PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk
dunia adalah penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak
180.000 orang tiap tahun. Sejumlah informasi seperti di Kanada pada
tahun 2003, asma merupakan penyebab hilangnya 24,5 juta hari kerja.
Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah
kelompok lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat
penderita asma meningkat, khususnya pada kelompok lanjut usia saat
peralihan. Udara di malam hari sangat dingin sehingga faktor pencetus
asma berubah menjadi manifestasi.
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II (Gerontik)
2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
penyakit Asma
3. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia
tentang asma, sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat tentang askep gerontik.
4. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi
tubuh dan kesehatan dengan tidak terkena asma.
1|STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupanmanusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No. 13 Tahun 1998tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapaiusia lebih dari 60 tahun
(Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,seseorang
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupanyang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untukmempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatankepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi
lansiasebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
c. Kelompok usia lanjut (>65 tahun) sebagai senium
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan
psikososial, perubahankognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke
semua organtubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler,sistem pengaturan tubuh,
2|STIKes Indramayu
muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria,endokrin dan
integumen.
b. Sistem integument Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik
hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya
sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan
kakimenjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut
wajah meningkat, rambut menipis atau botak dan warna rambut
kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
c. Perubahan kondisi mental Pada umumnya usia lanjut mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dari segi mental
emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaantidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akantimbulnya suatu penyakit atau takut
diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
d. Perubahan psikososialPada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupannya dengan bekerjamendadak diharapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila iacukup
beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun
denganmenciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga
masa pension memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dandisingkirkan untuk
duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lainadalah
merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan
dirilingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga, hilangnyakekuatan dan ketegangan fisik, perubahan
konsep diri dan kematian pasanganhidup.
e. Perubahan kognitif Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan
3|STIKes Indramayu
memori jangka pendek, Kemampuan intelektual tidak mengalami
kemunduran, Kemampuan verbal dalam bidang vokabular
(kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual yaitu dengan Agama atau kepercayaan makin
terintegrasi dalam kehidupannya, Lanjut usia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70
tahun menurut Fowler: universalizing, perkembangan yang dicapai
pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengancara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
B. Asma Bronkhial
1. Definisi
Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus
yang disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran
napas di banyak tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara,
sedangkan menurut Surya (1990), asma adalah obstruksi jalan napas
generalisata yang bervariasi dalam hal spontanitas atau
responnya terhadap pengobatan.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan
intermitten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas,
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Baughman, 2000).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma
adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik
spasme otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme
bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas sehingga
membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi
mengi dan batuk.
2. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :
a. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus
yang encer) hay fever dan eksema dapat timbul pada
4|STIKes Indramayu
penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap
alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini disebut
atopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari bunga,
rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.
b. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut,
hampir sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu
faktor alergi yang menjadi penyebabnya tetapiditemukan kepekaan
yang berlebihan dari bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non
alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus, kadang-
kadang kegiatan jasmani, kadang-kadang karena menghirup
udara dingin
3. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru,
penyebab asma yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun
secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap
satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum.
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada
anamnesis.
2. Faktor Presipitasi
a. Latihan
Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan.
b. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma
dan beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada
perubahan udara dingin menjadi panas.
5|STIKes Indramayu
c. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara,
melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui
alergen “air borne” musiman.
d. Alergi
Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma
adalah bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin
tidak mungkin diketahui atau dibuktikan hubungannya.
Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk
sarik rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak
yang lainnya.
e. Pekerjaan
f. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan
lain dalam anggur).
g. Emosi
Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma
pada orang yang sudah diketahui menderita asma.
h. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang
sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin)
mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih
tua yang juga mempunyai polip hidung.
i. Infeksi saluran napas atas
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma
(Surya, 1990).
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma
disebabkan oleh adanya proses :
1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
6|STIKes Indramayu
2. Adanya hiperreaktifitas bronkus
3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas
5. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah :
1. Gejala umum
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
2. Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari.
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi Ekspirasi lebih
kuat dan lama dari inspirasi.
d. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea Batuk sulit dan
kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat
dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
e. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat menghilang secara spontan.
3. Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat,
takikardia dan desakan nadi melebar).
4. Reaksi yang berhubungan
a. Eksem
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :
1. Foto ronsen data
Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali
pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi
7|STIKes Indramayu
berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi
komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal.
2. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
- Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden
- Tes kulit dengan alergen
- Pengukuran kadar IgE serum
3. Pemeriksaan Radiologi
- Normal atau hiperinflasi
- Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak,
pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain.
4. Tes provokasi bronkus
Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
- Provokasi beban kerja
- Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin
- Provokasi inhalasi dengan bahan :
a. Spesifik : alergen tertentu
b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5. Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat
beratnya asma atau gagal nafas.
6. Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma
terhadap jantung.
7. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000) adalah :
1. Terapi obat
a. Agonis beta
b. Metilsantin
c. Antikolinergik
d. Kortikosteroid
e. Inhibitor sel mast
8|STIKes Indramayu
2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan,
berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global
(GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal
c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3. Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan
serangan.
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika
serangan terjadi pada malam hari.
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan
antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan
dengan binatang.
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang
membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama
musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan
melakukan inspirasi udara pada 37ºC dan kelembaban relatif
100%.
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang
menyebabkan serangan.
9|STIKes Indramayu
8. Pengkajian
Menurut Nugroho (2000) :
1. Temperatur
a. Mungkin serendah 95ºF (hipotermi) ± 35ºC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Pulse (denyut nadi)
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apikal, radial, pedal
3. Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan, irama, kedalaman
b. Tidak teraturnya pernafasan
4. Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
10. Sistem persyarafan
a. Kesimetrisan raut wajah
b. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
- Tidak semua orang menjadi snile
- Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
d. Pupil : kesamaan, dilatasi
e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
- Jangan dites di depan jendela
- Pergunakan tangan atau gambar
- Cek kondisi kacamata
f. Sensory deprivation (gangguan sensorik)
10 | S T I K e s I n d r a m a y u
g. Ketajaman pendengaran
- Apakah menggunakan alat bantu dengar
- Tinutis
- Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
h. Adanya rasa sakit atau nyeri
11. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
b. Auskultasi denyut nadi apikal
c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
d. Pusing
e. Sakit
f. Edema
12. Sistem gastrointestinal
a. Status gizi
b. Pemasukan diet
c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
d. Mengunyah dan menelan
e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
f. Auskultasi bising usus
g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
h. Apakah ada konstipasi (sembelit)
13. Sitem genitourinarius
a. Warna dan bau urine
b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan
untuk buang air kecil)
c. Frekuensi, tekanan atau desakan
d. Pemasukan dan pengeluaran cairan
e. Disuria
f. Seksualitas
- Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
- Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas
seksual
11 | S T I K e s I n d r a m a y u
14. Sistem kulit
a. Kulit
- Temperatur, tingkat kelembaban
- Keutuhan luka, luka bakar, robekan
- Turgor (kekenyalan kulit)
- Perubahan pigmen
b. Adanya jaringan parut
c. Keadaan kuku
d. Keadaan rambut
e. Adanya gangguan-gangguan umum
15. Sistem mukuloskeletal
a. Kontraktur
- Atrofi otot
- Mengecilkan tendo
- Ketidakadekuatannya gerakan sendi
b. Tingkat mobilitas
- Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
- Keterbatasan gerak
- Kekuatan otot
- Kemampuan melangkah atau berjalan
c. Gerakan sendi
d. Paralisis
e. Kifosis
16. Psikososial
a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan
b. Fokus-fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang
berlebihan
12 | S T I K e s I n d r a m a y u
9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan
dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi
tertahan, tebal, sekresi kental (Doenges, 1999).
