Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) POTENSIAL

KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 (DM) DISERTAI DISLIPIDEMIA
DI INSTALASI RAWAT INAP RS MEDIKA BSD TANGERANG SELATAN
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2018

Atika Fauziah1), Siva Fauziah, M.Farm., Apt. 2)


1)
Program Studi Farmasi Sains dan Teknologi Al-Kamal
J1. Raya Al-Kamal No. 2 Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11520
2)
Dosen Program Studi Farmasi ISTA
J1. Raya Al-Kamal No. 2 Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11520

ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa dalam darah yang tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Dislipidemia adalah
gangguan keadaan lemak darah yang ditinjau dari kandungan total kolesterol dalam darah, LDL, HDL, dan
Trigliserida. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui berapa presentase Drug Related Problems (DRPs)
kategori ketidaktepatan dosis potensial dan Interaksi obat potensial pada pasien rawat inap Diabetes Melitus
Tipe 2 disertai dislipidemia di Rumah Sakit Medika BSD Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif.
Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Medika BSD Tangerang Selatan selama 3
(tiga) bulan mulai Januari–Maret 2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pasien dewasa
rawat inap Diabetes Melitus tipe 2 disertai dislipidemia dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Medika BSD
Tangerang Selatan periode Januari – Desember 2018 yaitu: ketidaktepatan dosis potensial yang terjadi pada
pasien pasien diebetes melitus disertai dislipidemia rawat inap sebesar berdasarkan jumlah pasien 2 (3,28%)
dan berdasarkan jumlah obat sebanyak 31 obat (3,63%). Interaksi Obat potensial yang terjadi pada pasien
pasien diebetes melitus disertai dislipidemia rawat inap sebesar 57 pasien (93,44%) dan berdasarkan jumlah
obat yang berinteraksi sebanyak 250 obat (29,24%).

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Dislipidemia, Drug Related Problems

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a disease characterized by high blood glucose levels because the body cannot
release or use insulin sufficiently.. Dyslipidemia is a disorder of the condition of blood fat in terms of the
total content of cholesterol in the blood, LDL, HDL, and triglycerides. The purpose of this study was to find
out the percentage of Drug Related Problems (DRPs) in the category of potential dose inaccuracies and
potential drug interactions in patients with Type 2 Diabetes Mellitus with dyslipidemia at Medika BSD
Hospital South Tangerang. This research is a non-experimental research with a descriptive approach with
retrospective data collection. The study was conducted at Medical Record Installation of Medika BSD
Hospital South Tangerang for 3 (three) months from January to March 2019. The sample used in this study
was adult patients with inpatient type 2 diabetes mellitus accompanied by dyslipidemia with a sampling
technique using the method purposive sampling that is samples taken based on certain requirements so that
the samples taken are those that meet the inclusion criteria. Based on research that has been done at the
BSD Medika Hospital in South Tangerang for the period January - December 2018, namely; potential dose
inaccuracies that occur in patients with diebetes melitus with dislipidemia hospitalization based on the
number of patients 2 (3.28%) and based on the number of drugs as many as 31 drugs (3.63%). Interactions
Potential drugs that occur in patients with diebetes melitus with dislipidemia hospitalization amounted to 57
patients (93.44%) and based on the number of drugs interacting as many as 250 drugs (29.24%).

Keywords: Diabetes Mellitus, Dyslipidemia, Drug Related Problems .


I. PENDAHULUAN prevalensi merokok setiap hari pada
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penduduk >10 tahun sebesar 23,7%
penyakit yang ditandai dengan kadar (11).
glukosa dalam darah yang tinggi Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
karena tubuh tidak dapat melepaskan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka
atau menggunakan insulin secara prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi
cukup. Diabetes melitus dapat terdapat di provinsi DI Yogyakarta
menimbulkan berbagai macam (2,6 %), diikuti DKI Jakarta (2,5 %),
komplikasi, antara lain dislipidemia, dan Sulawesi Utara (2,4 %),
neuropati, nefropati, retinopati, stroke, sedangkan provinsi Banten memiliki
hipertensi dan penyakit kardiovaskular penduduk dengan riwayat penyakit
lainnya. Diabetes Melitus sebesar (1,3 %).
Dislipidemia adalah gangguan Sementara itu, prevalensi Diabetes
keadaan lemak darah yang ditinjau Mellitus terendah ada di provinsi
dari kandungan total kolesterol dalam Lampung (0,7% %), diikuti
darah, LDL, HDL, dan Trigliserida Kalimantan Barat 0,8%), dan NTB
(3). Dislipidemia merupakan (0,9 %) (28). Diabetes melitus
akumulasi salah satu atau lebih lipid sebagian besar dialami oleh penduduk
dalam plasma, sebagai manifestasi di kota-kota besar. Hal ini mungkin
kelainan metabolisme transportasi terjadi mengingat gaya hidup di kota-
lipid. Secara klinis. kota besar yang menganut gaya
Menurut International Diabetes milenial dengan semua makanan cepat
Foundation (IDF), pada tahun 2013 saji yang tinggi lemak dan karbohidrat
jumlah penderita diabetes di seluruh namun tidak diikuti dengan olahraga
dunia adalah sekitar 382 juta orang yang teratur.
dengan rentang usia antara 40-59 Penderita diabetes di Indonesia
tahun dan 46% diantaranya tidak adalah pasien dengan rentang usia 20-
terdiagnosa. 80% dari keseluruhan 79 tahun yaitu sekitar 9 juta orang dan
penderita diabetes tersebut adalah dari 4,8 juta orang diantaranya tidak
negara yang berpenghasilan rendah terdiagnosa. Jumlah penderita diabetes
sampai menengah. Kejadian diabetes akan terus bertambah setiap tahunnya,
meningkat pada tahun 2014, yaitu bahkan pada tahun 2035 diperkirakan
menjadi sekitar 387 juta orang dari jumlah penderita diabetes meningkat
seluruh dunia (16). Sekitar 90% dari hingga 55% (16).
seluruh kejadian diabetes adalah Pengobatan untuk DM tipe 2 adalah
diabetes melitus (DM) tipe 2 dan perubahan gaya hidup serta terapi
biasanya ditandai dengan adanya farmakologi. Terapi farmakologi yang
resistensi insulin. diberikan yaitu obat antidiabetika.
Prevalensi nasional DM Dalam pengobatan DM tipe 2
berdasarkan pemeriksaan gula darah kemungkinan akan menimbulkan drug
pada penduduk usia >15 tahun related problem atau DRP, yaitu
diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang kejadian tidak diinginkan yang benar-
makan buah dan sayur sebesar 93,6%, benar terjadi (aktual) atau berpeluang
dan prevalensi kurang aktifitas fisik untuk terjadi (potensial) yang
pada penduduk >10 tahun sebesar berkaitan dengan terapi obat yang
48,2% disebutkan pula bahwa diberikan kepada pasien sehingga

