Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita
semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Dalam makalah
ini, penulis membahas tentang “penanganan kegawatdaruratan pada kasus retensio plasenta &
rujukannya“. Salawat beserta salam tidak lupa penulis ucapkan kepada nabi junjungan kita
Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing, ibu Zulaeha A Amdadi
, S.ST., M.Kes karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin
dalam pembuatan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Makassar, 21 Februari 2020
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Masalah ............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Retensio Plasenta ........................................................................................ 5
2.2. Jenis –Jenis Retensio Plasenta ..................................................................................... 6
2.3. Deteksi Dini Retensio Plasenta .................................................................................... 6
2.4. Penanganan Awal Sebelum Terjadinya Retensio Plasenta .......................................... 6
2.5. Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta & Rujukannya .............................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Saran ........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis
yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang
terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
3
• Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus
dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit
atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan
pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
• Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat
yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam
melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan
diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien
sudah stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang
sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.
• Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak pasien
untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.
• Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan
harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan
keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa
bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka
tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk
menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi
informasi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Retensio Plasenta
2. Jenis –jenis Retensio Plasenta
3. Deteksi dini Retensio Plasenta
4. Penanganan awal sebelum terjadinya Retensio plasenta
5. Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta & rujukannya
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kala III Persalinan disebut juga sebagai kala uri/kala pengeluaran plasenta, dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (APN, 2008).
2. Tanda-tanda lepasnya plasenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini (APN, 2008):
a. Perubahan bentuk tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dibantu oleh gaya gravitasi
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2007).
1. Etiologi
a. Etiologi dasar meliputi
• Faktor maternal: gravida berusia lanjut, multiparitas.
• Faktor uterus: bekas sectio caesaria (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus),
bekas pembedahan uterus, anomali uterus, tidak efektif kontraksi uterus, pembentukan
contraction ring, bekas kuretase uterus (yang terutama dilakukan setelah abortus), bekas
pengeluaran plasenta secara manual, bekas endometritis.
• Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi cornual, plasenta akreta, kelainan bentuk
plasenta.
5
melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai
miometrium – sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta).
• Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
6
5. Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta & rujukannya
a. Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak
terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal.
• Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
• Lakukan tranfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral dan metronidazol 20 l g
supositorial/oral).
• Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
b. Plasenta Inkarserata
• Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
• Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan
melahirkan plasenta .
• Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosis
20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengantisipasi ganguan
kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
• Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum.
Lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan
analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedatif (diazepam 5mg IV)
pada tabung suntik terpisah.
c. Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus
apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
adalah menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.
7
Plasenta Manual
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari
kavum uteri (APN, 2008). Plasenta manual dilakukan apabila terjadi perdarahan (Saifuddin,
2007).
8
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterior ibu).
2.) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
• Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai
tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
• Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
• Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah dorso
kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah
disediakan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Saran
Memahami dan mempelajari serta menerapkan asuhan kebidanan dengan baik sangat
penting agar bisa diterapkan secara praktik di lapangan. Bagi tenaga kesehatan yang terkait
dengan penanganan ibu bersalin diharapkan mempelajari dan memahami sebaik-baiknya
asuhan kebidanan yang harusnya diberikan kepada ibu bersalin, termasuk mendeteksi secara
dini adanya masalah pada ibu bersalin seperti retensio plasenta serta kebutuhan akan
dukungan mental dan psikologis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi I, Cetakan ke IV. 2006. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Tim Revisi. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, Edisi III. 2008. Jakarta:
JNPK-KR/POGI.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan VIII. 2006. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
IBI. Standar Pelayanan Kebidanan. 2003. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
JNPK-KP.2012.APN.
Kusmiati,Yuni.2007.Penuntun Belajar Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Fitramaya.
Marni.2011.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Primayufi,Delfi. 2013. KBI dan KBE.http://delfiprimaputri.blogspot.com /2013/05/kbi-dan-
kbe.html.Online.Minggu 16 Maret 2013.
11
Sulisetiya.blogspot.com/2010/03
Dr. Nugroho,Taufan.2011.obstetri.Yokyakarta:Nuha Medika
12