Laprak Mikpang Tempe
Laprak Mikpang Tempe
“Fermentasi Tempe”
Dosen Pengampu : Agustina Senjayani, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 2
P3 Teknologi Pangan
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Mengamati perubahan senyawa yang ada pada kacang kedelai menjadi senyawa
lain hasil fermentasi akibat dari aktivitas mikroorganisme.
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Lap kain
Timbangan
Toples
pH indicator
Thermometer
Incubator
Alat memasak
B. Bahan
Kedelai
Daun pisang
Ragi tempe
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
- pH : 6,5
Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain yang
diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.
Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa
sederhana sehingga mudah dicerna (PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012).
Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan
maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi.
Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang
optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam (±4-5) (Widayati, 2002 dalam
Lumowa, 2014).
Pada hasil pengamatan pertama yang kita lakukan setelah tempe mengalami
fermentasi selama 24 jam menunjukkan bahwa tempe belum mengalami perubahan
secara signifikan, namun berbeda dengan pengamatan yang kedua yakni setelah tempe
mengalami fermentasi selama 72 jam menunjukkan bahwa tempe sudah mengalami
perubahan secar signifikan, terbukti bahwa dalam segi tekstur tempe berubah menjadi
lebih menyatu dan terlihat berwarna putih, hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan
miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang
memadat. Selain itu juga terjadi perubahan suhu dan pH pada hasil pengamatan 72 jam,
pH yang semula 6,5 berubah menjadi 5 sementara itu suhu yang semula 27,7 0C berubah
menjadi 290C, hal ini terjadi disebabkan oleh proses fermentasi yang terjadi pada tempe
yang menyebabkan terjadinya penurunan pH dan kenaikan suhu.
BAB IV
KESIMPULAN
Fermentasi adalah proses produksi energy dalam sel dalam keadaan anaerobic. Secara
umum,fermentasai adalah salah satu bentuk respirasi anaerobic, akan tetapi ada juga yang
mendefinkisikan fermentasi sebagai respirasi dalam linkungan makro anaeobik dengan tanpa
akseptor electron eksternal.
Tempe berpotensi untuk mewan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan
dan mencegah terjadinya penyakit degenerative (jantung coroner diabetes mellitus, kanker, dll).
Selain itu tempe juga mengandung zat anti bakteri penyebab diare, penurunan kolesterol
darah,pencegah penyakit catur dan hipertensi, dll/ sehingga sering disebut dengan makanan
semua umur, karena kandungan gizinya yang banayk dan juga mudah untuk mendapatkannya.
Pada hasil pengamatan pertama yang telah dilakukan, fermentasi selama 24 jam
menunjukkan bahwa tempe belum mengalami perubahan secara signifikan, namun berbeda
dengan pengamatan yang kedua yakni setelah tempe mengalami fermentasi selama 72 jam
menunjukkan bahwa tempe sudah mengalami perubahan secar signifikan, terbukti bahwa dalam
segi tekstur tempe berubah menjadi lebih menyatu dan terlihat berwarna putih, hal ini
dikarenakan adanya pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga
terbentuk tekstur yang memadat. Selain itu juga terjadi perubahan suhu dan pH pada hasil
pengamatan 72 jam, pH yang semula 6,5 berubah menjadi 5 sementara itu suhu yang semula
27,70C berubah menjadi 290C, hal ini terjadi disebabkan oleh proses fermentasi yang terjadi pada
tempe yang menyebabkan terjadinya penurunan pH dan kenaikan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmidjo, Rb. (1990). Tempe: Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan Serta Pemanfaatannya.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Wood, B.J.B. (1985). Microbiology of Fermented Foods. Vol 2. New York: Elsevier Applied
Science Publishers.
LAMPIRAN
Jawab: