangani
 Masalah keperawatan potensial
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat

35
lebih optimal
3. Menetapkan Etiologi
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari lima tugas
keluarga antara lain:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal mengenal msalah
kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga
seperti pada tabel.
B
O
No Kriteria Skor B
O
T
1. Sifat masalah
 Actual 3 1
(tidak/kurang sehat)
 Ancaman 2
kesehatan 1
 Keadaan sejahtera

2. Kemungkinan masalah

36
dapat diubah
 Mudah 2 2
 Sebagian 1

 Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk
dicegah
 Tinggi 3 1
 Sedang 2

 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
skala : masalah berat , 2 1
harus segera ditangani dan 1
masalah tetapi tidak perlu 0
segera ditangani masalah
tidak dirasakan

Þ Sifat Masalah
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru
menunjukkan tanda dan gejala atau bahkan kondisi sehat.
Þ Kemungkinan masalah untuk diubah
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga, sumber
daya perawat, dan sumber daya lingkungan.
Þ Potensial masalah untuk dicegah
Pembenaran mengacu pada: berat ringannya masalah, jangka waktu
terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok tinggi
yang bisa dicegah.
Þ Meonjolnya masalah
Pembenaran mengacu kepada: persepsi terhadap masalah
Skoring :

Skor yang diperoleh x bobot

37
Angka tertinggi
Jumlah skor, skor tertinggi yang jadi masalah prioritas
Perencanaan Keperawatan
1. Penyusunan Tujuan
Pertama-tama perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berotientasi
pada klien. Penyusunan bersama tujuan tersebut terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber keluarga dalam perawatan mandiri. Menggambarkan
pendekatan- pendekatan alternatif dalam pemecahan masalah. Menyeleksi
intervensi-intervensi keperawatan dan bersifat spesifik.Penyusunan tujuan
bersama keluarga menjadi penentu perencanaan yang efektif, hal ini
sangat beralasan karena diharapkan pada akhirnya klien mempuyai
tanggung jawab akhir dalam pemecahan masalah dan mengatur hidup
mereka sendiri, selain itu juga menghormati keyakinan keluarga.
Penyusunan tujuan bersama dengan keluarga akan lebih efektif. Alasan
yang mendasarinya adalah:

a. Proses penyusunan tujuan bersama memiliki efek positif terhadap


interaksi dengan keluarga
b. Orang nampaknya akan menentang bila diberitahu apa yang harus
dilakukan, tetapi akan bekerja bila memilih tujuan mereka sendiri,
c. Orang akan membuat keputusan cenderung akan bertanggung jawab
terhadap keputusannya tersebut.
Ada beberapa tingkat tujuan. Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek

(khusus) dan jangka panjang (umum). Tingkatan ini digunakan untuk

membedakan masalah yang dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga dan

masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif.

Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat

dimotivasi/memberi kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang

dalam proses dan membimbing keluarga ke arah tujuan jangka

38
panjang/umum. Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir

yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharpkan oleh keluarga

agar dapat tercapai.(Carpeniton, 1998, dikutip Setiadi 2008)

Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan intervensi ini diawali dengan peyelesaian perencanaan
perawatan. Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang; klien(individu
atau keluarga), perawat, dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain,
keluarga luas dan orang-orang lain dala jaringan kerja sosial keluarga.
Adapun faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga
untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan antara lain:
a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau
mendapatkan informasi yang salah.
b. Keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga mereka
melihat masalah sebagian.
c. Keluarga tidak dapat mengaitkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi.
d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau
sosial.
f. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas
kaku dan kurang fleksibel
g. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan
macam-macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.
h. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor
sosial buaday. (Setiadi, 2008)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi
yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Keefektifan
ditentukan degan melihat respons keluarga dan hasil (bagaimana keluarga
memberika respons), bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan.

39
Dengan kata lain, evaluasi merupakan tahapan penilaian untuk
membandingkan kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
perawat.
Evaluasi merupakan proses kesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga
perlu melihat tindakan-tindakan keperawatan tertentu, apakah tindakan
perawatan tersebut benar-benar membantu.
Menurut (Setiadi, 2008) evaluasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, evaluasi yang dilakukan selama kegiatan
berlangsung.
b. Evaluasi Hasil
Evaluasi yang dibandingkan antara tujuan yang akan dicapai dan
merupakan hasil dari asuhan keperawatan. Evaluasi sesuai dengan
SOAP.
S : ungkapan subjektif dari pasien atau keluarga

O : hal-hal yang diterima secara objektif

A : analisa dengan mengacu pada tujuan

P : perencanaan yang akan datang

40
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bemain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.

Ali, Z. 2010. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC.

Friedman, M. M..1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik, Edisi 3. Jakarta


: EGC.

Muwarni, Arita. 2006. Perawatan Pasien Penyakit Dalam Jilid I. Yogyakarta :


Goyen Publishing.

Ngastiyah. 2007. Asuhan Keerawatan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Setiawati, Santun dkk. 2005. Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung : Rizqi Press.

Smeltzer, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta : EGC.

Soeparman dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2. Jakarta : Penerbit FKUI

Suddarth, B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.


Jakarta: EGC.

Sudoyo, W. A. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Suharyono. 2008. Diare Akut. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakartta: EGC.

Suryana. 2008. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

41

Anda mungkin juga menyukai