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi napas 1. Beberapa derajat spasme
Catat adanya bunyi napas, misal : bronkus terjadi dengan
mengi, krekels, ronchi obstruksi jalan napas dan
dapat tak dimanifestasi-kan
adanya bunyi napas
adventisius, misal : penyebaran
krekels basah
(bronkhitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi
(emfisema) atau tidak adanya
bunyi napas (asma berat)
Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Takipnea biasanya ada pada
Catat rasio inspirasi/ekspirasi beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan
atau selama stres/adanya
proses infeksi akut
Catat adanya/derajat dispnea, Disfungsi pernapasan adalah
misal : keluhan “lapar udara”, variabel yang tergantung pada
gelisah, ansietas, distres tahap proses kronis selain
pernapasan, penggunaan otot proses akut yang menimbulkan
bantu perawatan di rumah sakit,
misal : infeksi, reaksi alergi
13 | S T I K e s I n d r a m a y u
bulu bantal yang berhubungan mentriger episode akut
dengan kondisi individu
Dorong/bantu latihan napas Memberikan pasien beberapa
abdomen/bibir cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara
Kolaborasi dalam pemberian Merilekskan otot halus dan
obat, misal menurunkan kongesti lokal,
- Bronkodilator : Biagonis, menurunkan spasme jalan
epinefrin napas, mengi dan produksi
- Xantin : aminofilin, oxtrifilin mukosa. Obat-obatan mungkin
per oral, injeksi, inhalasi
14 | S T I K e s I n d r a m a y u
mengindikasi beratnya
hipsemia
Intervensi Rasional
Kaji kebiasaan diet, masukan Pasien distres pernapasan akut
makanan saat ini. Catat derajat sering anoreksia karena
kesulitan makan. Evaluasi BB dispnea, produksi sputum dan
dan ukuran tubuh obat
Auskultasi bunyi usus Menunjukkan penurunan
Penurunan/hipoaktif bising usus motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang
berhubungan dengan
pembatasan masukan cairan,
pilihan makanan buruk,
penurunan aktivitas dan
hipoksemia
Berikan perawatan oral sering, Rasa tidak enak, bau dan
buang sekret, berikan wadah penampilan adalah pencegahan
khusus untuk sekali pakai dan utama terhadap nafsu makan
tisu. dan dapat membuat
mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan napas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
15 | S T I K e s I n d r a m a y u
Tempat Praktek : Desa Tamansari Blok Tegalbedug - Indramayu
I. Identitas Klien
Nama : Ny. K
Umur : 82 tahun
Agama : Islam
Keterangan :
1. Struktur Keluarga : Pasien berumur 82 tahun mempunyai anak 3
perempuan dan istrinya sudah meninggal dunia 10 tahun yang lalu.
16 | S T I K e s I n d r a m a y u
2. Tipe keluarga : tipe keluarga pasien merupakan tipe Keluarga
Besar
(Extendex Family) dimana didalam keluarga ini ditambah anggota
keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah.
III. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai penyakit
seperti pasien. Tetapi dulu istrinya mempunyai penyakit darah tinggi dan
stroke.
17 | S T I K e s I n d r a m a y u
Pasien selalu mandi 2x1 hari menggunakan air bersih,sabun,sikat gigi
dan pasta gigi.
Nilai Ketergantungan
Kemampuan Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan / minum ×
Toileting ×
Mencuci ×
Keterangan :
0 = Mandiri penuh
1 = Alat bantu
4 = Dibantu total
18 | S T I K e s I n d r a m a y u
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan menerima apa yang
sudah diberikan tuhan kepada dirinya,fisik yang sempurna dan
tidak ada kecacatan.
b. Ideal Diri : Pasien mengatakan selalu berperilaku baik
terhadap sesama orang,contohnya seperti kepada tetangganya.
c. Harga Diri :tidak terkaji
d. Peran : Pasien mengatakan kadang berkumpul
dengan masyarakat sekitar atau mengikuti pengajian yang selalu
diadakan oleh ibu-ibu di daerah tempat tinggalnya.
e. Identitas Diri : Pasien mengatakan selalu menerima apa
yang Allah berikan kepadanya,baik fisik,kesehatan maupun dalam
hal apapun.
8. Pola komunikasi
Pasien mengatakan selama suaminya masih ada atau belum
meninggal,hubungan nya baik, dengan tetangganya juga pasien
berkomunikasi baik serta saudaranya
9. Pola manajemen stress
Pasien mengatakan apabila dirinya sedang ada masalah hanya di
pendam saja,tidak menceritakan kepada saudara atau tetangganya
19 | S T I K e s I n d r a m a y u
keluar dan masuk
kamar mandi,mandi
sehari 2x pada pagi
dan sore hari.
