Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan unsur penting dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia,
sesuai yang tercantum pada undang-undang kesehatan tahun 2009 pasal 4 dan 5 menyatakan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
bermutu, dan terjangkau, setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujut derajat kesehatan setinggi-
tingginya.(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20riskesdas
%2017.pdf).
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada
siapa saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara atau afasia proses berfikir, dan gangguan neurologis lainnya seperti
kerusakan saraf kranial nervus IX (glosovaringeus) dan nervus X (vagus) yang
mengakibatkan kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut, hal itu
dikarenakan sebagai gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2016).
Stroke terjadi akibat adanya gangguan aliran darah ke otak. Ketika aliran darah ke otak
terganggu, maka oksigen dan nutrisi tidak dapat dikirim ke otak. Kondisi ini akan
mengakibatkan kerusakan sel otak mati. Persentasi tertinggi stroke adalah stroke iskemik,
yang terjadi akibat penyumbatan aliran darah. Penyumbatan dapat terjadi karena timbunan
lemak yang mengandung kolesterol (disebut plak) dalam pembuluh darah besar (arteri
karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang.
Stroke menyebabkan kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegia). Kelumpuhan
sebelah bagian tubuh kanan atau kiri, tergantung dari kerusakan otak. Bila kerusakan terjadi
pada bagian bawah otak besar (cerebrum), penderita sulit menggerakan tangan dan kakinya.
Bila terjadi pada otak kecil (cerebellum), kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan
tubuhnya akan berkurang. Kondisi demikian membuat pasien stroke mengalami kesulitan
melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan indera
merasakan (sensorik) yaitu rangsang sentuh atau jarak. Cacat sensorik dapat mengganggu
kemampuan pasien mengenal benda yang sedang dipegangnya. Kehilangan kendali pada
kandung kemih merupakan gejala yang biasanya muncul setelah stroke, dan seringkali
menurunkan kemampuan saraf sensorik dan motorik. Pasien stroke mungkin kehilangan
kemampuan untuk merasakan kebutuhan kencing atau buang air besar. Dampak psikologis
penderita stroke adalah perubahan mental. Setelah stroke memang dapat terjadi gangguan
pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya.
Semua hal tersebut dengan sendirinya memengaruhi kondisi psikologis penderita. Marah,
sedih, dan tidak berdaya seringkali menurunkan semangat hidupnya sehingga muncul
dampak emosional berupa kecemasan yang lebih berbahaya. Pada umumnya pasien stroke
tidak mampu mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan mengendalikan emosi.
Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas kekurangan fi sik dan mental
yang mereka alami. Keadaan tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang
dialami oleh pasien stroke karena merasa khawatir berlebihan tentang kemungkinan hal
buruk yang akan terjadi. Hal ini didukung oleh teori Jeslid dalam Hunsley (1985); Gonzales,
Tayler, dan Anton dalam Forstermann. Boissel dan Harmut (1998) mereka telah mengadakan
percobaan untuk mengukur kecemasan yang dialami individu selanjutnya kecemasan tersebut
didefinisikan sebagai konsep yang terdiri dari dua dimensi utama, yaitu kekhawatiran dan
emosionalitas. Gangguan emosional dan perubahan kepribadian tersebut bisa juga
disebabkan oleh pengaruh kerusakan otak secara fisik. Penderitaan yang sangat umum pada
pasien stroke adalah depresi. Tanda depresi klinis antara lain: sulit tidur, kehilangan nafsu
makan atau ingin makan terus, lesu, menarik diri dari pergaulan, mudah tersinggung, cepat
letih, membenci diri sendiri, dan berfi kir untuk bunuh diri. Depresi seperti ini dapat
menghalangi penyembuhan/ rehabilitasi, bahkan dapat mengarah kepada kematian akibat
bunuh diri. Depresi pascastroke, selayaknya ditangani seperti depresi lain yaitu dengan obat
antidepresan dan konseling psikologis.
Menurut WHO pada tahun 2016, Setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh
dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang
lainnya mengalami meninggal dan 10 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Setiap
tahunnya penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 per tahun. Jumlah tersebut
sekitar 2,5 % atau 12.500 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan maupun
berat.
Prevalensi penyakit stroke diprovinsi Riau di Rumah Sakit Awal bros Pekanbaru Pada
tahun 2019 ……………………………………
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil presurvey di Rumah Sakit Awal
bros pekanbaru

