Anda di halaman 1dari 9

ILLEGAL FISHING MELANGGAR PERJANJIAN

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok 01 (Minggu 3 / Sesi 4)


Mata Kuliah Legal Aspect in Economics
Dosen: Batara Mulia Hasibuan S.H., M.H

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA


BANDUNG
2019

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


A. Latar Belakang Permasalahan
Perjanjian atau kontrak adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan
satu atau lebih subjek hukum dengan satu atau lebih subjek hukum lainnya yang
sepakat mengikatkan diri satu sama lain mengenai hal tertentu dalam lapangan
harta kekayaan. Menurut Projodikoro (1993), Perjanjian adalah suatu
perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu
pihak berjanji itu dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk
tidak melakukan sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.
Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi singkat mengenai perjanjian
yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Artinya perjanjian
melibatkan sedikitnya dua pihak atau lebih. Menurut Saliman, kontrak dapat
diartikan sebagai peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara
tertulis (Saliman, 2005: 39)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Indonesia
memiliki 17.499 pulau yaitu mulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Total
luas wilayah Indonesia yaitu 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). Indonesia merupakan negara yang memiliki perairan
yang lebih luas dibandingkan dengan luas daratan. Luasnya perairan yang
dimiliki, maka Indonesia disebut dengan negara maritim. Luasnya wilayah
kelautan yang dimiliki dibandingkan dengan luas daratannya itu dapat
membuktikan bahwa Indonesia memiliki kelebihan atau kekayaan dalam sumber
daya alam yang khususnya pada sektor kelautan. Kekayaan laut yang dimiliki
Indonesia seperti ikan, kepiting, kerang, juga jenis hewan laut yang lainnya
dapat menarik perhatian dari negara lain. Hal itulah yang menjadi daya tarik
tersediri bagi negara asing khususnya bagi pihak-pihak yang melakukan
tindakan kejahatan pada Indonesia. Pihak-pihak tersebut melakukan kejahatan
dengan cara menangkap hasil laut yang ada di Indonesia seperti ikan, udang,
kerang, juga yang lainnya dengan cara ilegal (illegal fishing).

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Agar dapat mewujudkan negara Indonesia sebagai poros maritim dunia,
perlunya kerjasama dalam mengamankan juga melindungi sumber daya laut
yang dimiliki ini oleh pemerintah juga masyarakat Indonesia itu sendiri. Upaya
dalam menjaga kedaulatan laut juga penegakan pada pihak-pihak yang
melakukan pencurian hasil laut (illegal fishing) yang ada di Indonesia
merupakan tugas yang tidaklah mudah untuk dilakukan. Pihak-pihak yang
bertugas dalam menjaga kedaulatan laut itu sendiri yaitu Mentri Kelauatan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Banyaknya kasus ilegal yang terjadi di Indonesia ini. Salah satu dari
kasus-kasus yang ada yaitu pada tahun 2015. Kasus dari Zhu Nian Le yang
berkebangsaan Cina (Tiongkok). Tindakan yang dilakukan itu menyebabkan
terjerat pada pasal 100 juncto pasal 7 ayat (2) UU Nomor 31 tahun 2004
sebagaiman yang diubah dengan UU Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan.
Putusan Pengadilan Perikanan Ambon memberikan human dengan menetapkan
denda senilai Rp 200.000.000 pada nahkoda kapal Hai Fa. Keputusan yang telah
diberikan itu tidak dapat memberikan efek jera. Kembali dilakukan kejahatan
yaitu dengan melakukan penangkapan 15ton ikan hiu koboi (carcharhinius
longimanus) juga hiu martil (sphyma spp) tanpa adanya Surat Layak Operasi
(SLO). Tindakan itu merupakan tindakan pidana juga melanggar kedaulatan
negara. Bukan hanya itu, perbuatan yang dilakukan itu dapat merugikan pada
sumber daya laut yang dimiliki oleh Indonesia.
Penenggelaman juga peledakan yang dilakukan oleh puluhan kapal asing
dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KPP) tanpa melalui
persidangan. Hal itu merupakan kewenangan negara yang berlandaskan pada
pasal 69 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang dimana
menyaatakan bahwa “ Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan
khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang
berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Tindakan yang dilakukan tersebut diharapkan dapat memberikan efek
yang signifikan terhadap hak-hak traditional fishing. Diharapkan traditional
fishing dapat memperoleh hasil dari tangkapan ikannya dengan bobot yang berat
dan meningkat. Bukan hanya itu, dari tindakan yang dilakukan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dari ekonomi negara dari sumber
daya perikanan yang ada di Indonesia juga hasil lautnya yang berlimpah. Tapi
kebijakan hukum nasional itu juga perlu memperhatikan hukum internasional
sebab permasalahan yang dihadapi itu juga berkaiatan dengan negara-negara
pemilik kapal asing lainnya yang juga menimbulkan suatu kontroversi dari
berbagai pihak.

B. Asas-Asas dalam Perjanjian ZEE Indonesia (Zona Ekonomi Eksklusif)


Zona Ekonomi Eksklusif adalah zona yang dimana luasnya 200 mil laut
dari garis dasar pantai. Pada Zona tersebut sebuah negara pantai memiliki hak
atas kekayaan alam yang ada di dalamnya juga memiliki hak dalam
menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan dalam bernavigasi, terbang
diatasnya, atau juga melakukan penanaman kabel juga pipa. Pastinya setiap
negara memiliki ZEE masing-masing yang memiliki kedaulatan juga kekuasaan
yang penuh dalam teritorinya. Ketika pelanggaran pada peraturan perundang-
undangan yang ada di pantai itu terjadi di laut teritorial atau perairan pedalaman
atau perairan kepulauan pada suatu negara tersebut, maka negara pantai tersebut
bisa memberlakukan seluruh peraturan hukumnya.
Terdapat beberapa kegiatan kelautan yang dapat melanggar perjanjian
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) salah satunya adalah illegal fishing. Illegal
fishing yaitu kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak
diatur oleh peraturan yang berlaku, aktifitasnya tidak dilaporkan kepada suatu
institusi atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Hal ini dapat terjadi
di semua kegiatan perikanan tangkap tanpa tergantung kepada alat tangkap yang
digunakan, lokasi, target species dan eksploitasi serta dapat muncul di semua
tipe perikanan baik skala kecil dan industri, perikanan di zona jurisdiksi nasional
maupun internasional. Negara yang melakukan pelanggaran pada aturan pantai

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


yang ada pada negara tersebut berhak melakukan hukuman pidananya terhadap
kapal tersebut atau pelaku kegiatannya. Itulah penjabaran dari isi yang ada pada
perjanjian ZEE dalam suatu negara.
Asas-asas yang melatarbelakangi dari perjanjian ZEE tersebut yaitu Asas
Pacta Sunt Servanda. Asas Pacta Sunt Servanda adalah semua Perjanjian yang
dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya, Perjanjian menimbulkan kewajiban hukum bagi para pembuatnya.
Dengan adanya itu, ketika terjadi sengketa saat terjadinya pelaksanaan
perjanjian, maka dengan keputusan dari hakim dapat memaksa supaya pihak
yang melakukan pelanggaran dapat melaksanakan hak juga kewajibannya sesuai
dari perjanjian tersebut. Semua perjanjian yang dibuat merupakan sah, sebab
termasuk serta diatur dalam hukum laut internasional.
Di dalam hukum laut internasional disebutkan bahwa hak juga yurisdiksi
negara pantai di ZEE yang meliputi:
1. Eksplorasi juga eksploitasi sumber daya kelautan (hayati-non hayati),
2. Membuat serta memberlakukan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan eksplorasi juga eksploitasi pada sumber daya kelautan,
3. Melakukan pembangunan pulau buatan juga instalasi permanen lainnya,
4. Mengadakan penelitian ilmiah kelautan, juga
5. Melakukan perlindungan lingkungan laut.
Sedangkan untuk kewajibannya bagi negara pantai ZEE meliputi:
1. Menghormati akan eksistensi hak juga kewajiban negara lain atas wilayah
ZEE,
2. Menentukan maximum allowable catch untuk sumber daya hayatinya dalam
hal ini yaitu perikanan, serta
3. Dalam hal negara pantai tidak mampu memanen keseluruhan allowable
catch, memberikan akses pada negara lain akan surplus allowable catch
dengan melalui perjanjian sebelumnya untuk optimalisasi pemanfaatan pada
sumber daya kelautannya khususnya sumber daya pada perikanannya dengan
tujuan yaitu konservasi.
Sehingga saat suatu negara melakukan pelanggaran ketentuan yang telah diatur
pada perjanjian ZEE tersebut, oleh karena itu negara tersebut memiliki hak yang

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


penuh dalam memberlakukan seluruh peraturan hukumnya bahkan hukum
pidananya terhadap kapal atau pelaku yang melanggarnya.

C. Peraturan Perundang-Undangan dalam ZEE Indonesia


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah satu
negara yang sudah menandatangani UNCLOS (United Nations Convention on
the Law of the Sea). Wilayah laut NKRI dibagi menjadi 7 wilayah, yaitu
Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan, Laut Teritorial, Zona Tambahan, Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE), Landas Kontinen, dan Laut Lepas. Peraturan
perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok dari ZEE adalah:
 UU Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
UU No.5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang
menyebutkan bahwa:
“Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyai
dan melaksanakan: Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan
eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan non
hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya dan
kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona
tersebut, seperti pembangkitan tenaga dari air, arus dan angin.”
Berarti:
1. Negara lain tidak boleh mengambil sunber daya yang ada di ZEE.
2. Tidak boleh ngeksplorasi atau melakukan kegiatan pembangkitan tenaga
air, arus ataupun angin.
3. pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan
bangunan-bangunan lainnya;
4. penelitian ilmiah mengenai kelautan;
5. perlindungan dan pelestarian lingkungan laut;
 UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Dalam pasal 8 ayat (1) United Nations Conventions on the Law of the
Sea (UNCLOS 1982) disebutkan bahwa yang dinamakan Perairan
Pedalaman adalah perairan pada sisi darat garis pangkal laut teritorial. Pasal
tersebut selengkapnya berbunyi, “perairan pada sisi darat garis pangkal laut