2 Berpakaian 1 Pasien mampu
mengambil dan
mengenakan pakaian
secara lengkap tanpa
memerlukan bantuan.
3 Toileting 1 Pasien Mampu pergi
ke WC,
membersihkan diri
sendiri dan memilih
baju tanpa bantuan.
4 Berpindah 1 Pasien mampu
bergerak naik-turun
dari tempat tidur dan
kursi tanpa
memerlukan bantuan.
5 Kontinensia 1 Pasien mampu
mengendalikan
perkemihan dan
defekasi secara
mandiri.
6 Makan 1 Pasien mampu
mengambil dan makan
secara mandiri
Keterangan :
Nama : Tn. K
Tanggal dan evaluasi : Tanggan 22 Desember 2019
Setelah dikaji di dapatkan skor : 6 (A) yang termasuk dalam kategori mandiri.
VII. Pengkajian Mini Mental State Exam ( MMSE)
No Aspek Kriteria Nilai Nilai
20 | S T I K e s I n d r a m a y u
kognitif maksimal klien
1 Orientasi Menyebutkan dengan benar : 5 5
- Tahun : 2019
- Musim : hujan
- Tanggal : 22
- Hari : Minggu
- Bulan : Desember
2 Orientasi Dimana kita sekarang: 5 5
- Negara : Indonesia
- Provinsi : Jawa Barat
- Kota : Indramayu
- Alamat : Tamansari
- Lantai : 1
3 Registrasi Menyebutkan nama 3 objek 3 3
dalam 1 detik untuk setiap
nama,kemudian meminta klien
untukmengulangi ketiga objek
setelah anda menyebutnya.
- bantal, jam, kipas
“klien mampu menyebutkan
kembali objek yang
diperintahkan“
4 Perhatian Minta klien untuk memulai dari 5 5
dan angka 100 kemudian dikurangi
kalkulasi 7 sampai 5 kali/tingkat:
(93,86,79,72,65)
“klien mampu menghitung
pertanyaan 5 poin)
5 Mengingat Meminta klien 3 3
untukmengulangi objek pada no
2 tadi. Bila benar,beri 1 poin
pada masing-masing objek.
“klien mampu mengulang
obyek yang disebutkan”
21 | S T I K e s I n d r a m a y u
6 Bahasa - Perlihatkan sebatang 9 9
pensil dan jam tangan
dan minta klien untuk
menamai benda
tersebut.
“klien mampu menamai
dua benda tersebut“
- meminta klien untuk
mengulangi kata
berikut: “tak ada jika
dan atau tetapi”
“klien mampu untuk
mengulangi”
- ikuti perintah 3 langkah:
”ambil kertas pake
tangan kanan, lipet jadi
dua, simpen dilantai”
“klien mampu
mengikuti perintah
pemeriksa”
- meminta pasien
membaca dan mengikuti
perintah ini : “tutup
mata anda”
“klien mampu membaca
dan mengikuti perintah”
- meminta klien untuk
menuliskan kalimat
yang pemeriksa katakan
“intan lagi masak
didapur dengan ibunya”
“klien mampu
22 | S T I K e s I n d r a m a y u
menuliskan kalimat
dengan lambat “
- meminta klien untuk
menyalin gambar yang
di gambar oleh
pemeriksa (pemeriksa
menggambarkan
segitiga)
“klien mampu
menyalin kembali
gambar pemeriksa
walaupun gambarnya
sedikit bengkok”.
Total nilai 30
23 | S T I K e s I n d r a m a y u
Dan dimana alamat bapak?
Jawaban : klien mengatakan
Ds. Tamansari Blok Lengo
5 Berapa umur bapak? 1 1
Jawaban : klien menjawab
bahwa umurnya 82 tahun
6 Kapan bapak lahir? 1 1
Jawaban : klien mengatakan
18 Oktober 1937.
7 Siapa presiden indonesia 1 1
sekarang?
Jawaban : klien mengatakan
presiden indonesia sekarang
adalah Jokowi.
