Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANDIRI

SURVEILENS DALAM PARKTIK KEBIDANAN


(MATA KULIAH : KESEHATAN MASYARAKAT)

Disusun Oleh :
MAKSIMILIANA HOAR BEREK

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Jurusan Kebidanan RPL Angkatan III
2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Surveilens Dalam Parktik Kebidanan ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami, tentunya semua ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak tertentu,
sehingga semakin memperlancar makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan limpah terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
susunan kalimat maupun bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
kritik serta usul saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
maupun untuk menambah inspirasi bagi pembaca.

Kupang, Maret 2020

Tim penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3 Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surveilans.................................................................................


2.2 Tujuan Surveilans.....................................................................................
2.3 Prinsip Surveilans.......................................................................................

2.4 Jenis Surveilans..........................................................................................

2.5 Manfaat & Kegunaan..................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................

3.2 Saran ..........................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus


menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya


pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada
setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah
satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan
masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya
penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga
memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular
tertentu.

Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi
lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan
agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis
penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit
yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya
sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi
sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi
masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel,
pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang
melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging
Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama
tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an. Bagaimanapun juga

4
deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para
petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang
tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di
lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi
agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu surveilans dalam praktik kebidanan ?


 Bagaimana tujuan dan manfaat pada surveilans dalam praktik kebidanan ?
 Bagaimana prinsip dan macam-macam surveilans dalam praktik kebidanan ?

1.3 Tujuan

 Mampu memberikan informasi mengenai surveilans dalam praktik kebidanan serta


jenis dan manfaat surveilans dalam praktik kebidanan.
 Mampu memberikan informasi mengenai prinsip dan macam-macam surveilans
dalam praktik kebidanan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surveilans


Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus
dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus
terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan
sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran
data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara
efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi
kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk
menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit
menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang
terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila
informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi
rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).
Menurut WHO :
Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak –
pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001
dalam Bhisma Murti, 2003 )

b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.


Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada
pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.

6
Defenisi Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara
sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses
menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi
merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek
kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun
penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangan. (Noor,1997). Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus
menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang
sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan,
2000).
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.

Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :


Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :
The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the
planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with
the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the
surveillance chain is the application of these data to prevention and control
Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah : “Pengumpulan data
epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang
penanggulangan penyakit, yaitu :
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti
mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik.

2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada
program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini,

7
maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan
penyakit tersebut.

3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif
harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap
kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB
secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan
wilayah suatu KLB dapat dicegah”.

Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah : “Pengamatan


secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan
maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangannya”.

Jadi, surveilans epidemiologi.


 Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau
perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala
tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV,
terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang
berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak,
status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.

 Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.


Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi
epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus
menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga
program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat
informasi epidemiologi secara terus menerus juga.

2.2 Tujuan Surveilans


Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

8
Tujuan surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini


outbreak;

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)


pada populasi;

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,


monitoring, dan evaluasi program kesehatan;

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

f. Mengidentifikasi kebutuhan riset. (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

2.3 Prinsip Surveilans

 Sederhana (simplicity).

Kesederhanaan surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem.


Kesederhanaan sistem surveilans dinilai baik dari sudut pandang struktur, termasuk
aliran informasi dan kesederhanaan pelaksanaan. Salah satu cara termudah untuk
menilai kesederhanaan sistem surveilans adalah dengan melihat bagan alirnya. Besar
dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara
pengiriman data, organisasi yang menerima pelaporan, pengolahan dan analisa data
perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosudur
yang terlalu rumit.

 Kelenturan (flexibility).

Sistem surveilans disebut lentur jika mempunyai fleksibilitas pada perubahan-


perubahan. Sistem surveilans yang lentur dapat mengadaptasi perubahan-perubahan
dalam kebutuhan informasi atau kondisi operasional tanpa memerlukan banyak biaya,
waktu dan tenaga.

9
 Dapat diterima (acceptability).

Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu,


organisasi dan lembaga kesehatan. Interaksi sistem dengan mereka yang terlibat,
termasuk pasien atau kasus, yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis
dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tersebut. Beberapa
indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor,
kelengkapan pengisian formulir pelaporan, dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat
partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan
yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem,
tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia,
adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.

 Kepekaan (sensitivity).

Sensitivitas sistem surveilans suatu sistem surveilans dapat dinilai dari kemampuan
mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan
kemampuan mengidentifikasi kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Faktor-¬faktor
yang berpengaruh adalah: proporsi penderita, yang berobat ke pelayanan kesehatan,
kemampuan mendiagnose secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnose
akan dilaporkan. Suatu sistem surveilans yang kurang sensitive masih bermanfaat
untuk memantau adanya trend penyakit asalkan sensivitas sistem tidak berubah.

 Kemampuan memberikan nilai duga positif (positif predictive value)

Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi
sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans
(positif predictive value). Sistem surveilans dengan nilai rendah akan menimbulkan
banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukan penyakit sasaran
surveilans. Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang
diidentifikasi sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran
surveilans (positive predcktve value). Sistem surveilans dengan nilai prediksi rendah
akan menimbulkan banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukan
penyakit sasaran surveilans. Akibatnya terjadi pemborosan khususnya bila kasus-

10
kasus palsu tersebut diselidiki sebagai wabah. Daya prediksi dipengaruhi oleh
prevalensi atau insiden penyakit dan sensivitas (Gordis, 1996)

 Keterwakilan (representativeness).

Sistem surveilans yang representative mampu mendeskripsikan secara akurat


distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, tempat dan waktu.
Keterwakilan dinilai dengan membandingkan karakteristik dari peristiwa yang
dilaporkan dengan seluruh peristiwa yang sebenarnnya terjadi Kualitas data
merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Sebagian besar sistem
surveilans mengumpulkan banyak data selain dari jumlah kasus, informasi yang
dikumpulkan meliputi karakteristik demografi individu yang mengalami peristiwa
kesehatan yang diamati, rincian peristiwa kesehatan, dan keterpaparan terhadap faktor
resiko.

 Kualitas data (data quality).

Kualitas data merupakan bagian penting dari keterwakilan Kualitas data


menggambarkan kelengkapan dan validitas dari data yang dikumpulkan dalam sistem
kesehatan masyarakat, dan untuk melihat data tersebut dapat dilihat berapa jumlah
yang tidak melaporkan serta laporan yang tidak diketahui. Kualitas data sistem
surveilans berhubungan dengan keterwakilan dan penerimaan serta dipengaruhi oleh
pelaksanaan skrining dan tes diagnostik dalam hal ini penerapan dari definisi kasus
yang tepat.

 Stabilitas data (data stability).

Stabilitas data berhubungan dengan keterandalan (kemampuan untuk mengumpulkan


data, mengorganisasi dan menyediakan data tanpa mengalami hambatan) ketersediaan
(kemampuan untuk kelangsungan beroperasinya sewaktu dibutuhkan) dari sistem
surveilans. Kekurangan sumber daya dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem
surveilans. Kurangnya tenaga pelaksana akan mengancam dari keterandalan dan
kelangsungan sistem. Stabilitas data berhubungan dengan kehandalan (kemampuan
untuk

11
 Ketepatan waktu (timeliness).

Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dalam proses
data mulai dari deteksi, pengisian form, pelaporan, pengolahan data, dan
pendistribusian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan
penyakit¬penyakit tertentu perlu dilakukan dengan cepat agar dapat dikendalikan
secara efektif atau agar tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan
waktu dalam sistem surveilans dapat dinilai berdasarkan ketersediaan informasi untuk
pengendalian penyakit yang mendesak atau untuk perencanaan program-program
dalam jangka panjang. Dewasa ini teknologi komputer semakin mampu untuk
mendukung ketepatan waktu penyediaan informasi dalam sistem surveilans.

2.4 Jenis Surveilans

a. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-


individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis,
tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi
institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas
orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan
kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina, yaitu:

· Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar
penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak
terpapar.

· Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,
berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh,
anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan,
sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

12
b. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus


terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-
daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program
surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan
inefisiensi.

c. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-


menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun
populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati
indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level
lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap
penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala
praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan
skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok)
dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok
umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna
untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan
antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans

13
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

d. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor


penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaansebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada
sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik

e. Surveilans terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan


surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:

 Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);


 Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
 Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
 Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,
analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan
supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);

· Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan


pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).

f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan


binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.
Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju

14
di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya
menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para
praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-
emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemergingdiseases),
seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif
melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan
ekonomi .

2.5 Manfaat & Kegunaan

1. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi sehingga dapat
efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di populasi.

2. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi penyakit (siapa,
kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor resiko)

3. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan pencegahan
dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data


kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan
penggunaan informasi kesehatan
2.      Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan
penyakit, surveilans sinromik dll
3.      Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif
4.      Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi
menjadi dua jenis: Surveilans pasif; Surveilans aktif

3.2 Saran

Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan


penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka dari itu
dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam
pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://abidinzpb.blogspot.com/2014/05/tujuan-manfaat-surveilans.html

http://www.indonesian-publichealth.com/prinsip-dan-pengertian-surveilans/

https://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/28/prinsip-dasar-surveilans-surveilans/

https://simba-corp.blogspot.com/2019/02/makalah-surveilans-epidemiologi.html

https://fkm.uad.ac.id/unduhan/Surveilans%20Epidemiologi_sem5.pdf

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/225984479makalah-surveilans-
epidemiolog

17

Anda mungkin juga menyukai