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran anatomi dan fisiologi pada klien dengan Stroke
2. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien Stroke yang mengalami
gangguan psikososial

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan padan klien Stroke yang mengalami gangguan
psikososial
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengakajian pada klien Stroke
b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien Stroke
c. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien Stroke
d. Mengetahui implementasi keperawatan pada klien Stroke
e. Mengetahui evaluasi pada klien Stroke

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien Stroke
2. Bagi STIkes Awal Bros Batam
Makalah ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi untuk mahasiswa di STIKes
Awal Bros Batan terutama untuk askep pada klien Hisprung
3. Bagi Keperawatan
Bagi dunia keperawatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumber
informasi tentang asuhan keperawatan pada klien Stroke dengan mengalami gangguan
psikososial.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Teori Ansietas


A. Pengertian
Ansietas adalah Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingati individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.

B. Tanda-Tanda Ansietas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2016), antara lain sebagai berikut :
1.Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6.Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

C. Tingkatan Ansietas
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panic, terjadi peningkatan aktiviitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas in tidak sejalan
dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah

II. Konsep Dasar Stroke


A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah keotak.
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak.
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral, merupakan suatu gangguan
neurologis fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh
darah serebral.

B. Etiologi
Beberapa faktor resiko stroke antara lain: Hipertensi yang merupakan faktor
resiko utama, penyakit kardiovaskuler-embolisme dari jantung, kolesterol tinggi, obesitas,
peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral, diabetes terkait dengan
aterogenesis teraakselerasi, kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi), merokok, penyalahgunaan obat (khususnya kokain), konsumsi
alkohol dan semakin bertambahnya usia karena hal ini berkaitan dengan elastisitas
pembuluh darah (Muttaqin Arif, 2008). Beberapa penyebab stroke yaitu: thrombosis,
emboli, hypoperfusi global, perdarahan subarachnoid, perdarahan intracerebral.

C. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena,
rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala
klinis meliputi :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul secara
mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma
4. Afasia (kesulitan dalam bicara
5. Disatria (bicara cadel atau pelo
6. Ataksia.
7. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala.

D. Klasifikasi
1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons, dan sereblum.
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasopasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia, dan lain-lain).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala yang hebat. Sering pula dijumpai kaku
kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh
darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia, dan lain-lain).
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

E. Phatofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (thrombus, emboli, perdarahan, dan spasme vascular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan dan kongesti area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadangkadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan selebral, jika aneurisma pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus,
thalamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral.
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapar reversibel untuk waktu 4-6
menit.Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain
kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative banyak akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak
serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena
darah dan sekitarnya tertekan lagi.
F. Pemeriksan Penunjang
Dengan majunya teknologi kedokteran, maka pemeriksaan penunjang bertambah
besar peranannya dalam menangani stroke. Dengan pemeriksaan CTscan otak, kita dapat
memastikan apakah strokenya berdarah atau iskemik. Hal ini sangat penting karena
penanganannya berbeda.
Kita mengetahui bahwa stroke adalah gangguan pasokan darah di otak dan faktor
yang banyak peranannya pada peredaran darah otak ialah : jantung, pembuluh darah dan
darah. Pada pemeriksaan penunjang hal ini diteliti. Dilakukan pemeriksaan jantung
(misalnya dengan alat elektrokardiogram, dan bila perlu, dengan alat ekokardiogram).
Kadang-kadang dibutuhkan pula pemeriksaan pembuluh darah, misalnya pemeriksaan
arteriografi pembuluh darah otak, atau pemeriksaan Doppler.
Keadaan darah harus diteliti, adakah kekentalan darah, jumlah sel darah
berlebihan, penggumpalan trombosit yang abnormal, mekanisme pembekuan darah yang
terganggu. Juga harus ditelaah faktor resiko lain, seperti kadar kolesterol yang tinggi di
darah dan kadar asam urat yang tinggi. Dengan meningkatnya teknologi kedokteran dan
meningkatnya fasilitas pemeriksaan laboratorium, bertambah pula penyakit atau kelainan
yang kita ketahui, yang berpengaruh pada terjadinya stroke.

G. Penatalkasanaan Medis
1. Penatalaksanaan Umum
a. Pada fase akut
a) Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunan ventilator
b) Monitor peningkatan tekanan intracranial
c) Monitor fungsi pernafasan : Analisa Gas Darah
d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital , pemeriksaan EKG
e) Evaluasi status cairan dan elektrolit
f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri.
g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian
makanan
h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi
sensorik dan motorik, nervus cranial dan refleks.
a. Fase Rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program managemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendiri (ROM).
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang.
2. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih
dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikuloperitoneal bila ada
hidrosefalus obstruktif akut.
3. Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke
a. Stroke iskemia
1) Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen)
2) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau alfa beta,
kaptropil, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.
b. Stroke haemoragik
1) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium.
2) Diuretik : Manitol 20%, furosemide.
3) Antikonvulsan : Fenitoin.

H. Komplikasi
1. Hipertensi/hipotensi
2. Kejang
3. Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
4. Kontraktur
5. Tonus otot abnormal
6. Trombosis vena
7. Malnutrisi
8. Aspirasi
9. Inkontinesia urin, bowel.

III. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Indentitas diri pasien, nama, jenis kelamin, umur, tempat tanggal lahir, alamat
pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang: kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan
aktifitas tiba – tiba terjadi keluhan neurologi misalnya sakit kepala hebat,
penurunana kesadaran sampai koma.
b. Kesehatan dahulu: perlu di kaji adanya riwayat DM, hipertensi, kelainan jantung
karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak
menjadi menurun.
c. Kesehatan keluarga: perlu dikaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang
pernah mengalami stroke.
3. Pemeriksaan data dasar
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia).
Tanda : Ganguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia), dan terjadi
kelemahan umum. Gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (penyakit jantung vaskule, endokarditis
bakterial, polisitemia, riwayat hipotensi postural).
Tanda : Hipertensi arterial (dapat ditemukan atau terjadi pada CSV) sehubungan
dengan adanya embolisme/ malformasi vaskuler. Frekuensi nadi dapat
bervaiasi Karena ketidakefektifan fungsi/ keadaan jantung.
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk amarah, sedih, dan gembira.
Kesulian untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada perkemihan seperti inkontinensia urin, anuria. Distensi
abdomen, bising usus (-)
e. Makana dan cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK),
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan ,
disfagia.
Tanda : Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah. Kesulitan
menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal). Obesitas
( faktor resiko).
f. Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing ( sebelum serangan CSV / selama TIA) sakit kepala
akan terasa berat dengan adanya perdarahan intraserebral.
Kelemahan, kesemutan, kebas (biasanya terjadi selama serangan
TIA, yang ditemukan diberbagai derajat pada stroke, sisi yang
terkena seperti mati /umpuh). Penglihatan menurun, seperti buta
total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler),
penglihatan ganda (diplopia) atau ganguan yang lain.
Sentuhan : Hilangnya rangsangan sensorik kontral lateral (pada sisi tubuh yang
berlawanan), pada ekstermitas dan kadang- kadang pada iplislateral
9 satu sisi ). Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental / tingkat kesadaran, biasanya terjadi koma pada tahap
awal hemoragis, ketidaksadaran biasanya akan tetap sadar jika
penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami gangguan tingkah
laku seperti (latergi, apatis, menyerang). Gangguan fungsi kognitif
(seperti penurunan memori, pemecahan masalah)
Ekstremitas : Kelemahan/paralisis (kotralateral pada semua jenis stroke). Tidak
dapat menggenggam, reflek tendon melemah, secara kontralateral.
Afasia : gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia
motorik (kesulitan untuk mengucapkan kata). Reseptif (afasian
sensori) yaitu kesulitan untuk memahami kata- kata bermakna, afasia
global yaitu gabungan dari kedua hal diatas. Kehilangan
mengenali/menghayati masuknya rangsangan visual, pendengaran,
taktil (agnosia) seperti ganguan kesadaran terhadap citra tubuh,
kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh terkena, ganguan
persepsi. Ukuran/reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil
ipsilateral (perdarahan/hernia). Kejang (biasanya karena adanya
pencetus perdarahan).

g. Nyeri
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda (karena arteri karotis
terkena).
Tanda : Tingkah laku yang stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
h. Pernapasan
Gejala : Merokok (faktor resiko)
Tanda :Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas. Timbulnya
pernapasan. Timbulnya pernapasan sulit dan takteratur. Suara napas
terdengar/ronki (aspirasi sekresi).
i. Keamanan
Tanda : Motorik/sensorik (masalah dengan penglihatan). Perubahan persepsi
terhadap orientasi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan).
Kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu
mengenal objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya dengan
baik. Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri). Gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamana, tidak sabar kurang kesadaran diri
(stroke kanan).
j. Interaksi sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k. Gangguan psikologis
Kecemasan, harga diri rendah, depresi dan stress

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan gangguan neurovaskuler
2. Ansietas berhubungan dengan Stress, perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
3. Takut berhubungan dengan komplikasi Stoke

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut NANDA NIC/NOC (Nurarif,A.H. 2017)

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik Tujuan dan kriteria hasil : Exercise Theraphy : Ambulation
berhubungan gangguan
 Join movement :  Monitoring vital sign
neurovaskuler
Active sebelum sesudah/latihan
 Mobility level dan lihat respon pasien saat
 Self care :ADLs latihan

 Transfer performance  Bantu klien untung


Kriteria hasil : menggunakan tongkat saat

 Klien meningkatkan berjalan dan cegah terhadap

aktivitas fisisk cedera

 Mengerti tujuan dan  Ajarkan pasien/keluarga

peningkatan mobilitas pasien tentang teknik

 Memverbalisasikan ambulasi
perasaan dalam  Kaji kemampuan pasien
meningkatkan dalam mobilisai
kekuatan dan  Latiahn pasien dalam
kemampuanberpindah pemenuhan kebutuhan
 Memperagan ADLs secara mandiri sesua
penggunaan alat kemampuan
 Bantu untuk mobilisasi  Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
 Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

2. Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan Faktor keturunan, Anxiety Reduction (penurunan
 Kontrol kecemasan
Krisis situasional, Stress, kecemasan) :
 Koping
perubahan status kesehatan,
Kriteria Hasil:  Gunakan pendekatan yang
ancaman kematian,
menenangkan
perubahan konsep diri,  Klien mampu
 Nyatakan dengan jelas
kurang pengetahuan dan mengidentifikasi dan
harapan terhadap pelaku
hospitalisasi mengungkapkan gejala
pasien
cemas
 Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi,
dan apa yang dirasakan
mengungkapkan dan
selama prosedur
menunjukkan tehnik
 Temani pasien untuk
untuk mengontol
memberikan keamanan dan
cemas
mengurangi takut
 Vital sign dalam batas
 Berikan informasi faktual
normal
mengenai diagnosis,
 Postur tubuh, ekspresi
tindakan prognosis
wajah, bahasa tubuh
 Libatkan keluarga untuk
dan tingkat aktivitas mendampingi klien
menunjukkan  Instruksikan pada pasien
berkurangnya untuk menggunakan tehnik
kecemasan relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas

3. Takut berhubungan dengan NOC : NIC:


efek terhadap gaya hidup, Anxiety control Coping Enhancement
kebutuhan injeksi secara Fear control
 Jelaskan pada pasien
mandiri, komplikasi Stoke Kriteria Hasil :
tentang proses penyakit
 Memiliki informasi  Jelaskan semua tes dan
untuk mengurangi pengobatan pada pasien dan
takut keluarga
 Menggunakan tehnik  Sediakan reninforcement
relaksasi positif ketika pasien
 Mempertahankan melakukan perilaku untuk
hubungan sosial dan mengurangi takut
fungsi peran  Sediakan perawatan yang
 Mengontrol respon berkesinambungan
takut  Kurangi stimulasi
lingkungan yang dapat
menyebabkan
misinterprestasi
 Dorong mengungkapkan
secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa takutnya
 Perkenalkan dengan orang
yang mengalami penyakit
yang sama
 Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik
relaksasi

