Anda di halaman 1dari 6

‘Dampak besi dan mangan bagi

perairan’
Johan Hariwitonang
184310329

‘siklus oksigen di

Adanya logam berat di perairan berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan
organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini
berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit terurai, sehingga mudah terakumulasi
dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai.
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan
logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh yang diakibatkan bila logam ini
diberikan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Meskipun semua logam berat
dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, namun sebagian dari logam berat
tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Bila kebutuhan yang sangat sedikit
itu tidak dipenuhi, maka dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup organisme (Rusman,
2010).
Faktor yang menyebabkan logam tersebut dikelompokkan ke dalam zat pencemar yaitu
logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi seperti pencemar organik, logam berat
dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama sedimen sungai dan laut, karena dapat terikat
dengan senyawa organik dan anorganik, melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa
komplek (Susiati dkk, 2009).
Besi merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana zat ini dibutuhkan dalam proses
untuk menghasilkan oksidasi enzim cytochrome dan pigmen pernapasan (haemoglobin).
Logam ini akan menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam konsentrasi di atas normal
(Hasbi, 2007).
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi menjadi dua jenis.
Jenis pertama adalah logam berat esensial di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun, contoh logam berat ini adalah Fe. Keberadaan besi dalam air laut
juga dapat bersumber dari perkaratan kapal-kapal laut dan tiang-tiang pancang pelabuhan
yang mudah berkarat. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat non esensial atau beracun,
dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun seperti Pb.
Secara alamiah timbal dapat masuk ke dalam badan perairan melalui pengkristalan
timbal di udara dengan bantuan air hujan (Khasanah, 2009).Kandungan logam berat yang
menumpuk pada air laut dan sedimen akan masuk ke dalam sistem rantai makanan dan
berpengaruh pada kehidupan organisme (Said dkk, 2009).
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja
sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh
lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai alergen, mutagen, atau karsinogen bagi manusia.
Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernafasan, dan pencernaan.
Masing-masing logam berat tersebut memiliki dampak negatif terhadap manusia jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama.Kegiatan atau aktivitas di laut
yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut antara lain: perkapalan, dumping di
laut, pertambangan, eksplorasi dan eksploitasi minyak, budidaya laut, dan perikanan.
Laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan,
tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan
mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di masa
kini maupun masa depan. Oleh karena itu, laut yang merupakan suatu sumber daya alam,
sangat perlu untuk dilindungi. Hal ini berarti pemanfaatannya harus dilakukan dengan
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang
(Rengki, 2011).

Suatu hal yang menjadi masalah, luas dan besar dijadikannya lautan sebagai tempat
penampungan bagi kegiatan kehidupan di darat dan di laut, karena dianggap mampu
mengelola limbah. Namun ternyata proses fisika dan kimiawi berlangsung tidak secepat yang
diperkirakan. Masuknya unsur lain ke dalam lingkungan laut memberi dampak pada
keseimbangan ekosistem secara keseluruhan (Sumarni, 2004).

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi kesehatan,
karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan makanan atau udara yang
terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya (Yusuf dkk, 2005).
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi
terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan
penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Timbal
dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut (Purnomo, 2009).

Umumnya air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, termasuk mencuci


pakaian, sampai dengan saat ini selain air dari PDAM adalah air tanah. Sebagian besar
bahkan hampir semua UKM jasa pelayanan binatu kiloan dinegeri ini, dipastikan
mengandalkan air tanah.

Pada intinya kualitas air yang dipergunakan mencuci pakaian sebaiknya :

 Tidak berbau : Air yang berbau busuk, kemungkinan disebabkan karena campuran
dari nitrogen, sulfur dan pospor yang membentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak
(NH4). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi
estetika, air berbau busuk tidak layak digunakan.
 Tidak ada zat yang mengapung.
 Memenuhi persyaratan fisis, yaitu tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau juga tidak
ada rasa tertentu.
 Memenuhi persyaratan kimiawi, dalam arti tidak mengandung limbah B3 (bahan
beracun dan berbahaya) seperti arsen, chlor, tembaga, cyanida, besi, air raksa, mangan
dan sebagainya.
 Memenuhi persyaratan biologis ditentukan oleh tinggi-rendahnya mikroorganisme
patogen, maupun yang non patogen.
 Memenuhi persyaratan radiologis.

Permasalahan yang sering di hadapi :

Masalah yang banyak terjadi ketika memanfaatkan air tanah adalah kandungan mineral.
Jenis kandungan mineral air tanah cukup beragam, antara lain air raksa, zat besi, mangan,
natrium, tembaga, seng dsb.Zat besi (Fe) adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir
pada setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya zat besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut. Kandungan ion Fe pada air
sumur bor bisa berkisar antara 5 – 7 mg/L. Sedangkan standar kandungan zat besi air bersih
berdasarkan Permenkes RI : No. 416/Menkes/Per/IX/1990 maksimal 1,0 mg/L. Tinggi-
rendahnya kandungan Fe ini sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur tanah.

Penyebab utama tingginya kadar zat besi dalam air :

 Kadar kesadahan (pH) air rendah.

Kadar kesadahan (pH) air normal yang tidak menyebabkan masalah adalah 7 (6,8 –
7,2). Air yang berkadar kesadahan normal (pH 7 atau antara 6,8 – 7,2) dapat melarutkan
semua jenis mineral termasuk zat besi.

 Ada gas yang ikut terlarut.

Jenis-jenis gas dimaksud adalah CO2 dan H2S. Beberapa gas terlarut dalam air tersebut
akan bersifat korosif.

 Mengandung bakteri.

Bakteri-bakteri zat besi (crenotrik, leptotrik, callitonella, siderocapsa dan Iain-Iain)


yang membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut dalam air, secara
biologis amat mempengaruhi tinggi-rendahnya kadar zat besi pada air. Bakteri-bakteri
tersebut membutuhkan oksigen dan besi untuk mempertahankan hidupnya.

Jika zat besi yang terlarut dalam air melebihi ambang batas, maka masalah-masalah
yang akan terjadi adalah :

 Gangguan teknis.

Endapan Fe bersifat korosif terhadap pipa besi dan akan mengendap pada saluran pipa,
sehingga mengakibatkan penyumbatan dan efek-efek negatif lainnya yang merugikan.

 Gangguan fisik.

Gangguan fisik yang diakibatkan karena adanya larutan zat besi dalam air yang
melebihi 10 mg/L akan menjadikan air berwarna, berbau seperti telur busuk dan
menimbulkan rasa yang tidak enak.
 Gangguan kesehatan.

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk
sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari
air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Dalam dosis besar zat Fe dapat merusak dinding usus, terjadinya iritasi
pada mata dan kulit.

Beberapa alternatif cara menurunkan kandungan zat besi pada air tanah :

 Aerasi

Aerasi adalah cara memasukkan udara kedalam air dengan proses oksidasi untuk
menaikkan kadar oksigennya. Proses oksidasi ini dilakukan dengan menggunakan udara
biasa, kemudian di ikuti dengan pengendapan dan penyaringan.

 Sedimentasi :

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam


air karena pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses pengendapan dengan cara
gravitasi untuk mengendapkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat daripada air, ini
yang sering dipergunakan dalam pengolahan air. Biaya pengolahan air dengan proses
sedimentasi relatif murah karena tidak membutuhkan peralatan mekanik maupun
penambahan bahan kimia. Prinsipnya sedimentasi adalah untuk mereduksi zat-zat kimia yang
mengeruhkan air, dengan tanpa mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun kerapatannya.

 Filtrasi :

Filtrasi adalah proses pengolahan air yang prinsipnya adalah untuk mengurangi bahan-
bahan organik maupun bahan-bahan an organik yang terkandung dalam air. Bahan yang
umum dipergunakan sebagai media penyaring adalah pasir, karena mampu melakukan
penyaringan yang baik. Pasir yang berbentuk butiran halus dan padat, dapat tahan lama, dapat
dipakai berulang kali, selain juga mudah dibersihkan jika kotor serta tidak larut dalam air.

Kesimpulan :
Yang harus dipahami dan diwaspadai jika mempergunakan air tanah untuk mencuci
pakaian adalah bahwa :

 Lakukan tes kondisi kadar mineral yang terkandung dalam air agar dapat diketahui
dengan pasti kadar mineral masing-masing. Pihak-pihak yang berwenang dan bisa
melakukan tes kualitas air adalah PDAM setempat, Sucofindo ataupun Laboratorium
resmi yang ditunjuk dari Departemen Kesehatan RI.
 Air tanah yang mengandung kadar zat besi cukup tinggi, sebaiknya harus diturunkan
secara maksimal, sehingga dapat mencapai sekitar standar maksimalnya (1,0 mg/L).
 Kadar zat besi yang tinggi, akan menyebabkan tidak semua dapat dikeluarkan dari
serat benang pakaian pada saat proses pemerasan atapun pengeringannya.
 Zat besi yang terperangkap didalam serat benang pakaian akan menyebabkan serat
benang gosong apabila terkena panas pada saat diseterika ataupun dikeringkan dalam
mesin pengering. Serat benang yang gosong tersebut tertangkap oleh mata kita, yaitu
permukaan pakaian terlihat menjadi kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Dan
serat benang yang gosong tersebut tidak akan bisa diperbaiki, karena memang sudah
rusak.

Anda mungkin juga menyukai