1
mengganggu hasil terapi yang tidak tercapainya hasil terapi yang
diharapkan. DRP juga sering disebut diinginkan (9).
dengan istilah drug therapy problem Berdasarkan hal diatas, peneliti
yaitu suatu peristiwa tidak diinginkan tertarik untuk melakukan penelitian
yang dialami oleh pasien terkait terapi yang berjudul Identifikasi Drug
obat yang diberikan maupun diduga Related Problems Potensial Kategori
melibatkan terapi tersebut sehingga Ketidaktepatan Dosis Dan Interaksi
bisa mengganggu tujuan terapi yang Obat Pada Pasien Diabetes Melitus
diharapkan (21). (DM) Tipe 2 Disertai Dislipidemia Di
Pada Farmingham Heart Study, Instalasi Rawat Inap RS Medika BSD
penderita DM didapatkan 2 kali lebih Tangerang Selatan Periode Januari-
sering mengalami hipertrigliseridemia Desember 2018.
dan penurunan kolesterol HDL/ Selain .
itu, ditemukan bahwa 20% penderita II.METODE PENELITIAN
DM laki-laki dan 25% DM wanita
mempunyai kadar kolesterol yang 1. Desain Penelitian
sangat rendah (36). Dari Penelitian di Penelitian ini merupakan jenis
Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa penelitian non eksperimental
tahun 2011 didapatkan hasil yaitu dengan pendekatan deskriptif
terdapat hubungan antara kadar dengan pengambilan data secara
glukosa darah puasa (GDP) dengan retrospektif untuk memperoleh
kadar trigliserida (p < 0.05) pada gambaran mengenai obat
penderita DM tipe 2 (37,36). antidiabetik oral yang digunakan
Ketepatan dalam penanganan pada pasien rawat inap penderita
penyakit diabetes melitus pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang
geriatrik disertai dyslipidemia harus disertai dengan dislipidemia di RS
dilakukan untuk meningkatkan Medika BSD Tangerang Selatan
kualitas hidup pasien. Penanganan periode Januari-Desember 2018.
terhadap penyakit diabetes melitus 2. Waktu dan Tempat Penelitian
dapat dilakukan dengan terapi Penelitian dilakukan di Instalasi
farmakologi maupun terapi Rekam Medik Rumah Sakit
nonfarmakologi. Dalam terapi Medika BSD Tangerang Selatan.
farmakologi, tentunya sangat selama 3 (tiga) bulan mulai
diperlukan ketepatan obat dan Januari–Maret 2019 dengan
dosisnya, dengan memperhatikan pengambilan data retrospektif dari
kondisi pasien sehingga dapat dicapai lembar resep periode Januari -
keberhasilan terapi. Desember 2018.
Kategori dosis menempati urutan
3. Populasi
kedua dari kategori DRPs berdasarkan
Populasi pada penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh
adalah rekam medik pasien
Minnesota Pharmaceutical Care
Diabetes Melitus tipe 2 dengan
Project selama 3 tahun terhadap 9399
atau tanpa penyakit penyerta yang
pasien. Penggunaan obat dosis lebih
berobat rawat inap periode bulan
maupun dosis kurang merupakan
Januari-Desember 2018. Data
indikasi DRPs yang dapat
diambil dengan metode
menyebabkan kegagalan terapi atau

2
retrospektif, populasi yang pasien, pemeriksaan,
digunakan adalah pasien rawat pengobatan, tindakan dan
inap penderita Diabetes Melitus pelayanan lain yang telah
tipe 2 dengan atau tanpa penyakit diberikan kepada pasien.
penyerta di RS Medika BSD b. Formulir Pengobatan Pasien
Tangerang Selatan pada bulan Formulir yang digunakan
Januari– Desember 2018. memuat data yang akan dicatat
4. Sampel dari rekam medis pasien.
Sampel yang digunakan dalam Formulir berisi identitas
penelitian adalah pasien rawat pasien, diagnosis pasien, nama
inap Diabetes Melitus tipe 2 obat DM tipe 2 yang
dengan atau tanpa penyakit digunakan, jumlah obat per
penyerta yang menjalani resep, dosis pemberian,
pengobatan pada Januari 2018 frekuensi pemberian, lama
sampai Desember 2018 dengan pengobatan, rute pemberian,
teknik pengambilan sampel data klinis, dan data
menggunakan metode purposive laboratorium
sampling yaitu sampel yang 8. Skema Penelitian
diambil berdasarkan persyaratan
tertentu sehingga yang diambil
adalah sampel yang memenuhi
kriteria inklusi.
5. Kriteria inklusi
a. Pasien rawat inap dengan
diagnosa penyakit diabetes
melitus tipe 2 dengan atau
tanpa penyakit penyerta
b. Pasien rawat inap dengan usia
diatas 25 tahun
c. Pasien rawat inap yang
menggunakan obat antidiabetes
tipe 2 dengan atau tanpa
penyakit penyerta
6. Kriteria eksklusi:
a. Pasien Diabetes Melitus
pada anak III. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Pasien Diabetes Melitus tipe Pasien DM tipe 2 di RS Medika
1 BSD terdiri dari 61 pasien yang
c. Pasien rawat jalan telah sesuai dengan kriteria inklusi.
Karakteristik pasien dapat diketahui
7. Instrumen penelitian dengan melihat data rekam medik
a. Rekam medis pasien di instalasi rekam medik RS
Rekam medis adalah berkas Medika BSD yang meliputi umur,
yang berisikan catatan dan jenis kelamin, lama rawat inap.
dokumen tentang identitas

3
Karakteristik obat dapat dilihat dari makan buah dan sayur
sediaan obat, golongan obat. sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada
1. Karakteristik Pasien penduduk >10 tahun sebesar
a. Umur 48,2% disebutkan pula bahwa
prevalensi merokok setiap
hari pada penduduk >10
tahun sebesar 23,7%.

c. Lama Rawat Inap

Berdasarkan Tabel IV.1 yang


paling banyak yaitu kelompok
umur >66 sebanyak 21 orang
dengan persentase 34,43%,
selanjutnya kelompok umur 56
– 65 sebanyak 19 orang dengan Berdasarkan Tabel IV.3 lama
persentase 31,15%, kelompok rawat inap yang paling
umur 46 – 55 sebanyak 15 banyak yaitu kelompok < 5
orang dengan persentase hari sebanyak 44 orang
24,59%, dan yang paling dengan persentase 72,13%,
sedikit kelompok umur 26 – 35 selanjutnya lama rawat inap
dan 36 – 45 sebanyak 3 orang 5–10 hari sebanyak 15 orang
dengan persentase 4,92%. dengan persentase 24,59%,
dan yang paling sedikit > 10
b. Jenis Kelamin hari sebanyak 2 orang dengan
persentase 3,28%.
2. Karakteristik Penggunaan Obat
DM Tipe 2 Dengan Atau Tanpa
Penyakit Penyerta

Berdasarkan Tabel IV.2 yang


paling banyak yaitu kelompok
jenis kelamin laki-laki
sebanyak 34 orang dengan
persentase 55,74%, sedangkan
kelompok jenis kelamin
perempuan sebanyak 27 orang
dengan persentase 44,26% .
Prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan
gula darah pada penduduk
usia >15 tahun diperkotaan
5,7%, prevalensi kurang

4
3. Identifikasi DRP Kategori
Ketidaktepatan Dosis

Berdasarkan Tabel IV.7


Ketidaktepatan Dosis
Berdasarkan Tabel IV.5 dari berdasarkan Frekuensi Rendah
total 61 pasien terdapat 2 pasien terdapat total 26 dengan
dengan persentase 3,28% distribusi paling banyak yaitu
mengalami tidak tepat dosis ranitidine dengan jumlah 24
sedangkan sisanya 57 pasien dengan persentase 92,31% dan
tepat dosis dengan persentase metronidazole sebanyak 2
93,44%. Tidak tepat dosis dilihat dengan persentase 7,69%.
dari jenis obat apa yang Menurut IONI, dosis standar
digunakan dan berapa dosis untuk ranitidin injeksi pada
standarnya menurut IONI. pasien usia dewasa yaitu
sebanyak 3 x sehari 50mg
pemberian intravena, sedangkan
pada rekam medik dosisnya
hanya 2 x sehari 50mg. Untuk
pemberian Metronidazole rute
peroral pada pasien usia dewasa
sebanyak 3-4 x sehari dengan
dosis 250 – 500mg. Namun pada
Berdasarkan Tabel IV.6 rekam medik tercatat pemberian
Ketidaktepatan Dosis dosis hanya sebanyak 2 x sehari
berdasarkan Jumlah Obat 500mg
kategori yang paling banyak
yaitu obat tepat dosis sebanyak
824 dengan persentase 96,37%.
Dari 855 obat yang digunakan,
ada 824 obat yang dosisnya tepat
atau sesuai dengan standar IONI.
Dan ada 31 obat yang dosisnya
tidak sesuai dengan standar Berdasarkan Tabel IV.8
IONI, dosisnya lebih rendah dan Ketidaktepatan Dosis berdasarkan
lebih tinggi dari standar yang Frekuensi Tinggi terdapat 5, yaitu
telah ditetapkan. meloxicam. Dosis meloxicam
untuk pasien usia dewasa menurut
IONI yaitu 2 x sehari 7,5mg.
Tetapi pada rekam medik tercatat

5
pemberian 3 x sehari 7,5mg, berinteraksi sebanyak 250 dengan
dimana dosis yang diberikan lebih persentase 29,24%. Dari total 855
tinggi dari dosis standar yang obat yang digunakan, sebanyak
telah ditetapkan oleh IONI 250 obat mengalami interaksi satu
4. Identifikasi DRP Kategori sama lain. Interaksi yang umum
Interaksi Obat terjadi adalah interaksi
Hasil penelitian menunjukan farmakodinamika serta interaksi
bahwa interaksi obat terjadi pada farmakokinetika.
57 pasien dengan jumlah kasus Interaksi obat dapat terjadi
interaksi sebanyak 250 kasus. ketika efek suatu obat berubah
Beberapa pasien dapat mengalami dengan adanya obat lain,
lebih dari satu kasus interaksi makanan, minuman atau agen
obat. kimia yang berhubungan dengan
lingkungan (33). Ada beberapa
keadaan di mana obat berinteraksi
dengan mekanisme yang unik,
namun mekanisme interaksi
tertentu sering dijumpai.
Mekanisme tersebut dapat dibagi
menjadi interaksi yang melibatkan
aspek farmakokinetika obat dan
interaksi yang mempengaruhi
respon farmakodinamik obat.
Berdasarkan Tabel IV.9 Interaksi Beberapa interaksi obat yang
Obat berdasarkan Jumlah Pasien dikenal merupakan kombinasi
pasien dengan potensi interaksi lebih dari satu mekanisme
obat pada resep sebanyak 57
pasien dengan persentase 93,44% 5. Interaksi Obat Berdasarkan
dan pasien dengan tanpa potensi Mekanisme
interaksi obat pada resep Berdasarkan mekanisme interaksi
sebanyak 4 pasien dengan obat yang terjadi pada fase
persentase 6,56% farmakodinamik sebanyak 152
kasus (60,80%). Interaksi
farmakokinetika terjadi sebanyak
53 kasus (21,20%) dan interaksi
yang tidak di ketahui interaksinya
sebanyak 45 kasus (18,00%).
Beberapa obat memiliki
mekanisme interaksi yang belum
atau tidak diketahui. Hal ini
Berdasarkan tabel IV. 10 dimungkinkan karena beberapa
Interaksi Obat berdasarkan obat dapat berinteraksi dengan
Jumlah Obat kategori obat yang tidak hanya satu mekanisme tetapi
tidak berinteraksi sebanyak 605 dapat dua atau lebih mekanisme
dengan persentase 70,76%, dan yang terlibat.
obat yang mempunyai potensi

6
Interaksi obat berupa
spironakton dengan ACE inhibitor
disebutkan dalam mekanisme
yang tidak diketahui, namun
disebutkan bahwa interaksi ini
terjadi melalui fase
farmakodinamik. kedua obat
tersebut memiliki sifat menahan Berdasarkan Tabel IV.12
kalium yang pada akhirnya dapat distribusi Interaksi Obat kategori
meningkatkan kadar kalium dalam monitor closely sebanyak 200
darah atau hiperkalemia dengan persentase 80,00%
sedangkan kategori serious
sebanyak 50 dengan persentase
20,00%.
Interaksi dapat terjadi karena
proses farmakokinetik dan
farmakodinamik. Untuk interaksi
farmakokinetik dapat diatasi
dengan menjarakkan waktu
pemberian obat, sedangkan
Berdasarkan tabel IV.11 Interaksi interaksi farmakodinamik diatsi
Obat Berdaarkan Mekanisme dengan melalukan monitor secara
yang paling banyak yaitu teratur kondisi klinis pasien.
Farmakodinamik sebanyak 152 Kategori signifikansi klinis
dengan persentase 60,80%. menurut Medscape adalah serius,
Interaksi farmakodinamik adalah monitor closely/signifikan, dan
interaksi antara obat-obat yang minor. Kategori signifikansi klinis
mempunyai efek farmakologi atau yang diacu adalah kategori
efek samping yang serupa atau signifikansi klinis berdasrkan
yang berlawanan. Interaksi ini tingkat keparahan interaksi, hal ini
dapat disebabkan karena penting terutama dalam menilai
kompetisi pada reseptor yang resiko dan benefit dari terapi.
sama, atau terjadi antara obat-obat Tingkat keparahan mayor/serius
yang bekerja pada sistem mempunyai efek yang berpotensi
fisiologik yang sama. Interaksi ini mengancam nyawa/mampu
biasanya dapat diperkirakan menyebabkan kerusakan
berdasarkan sifat farmakologi permanen. Tingkat keparahan
obat-obat yang berinteraksi. Pada moderat/signifikan pasien, dimana
umumnya, interaksi yang terjadi terapi tambahan mungkin
dengan suatu obat akan terjadi dibutuhkan. Tingkat keparahan
juga dengan obat sejenisnya. minor mempunyai efek yang
Interaksi ini terjadi dengan biasanya ringan; akibat mungkin
intensitas yang berbeda pada menggangu atau tidak terlihat tapi
kebanyakan pasien yang secara signifikan tidak berdampak
mendapat obat-obat yang saling pada outcome terapi, sehingga
berinteraksi terapi tambahan tidak diperlukan.

7
Dalam penelitian ini juga Editor : Dipiro, J.T., Talber, R.L.,
didapatkan interaksi yang dimana Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells,
efeknya diinginkan untuk B.G., Posey, L.M.,
mengoptimalkan terapi, dan juga Pharmacotherapya
tidak diinginkan terkait efek Pathophysiologic Approach,
samping interaksi tersebut. 6thEdition, United States of
Contoh interaksi yang diinginkan America : Medical Publishing
adalah asam asetilsalisilat dan Division by The Mc Graw, Hill
clopidogrel yang menurut Companies.
penelitian Fares et al pada tahun
2008 memiliki efek yang superior Herlinawati, A.V. 2009. Evaluasi
dibanding pemberian aspirin saja, Drug Related Problems (DRPs)
namun dengan pengawasan ketat Pada Pasien Diabetes Melitus
terhadap efek perdarahan GI. Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di
Contoh interaksi yang tidak Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
diinginkan adalah captopril dan Yogyakarta periode Tahun 2007-
allopurinol, dimana mekanisme 2008, Skripsi, Fakultas Farmasi
tidak diketahui dan dapat Universitas Sanata Dharma,
menimbulkan efek samping Yogyakarta.
seperti hipersensitivitas dan
anafilaksis. International Diabetes Federation
(IDF). 2015. IDF Diabetes Atlas
IV. KESIMPULAN Sixth Edition. Jurnal online
Berdasarkan penelitian yang telah [diakses pada 30 Desember 2018].
dilakukan di Rumah Sakit Medika Tersedia dari:
BSD Tangerang periode Januari – http://www.idf.org/diabetesatlas/u
Desember 2018, kesimpulan dari pdate2014.
penelitian ini adalah :
1. ketidaktepatan dosis yang terjadi Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert,
pada pasien pasien diebetes R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R.,
melitus tipe 2 dengan atau tanpa Posey, L.M., 2005,
penyakit penyerta dirawat inap Pharmacotherapy, 6th Edition 1-
sebesar berdasarkan jumlah pasien 13, New York : Appleton ang
2 (3,28%) dan berdasarkan jumlah Lange.
obat sebanyak 31 obat (3,63%).
2. Interaksi Obat yang terjadi pada Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan
pasien pasien diebetes melitus tipe Indonesia. Jakarta
2 dengan atau tanpa penyakit PCNE (Pharmaceutical Care
penyerta di rawat inap sebesar 57 Network Europe Foundation).
pasien (93,44%) dan berdasarkan 2010. Classification of Drug
jumlah obat yang berinteraksi related Problems.
sebanyak 250 obat (29,24%).
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley,
V. DAFTAR PUSTAKA P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., Isley, Practice, New York : McGraw-
W.L. 2005. Endocrinologic Hill.
Disorders : Diabetes mellitus,

8
Genauth, S. 2003. Diabetes Mellitus, and diagnosis of Diabetes,
dalam Dale. C. D., and Fermon. Prediabetes and metabolic
D. D., Scientific American syndrome, Canadian Journal of
Medicines Volume 1 hal. 578- Diabetes, Vol 37: S8-S11
607. New York.
WHO. 2016. Global Report On
Lestari, Dita D, Diana, Purwanto & Diabetes. France: World Health
Stefana H. M. Kaligis. 2013. Organization.
Gambaran Kadar Glukosa Darah
Puasa pada Mahasiswa Angkatan PERKENI. 2015. Pengelolaan dan
2011 Fakultas Kedokteran Pencegahan Diabetes Melitus
Universitas Samratulangi dengan Tipe 2 di Indonesia, Jakarta: PB
Indeks Masa Tubuh 18,5- PERKENI.
22,9kg/m . Jurnal e-Biomedik
(eBM). Vol 1,No 2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2013. Badan Penelitian dan
Corwin, Elizabeth J. 2009. Pengembangan Kesehatan
Patofisiologi: Buku Saku. Edisi 3. Kementerian RI tahun
Jakarta: EGC. 2013.Diakses: 31 Januari 2018,
dari
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care http://www.depkes.go.id/resource
untuk Penyakit Diabetes Mellitus, s/download/general/Hasil
Jakarta : Ditjen Bina Farmasi & %20Riskesdas%20 2013.pdf.
Alkes, Departemen Kesehatan RI.
American Diabetes Association
American Diabetes Association (ADA). 2015. Diagnosis and
(ADA). 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes
Clasification of Diabetes Mellitus. Mellitus, Diabetes Care,38:8-16.
Diabetes Care. Jan: 34 (suppl 1):
S62-S69, doi: 10.2337/dc11-S062, American Diabetes Association
PMCID: PMC3006051. (ADA). 2007. Clinical Practice
Recommendations : Report of the
World Health Organization (WHO) Expert Commite on the Diagnosis
2014. Commission on Ending and Classifications of Diabetes
Childhood Obesity. Geneva, Mellitus Diabetes Care, USA.
World Health Organization,
Departement of Purnamasari D. 2009. Diagnosis dan
Noncommunicable disease klasifikasi diabetes melitus.
surveillance. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
National Institute for Diabetes and Buku ajar ilmu penyakit dalam
Digestive and Kidney Diseases jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna
(NIDDK). 2014. Cause of Publishing.
diabetes. NIH Publication.
Anonim. 1994. Pencegahan Diabetes
Canadian Diabetes Association. Mellitus Laporan Kelompok Studi
(2013). Definition, Classification WHO, diterjemahkan oleh joko

9
suyono, 43-67, Hipokrates,
Jakarta

PERKENI. 2006. Konsensus


Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, Jakarta: PB PERKENI.

PERKENI. 2011. Konsensus


Pengelolaan dan pencegahan
Diabetes Mellitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta : PB
PERKENI.

Subekti I., 2009. Buku Ajar Penyakit


Dalam: Neuropati Diabetik, Jilid
III, Edisi 4, Jakarta: FK UI pp.
1948.

Medcsape. 2019. Medcsape


eMedicine, online,
(//http:www.medscape.com)
Diakses tanggal 15 Mei 2019.

Tatro, D.S., 2001. Drug Interaction


Facts, Edisi 6, Fact and
Comparissons, A Wolter Klowers,
St. Louis.

10

Anda mungkin juga menyukai