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat di capai dan memberikan umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang di berikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata Klien
Identitas Pasien :
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 48 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Sosial
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Tengku Bey Simpang TIga Pekanbaru
Golongan Darah : O
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan ekstremitas sebelah kiri atas dan bawah terasa lemah dan sulit
digerakkan secara sempurna sejak 3 bulan yang lalu, bicara kurang jelas (pelo), klien juga
mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya karena belum bisa masuk kerja selama 3
bulan, takut pensiun dini, karena anak-anak masih duduk di bangku perkuliahan dan SMA,
kedua eksytrimitas bawah udem, derajat udem 2.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sekarang adalah klien menjalani Hemodialisis 3x
seminggu dan Stroke sejak bulan Oktober 2019.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2010, dengan tekanan
darah > 180/110 mmHg. Klien mengatakan sudah melakukan pengobatan dengan
meminum obat anti hipertensi, beristirahat yang cukup dan melakukan pengobatan di
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua : Tn. N mengatakan orang tua tidak ada mengalami penyakit hipertensi
b. Saudara kandung : Klien mengatakan saudara kandung tidak pernah mengalami
hipertensi.
c. Penyakit keturunan yang ada : Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang meninggal : Anggota keluaraga masih utuh dan tidak ada yang
meninggal
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Tn. N. Pesimis untuk sembuh dari penyakitnya karena begitu banyak penyakit yang
diderita
b. Konsep diri:
a) Gambaran diri : Klien belum bisa menerima keadaan yang sekarang, dan akan
mencoba semangat untuk dirinya sembuh
b) Ideal diri :Klien ingin cepat sembuh seperti semula
c) Harga diri : Klien mengatakan senang jika diberi dukungan didalam keluarga
d) Peran diri : Klien berperan sebagai kepala keluarga dan seorang ayah
e) Identitas : Klien berjenis kelamin laki-laki
c. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien masih belum terkontrol
d. Hubungan sosial:
a) Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah keluarganya
b) Hubungan dengan keluarga : Klien menjalin hubungan baik dengan keluarga
c) Hubungan dengan orang lain : Klien dapat berinteraksi dengan orang yang ada di
sekitarnya walaupun bicara kurang jelas
d) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Hambatan dalam
berkomunikasi tidak ada
e.Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam dan rajin berdoa agar penyakitnya
bisa cepat sembuh.
b) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rutin mengerjakan ibadah sholat waktu di
tempat tidur walaupun aktivitasnya terbatas.
7. Status Mental
a. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. Penampilan : Kurang rapi
c. Pembicaraan : Bicara kurang jelas
d. Afek : Sesuai
e. Interaksi selama wawancara : Kooperatif dan kontak mata ada
f. Persepsi : Tidak ada
g. Proses fikir : Sesuai pembicaraan
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien pada saat dilakukan pengkajian terlihat sadar penuh (compos
mentis) dan kooperatif. Klien tampak kesulitan untuk mengerakkan ekstremitas atas
dan bawah kiri tubuhnya dan aktivitasnya secara umum bergantung dengan
keluarganya.
b. Tanda –tanda vital
a) Tekanan darah : 180/106 mmHg
b) Nadi : 54x/menit
c) Pernafasan : 20x/menit
d) Suhu tubuh : 36,5
e) TB : ….. cm
f) BB : ,,,,,, kg
g) IMT :
c. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan rambut
a. Bentuk : simetris
b. Ubun-ubun : normal
c. Kulit kepala : kurang bersih
Rambut
a) Penebalan dan keadaan rambut : rambut tersebar merata dan tidak ada
uban
b) Bau : rambut bau keringat
c) Warna kulit : sawo matang
Wajah
a) Warna kulit : sawo matang
b) Struktur wajah : normal
Mata
a) Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
b) Palpebra : normal
c) Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak
ikterik
Hidung
a) Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan
b) Lubang hidung : ukuran normal
c) Cuping hidung : tidak ada kelainan
Telinga
a) Bentuk telinga : normal, simetris
b) Ukuran telinga : normal
c) Lubang telinga : bersih
d) Ketajaman pendengaran : normal
Mulut
a) Keadaan bibir : mukosa bibir kering
b) Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak bersih
c) Keadaan lidah : normal
Leher
a) Posisi trachea/thyroid : normal dan tidak ada tampak
kelainan kelenjar thyroid
b) Suara : normal
c) Vena jugularis : tidak ada pembengkakan vena jugularis
Pemeriksaan integumen
a) Kebersihan : Kebersihan dibnatu oleh keluarga dank klien tidak mampu
melakukan kebersihan secara mandiri
b) Kehangatan : 36,5°c
c) Warna : sawo matang
d) Turgor : kembali < 2 detik
e) Kelembaban : keadaan kulit kering
f) Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi : Normal, gerakan dada simetris
Palpasi : Resonan
Perkusi : Redup
Auskulatsi : Suara nafas Vesikuler, ronchi terdengar di kedua lapang paru

Abdomen
Inspeksi : Abdomen simetris
Palpasi : Abdomen tidak ada massa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 12x/i
Sistem Muskulosketal
a) Kekuatan otot : Klien mengalami penurunan kekuatan otot pada
ekstremitas kiri atas, ekstremitas kiri bawah dan keterbatasan mobilisasi
Kekuatan otot 3 4
2 4
b) Pemeriksaan edema : Edema pada punggung tangan kiri dan udem pada
ekstrimitas bawah
c) Kelainan ekstremitas : ekstremitas bagian kiri atas dan bawah terasa
lemah
9. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola makan dan minum
Frekuensi makan/hari : 3-4 kali/hari
Nafsu/selera makan : Nafsu makan baik
Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri
Alergi : Tidak ada alergi makanan
Mual dan muntah : Kadang-kadang ada terasa mual
Masalah makan dan minum : Minum klien dibatasi 600-800cc/24jam
b. Perawatan diri/personal hygiene
a) Kebersihan tubuh : Tubuh klien bersih
b) Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak bersih
c) Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku bersih dan rapi
c. Pola kegiatan /aktivitas
Aktivitas dibantu oleh keluarga, jika keluarga tidak ada, klien hanya berbaring saja
d. Pola eliminasi
a) Pola BAB : Biasanya klien BAB satu kali per dua hari, kadang-kadang per 3
hari
b) Pola BAK : BAK sedikit 100-300cc/24jam
10. Pemeriksan Diagnostik
Hasil Laboratorium :

B. Analisa Data
NO. DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS : Ansietas/cemas Ansietas/cemas
 Klien mengatakan cemas
dengan kondisinya yang Gangguan citra tubuh
tidak bisa beraktivitas
 Klien mengatakan cemas Koping individu tidak
dengan pekerjannya karena efektif
sudah 3 bulan tidak masuk
kerja dan takut pensiun dini Perubahan fisik/mobilitas
 Klien mengatakan pesimis
terhadap penyakitnya yang
sering masuk rumah sakit Stressor fisik
 Klien mengatakan merasa
lelah karena begitu banyak Fungsi syaraf
penyakit yang di deritanya motorik/sensorik terganggu
DO :
 Klien kelihatan gelisah, Kelemahan ekstremitas kiri
cemas, berfokus pada diri atas dan ekstremitas kiri
sendiri, tangan tremor, bibir bawah
kering dan sulit berkosentasi
 Klien menjalani theraphy Gangguan neuromuskuler

Hemodialisis sejak 6 tahun


yang lalu dan klien Patofisiologi penyakit

hemodialisis 3x seminggu stroke

 Klien terserang stroke sejak


bulan oktober 2019,
kekuatan otot menurun
 TTV Tekanan darah :
180/106 mmHg Nadi :
54x/menit Pernafasan :
20x/menit Suhu tubuh :
36,5°c
 Punggung tangan kiri udem,
ekstrimitas bawah udem,
derajat udem 2 dan
ekstrimitas kiri atas dan
bawah lemah
2. DS : Gangguan body image Gangguan body Image
 Klien mengatakan tangan
sebelah kiri tidak berfungsi Gangguan citra tubuh
 Klien mengtakan sejak
stroke ini semua hidup jadi Kelemahan anggota
berubah dan saya juga gerak/komplikasi penyakit
menjalani theraphy
hemodialisis dan kulit kering Emosi
 Klien mengatakan ada rasa
malu karena tidak bisa Perubahan kognitif
beraktivitas dan ada rasa
emosi yang tidak bisa di Patofisiologi penyakit
ungkapkan kronis
DO :
 Klien kelihatan gelisah
 Tangan kiri dan kaki kiri
lemah tidak bisa digerakkan
 Klien pakai kursi roda dan
aktivitas dibantu oleh
keluarga
 Bicara kurang jelas (pelo)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/cemas berhubungan dengan Stress, perubahan status kesehatan dan
perubahan konsep diri
2. Gangguan body image berhubungan dengan lemah anggota gerak, perubahan kognitif
dan pengobatan (Hemodialisis dan fisioteraphy)

Anda mungkin juga menyukai