8 Siapa nama ibu anda? 1 1
Jawaban : klien mengatakan
nama ibunya adalah Dasmi
9 Berapa 20 dikurangi 3? 1 1
(begitu sampai bilangan
terkecil)
Jawaban :klien hanya mampu
menghitung,walaupun sedikit
membutuhkan waktu yang
lama.
10 Siapa presiden sebelumnya? 1 1
Jawaban : klien mengatakan
presiden sebelumnya adalah
bapak jokowi
24 | S T I K e s I n d r a m a y u
Suhu : 37 derajat
25 | S T I K e s I n d r a m a y u
i. Sistem Persyarafan
Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran
terutama pada bagian kaki
j. Hemopoetik
Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia
(konjungtiva merah muda), tidak pernah transfusi darah
k. Kepala
Tidak ada luka di kepala, sakit kepala
l. Mata
Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur
m. Telinga
Fungsi pendengaran sudah agak berkurang
n. Hidung
Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam
seminggu ini)
o. Mulut/Tenggorokan
Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak
memakai gigi palsu, tidak sakit tenggorokan
p. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar titoid
q. Payudara
Tidak ada benjolan
X. Data Penunjang
Tidak terkaji
XI. Analisa Data
Tanda dan gejala Penyebab (Etiologi) Masalah
keperawatan
26 | S T I K e s I n d r a m a y u
berat.
DO:
RR : 24x/menit
Pasien tampak
terengah-engah
Posisi duduk
condong ke depan
sambil memegang
lutut.
Klien mengatakan
sering tidak bisa tidur
pada malam hari
karena sesak pasien
juga mengeluh
istirahatnya tidak
cukup pada siang hari
karena selalu berisik.
DO :
DS : Kurangnya Ansietas
pengetahuan
Keluarga klien
mengatakan selalu
cemas terhadap
penyakitnya, Pasien
sering kontrol ke
27 | S T I K e s I n d r a m a y u
dokter dan di beritahu
bahwa pasien
mengalami Asma
DO :
TD : 110/80 mmHg
RR : 26x/menit
Sampai saat ini pasien
masih meminum obat
sesak yang di berikan
oleh tenaga kesehatan
28 | S T I K e s I n d r a m a y u
Pola nafas tidak Sifat masalah 1 3 Masalah
efektif dikatakan
kurang sehat
karna pasien
mengeluh
sesak nafas
29 | S T I K e s I n d r a m a y u
Menonjolnya masalah 1 2 Masalah
tidak perlu
diatasi segera
karna sesak
nafas pasien
masih ringan
30 | S T I K e s I n d r a m a y u
TOTAL 7
31 | S T I K e s I n d r a m a y u
penyakit
Asma
32 | S T I K e s I n d r a m a y u
TOTAL 13
33 | S T I K e s I n d r a m a y u
pasien
TOTAL 6
34 | S T I K e s I n d r a m a y u
24 jam respon kecemasan 2. Instruksikan pasien
dapat berkurang dengan menggunakan teknik
relaksasi
kriteria hasil:
3. Beri obat untuk
mengurangi kecemasan
a. Menggunakan teknik
relaksasi untuk
mengurangi
kegelisahan.
b. Menjaga hubungan
sosial
c. Gelisah
d. Peningkatan TD
e. Monitor manifestasi
perilaku kecemasan.
35 | S T I K e s I n d r a m a y u
Keperawatan
36 | S T I K e s I n d r a m a y u
Intan Agus Diani
37 | S T I K e s I n d r a m a y u
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh
periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan
nafas sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal),
menimbulkan bunyi mengi dan batuk. Setelah dilakukan pengkajian pada
Tn. S dengan asma didapatkan data seperti : klien akan sesak jika terjadi
perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas
jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk
kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan maka
diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma berulang. Agar asma
itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan
untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu
ekstrim,npolusi udara, serbuk, dan lain-lain.
B. Saran
1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang
bisa menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan,
bulu kucing, debu, dan lain-lain.
2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu
3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan
pada pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak
kambuh lagi.
38 | S T I K e s I n d r a m a y u
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta : EGC.
Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka
Cipta.
Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam – ed. 3. Jakarta : EGC.
Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.
39 | S T I K e s I n d r a m a y u
LAMPIRAN
40 | S T I K e s I n d r a m a y u