Jauh sebelum saya beranjak secara mendalam, kata desa tidak jauh dari “indah” bukan ? ya, memang indah. Tidak bisa di pungkiri dari kata desa tersebut kita bisa menerawang seberapa jauh kebermanfaatan desa bagi para penduduknya. Desa tidak lain dan tidak bukan merupakan sebuah tempat para orang-orang sukses sebelumnya, jangan katakan tidak. Para pahlawan baik itu yang dahulu maupun yang sekarang yang sedang menduduki kursi kekuasaan pastilah berasal dari dari desa. Dapat kita buktikan dengan cerita kehidupan yang merupakan sampaikan baik secara langusng maupun ada tertulis pada sejarah nya. Jadi mengapa banyak yang tidak acuh akan apa sebenarnya kabar desa ? baiklah coba kita ingat pepatah yang dikatakan oleh pahlawan kita yang terdahulu yaitu A.H Nasution, apa yang dia katakan ? “Membangun negeri ini, harus dimulai dari desa!” jelas pepatah tersebut sangat berkaitan dengan teman kali ini, sejauh ini di akui memang desa memang tidak memiliki kecanggihan yang amat besar seperti di kota. Namun desa memiliki peranan yang amat penting dalam sebuah negeri, orang sukses butuh yang namanya berjuang tidak dengan kebanyakan anak kota lumrahnya yang mengabiskan waktunya dengan gadget. Kita hubungkan dengan kata “ Pendidikan” ya apa kabar dengan pendidikan di desa ? sudah layak kah atau malah sebaliknya. Pantaskah anak desa yang memiliki beragam potensial namun terbungkam oleh minimnya pengajaran proses pendidikan yang tidak layak kononnya. Sama-sama anak bangsa bukan ? faktanya mereka juga butuh layaknya belajar dengan nyaman, tidak adakah perhatian untuk mereka yang memiliki cita-cita yang amat tinggi sampai negeri cina katanya, namun belum sampai keluar dari garis zona nyaman mereka malah mundur perlahan. Apa penyebabnya ? kurang nya perhatian terhadap lembaga pendidikan yang terdapat di plosok desa. Ungkapan saya tersebut adalah isi hati saya, maka jika ingin membangun sebuah negeri yang maju, mulailah dari desa dengan menitik beratkan kata “Pendidikan”. Pendidikan mampu merubah negeri yang banyak manipulasi, selain itu mampu mewujudkan tujuan Negara Indonesia “ Mencerdaskan Kehidupan Banga”. Mereka berhak turut andil menjadi cerdas, tetapi bagaimana bisa mereka cerdas, baca tulis saja mereka tidak mampu. Senyum mereka memang terukir namun jauh di lubuk hati mereka menangis dengan masa depan yang akankah mereka bisa capai ? atau malah terjatuh di lubang kebodohan yang tidak akan bisa dilawan selain kata “belajar”. Maka dari itu pesan saya bagi para pemerintah, mereka juga anak bangsa jangan menjadikan mereka anak kedua jika belum melihat nyatanya mereka lebih dari anak pertama.