Anda di halaman 1dari 72

EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA, DUNIA


DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Oleh:
Tim Dosen Ekonomi Pembangunan Pertanian

Kontributor: Nuhfil Hanani, Suhartini dan


Condro Puspo Nugroho

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019/2020
PERSOALAN PANGAN

▪ Pada saat ini persoalan pangan masih menjadi persoalan


utama dalam pembangunan pertanian di berbagai
belahan dunia, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang

▪ The United Nations Food and Agriculture Organization


mengestimasi bahwa sekitar 870 juta orang dari 7.1
milyar penduduk dunia, atau 1/8 mengalami kelaparan
atau malnutrisi yang kronis (chronic undernourishment)
dalam tahun 2010-2012. Hampir semuanya dari jumlah
tersebut hidup di negara berkembang, yang
merepresentasikan 15% dari jumlah penduduk di
negara-negara berkembang. Disamping itu ada 16 juta
orang yang kekurangan pangan (undernourished) di
negara-negara maju (developed countries) (FAO 2012).
PERSOALAN PANGAN
▪ Pada saat ini (2019) jumlahnya sudah menurun
▪ 821 million people – one in nine – still go to bed on an
empty stomach each night (WFP. 2019)
▪ Eradicating hunger and malnutrition is one of the great
challenges of our time. Not only do the consequences of not
enough – or the wrong – food cause suffering and poor
health, they also slow progress in many other areas of
development like education and employment.
▪ Jumlah orang yang kekurangan pangan (undernourished)
menurun hampir 30% di wilayah Asia dan Pasifik, dari 739
juta menjadi 563 juta.
▪ Jumlah orang yang kelaparan di Afrika mengalami
peningkatan, dari 175 juta menjadi 239 juta (Hunger Note).
PERSOALAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
▪ Persoalan pangan masih dan harus menjadi perhatian
dalam pembangunan pertanian.
▪ Disamping itu ketergantungan terhadap impor pangan
harus dikurangi. Pemerintah pada saat ini telah
mencanangkan dan berusaha untuk bisa mencapai
kemandirian pangan.
▪ Menghadapi persoalan pangan yang diikuti dengan
peningkatan jumlah penduduk dan ancaman perubahan
iklim yang akan berpengaruh terhadap produksi
pangan, maka pembangunan pertanian harus
memberikan prioritas salah satunya pada sektor pangan
dan harus berupaya untuk meningkatkan kemandirian
pangan agar ketergantungan terhadap pangan impor
berkurang.
PRODUKSI PANGAN DUNIA
20 Negara Produsen Padi-Padian Terbesar di Dunia (% thd dunia)
Tahun 2018

Indonesia menduduki
peringkat ke 3 terbesar
di dunia dalam
produksi padi-padian

Sumber : FAO, 2019


nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Kuantitas Kuantitas
Ranking Negara Penghasil Kedelai Ranking Negara Penghasil Tebu
Produksi (ton) Produksi (ton)

1 USA 82.054.800 1 Brazil 721.077.287


2 Brazil 65.848.857 2 India 347.870.000
3 Argentina 40.100.197 3 China 124.038.017
4 China 25.600.159 4 Thailand 96.500.000
5 India 11.500.000 5 Pakistan 58.397.000
6 Paraguay 8.350.000 6 Mexico 50.946.483
7 Canada 4.870.160 7 Colombia 38.000.000
8 Uruguay 3.000.000 8 Philippines 30.000.000
9 Ukraine 2.410.200 9 USA 27.900.000
10 Bolivia 2.400.000 10 Indonesia 26.341.600
11 Russian 1.806.203 11 Australia 25.957.093
12 Indonesia 851.647 12 Argentina 25.000.000
13 South Africa 650.000 13 Guatemala 21.800.000
14 Nigeria 580.000 14 Viet Nam 19.040.798,83
15 Italy 422.100 15 South Africa 17.278.000
16 Korea 350.000 16 Egypt 16.500.000
17 Serbia 280.638 17 Cuba 14.400.000
18 Mexico 247.500 18 Peru 10.368.866
19 Japan 235.900 19 Myanmar 10.000.000
20 Myanmar 205.000 20 Venezuela 9.350.000
Nuhfil Hanani
Negara Penghasil Kuantitas Negara Penghasil Kuantitas
Rangking Rangking
Kedelai Tahun 2018 Produksi (Ton) Tebu Tahun 2018 Produksi (Ton)
1 USA 119,518,490 1 Brazil 758,548,292
2 Brazil 114,599,168 2 India 306,069,000
3 Argentina 54,971,626 3 China, mainland 104,404,000
4 India 10,981,000 4 Pakistan 73,401,199
5 Paraguay 10,478,000 5 Mexico 56,954,993
6 Canada 7,716,600 6 Australia 36,561,497
7 Ukraine 3,899,370 7 USA 30,153,010
8 Russian Federation 3,621,344 8 Philippines 29,286,893
9 Bolivia 3,018,872 9 Indonesia 21,212,950
10 South Africa 1,316,000 10 Viet Nam 18,356,398
11 Uruguay 1,316,000 11 South Africa 17,388,177
12 Italy 1,019,781 12 Myanmar 10,370,042
13 Indonesia 542,000
13 Peru 9,399,617
14 Serbia 461,272
14 Ecuador 9,030,074
15 Mexico 432,927
15 Bolivia 8,049,439
16 Romania 416,370
16 Nicaragua 7,096,373
17 Zambia 351,416
18 Japan 253,000 17 Paraguay 6,608,000
19 Kazakhstan 252,319 18 Dominican Republic 5,460,761
Democratic People's 223,325 19 Honduras 5,379,869
20 20 Kenya 4,751,609
Republic of Korea

Sumber : FAO, 2019


Kuantitas
Kuantitas
Ranking Negara Penghasil Susu Ranking Negara Penghasil Telur Produksi
Produksi (ton)
(000 butir)
1 USA 90.865.000 1 Colombia 10.605.722.94
2 India 54.000.000 2 China 496.633.815
3 China 37.767.991 3 USA 92.275.000
4 Brazil 32.304.421 4 India 65.450.000
5 Russian 31.576.047 5 Mexico 46.360.590
6 Germany 30.506.929 6 Japan 41.779.950
7 France 23.983.196,8 7 Brazil 41.676.000
8 New Zealand 20.053.000 8 Russian Federation 41.548.117
9 Turkey 15.977.837 9 Indonesia 23.533.000
10 United Kingdom 13.884.000 10 Ukraine 18.843.000
11 Pakistan 13.393.000 11 Turkey 14.910.774
12 Poland 12.667.773 12 France 14.227.245
13 Argentina 11.815.000 13 Nigeria 14.222.000
14 Netherlands 11.675.448 14 Italy 13.660.700
15 Ukraine 11.260.102 15 Pakistan 13.144.000
16 Mexico 10.880.870 16 Germany 12.430.000
17 Italy 10.579.572 17 Malaysia 11.683.600
18 Australia 9.480.132 18 Argentina 11.159.000
19 Canada 8.450.000 19 Spain 11.000.000
20 Japan 7.630.418 20 Thailand 10.939.146
Nuhfil Hanani
Negara Penghasil Susu Kuantitas Kuantitas
Rangking Negara Penghasil Telur
Tahun 2018 Produksi (Ton) Rangking Produksi (000
Tahun 2018
1 USA 97,734,736 butir)
2 India 83,633,570 1 United States of America 106,688,700
3 Brazil 33,490,810 2 India 88,137,000
4 Germany 32,666,363 3 Brazil 50,943,408
5 Russian Federation 30,914,658 4 Russian Federation 44,351,037
6 China, mainland 30,386,000 5 Japan 43,352,883
7 New Zealand 21,372,000 6 Turkey 19,281,196
8 Turkey 18,762,319 7 Pakistan 17,083,000
9 Pakistan 16,115,000 8 Ukraine 15,350,700
10 United Kingdom 15,256,000 9 Malaysia 14,293,061
11 Netherlands 14,297,361 10 Spain 13,503,425
12 Poland 13,694,472 11 Italy 13,220,000
13 Mexico 11,767,556 12 Argentina 12,987,100
14 Italy 11,380,094 13 United Kingdom 12,885,000
15 Ukraine 10,280,500 14 Germany 12,086,893
16 Argentina 10,097,500 15 Poland 10,693,517
17 Uzbekistan 10,047,860 16 Viet Nam 10,637,100
18 Ireland 7,478,160 17 China 7,503,058
19 Belarus 7,305,100 18 Algeria 6,570,417
20 Japan 7,280,873 19 Uzbekistan 6,299,663
52 Indonesia 920,093 20 Saudi Arabia 5,145,793
Sumber : FAO, 2019
Negara Penghasil Kuantitas Negara Penghasil Kuantitas
Ranking Ranking
Daging Ayam Produksi (ton) Daging Sapi Produksi (ton)

1 USA 17.038.000 1 USA 11.173.000


2 China 13.211.947 2 Brazil 93.999.63
3 Brazil 11.588.139 3 China 6.241.699
4 Russian Federation 3.279.006 4 Argentina 2.499.500
5 Mexico 2.789.500 5 Australia 2.293.424
6 India 2.219.032 6 Mexico 2.205.440
7 Iran 1.956.330 7 France 1.924.924
8 Indonesia 1.751.716 8 Russian Federation 1.623.370
9 Turkey 1.723.905 9 Germany 1.319.946
10 Argentina 1.664.242 10 India 1.096.761
11 South Africa 1.488.640 11 Canada 999.300
12 Japan 1.443.146 12 United Kingdom 882.000
13 Poland 1.414.290 13 Colombia 864.539
14 United Kingdom 1.396.830 14 Pakistan 796.730,8
15 Malaysia 1.279.163 15 South Africa 789.031,9
16 Thailand 1.263.358 16 Uzbekistan 778.398,5
17 France 1.178.600 17 Turkey 664.284,1
18 Peru 1.172.058 18 New Zealand 607.294,9
19 Colombia 1.113.017 19 Italy 593.550
20 Spain 1.092.783 20 Ireland 556.508,2
Negara Penghasil Daging Kuantitas
Rangking
Ayam Tahun 2018 Produksi (Ton)
1 USA 19,140,744
2 Brazil 13,607,352
3 Russian Federation 4,444,334
4 Mexico 3,211,687
5 Indonesia 2,258,239
6 Japan 2,214,899
7 Turkey 2,136,734
8 Argentina 2,116,000
9 South Africa 1,658,000
10 Malaysia 1,648,491
11 United Kingdom 1,629,000
12 Colombia 1,563,569
13 Peru 1,464,548
14 Spain 1,317,487
15 Pakistan 1,276,000
16 Canada 1,235,834
17 Australia 1,229,505
18 Ukraine 1,184,700
19 Netherlands 1,034,319
20 Germany 1,009,565

Sumber : FAO, 2019


Ketersediaan Lahan Per Kapita

18
nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Perkembangan Cadangan Pangan Dunia

Batas toleransi
cadangan 20 %)

nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil


Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Beras

Lampu kuning karena


kurang 20 %)

FAPRI, 2008
Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Gandum

Menurun
dibandingkan
sebelum th 2000

FAPRI, 2008
Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Jagung

Lampu kuning karena


kurang 20 %)

FAPRI, 2008
Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Gula

FAPRI, 2008
Ramalan Neraca Pangan Dunia
● INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI
KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR – NO. 2 DI DUNIA
SETELAH BRAZIL
● 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN
● + 1000 SPESIES TUMBUHAN MEDISINAL
● RIBUAN SPESIES MICRO ALGAE

77 Jenis Sumber Karbohidrat


75 Jenis Sumber Lemak/Minyak
26 Jenis Kacang-kacangan
389 Jenis Buah-buahan
228 Jenis Sayuran
40 Jenis Bahan Minuman
110 Jenis Rempah-rempah
dan Bumbu-bumbuan
nuhfil hanani 26
Nuhfil Hanani
Kondisi Penggunaan Tanah
Indonesia memiliki luas daratan lebih kurang 190,.923 Juta Ha, seluas 70,8 Juta atau 37,1 Persen telah
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya seperti Sawah, pertanian lahan kering, perkebunan,
budidaya non pertanian(permukimam, industri,tambang dll) serta penggunaan-penggunaan tanah lainnya
(ladang, semak,padang rumput dll). Seluas 120,2 juta Ha atau 62,9 persen masih berupa hutan (hutan
lebat, sejenis, belukar dll).
Berdasarkan intensitas penggunaan tanah untuk
kegiatan budidaya, Pulau Jawa telah mencapai 79,9
% ,disusul oleh Sumatera 46,7 %. Sedangkan
Papua mempunyai intensitas penggunaan tanah
terkecil yakni 20 %

Persentase masing-masing penggunaan tanah

Bila dilihat berdasarkan kelompok penggunaan


tanah, maka penggunaan tanah semak, padang
rumput, alang-alang, tanah tandus, rusak dan
perairan tambak (dikelompokkan dalam penggunaan
lain) menempati urutan terluas kedua (13,9%)
setelah Hutan, kemudian disusul oleh perkebunan (
8,5 %) pertanian Lahan Kering (7,8 % )dan Sawahnuhfil hanani 27
(4,9%) Nuhfil Hanani
( 4.8 % Indonesia)

nuhfil hanani 28
Nuhfil Hanani
Perkembangan Luas Panen Padi Di Indonesia Tahun
1970 – 2016

Fenomena Unik
Grafik Perkembangan Produktivitas Padi
Tahun 1970–2016 (Ku/Ha)
Grafik Perkembangan Produksi Di Indonesia
Tahun 1970–2016 (Ton)
Perkembangan Konsumsi Perkapita Beras Di Indonesia
Tahun 1981 – 2015 (kg/kapita/th)
Perbandingan Konsumsi Beras Di Tingkat Rumah Tangga dan
Luar Rumah Tangga, Tahun 1981 – 2016
Perkembangan Harga Produsen Padi dan Konsumen
Beras Tahun, 1983 – 2015

Bagaimana kesejahteraan
petani akan meningkat
bila terjadi kesenjangan
harga yang tinggi?
Perkembangan Volume Ekspor Impor Beras Di
Indonesia, Tahun 1983-2016 (Ton)
Provinsi sentra Pertanian Di Indonesia

Komoditas Wilayah Sentra Produksi

1 Padi Jabar+Banten (20,7%), Jatim (17,8%), Jateng (16,3%), Sulsel (7,1%),


Sumut (6,7), dan Sumbar, Sulsel, Lampung (masing-masing > 3%)

2 Jagung Jatim (36,0%), Jateng (17,7%), Lampung (11,6%), Sumut (6,9%), Sulsel
(6,5%), dan Jabar, NTT (masing-masing >4%)
3 Kedelai Jatim 37,9%), Jateng (20,1%), NAD 7,0%), Jabar (5,4%), Sulsel (4,2%),
dan Lampung (2,2%)
4 Kacang Tanah Jatim (24,4%), Jateng (21,7%), Jabar (14,8%), Sulsel (6,5%), dan Sumut,
NTB (masing-masing >3%)
5 Sayuran Jabar (36,6%), Sumut (19,6%), Jateng (15,1%), Jatim (9,6%), dan Sumbar,
Bengkulu, Bali, Sulsel (masing-masing >3%)

6 Buah-buahan Jabar (26,9%), Jatim (21,1%), Jateng (12,6%), Sumut (5,9%), Sulsel
(5,5%), dan Sumsel+Babel, Lampung, NTT (masing-masing >3%)

7 Minyak Sawit Sumut (39,9%), Riau (21%), Kalbar (6,1%), NAD (6,1%) dan Sumbar
(5,4%)
8 Gula Tebu Jatim (44,1%), Lampung (33,3%), Jateng (7,5%), Jabar (4,2%), dan Sumut
(3,9%)
9 Daging Jabar (21,1%), Jatim (15,6%), Jateng (12,0%), Bali (8,1%), Jakarta (7,7%),
Sumut (6,3%)
10 Telur Jabar (20,8%), Jatim (15,3%), Jateng (14,2%), Sumut (15,0%), Sumbar,
Sumsel-Babel, Lampung Sulsel (masing-masing >4%)

11 Hasil Perikanan Sumatera (27%), Jawa (25%), Sulawesi (18%) Nuhfil Hanani
NERACA EKSPOR INDONESIA

Nuhfil Hanani
Konsumsi Beras (gram/kapita/hari) Konsumsi Ketela (gram/kapita/hari)
Ecuador Thailand
Maldives French Polynesia
Kuwait Senegal
United Arab Emirates Dominican Republic
Peru Venezuela, Boliv Rep of
Liberia Laos
Comoros Malaysia
Costa Rica Kenya
Japan Philippines
Vanuatu Sao Tome and Principe
Mauritius Colombia
Brunei Darussalam Cha
Côte d'Ivoire Brazil
d
Solomon Islands Indonesia
Cub Timor-Leste
Suriname Sierra Leone
a
Comoros
Korea, Dem People's
Malawi
Senegal
Zambia
India
Gabon
Malaysia Côte d'Ivoire
Guinea
Cameroon
Guyana Burundi
Sierra Leone Ugand
Korea, Republic of Rwand
a
China aNigeria
Guinea-Bissau Guinea
Nepal Togo
Sri Lanka Paraguay
Madagascar Madagascar
Timor-Leste Central African Republic
Thailand Liberia
Philippines Tanzania, United Rep of
Indonesia Benin
Cambodia Ghana
Bangladesh Mozambique
Viet Nam Congo, Republic of
Laos Angola
Myanmar Congo, Dem Republic of

0 100 200 300 400 500 600 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Nuhfil Hanani
Konsumsi Sayuran (gram/kapita/hari) Konsumsi Buah (gram/kapita/hari)

Viet Nam Korea, Republic of

Thailand
Viet Nam
Philippines
Philippines
Malaysia

Japan Thailand

Korea, Republic of
Malaysia
Japan
Indonesia
Indonesia
Japan
China

Brunei Darussalam Brunei Darussalam

0 100 200 300 400 500 600 700 0 20 40 60 80 100 120 140 160

Nuhfil Hanani
Konsumsi Ikan laut (gram/kapita/hari) Konsumsi daging (gram/kapita/hari)

Indonesia
Myanmar
Philippines
Korea, Dem People's Rep Thailand

Japan
Indonesia
Viet Nam

Viet Nam Brunei Darussalam

Malaysia
Japan
China

United States of America


Brunei Darussalam
United Arab Emirates

Malaysia Israel

0 10 20 30 40 50 60
0 50 100 150 200 250

Nuhfil Hanani
Konsumsi Telur (gram/kapita/hari) Konsumsi Susu (gram/kapita/hari)

Indonesia
Viet Nam
Saudi Arabia

China
Philippines

Brazil Brunei Darussalam

Thailand
Philippines
Israel
Indonesia
Malaysia

America Malaysia

Brunei Darussalam
Thailand
China
Japan
Japan

0 20 40 60 80 100 120 140


0 10 20 30 40 50 60

Nuhfil Hanani
Konsumsi Kedelai (gram/kapita/hari)

Nuhfil Hanani
PEMBANGUNAN EKONOMI :
SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI IBU DARI
PEMBANGUNAN EKONOMI
Mendorong dan
Pertumbuhan Pertumbuhan
menciptakan
Sektor non Sektor
pertanian pertanian

Penyerapan tenaga kerja,


Bahan Baku, dll

Pertumbuhan
ekonomi

Nuhfil Hanani
KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA DAN NEGARA ASIA, 1957

nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil


MENGAPA INDONESIA TERTINGAL ?

nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil


MENGAPA INDONESIA TERTINGGAL ?

nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil


PENGALAMAN NEGARA LAIN DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN

1. Pembangunan pertanian dan pembangunan pedesaan


dalam satu koordinasi
2. Pembangunan pertanian meliputi aspek penyediaan sarana
produksi, usahatani, agroindustri, pemasaran dalam satu
manajemen
3. Adanya asosiasi petani berdasarkan komoditas
4. Pemerintah memberikan fasilitasi (kredit, teknologi,
pemasaran) dan perlindungan pada petani (harga)

Nuhfil Hanani
PENGALAMAN NEGARA LAIN DALAM
TRANSFORMASI SEKTOR PERTANIAN KE NON
PERTANIAN
1. Fokus Pembangunan pada pedesaan sub distrik
(kecamatan)
2. Pembangunan non pertanian yang dikembangkan berbasis
sumberdaya lokal (agroindustri)
3. Bersifat padat tenaga kerja
4. Memprioritaskan Skala usaha kecil
5. Indusri skala besar bermitra dengan industri skala UMKM
6. Integrasi vertikal pada perusahaan besar dilarang
7. Adanya inkubator bisnis

Nuhfil Hanani
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Penyerapan
Produktifitas TK tenaga
sektor Penyerapan kerja sektor
pertanian sektor non pertanian
rendah pertanian rendah

Kemiskinan
Urbanisasi dan
migrasi
Angkatan
Pengangguran kerja
tak kentara

Nuhfil Hanani
KASUS DI INDONESIA AKIBAT LAMBATNYA
TRANSFORMASI SEKTOR NON PERTANIAN UNTUK
MENYERAP TENAGA KERJA DI PEDESAAN

1. Luas pemilikan lahan menjadi semakin kecil


2. Pertanian tetap menjadi tumpuan penyerapan tenaga
kerja sehingga menyebabkan terjadinya pengangguran
tersembunyi atau terbuka
3. Kemiskinan banyak terjadi pada sektor pertanian
4. Upah Sektor pertanian sangat rendah

Nuhfil Hanani
PEMILIKAN LAHAN PERTANIAN

Petani >
0.5 Ha

Petani < 0.5 Ha


Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja
di Sektor Pertanian di Indonesia
nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Keberhasilan Produksi (Swasembada Pangan)

nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil


POLA PANGAN DI INDONESIA
nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA SAAT INI
Pemerintah pada saat ini berusaha untuk memperbaiki
pembangunan pertanian diantaranya dengan:

1 Prioritas kepada kemandirian pangan


Pembangunan infrastruktur bendungan, embung, jalan,
2 pelabuhan dan perluasan serta pembangunan bandara yang
sangat banyak di seluruh Indonesia. Efeknya adalah pada
pemerataan, efisiensi dan akan menimbulkan efek multiplier
terhadap perekonomian dalam jangka panjang yaitu
munculnya investasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi,
yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan.
3 Desentralisasi sampai ke tingkat desa dengan
memberikan dana desa yang terus meningkat
dari tahun ke tahun
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA SAAT INI
Pemerintah pada saat ini berusaha untuk memperbaiki
pembangunan pertanian diantaranya dengan:
Pembentukan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang
4 merupakan progress kemajuan dari pelaksanaan UUD 1945
Pasal 33, yang pada awalmya hanya pada tingkat nasional
(BUMN) dan daerah (BUMD), pada saat ini sampai pada
tingkatan yang terendah yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat yaitu desa.

5 Program Reformasi Agraria yang merupakan amanat dari


UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 dengan pembagian lahan
kepada petani dan juga sertifikjasi tanah.
Dengan membentuk kementerian baru yaitu Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/BPN yang bertugas di bidang agraria,
pertanahan dan tata ruang.
Penandatanganan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86/2018
tentang Reforma Agraria tertanggal 24 September 2018.
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA SAAT INI
Capaian pembangunan pertanian pada saat ini
diantaranya secara umum adalah:
1 Indikator kesejahteraan petani semakin meningkat yang terlihat dari jumlah
Rumah Tangga Petani (RTP) sejahtera (tidak miskin) meningkat dari 85,25
persen pada Maret 2014 menjadi 85,87 persen Maret 2017. Dengan
demikian jumlah RTP miskin menurun dari 14,75 persen pada Maret 2014
menjadi 14,13 persen Maret 2017 (BPS)
“Tidak saja dalam persentase, jumlah absolut pun penduduk sejahtera atau
tidak miskin juga meningkat pada periode Maret 2014 hingga Maret 2017,
dengan kata lain jumlah absolut penduduk miskin menurun. Artinya ini
membuktikan secara umum RTP semakin sejahtera.
Peningkatan kesejahteraan petani mulai terjadi pada 2016 dan berlanjut
2017. Penurunan relatif RTP miskin terjadi pada Maret 2016 sedangkan
penurunan penurunan absolut RTP miskin mulai terjadi pada Maret 2017.

Ada peningkatan ekspor pangan sebesar 24% dengan nilai


2 mencapai Rp. 441 trilyun
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA SAAT INI
Capaian pembangunan pertanian pada saat ini
diantaranya secara umum adalah:
Sektor pertanian telah berkontribusi signifikan dalam
3 menurunkan tingkat inflasi. Terkendalinya harga pangan
menyebabkan inflasi bahan makanan tahun 2017 sebesar 1,26%,
jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan 2013
sebesar 11,35%. Sekaligus tahun 2017 inflasi bahan makanan
 Ada peningkatan ekspor sebesar 24%
juga di bawah inflasi umum yang masih sebesar 3,61%
dengan nilai mencapai Rp441 triliun. 

Di bidang agraria:
Capaian redistribusi tanah 2015 sebanyak 95.741 bidang
4 (target 107.150), tahun 2016 sebanyak 143.234 (target
170.562), tahun 2017 sebanyak 23.214 bidang (target 23.925),
2018 sebanyak 82.230 (target 350.650). Dalam RPJMN target
400.000 bidang, terealisasi 344.419.
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA SAAT INI
Capaian pembangunan pertanian pada saat ini
diantaranya secara umum adalah:
Di bidang agraria (lanjutan)=
4 Capaian inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (IP4T) tahun 2015, sebanyak 88.384 bidang dari
target awal 144.900. Tahun 2016, sebanyak 522.457 bidang dari target
612.365, 2017 (106.957 bidang, target 120.445). Pada 2018, sebanyak
189.058 bidang daei target 719.612.

Sepanjang periode 2015-31 September 2018, sudah ada 11.498.444


bidang tanah terdaftar

Telah terbentuk kelembagaan reforma agraria baik nasional diketuai


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, tingkat pusat Menteri
ATR/Kepala BPN, provinsi diketuai gubernur.

Didistribusikannya sejumlah tanah negara untuk masyarakat


Pembangunan Pertanian dengan sistem agribisnis

Agribisnis berbasiskan
komoditas unggulan

Bisnis input
produksi Bisnis Bisnis Bisnis dalam
usahatani Agroindustri trading
Pembangunan pertanian (Syarat keharusan)
∙ Jaminan pasar hasil pertanian
∙ Tersedianya sarana produksi lokal
∙ Adanya kredit produksi
∙ Jalan dari lokasi petani ke pasar
∙ Adanya penyuluhan pertanian
Pembanguna Pertanian
Pembangunan pedesaan berkelanjutan
• Pembangunan indutri non pertanian skala
kecil di pedesaan
• Pembangunan agoindustri Regulasi Pemerintah
• Pembangunan irigasi padat karya ∙ Produksi
• Penguatan kelembagaan pedesaan ∙ Harga input & Ouput
• Fasilitas kesehatan & pendidikan ∙ Pemasaran dan perdagangan
• Keluarga berenscana dan trasmigrasi ∙ SDM
• Pemerintahan lokal
• Pembangunan sosial dan keagamaan Penyediaan lembaga pendukung
∙Perbankkan,
Pengendalian sumberdaya alam ∙Penelitian
∙ Konservasi sumberdaya alam ∙Lembaga Penyuluhan,dll
∙ Perlindungan sumberdaya alam, dll

Anda mungkin juga menyukai