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


teritorial merupakan bagian perairan pedalaman negara tersebut”. Perairan
Pedalaman Indonesia terdiri atas: laut pedalaman, dan perairan darat.
Selanjutnya, laut pedalaman menurut pengertian undang-undang ini adalah
bagian laut yang terletak pada sisi darat dari garis penutup, pada sisi laut
dan gari air rendah. Sedangkan Perairan Darat adalah segala perairan yang
terletak pada sisa darat dari garis air rendah, kecuali pada mulut sungai
perairan darat adalah segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis
penutup mulut sungai.
 UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 adalah perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang dimana
menyatakan bahwa “Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan
tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal
perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.
Terdapat ketentuan Pasal 8 ayat (1) undang-undang perikanan yang
dimaksudkan adalah larangan bagi setiap orang atau badan hukum untuk
melakukan kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan dengan
menggunakan bahan kimia dan sejenisnya yang dapat membahayakan
kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya.
 UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Maksud dari “kelautan” dalam undang-undang ini adalah hal yang
berhubungan dengan Laut dan/atau kegiatan di wilayah Laut yang meliputi
dasar Laut dan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaan Laut, termasuk
wilayah pesisir dan pulau-pulau. Untuk melindungi laut indonesia
Pemerintah melakukan upaya pelindungan lingkungan Laut melalui
konservasi Laut, pengendalian Pencemaran Laut, penanggulangan bencana
Kelautan, dan pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan dan
bencana. Undang undang ini terdiri dari beberapa bab. Bab kesatu mengatur
tentang Ketentuan umum, kedua tentang asas dan tujuan, ketiga tentang
ruang lingkup, keempat tentang wilayah laut, kelima tentang Pembangunan
Kelautan, Keenam Pengelolaan Kelautan, ketujuh Pengembangan Kelautan,

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


kedelapan pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan laut,
kesembilan Pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan di
laut.

D. Penutup
 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada tugas kelompok ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Zona Ekonomi Eksklusif adalah zona yang dimana luasnya 200 mil laut dari
garis dasar pantai. Pada Zona tersebut sebuah negara pantai memiliki hak
atas kekayaan alam yang ada di dalamnya juga memiliki hak dalam
menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan dalam bernavigasi, terbang
diatasnya, atau juga melakukan penanaman kabel juga pipa. Illegal Fishing
merupakan salah satu kegiatan yang melanggar hukum perjanjian Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). Tindakan dari illegal fishing adalah tindakan
yang menyeleweng dari perjanjian yang telah dibuat sebelumnya oleh suatu
negara dengan negara lainnya yaitu pada perjanjian yang disebut ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif). Negara yang melakukan pelanggaran pada aturan
pantai yang ada pada negara tersebut berhak melakukan hukuman pidananya
terhadap kapal tersebut atau pelaku kegiatannya. Asas-asas yang
melatarbelakangi dari perjanjian ZEE tersebut yaitu Asas Pacta Sunt
Servanda. Asas Pacta Sunt Servanda adalah semua Perjanjian yang dibuat
secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
ZEE telah diatur dalam perundang-undangan yaitu UU nomor 5 tahun 1983
tentang Zona Ekonomi Eksklusif, UU nomor 6 tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia, UU nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan, dan UU nomor 32
tahun 2014 tentang Kelautan.
 Saran
Untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana illegal fishing di
Indonesia, pemerintah hendaknya membentuk forum koordinasi penegak
hukum untuk menyamakan persepsi dan langkah-langkah penegakan
hukum; menertibkan mekanisme penerbitan izin bagi kapal-kapal ikan lokal

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


ataupun kapal asing dengan cara melakukan cek fisik kapal-kapal yang akan
diberikan izin dan merevisi kembali kapal-kapal yang telah diberi izin serta
bekerja sama dengan penyidik dilapangan untuk memeriksa kembali izin
setiap kapal yang akan melakukan dan atau yang sedang melakukan
penangkapan ikan di perairan Indonesia serta mengaktifkan peranan
masyarakat dalam melakukan pengawasan sumberdaya perikanan dan
kelautan melalui Siswasmas (sistem pengawasan masyarakat) khususnya
masyarakat nelayan.

DAFTAR PUSTAKA
Lecture Notes Minggu 3 Sesi 4 – Law of Obligations and Legal Agreement
https://www.pelajaran.co.id/2019/05/pengertian-perjanjian-menurut-para-
ahli.html dikutip pada tanggal 10 Desember 2019
http://www2.kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-
biasa dikutip pada tanggal 10 Desember 2019
https://business-law.binus.ac.id/2018/12/30/penindakan-dan-penghukuman-
illegal-fishing/ dikutip pada tanggal 10 Desember 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Zona_Ekonomi_Eksklusif dikutip pada tanggal 11
Desember 2019
https://www.legalakses.com/pacta-sunt-servanda/ dikutip pada tanggal 13
desember 2019
hukum.unsrat.ac.id › uu › uu_5_83 dikutip pada tanggal 13 Desember 2019
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_6_96.htm dikutip pada tanggal 13 Desember
2019

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai