Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN DABETES MELLITUS

Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas

Dosen Pengampu : Wiwin Renny S.Pd, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :

Mita Pratiwi (P1337420717002)

Siti Nilna Laili M (P1337420717003)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang “Ibu Hamil Dengan Diabetes
Mellitus”

Penyusunan makalah ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Maternitas khususnya dan menambah pengetahuan pembaca pada
umumnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah memerlukan bantuan dari


beberapa pihak baik materiil maupun spiritual, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis pada kesempatan ini
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Suyanta S.Pd, S.Kep, MA, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Magelang.
2. Wiwin Renny Rahmawati ,SPd, SST, M.Kes, selaku guru pembimbing Mata
Kuliah Maternitas.
3. Bapak, Ibu, dan kakak penulis yang selalu memberikan dorongan baik moril,
spiritual, dan materi, selalu menasehati dan menjadi penyemangat dalam
penyusunan makalah ini.
4. Sahabat penulis dan teman-teman seperjuangan satu angkatan yang selalu
menyemangati dan membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu berbagai kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Magelang, 05 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah
penderita yang cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes
merupakan suatu bentuk kelainan atau gangguan metabolisme tubuh, dimana
tubuh penderita diabetes mengalami gangguan mengolah karbohidrat
dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan transporter
glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan
perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta
janin yang tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes
gestational yang biasanya diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan
menjalani pemeriksaan untuk men-screening diabetes gestasional. terutama pada
ibu hamil yang usianya diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang
memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih
awal dan lebih sering.  Ibu hamil yang sebelum masa kehamilan tidak menderita
diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes melitus gestasional pada
masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek kondisi gula darah merupakan
tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi dokter guna
menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil
sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan
pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, dalam makalah ini maka penulis akan
membahas mengenai :
1. Bagaimana Konsep Dasar Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes Melllitus?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes
Mellitus?
C. Tujuan
Karya Tulis Ilmiah tentang Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui tentang Konsep Dasar Pada Ibu Hamil dengan Diabetes
Mellitus.
2. Untuk mengetahui tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan
Diabetes Mellitus.
D. Manfaat
Manfaat Karya Tulis Tentang Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus ini
khususnya bagi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Kampus V antara
lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Konsep Dasar Pada Ibu Hamil Dengan
Diabetes Mellitus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Hamil Dengan Diabetes Mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ATAU LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU HAMIL


DENGAN DIABETES MELLITUS
1. Konsep Dasar
a. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung
dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin, 2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai sejak konsepsi yang berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya
pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan
diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).
Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
yang diawali dengan adanya pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang
bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri
influensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula
darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu Purwaningsih,
2010). Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
b. Etiologi
Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara
insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula
darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes melitus akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Faktor Predisposisi :
1) Umur sudah mulai tua
2) Multiparitas
3) Penderita gemuk
4) Kelainan anak lebih besar dari 4000 gram
5) Bersifat keturunan
6) Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine
7) Riwayat kehamilan : sering meninggal dalam rahim, sering mengalami
lahir mati, sering mengalami keguguran
8) Glokusuria
c. Patofisiologi
Pada DMG terjadi suatu keadaan dimana jumlah/fungis insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma
ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi)
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
Menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi. Selain itu,
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan
metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperubilirubinemia, dan sebagainya).
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta
persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap melalui plasenta
pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai
kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga
kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian
yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain
yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik
dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila
ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang
mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga
disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin
pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut
hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi
tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan
(poliuri), mudah lapar (polifagi).
d. Pathway
e. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
1) DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung
insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian
kadar gula darah.
2) DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak
tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam
pengendalian kadar gula darah.
3) Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten  yaitu diabetes
yang hanya timbul dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan
insulin cukup dengan diit saja.
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya
menurut White (1965). Pembagian berdasarkan fungsional diabetes
mellitus gestasional adalah :
1) DMG
a) Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau
diabetes kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan,
tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak
memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.
b) Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan
berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c) Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan
berlangsung selama 10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit
vascular.
d) Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita
sebelum usia 10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
e) Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah
panggul termasuk arteri uterus.
f) Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan
pielonefritis.
2) Prakonsepsi dan DM
Tanpa komplikasi :
a) Tipe I: dependen insulin.
b) Tipe II: nondependen insulin.
Disertai komplikasi dalam bentuk:
a) Penyakit jantung koroner.
b) Retinopati lanjut
c) Nefropati.
d) Neuropati autonomic.
Dasar klasifikasi ibu hamil dengan diabetes mellitus adalah:
a) Umur saat terjadi diabetes mellitus adalah makin muda terjdi,
komplikasi semakin besar. Tatalaksana pemberian terapi semakin sulit.
b) Lamanya menderita diabetes mellitus makin lama menderita,
komplikasi akan semakin berat. Dampaknya terjadi morbiditas dan
mortalitas ibu hamil dan janinnya semakin besar.
c) Komplikasi penyakit: kombinasi umur muda dan lamanya menderita
akan memperbesar komplikasi ibu hamil/janin. Terapi akan semakin
sulit karena harus memerhatikan fungsi organ vital yang diharapkan
dapat mendukung kesembuhannya.
d) Kebutuhan insulin:
1) Membutuhkan insulin berarti penyakitnya cukup serius
disertai komplikasi.
2) Pemberian insulin seharusnya dikonsultasikan dengan ahli
penyakit dari subdivisi endokrinologi.
f. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer,
(2000), yaitu sebagai berikut :
1) Polifagia.
2) Poliuria
3) Polidipsi
4) Lemas
5) BB menurun
6) Kesemutan
7) Gatal.
8) Mata kabur
9) Pruritus vulva.
10) Ketonemia
11) Glikosuria
12) Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
13) Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14) Gula darah puasa > 126 mg/dl

Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh


yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula
diantaranya:
a) Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan,
persalinan, dankala nifas.
b) Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c) Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi
koma diabetikum.
2) Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya
a) Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi
keguguran, persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati
atau bayi yang besar.
b) Dapat terjadi hidramnion.
c) Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3) Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a) Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama
atau terlantar.
b) Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c) Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai
lahir mati.
d) Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e) Postpartum mudah terjadi infeksi.
f) Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan
kematian.
4) Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a) Mudah terjadi infeksi postpartum.
b) Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5) Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a) Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam
rahim (setelah minggu 36) dan lahir mati.
b) Bayi dengan dismaturitas.
c) Bayi dengan cacat bawaan.
d) Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e) Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula
g. Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil
dan janin intrauteri. Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang
terjadi dalam berbagai manifestasi klinik dapat bersumber dari :
1) Lamanya menderita diabetes mellitus.
2) Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
3) Hiperglikemi glukosuria.
4) Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.
Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:
1) Kerusakan pembuluh darah.
2) Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O 2 ke
jaringan makin menurun.
3) Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat
menimbulkan hipertensi.
4) Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:
a) Diabetika endarteritis.
b) Mikrokoagulasi.
c) Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.
h. Bentuk-Bentuk Kelainan Kongenital
1) Kardiovaskuler
a) Transposisi pembuluh darah besar.
b) Defek septum ventrikuler.
c) Defek septum atrial.
d) Hipoplastik ventrikel kiri.
e) Situs invrsus.
f) Anomaly aorta
2) System saraf pusat
a) Anensefalus.
b) Ensefalokel.
c) Meningomielokele.
d) Holoprosensefale.
e) Mikrosefali.
3) Penulangan
a) Sindrom regresi kuadalis.
b) Spina bifida
4) Genitourinari
a) Tanpa ginjal (Potter syndrome)
b) Polikistik ginjal.
c) Ureter ganda.
5) Gastrointestinal
a) Fistula trakeo-oesophagus.
b) Atresiaani
c) Anus inforferata.
i. Pengaruh Kehamilan Pada Diabetes
Glukosuria renal sering dijumpai dalam kehamilan. Kelainan ini terdapat
tidak karena kadar glukosa darah tinggi, melainkan karena ambang ginjal
terhadap glukosa rendah. Karena itu diabetes dalam kehamilan tidak bisa
dinilai dari pemeriksan reduksi urin.
1) Pengaruh Kehamilan
Telah diuraikan di atas bahwa pre-diabetes dapat menjadi manifest,
atau penyakitnya menjadi lebih berat dan lebih sukar dikendalikan
dalam kehamilan, sehingga pengobatan lebih sulit. Beberapa faktor
yang menyebabkan perubahan-perubahan itu ialah:
a) Hiperemesis gravidarum dapat mengubah metabolismus
hidrat arang
b) Pemakaian glikogen bertambah karena miometrium dan
jaringan-jaringan lain bertambah
c) Janin yang bertumbuh memerlukan makin lama makin
banyak bahan makanan, termasuk hidrat arang
d) Adanya pancreas dan adrenal janin yang sudah berfungsi in
uteron
e) Meningkatnya metabolisme basal dengan pertukaran zat
yang lebih cepat dalam hati ibu mengurangi banyaknya
glikogen cadangan
f) Sebagian insulin ibu dimusnahkan oleh enzim insulinasi
dalam plasenta.
g) Khasiat insulin dalam kehamilan dikurangi oleh plasenta
laktogen, dan mungkin juga oleh estrogen dan progesterone.
2) Pengaruh Persalinan
Kegiatan otot rahim dan usaha meneran mengakibatkan pemakaian
glukosa lebih banyak, sehingga dapat terjadi hioglikemia, apalagi
jikalau wanita muntah-muntah.
3) Pengaruh Nifas
Laktasi menyebabkan keluarnya zat-zat makanan, termasuk hidrat-
arang dari tubuh ibu.
4) Pengaruh Pada Bayi
Diabetes mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi,
dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut:
a) Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan
abortus
b) Cacat bawaan terutama pada kelas D keatas
c) Dismaturitas terutama pada kelas D keatas
d) Janin besar (makrosomia) terutama pada kelas A sampai C
e) Kematian dalam kandungan, biasanya pada kelas D keatas
f) Kematian neonatal
g) Kelainan neurologi dikemudian hari
j. Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus
Pengelolan ibu hamil dengan diabetes mellitus bertujuan untuk
mengendalikan kadar gula dalam darah sehingga tercapai keadaan
euglukosa. Dengan mempertahankan gula darah dalam posisi euglukosa
maka:
1) Komplikasi pada ibu hamil tidak akan terjadi.
2) Komplikasi pada janin dapat ditekan sebanyak mungkin sehingga
mordibitas dan mortalitas perinatal menjadi minimal.
Kemajuan teknologi dan kerjasam antar bidang ilmu dalam upaya
pengelolaan ibu hamil dengan diabetes mellitus dapat menekan
mordibitas dan mortalitas sampai nol.
Masalah pertumbuhan janin intrauteri dalam suasana:
a) Kelebihan nutrisi peningkatan suasana keton bodi
b) Peningkatan suasana insulinnya
c) Mungkin kekurangan suplai O2
Perlu evaluasi dengan cermat sehingga dapat ditetapkan:
a) Waktu persalin yang tepat
b) Komplikasi minimal dalam proses persalinan.
c) Tercapai well born baby dan well health mother.
Persalinan umumnya dilakukan:
a) Umur hamil 37-38 minggu
b) Paru telah matur
c) Kemungkinan komplikasi: IUFD/ makrosomia pada ibu hamil yang
sulit dikendalikan kadar konsentrasi glukosa.
k. Evaluasi Post Partum
Evalusi post partum pada bayi perlu dilakukan oleh karena:
1) Bayi dalam suasana hiperinsulin, sehingga metabolism dengan cepat dapat
menurunkan glukosa darah menjadi hipoglikemia.
2) Hiperglikemia yang berlangsung lama postpartum dapat menimbulkan
gangguan perubahan metabolism dari glukosa menuju asam lemak dan
protein, sehingga menimbulkan gangguan siklus Kerb.
Kegagalan siklus Kerb menimbulkan:
1) Badan keton bayi menungkat
a) Aseton
b) Aseto-asetat
c) Beta Hidroksi Karbonil
2) Terjadi penurunan PH darah menjadi asidosis dengan segala akibatnya.
Keterlambatan melakuakan evaluasi bayi dengan berat 4.000 gr
atau ibu hamil dengan diabetes mellitus akan berakibat fatal, yaitu
terjadi kematian neonates.
Kendalipun bayi dengan makrosomia, dalam pengelolaannya,
dianggap berstatus premature sehingga memerlukan intensive care
unit. Dengan evaluasi ketat dan teratur maka gejala dini-
hipoglikemia-akan dapat dikenali dan terapi untuk mengatasinya
segera dapat diberikan.
Sepertii dikemukakan bahwa kini ibu hamil dengan diabetes
mellitus sudah jarang dijumpai, demikian juga dengan morbiditas
dan mortalitas bagi maternal dan perinatalnya oleh karena kasus
jarang terjadi tetapi harus mencapai tujuan umum obstetri dan
pengawasan intensif dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu kedokteran dan teknologi.
Dengan demikian, ibu hamil dengan DM merupakan kasus multi
disipliner sehingga laboratorium obstetric hanya sebagi pelaksana
pertolongan dengan rekomendasi:
a) Persalina letak belakng kepala.
b) Mungkin dilakuakn outlet vakum dan forceps.
c) Seksio sesarea.
l. Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya
cukup baik, dan apabila penyakitnya lekas diketahui dan segera diobati
oleh dokter yang ahli, serta kehamilan dan persalinannya ditangani oleh
dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, dan apabila
penderita sampai meninggal, hal ini biasanya dijumpai pada diabetes
yang sudah lama dan berat. Terutama yang disertai komplikasi pembuluh
darah atau ginjal. Sebaliknya prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan
dipengaruhi oleh 1) berat dan lamanya penyakit, terutama apabila disertai
asetonuria, 2) insufisiensi plasenta, 3) prematuritas, 4) gawat nafas, 5)
cacat bawan, dan 6) komplikasi persalinan.
Laporan tentang kematian perinatal berbeda-beda, yang
disebabkan oleh belum adanya kebulatan pendapat mengenai ukuran bagi
diagnosis diabetes dalam kehamilan, belum ada keseragaman dalam
penanganan kehamilan dan persalinan, dan/atau tidak adanya fsilitas
perawatan neonates oleh dokterspesialis kesehatan anak.
Pada umumnya anak kematian perinatal diperkirakan anak 10-
15%, dengan pengertian bahwa sangat tinggi ditemukan pada para
penderita diabetes kelas D, E, F, dan G. tidak saja angka kematian
perinatal maningkat, melainkan dalam  jangka panjang pula terjadi
kelainan-kelainan neuro-psikologik dan kelainan dalam pertumbuhan
anak.
m. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis :
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan
waktu makan terakhir. Atau:
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3) Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan
Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
4) Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine
rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan
adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil
pemeriksaan reduksi urine adalah:
a) Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan
untuk menegakkan diagnosis.
b) Nilai (+) sampai (++++)
c) Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal
glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
d) Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
e) Reduksi (+++)  kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
f) Reduksi (++++) kemungkinan KGD:  400 mg%
g) Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
h) Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
n. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus
adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya
komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan
interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes
mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
a) J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
b) J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
c) J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain :
a) Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %,
lemak 30 %, protein 20 %.
b) Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c) Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d) Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan
faal ginjal.

No Tipe Diet Indikasi Diet


1. Diet A Diberikan pada semua penderita
diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes
terutama yang :

-Kurang tahan lapan dengan dietnya.

-Mempunyai hyperkolestonemia.

-Mempunyai penyulit mikroangiopati


misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit
jantung koroner.

-Mempunyai penyulit mikroangiopati


misalnya terdapat retinopati diabetik
tetapi belum ada nefropati yang nyata.

-Telah menderita diabetes dari 15 tahun


3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes
yang memerlukan diet protein
tinggi, yaitu penderita diabetes
terutama yang :

1. Mampu atau kebiasaan makan


tinggi protein tetapi normalip
idemia.
2. Kurus (underweight) dengan
relatif body weight kurang dari 90
%.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau
sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves
(morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama
tidak ada kontra indikasi
penggunaan protein kadar tinggi.

4. Diet B1 dan Diet B2 (Diberikan pada penderita


B2 nefropati dengan gagal ginjal kronik
yang klirens kreatininnya masih
lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000


kalori/hari tetapi mengandung
protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B,
(68 % hidrat arang, 12 % protein
dan 20 % lemak) hanya saja diet
B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet
B2 dengan diet 2100 – 2300
kalori / hari. Karena bila tidak
maka jumlah perhari akan
berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita


nefropati diabetik dengan gagal
ginjal kronik yang klibers
kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000


kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino
esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya
dapat disusun diet B3 2100 kalori
dan 2300 / hari. (bila tidak akan
merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah
lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan
yang dilaksanakan secara teratur
tiap hari pada saat setengah jam
sesudah makan. Juga dianjurkan
untuk melakukan latihan ringan
setiap hari, pagi dan sore hari
dengan maksud untuk
menurunkan BB. Penyuluhan
kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan
penyuluhan melalui perorangan
antara dokter dengan penderita
yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media
cetak dan elektronik.

2) Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya
tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan,
yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang
sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis
yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda
bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan
dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan
pedoman pada 140 mg/dl.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a) Humulin
o Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin
(rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human
insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler
soluble human insulin 30% & human insulin suspensi 70%
(rekombinant DNA origin).
o Indikasi : IDDM
o Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan
secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam,
puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya
18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja
½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
o Kontraindikasi : Hipoglikemik.
o Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau
gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
o Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap
insulin, reaksi alergi local atau sistemik.
o Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
b) Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
o Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen
insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
o Indikasi : DM yang memerlukan insulin
o Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya
diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam.
Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan
Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
o Kontraindikasi : Hipoglikemia.
o Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c) Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
o Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin
manusia. Rekombinan DNA asli
o Indikasi : DM
o Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya
diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus
digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8
mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya
kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi
setelah 8 jam.
o Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada
pompa insulin.
o Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang
meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
o Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
o Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral,
diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
o Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
d) Humalog/Humalog Mix 25
o Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix
25 insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
o Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk
memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog stabil
awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia
kerja lama untuk pemberian pra-prandial.
o Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja
cepat dari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan
mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
o Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk
pemberian IV.
o Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit
atau gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati.
Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
o Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local
& sistemik.
o Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi
sulih tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin
meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa,
dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
o Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e) Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
o Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM
insulin & 70% isophane HM insulin (monokomponen
manusia). Rekombinan DNA asli.
o Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
o Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya
diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam.
Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam
Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
o Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
o Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat
meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
o Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
o Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi
oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
o Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
3) Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai
direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan
kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat
badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake
kalori.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
DIABETES MELLITUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun  ibu mendeita Diabetes
melitus, karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat
komplikasi yang muncul. Seperti yang dijelaskan pada klasifikasi DM.
b. Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan
berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri,
nyeri tekan abdomen dan retinopati.
c. Riwayat Kehamilan
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM
bersifat keturunan.
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasentadan perlu dikaji apakah ada riwayat Diabetes
mellitus gestasional, Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas, Bayi
low gestasional age, Riwayat kematian janin, Lahir mati tanpa sebab
jelas, Anomali congenital, Aborsi spontan, Polihidramnion,
Makrosomia atau berat bayi lebih dari 4000 gram.
4) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir.
5) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri,
kontraksi, dan adanya infeksi.
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda.
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
g. Riwayat Antenatal Care meliputi :
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya
yang didapat. Pada saat antenatalcare perlu diobservasi secara ketat juga
kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan
yang diberikan.
2. Pola Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar
dan haus.
b. Pola Eliminasi
BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering
berkemih.
BAB : biasanya tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan
yang berlebihan.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan
rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah,
pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu
akan rentan terhapad cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan
menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa
lemah dan letih.
b. Tekanan Darah : ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya
karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan
eklamsia.
c. Nadi : pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.
d. Respirasi : pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis
biasanya RR meningkat dan napas bau keton.
e. Suhu : tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada
kondisi hipoglikemi.
f. Berat badan : ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih,
dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.
g. Kepala : tidak ada gangguan.
h. Wajah : Pasien pada keadaan hipoglikemi biasanya terlihat pucat.
i. Mata : Pada keadaan hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan
kabur atau ganda dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan mengeluh
pandangan redup.
j. Hidung : Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal,
napas bau keton.
k. Keadaan mulut : Tidak ada gangguan.
l. Telinga : Tidak ada gangguan.
m. Leher : Tidak ada gangguan.
n. Dada dan payudara
1) Dada
Pasien dengan hiperglikemia pernafasan cepat dan dangkal, napas
bau keton.
2) Sirkulasi Jantung
Perlu dikaji peningkatan tekanan darah dan nadi pasien.
3) Payudara
Pada umumnya tidak ada gangguan.
o. Ekstremitas dan kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit pasien
lembab.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrisi kurang tepat.
b. Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia.
c. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
d. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal,
makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah  Timbang berat Penambahan
terhadap dilakukan badan setiap berat badan
perubahan nutrisi tindakan kunjungan adalah kunci
kurang dari keperawatan prenatal. petunjuk untuk
kebutuhan selama 3x24 jam memutuskan
berhubungan dapat tercapai : penyesuaian
dengan Mempertahankan kebutuhan kalori.
ketidakmampuan kadar gula darah Observasi Membantu
mencerna dan puasa antara 60- masukan kalori dalam
menggunakan 100 mg/dl dan 2 dan pola makan mengevaluasi
nutrisi kurang jam sesudah dalam 24 jam. pemahaman
tepat. makan tidak lebih pasien tentang
dari 140 mg/dl. aturan diet
Perhatikan Mual dan muntah
adanya mual dan dapat
muntah mengakibatkan
khususnya pada defisiensi
trimester karbohidrat yang
pertama. dapat
mengakibatkan
metabolisme
lemak dan
terjadinya
ketosis.
Ajarkan pasien Kebutuhan
tentang metode insulin dapat
finger stick untuk dinilai
memantau berdasarkan
glukosa sendiri. temuan glukosa
darah serum
secara periodic
Diskusikan Pembagian
tentang dosis , dosis insulin
jadwal dan tipe mempertimbang
insulin. kan kebutuhan
basal maternal
dan rasio waktu
makan.
Kolaborasi Diet secara
dengan ahli spesifik pada
gizi. individu perlu
untuk
mempertahanka
n
normoglikemi.
Observasi Insiden
kadar Glukosa abnormalitas
darah. janin dan bayi
baru lahir
menurun bila
kadar glukosa
darah antara 60
– 100 mg/dl,
sebelum makan
antara 60 -105
mg/dl, 1 jam
sesudah makan
dibawah 140
mg/dl dan 2 jam
sesudah makan
kurang dari 200
mg/dl.
2 Resiko cedera Setelah dilakukan Jelaskan pada Dengan
berhubungan tindakan pasien, suami meningkatnya
dengan keperawatan atau keluarga pengetahuan ibu,
hiperglikemia selama 3x24 jam mengenai suami dan
tidak terjadi hiperglikemia keluarga kondisi
resiko cedera termasuk hipoglikemi dan
dengan kriteria : penyyebab dan hiperglikemi
-Pasien dapat tanda gejalanya. dapat dicegah
memverbalisasi sehingga dapat
pemahaman meminimalkan
mengenai resiko cedera.
hiperglikemia Anjurkan pasien Dimungkinkan
termasuk sebab untuk membawa jika pada keadaan
dan tanda insulin spuit, hipoglikemia atau
gejalanya. juga gula kerja- hiperglikemi
-Pasien cepat saat dapat dilakukan
dapat bepergian jauh penanganan
mengidentifi dari rumah. cepat.
kasi Diskusikan Latihan fisik dan
konsekuensi hubungan kepatuhan diet
potensial latihan fisik dan dan stres sangat
dari diet dan efek berpengaruh pada
hiperglikemi keduanya pada kondisi ibu
pada dirinya stres. maupun janin,
dan maka dari itu
janinnya. perlunya
membatasi
-Hiperglikemia kegiatan fisik
dapat dicegah yang berlebih dan
atau kepatuhan diet
diminimalkan. sangat berperan
dalam menjaga
kondisi ibu dan
janin.
3 Resiko Tinggi Setelah dilakukan Observasi   Pengontrolan
cidera janin tindakan control diabetik secara ketat
berhubungan keperawatan sebelum sebelum konsepsi
dengan selama 3x24 jam konsepsi. membantu
peningkatan tidak terjadi menurunkan
kadar glukosa resiko cidera resiko mortalitas
maternal, janin dengan janin dan
perubahan pada kriteria : abnormal
sirkulasi. Menunjukan konginental.
reaksi Non stress Observasi Terjadi
test dan Oxytocin gerakan janin insufisiensi
Challenge Test dan denyut plasenta dan
negative atau janin setiap ketosis maternal
Construction kunjungan. mungkin secara
Stress Test secara negatif
normal. mempengaruhi
gerakan janin dan
denyut jantung
janin.
Observasi tinggi Untuk
fundus uteri mengidentifikasi
setiap pola pertumbuhan
kunjungan. abnormal
Tinjau ulang Aktifitas dan
prosedur dan pergerakan janin
rasional untuk merupakan
Non stress Test petanda baik dari
setiap minggu. kesehatan janin.
Observasi kadar Tes serum
albumin albumin glikosilat
glikosilat pada menunjukkan
getasi minggu glikemia lebih
ke 24 sampai ke dari beberapa
28 khususnya hari.
pada ibu dengan
resiko tinggi.
Dapatkan kadar Insiden kerusakan
serum alfa tuba neural lebih
fetoprotein pada besar pada ibu
gestasi minggu diabetik dari pada
ke 14 sampai non diabetik bila
minggu ke 16. kontrol sebelum
kehamilan sudah
buruk.
Siapkan untuk Ultrasonografi
ultrasonografi bermanfaat dalam
pada gestasi memastikan
minggu ke 8, tanggal gestasi
12, 18, 28, 36 dan membantu
sampai minggu dalam evaluasi
ke 38. retardasi
pertumbuhan intra
uterin.
4 Resiko tinggi Setelah dilakukan Tinjau ulang Hiperglikemia
terhadap trauma, tindakan riwayat pranatal maternal pada
gangguan keperawatan dan kontrol periode pranatal
pertukaran gas selama 3x24 jam maternal. meningkatkan
pada janin pasien tidak makrosomia,
berhubungan mengalami membuat janin
dengan trauma dan berisiko terhadap
ketidakadekuatan gangguan cedera kelahiran
kontrol diabetik pertukaran gas karena distosia
maternal, pada janin atau disporsia
makrosomnia dengan kriteria : sefalopelvis.
atau retardasi -Kehamilan Periksa adanya Kadar glukosa
pertumbuhan cukup bulan. glukosa atau maternal yang
intra uterin. -Meningkatkan keton dan tinggi pada
keberhasilan albumin dalam kelahiran
kelahiran dari urin ibu dan meransang
bayi usia gestasi pantau tekanan pankreas janin,
yang tepat. darah. mengakibatkan
-Bebas cedera. hiperinsulinemia.
-Menunjukkan Periksa adanya Peningkatan
kadar glukosa glukosa atau glukosa dan kadar
normal, bebas keton dan keton
tanda albumin dalam menandakan
hipoglikemia urin ibu dan ketoasidosis yang
pantau tekanan dapat
darah dan mengakibatkan
observasi tanda- asidosis janin dan
tanda vital. potensial cedera
susunan syaeaf
pusat.
Anjurkan posisi Meningkatkan
rekumben perfusi plasenta
lateral selama dan meningkatkan
persalinan. kesediaan oksigen
untuk janin.
Tinjau hasil tes Memberikan
pranatal seperti informasi tentang
profil biofisikal, cadangan pada
tes nonstres dan plasenta untuk
tes stres oksigenasi janin
kontraksi. selama periode
intrapartal.
Observasi Tacikardi,
frekuensi bradikardi atau
denyut jantung deselerasi lambat
janin. pada penurunan
variabilitas
menandakan
kemungkinan
hipoksia janin.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes Mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, dimana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. Diaetes kehamilan atau diabetes
gestational adalah diabetes yang terjadi karena faktor kehamilan, diabetes
kehamilan dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi yang
dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat mengancam
kesehatan bayi yang belum lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola
dengan baik dengan makan makanan yang sehat, berolahraga secara
teratur dan jika perlu minum obat. Lalu bisa diberikan pengobatan
dengan cara pengolahan medis dan pengolahan pengolahan obstetrik, lalu
bisa jga diberikan asuhan kepada ibu hamil tersebut mengenai diabetes
mellitus. Diabetes mellitus dikenal dengan berbagai tipe yaitu tipe I, yang
disebabkan faktor genetik atau karena keturunan, tipe II, sebagian besar
disebabkan oleh gya hidup, dan tipe III yaitu diabetes yang dialami oleh
ibu hamil.

B. SARAN
Penulis berharap semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus, dan paham
bagaimana patofisiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami
Diabete Mellitus. Sehingga, bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan. Namun penulis juga menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini, dengan demikian penulisan makala ini bisa bermanfaat bagi
penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi
4. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007. Pemgantar


Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan


Maternitas. Jogjakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai