Anda di halaman 1dari 11

NAMA MAHASISWA : Mega Frisca

NIM : 1032171036
SEMESTER : IV (ENAM)
DOSEN : Ns. Seven Sitorus M.Kep., Sp.Kep.MB
MATA KULIAH : KEPERAWATAN BENCANA II
TUGAS : Merangkum materi “Promosi Kesehatan
dan pencegahan penyakit saat bencana”

UNIVERSITAS MH. THAMRIN


Jl. Raya Pd. Gede No.23-25, Dukuh, Kec. Kramat jati, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13550
A. Promosi Kesehatan saat bencana

Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan tatanan sosial.


Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, potensial terjadi
diskriminasi, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan
menyebabkan masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.

Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan lanjut
usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan pangan
menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan
banyaknya jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak
terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan penularan
penyakit meningkat.

Tujuan promosi kesehatan saat bencana yaitu:

1. Kesehatan dapat terjaga


2. mengupayakan agar lingkungan tetap sehat
3. memanfaatkan pelayanan kesehatan yangada
4. Anak dapat terlindungi dari kekerasan
5. Mengurangi stres 
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan:
1. Kajian dan analisis data yang meliputi:
a) Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih,jamban, pos
kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit lapangan, dapur umum, sarana umun
seperti mushola, posko relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga
promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
b) Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/ orangtua,
orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c) Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d) Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e) Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang memiliki
kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f) Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan preventif.
g) Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada
diwilayah terdampak bencana.
2. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan kegiatan,
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada.
3. Implementasi kegiatan, yang mencakup:
a) Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah setempat, NGOs, dan
mitra potensial lainnya untuk memetakan programdan kegiatan yang dapat diintegrasikan
/kolaborasikan.
b) Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c) Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan kesehatan,
d) Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e) Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan
kesehatan (PHBS di pengungsian)
f) Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu Lansia di pengungsian
atau di tempat hunian sementara.
g) Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah setempat.
h) Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk menyebarluaskan informasi
kesehatan.
i) Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi promosi kesehatan
paska bencana.
j) Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui program CSR, LSM
kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor agency
k) Monitoring dan evaluasi program

Siapa saja sasaran promosi kesehatan adalah:

1) Petugas kesehatan
2) Relawan
3) tokoh masyarakat, tokoh agama
4) guru
5) Lintas sector
6) Kader
7) Elompok rentan: ibu hamil, anak-anak, lanjut usia
8) Masyarakat
9) Organisasi masyarakat
10) Dunia usaha

Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:

1. ASI terus diberikan pada bayi


2. Biasakan cuci tangan pakai sabun
3. Menggunakan air bersih
4. Buang air besar dan kecil di jamban
5. Buang sampah pada tempatnya
6. Makan makanan bergizi
7. Tidak merokok
8. Memanfaatkan layanan kesehatan
9. Mengelola strees
10. Melindungi anak
11. Bermain sambil belajar
B. Manajemen Pencegahan Penyakit Menular Pasca Bencana

Pada situasi darurat terdapat sebuah kecenderungan untuk membentuk sistem


pelayanan kesehatan khusus yang tidak lagi dibuat dalam skala lokal ataupun
nasional. Pada beberapa tingkatan, hal ini mungkin merupakan waktu yang tepat
untuk mendapatkan dukungan dari pihak luar tetapi biasanya akan menyulitkan di
kemudian hari. Bala bantuan dari pihak luar harus beradaptasi dengan prosedur dan
standar lokal. Penting bagi mereka untuk mengenal budaya lokal, pola penyakit dan
organisasi pelayanan kesehatan. Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi
SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang
meliputi:

1. Tim Reaksi Cepat (TRC) Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam
waktu 0–24 jam setelah ada informasi kejadian bencana.
2. Tim Penilaian Cepat (Tim RHA) Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan
dengan TRC atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam yang bertugas
melakukan penilaian dampak bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang
kesehatan

3. Tim Bantuan Kesehatan Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan


setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan
mereka di lapangan. Kajian harus dilaksanakan secepatnya setelah bencana terjadi
selain merespon kebutuhan yang mendesak.

Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan kajian lebih lanjut pada pasca
bencana adalah :

1. Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat) dan
ciri–ciri demografinya.

2. Jumlah fasilitas kesehatan yang berfungsi milik pemerintah dan swasta.

3. Ketersediaan obat dan alat kesehatan.

4. Tenaga kesehatan yang masih melaksanakan tugas.

5. Kelompok–kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (bayi, balita, ibu hamil,


bunifas dan manula)

6. Kemampuan dan sumberdaya setempat


Manajemen Penyakit Menular Spesifik
No. Penyakit Gejala Pengobatan Pencegahan Pengendalian
1. ISPA - Semua gejala - Pengobatan segera - Surveilans dan - Perbaikan ventilasi
pilek, batuk berat penyakit flu/batuk penyuluhan - Kontrol
dan demam. (parasetamol dan obat flu) - Penyediaan fasilitas kepadatan
- Pneumonia: disertai - Pengobatan komplikasi sanitasi (air untuk pengungsian
nyeri dada dan pneumonia (contoh: mencuci tangan dan - Kontrol asap
diantara tulang belikat trimochazole, penicillin, sabun) hasil pemasakan
dan amphicillin) - Pencegahan malnutrisi
untuk mempertahankan
kekebalan alami tubuh
- Jauhkan asap hasil
pemasakan dapur
umum terhadap
pengungsian
2. Campak - Demam, bercak di - Pengobatan dengan - Penyediaan air yang - Pemberian vaksinasi.
mulut makopapuler, antibiotic (ampicillin, saniter untuk keperluan Ring vaksinasi pada
bercak kemerahan amoxicillin, dan co- sanitasi (mandi, cuci) sasaran di luar
di kulit, mata trimoxazole) - Penyediaan fasilitas daerah KLB campak
sensitif terhadap - Perawatan dan sanitasi (air untuk - Pemberian vitamin A
cahaya pencegahan buta senja dan mencuci tangan dan (kapsul vitamin A)
otitis media sabun) dan supplementasi
- Penanganan diare dengan - Pencegahan malnutrisi pada orang dewasa
dehidrasi untuk mempertahankan
kekebalan alami tubuh
3. Malaria - Demam tinggi - Pengobatan - Pemberantasan vektor - Meminimalisir tempat
menggigil, nyeri kemoprofilaksis penularan penyakit perindukan nyamuk
otot&tulang, sakit - Pemberian obat - Penggunaan pelindung (pengelolaan
kepala, kadang muntah kloroquin fosfat diri (kelambu, tirai, lingkungan)
dan diare (aralen) kassa untuk - Indoor residual
- Supplementasi Fe, jendela/ventilasi) spraying
asam folat - Pengamatan vektor - Pemberian abate pada
secara berkala kolam yang
menggenang

4. Diare - Feses cair (dengan/ - Pencegahan dan - Penyediaan air yang - Klorinasi sumber air
tanpa darah dan lendir), penanganan dehidrasi saniter untuk keperluan minum/air bersih
BAB >3x/hari, dapat - Pemberian makanan sanitasi (mandi, cuci) - Penggunaan
disertai demam dan secara berkelanjutan - Penyediaan air minum pengolahan air yang
nausea (termasuk ASI) selama yang memenuhi standar terstandarisasi (misal:
episode diare kesehatan sistem filtrasi bertahap)
- Monitoring kondisi - Penyediaan jamban - Pengemasan dan
pasien yang memenuhi standar distribusi makanan
- Pemberian obat diare minimal kesehatan segera
(contoh: norit, kaplet untuk pencegahan - Jauhkan jarak dapur
obat diare) penularan penyakit umum dari toilet umum
- Perhatikan kebersihan
penjamah makanan
5. Hepatitis - Anoreksia berat, mual, - Tidak ada perawatan - Vaksinasi untuk
- Penyediaan fasilitas
muntah, dehidrasi, dan spesifik hepatitis A
sanitasi (air untuk
penurunan berat badan - Pastikan penderita - Klorinasi sumber air
mencuci tangan dan
selama beberapa banyak beristirahat minum/air bersih
sabun)
minggu - Perhatikan status gizi - Jauhkan jarak dapur
- Pemasakan makanan
penderita untuk umum dari toilet umum
dengan memperhatikan
membantu pemulihan
implementasi cara
imunitas penderita
penanganan makanan
6. Demam tifoid - Demam tinggi, kadang - Penderita dapat dengan benar - Kontrol kepadatan
delirium/gangguan ditangani dengan - Pencegahan malnutrisi pengungsian
kesadaran, nausea/rasa pemberian antibiotika untuk mempertahankan - Klorinasi sumber air
penuh di lambung, kloramfenikol atau kekebalan alami tubuh minum/air bersih
konstipasi/diare tiamfenikol - Pemisahan makanan - Pengemasan dan
- Penderita harus mentah dan masak distribusi makanan
beristirahat total untuk segera
mencegah keparahan - Jauhkan jarak dapur
dan komplikasi umum dari toilet umum
penyakit
- Perawatan segera untuk
penderita yang sudah
mengalami komplikasi
(contoh: perforasiusus)
7. Tuberkulosis - Lemah, batuk-batuk - Diagnosis dan - Penyediaan fasilitas - Perbaikan ventilasi
dalam jangka waktu pengobatan sesegera sanitasi (air untuk - Kontrol kepadatan
yang lama mungkin pada mencuci tangan dan pengungsian
- Pemeriksaan dahak penderita sabun)
menunjukkan BTA (+) - Vaksinasi BCG - Pencegahan malnutrisi
(biasanya pada bayi untuk mempertahankan
baru lahir, namun kekebalan alami tubuh
revaksinasi tidak
dianjurkan)
- Pemeriksaan kesehatan
untuk screening orang
yang memiliki kontak
dengan penderita
(terutama pada anak
dengan usia dibawah 6
tahun)

8. Infeksi cacing - Perut kembung, mual, - Pemberian dosis - Perhatikan kebersihan - Filtrasi sumber air
muntah, sakit perut, tunggal dari penjamah makanan bersih yang digunakan
nafsu makan menurun, antihelminthic - Penyediaan fasilitas - Penggunaan APD alas
- Diare (albendazole, sanitasi (air untuk kaki
- Gatal di dubur pada levamisole, mencuci tangan dan
malam hari mebendazole, atau sabun)
- Infeksi ringan pyrantel) - Pemasakan makanan
umumnya tanpa gejala dengan memperhatikan
implementasi cara
penanganan makanan
dengan benar
- Mencegah kontak
langsung dengan media
penularan seperti tanah,
baju, dan masakan
mentah yang tidak
hygiene
9. Leptospirosis - Demam tinggi, sakit - Pengobatan dengan - Penggunaan APD - Pengendalian hewan
kepala, menggigil, antibiotika baik (sepatu dan sarung pengerat (terutama
nyeri otot, mual, oral/intravena seperti tangan) terutama saat tikus) dengan
jaundice/ kulit kuning, doxycycline/ penicillin bencana banjir memasang perangkap
mata merah, diare pada awal infeksi - Perbaikan lingkungan
(limbah dan sampah)
- Penyuluhan
10. Tetanus - demam, disfungsi - Perawatan luka dengan - Penyuluhan - Luka terbuka dalam
sistem syaraf, benar - Imunisasi tetanus tertusuk paku/ benda
berkeringat - Spesifik profilaksis diberikan 2 kali tajam segera diberi
- leher kaku setelah/ sebelum interval minimal 1 Anti Tetnus Serum
- kesulitan menelan mendapat luka bulan
- mengeluarkan air liur - PHBS

Anda mungkin juga menyukai