Anda di halaman 1dari 5

Nama : Santi Pratiwi

Nim : 830163090

Prodi : S-1 Ilmu Keperawatan 4A

Makul : Managemen Keperawatan

1.seberapa pentingkaah orgaanisasi yang kita mliki?

2. Bagaimana kewenangaan organisasi yang kita naungi dalam kewenangan perawat(dasar kewenangan
perawat bisa dr permenkes or uu or perpres)

3. Bagaimana efektifitas organisasi perawat dalam hal legal etiknya dan advocacynya

4.bagaimana implementasi organisasi perawat di puskesmas,rs, dan komunitas or masyarakat

Jawab

1. Seberapa pentingnya organisasi bg kita? dari organisasi kita diajarkan mandiri ,terciptanya
kebersamaan , mempererat persaudaran , dapat menyelesaikan suatu masalah dgn baik atau
musyawarah, dapat mengenal satu sama lain. Kita harus mengikuti arus pergaulan kampus, tentunya
pergaulan yang memberikan dampak positif bagi perkuliahan kita.

Di kampus, kita harus bisa membiasakan diri untuk menunjukkan rasa sosial yang tinggi. Itu semua bisa
diwujudkan dengan bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di kampus. Disana kita bisa
menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang baik di lingkungan kampus. Kita harusnya
bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan kita yang lain maupun junior yang akan bergabung nantinya.

2. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan


wewenang ini hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya. Pelimpahan wewenang
dimaksud dapat dilakukan secara delegatif atau mandat.

Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga
medis kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. Pemberian delegasi ini hanya dapat
diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang
diperlukan.

Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan
sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud diatas, perawat
berwenang:

a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas pelimpahan wewenangdelegatif
tenaga medis

b. melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat

c. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah.

Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Tugas ini merupakan penugasan Pemerintah
yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu
wilayah tempat Perawat bertugas. Keadaan ini ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat. Perawat dalam
melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu berwenang (pasal 33 UU Keperawatan):

a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;

Yang dimaksud penyakit umum menurut penjelasan UU Keperawatan adalah penyakit atau gejala yang
ringan dan sering ditemukan sehari hari dan berdasarkan gejala yang terlihat (simtomatik), antara lain,
sakit kepala, batuk pilek, diare tanpa dehidrasi, kembung, demam, dan sakit gigi.

b. merujuk klien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan

c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.

(Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang perawat diatur dengan Peraturan Menteri)

Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat melakukan
tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya (pasal 35 UU Keperawatan).
Pertolongan pertama tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan
lebih lanjut, dan merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien. Keadaan darurat ini
ditetapkan oleh perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya. Meskipun demikian,
ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat ini akan diatur dengan Peraturan Menteri.

Diambil di jurnal : Kompetensi dan Kewenangan Perawat dalam Menghadapi Masalah Legal Etik
Keperawatan

Oleh: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes.

Disampaikan pada: Seminar Nasional: “Kompetensi dan Kewenangan Perawat dalam Menghadapi
Masalah Legal dan Etik Praktik Mandiri Perawatat, DPD PPNI Kabupaten bekerjasama dengan Stikes
Muhammadiyah Lamongan, 21 April 2018.
3. Pada tahun 2005 telah terjadi perubahan struktur organisasi di salah satu Rumah Sakit Umum
Daerah(RSUD) Pontianak. Bidang keperawatan yang pada struktur lama mengelola pelayanan
keperawatanditiadakan, dimerger dengan bidang pelayanan rumahsakit. Dengan ditiadakannya bidang
keperawatan dan diberdayakannya bidang pelayanan dapat diartikan bahwa struktur organisasi telah
mengalami perubahan dari struktur yang bersifat sentralisasi menjadi struktur yang bersifat
desentralisasi. Perubahan ini berdampak terhadap kinerja staf pelayanan keperawatan sebagai sebuah
organisasi. Struktur organisasi tanpa diragukan berhubungan dengan pencapaian efektivitas organisasi
(Gibson,Ivancevich & Donelly, 1996). Hal ini didukung oleh Kushner dan Poole (1996, dalam Schmid,
2002), menyatakan terdapat korelasi positif antara struktur organisasi dan efektifitas organisasi. Dengan
demikian struktur organisasi yang berubah dapat berdampak pada efektivitas organisasi. Meski terjadi
perubahan jenis struktur organisasi yang digunakan, kriteria efektivitas organisasi dapat diidentifikasi
dengan beberapa persyaratan minimal, yaitu struktur organisasi harus ada batasan jelas, sedikit
mungkin tingkat manajemen dan sependek mungkin rantai komando, serta harus meningkatkan
komunikasi.

Organisasi yang tidak ada departemen keperawatan, para perawat harus melakukan tindakan tambahan
untuk memastikan bahwa mereka dan para koleganya menjalankan standar keperawatan dan
memastikan mutu kinerja (Beyers, 1999). Hal ini terjadi karena mengingat pentingnya struktur suatu
departemen keperawatan dalam mendukung tujuan organisasi, falsafah dan tujuan keperawatan serta
menunjukkan bagaimana setiap posisi keperawatan berhubungan dengan departemen lain di dalam
institusi (Gillies, 1994).Dalam sebuah organisasi dengan sentralisasi yang tinggi, penguasaan wewenang
dan sebagian besar keputusan diambil oleh eksekutif di daerah puncak (Gillies, 1994; Gibson, Ivancevich
dan Donelly, 1997). Pada pendekatan desentralisasi otoritas yang diberikan dekat pada sumber
pelaksanaan, sehingga membantu memperlancar pekerjaan (Winardi, 2004).Pada organisasi yang
tersentralisasi, pengambilan keputusan dilakukan oleh beberapa manajer tingkat atas, sedangkan pada
organisasi yang terdesentralisasi, pengambilan keputusan tentang suatu masalah dapat diselesaikan
pada tingkat dimana masalah itu terjadi dan mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas hasil
asuhan dan meningkatkan efektivitas organisasi (Hagenstad, Weis & Brophy, 2000; Krairiksh & Anthony,
2001 dalam Marquis & Huston, 2006).Proses organisasi melibatkan tiga proses perilaku yang
berkontribusi dalam kinerja dan efektivitas organisasi, yaitu: komunikasi, pengambilan keputusan dan
sosialisasi karir serta pengembangan karir (Gibson, Ivancevich & Donelly, 1996). Komunikasi sangat
penting bagi para manajer dan bagi pekerjaan mereka, karena kekuasaan, kepemimpinan dan
pengambilan keputusan tergantung pada proses komunikasi baik eksplisit maupun implisit (Hall, 2002).
Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi untuk
meningkatkan kinerja (Robbins, 2002).

Jadi, organisasi dalam keperawatan sangat mempengaruhi proses legal etik dan advocacy keperawatan.

Diambil dari jurnal EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI,


PENGAMBILAN KEPUTUSAN,SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR

Ridwan1,2*, Dewi Irawaty3, Sutanto P. Hastono4 .Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 13, No. 1,
Maret 2010; hal 1 - 7
4. Pengorganisasiannya meliputi pembagian" tugas tiap individu. bagaimana individu-individu yang ada
di dalam satuan kerja tadi bekerja secara maksimal sesuai tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam
keperawatan system lebih terfokus pada pengorganisasian, interaksi, interdependensi dan integrasi dari
bagian-bagian dan elemen yang ada. Organisasi pelayanan kesehatan biasa dipandang sebagai sebuah
system dengan sub-sistem individu dan grup atau kelompok profesi yang secara bersama-sama bekerja
untuk mencapoai tujuan yang disepakati.

Di Puskesmas : pembagian tugas sesuai tanggung jawab dan wewenang

 Kepala Puskesmas; dengan kriteria yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan minimal
diploma tiga bila tidak tersedia tenaga kesehatan dengan pendidikan sarjana, memiliki
kompetensi manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun,
dan telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
 Kepala sub bagian Tata Usaha, yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas dalam
pengelolaan Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga. Bendahara termasuk
dalam bagian Tata Usaha.
 Penanggungjawab UKM Esensial, UKM Pengembangan dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
 Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
 Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan,
yang membawahi:
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
4. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

Di Rumah sakit :

1. Kepala Rumah Sakit atau Direktur


2. Unsur Pelayanan bidang Medis
3. Keperawatan
4. Penunjang Medis
5. Komite
6. Satuan pemeriksa Internal
7. Administrasi umum dan keuangan

(a) implementasi organisasi keperawatan di puskesamas

Struktur organisasi MPKP menggunakan sistem penugasan tim primer keperawatan.


Ruang MPKP dipimpin kepala ruangan yang membawahi dua atau lebih ketua tim.
Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana
yang memberikan asuhan keperawatansecara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
(b) RS (PENGORGANISASIAN KEGIATAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT) Kepala ruangan
bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :

Struktur Organisasi

Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan. Berbagai
struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya organisasi
dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan
pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak
termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan
menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah sakit
perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi.

Pengelompokkan Kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus


diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.

Anda mungkin juga menyukai