Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami

peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Esofagitis kronis adalah

peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia

yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik.

1. Esofagitis Peptik (Refluks) duodenum esofagus.

Cairan ini mengandung asam, pepsin, atau cairan empedu.

Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks cairan lambung.

2. Esophagitis Refluks Basa

Terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus,

misalnya pada pos gastrektomi total dengan esofagoduodenostomi atau

esofagojejenostomi.

3. Esofagitis Infeksi

a. Esophagitis Candida (Monialisis), Terjadi karena gangguan system

kekebalan motilitas esofagus

b. Esophagitis Herpes, Disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster/herpes

simpleks

4. Esophagitis yang disebabkan oleh bahan kimia

a. Esophagitis Korosif, Terjadi karena masuknya bahan kimia yang

korosif ke dalam esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan

atau dalam usaha bunuh diri.

3
4

b. Esophagitis karena obat (pil esophagitis), Disebabkan oleh pil atau

kapsul yang ditekan karena tertahan di esofagus dan kemudian

mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.

B. Etiologi

Penyebab tersering esophagitis ialah GERD. Adapun penyebab lainnya:

1. Hiatal hernia

2. Medikamentosa yang dapat mengiritasi esofagus, termasuk di dalamnya:

a. NSAID, misalnya aspirin, ibuprofen, atau naproxen

b. Obat untuk osteoporosis (bifosfonat), seperti alendronate, ibandronate,

atau risedronate

c. Antibiotic, seperti tetrasiklin atau klindamisin

d. Obat lainnya, seperti mycophenolate atau quinidine

3. Vitamin dan mineral supplements, seperti vitamin C, Fe, dan potassium

pills.

4. Infeksi. Orang yang memiliki system imun rendah berisiko mengalami

esophagitis, seperti orang yang mengidap HIV, diabetes, gangguan ginjal,

lanjut usia, dan orang yang mengonsumsi steroid.

5. Terapi radiasi

6. Scleroderma

7. Alergi makanan, khususnya seafood, susu, kacang, kedelai, atau telur


5

C. Patofisiologi Esofagitis

1. Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)

Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal,

disebabkan oleh kontak berulang dan dalam waktu yang cukup lama

dengan asam yang mengandung pepsin ataupun asam empedu. Kelainan

yang terjadi dapat sangat ringan, sehingga tidak menimbulkan cacat, dapat

pula berupa mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang lebih berat

terlihat adanya lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan

esofagitis peptik.

2. Esofagitis refluks basa

Peradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas,

garam-garam empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya

asam hidroklond yang masuk dan kontak dengan mukosa esofagus

sehingga terjadi esofagitis basa.

3. Esofagitis Kandida

Pada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler,

pada keadaan lebih berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa

tukak. Bila infestasi jamur masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema

akan bertambah parah, tukak yang kecil makin besar dan banyak sampai

terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi esofagitis Kandida

(Moniliasis).

4. Esofagitis Herpes
6

Seseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada

penderita yang lama dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor.

Penderita dengan penyakit stadium terminal yang terkena virus herpes

zoster dengan lesi pada mukosa mulut dan kulit, mengakibatkan esofagitis

herpes, dimana lesi awal yang klasik berupa popula atau vesikel atau tukak

yang kecil kurang dari 5 mm dengan mukosa di sekitarnya hiperemis.

Dasar tukak berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan, jika tukak

melebar akan bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang

besar.

5. Esofagitis Korosif

Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara

histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair.

Asam kuat yang tertelan akan menyebabkan nekrosis menggumpal secara

histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah menggumpal.

Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan edema di mukosa atau sub

mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat

dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa kuat

menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.

6. Esofagitis Karena Obat

RL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus

mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh

penyempitan lumen esofagus oleh desakan organ-organ di luar esofagus.


7

Obstruksi oleh karena peradangan, tumor atau akalasia, menelan pil dalam

posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis karena obat.

D. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi secara umum:

a. Heartburn

b. Nyeri ketika menelan

c. Sulit saat menelan makanan atau minuman.

d. Nyeri dada (mirip dengan nyeri dada pada serangan jantung)

e. Batuk

2. Terkadang dapat ditemukan keluhan berikut:

a. Mual atau muntah

b. Demam

c. Belly pain

3. Esofagus peptic (refluks)

Gejala klinik yang nyata misalnya rasa terbakar di dada (heartburn)

nyeri di daerah ulu hati, rasa mual, dan lain-lain


8

4. Esophagitis refluks basa

Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi

yang terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi

kadang-kadang terjadi hematemesis berat.

5. Esophagitis candida

Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada

beberapa penderita mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang

ditelan dari kerongkongan ke lambung, rasa nyeri retrosternal yang

menyebar sampai ke daerah scapula atau terasa di sepanjang vertebra

torakalis, sinistra.

6. Esophagitis herpes

Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit

retrosternal yang tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau

anti fungal lain

7. Esophagitis korosif

Gejala yang sering timbul adalah disfagia/kesulitan menelan,

odinofagia dan adanya rasa sakit retrosternal

8. Esophagitis karena obat

Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang

terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini

Gejala dan keluhan yang timbul tergantung dari jenis, konsentrasi,

jumlah zat korosif, lama kontak dengan zat korosif, dan apakah zat kembali
9

dimuntahkan atau tidak. Jika dibagi berdasarkan beratnya luka yang dialami

oleh permukaan saluran maka dibagi atas:

1. Esophagitis korosif tanpa ulserasi, gejala gangguan menelan ringan dan

pada pemeriksaan esofagoskopi tampak permukaan kemerahan tanpa

disertai luka.

2. Esophagitis korosif dengan ulserasi ringan, keluhan gangguan menelan

yang ringan dan pada pemeriksaan esofagoskopi dapat dilihat luka yang

tidak dalam, hanya sebatas permukaan.

3. Esophagitis korosif dengan ulserasi sedang, luka sudah mengenai lapisan

otot biasanya ditemukan lebih dari satu.

4. Esophagitis korosif dengan ulserasi berat tanpa komplikasi, terdapat

pengelupasan permukaan dan kematian sel yang dalam, mengenai

hamper seluruh bagian esofagus.

5. Esophagitis korosif dengan ulserasi berat dengan komplikasi, komplikasi

berupa peradangan pada jaringan perut.

E. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan fisik: terkadang tidak dapat tergambarkan dengan baik, bila

dapat  nyeri, Pemeriksaannya mencakup :

a. Pemeriksaan rongga mulut  untuk melihat ada tidaknya thrush atau

ulcers

b. Pemeriksaan rektal  identifikasi ada perdarahan atau tidak


10

c. Ketahui apakah pasien mengalami Immunosupresi ? Kelainan

sistemik?

2. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalh pemeriksaan foto

dada untuk melihat apakah ada peradangan di tempat lain dan peradangan

pada paru, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat seberapa parah

kerusakan pada esofagus.

a. Esophagitis peptic (refluks)

Pemeriksaan esofagoskopi: tidak didapatkan kelainan yang jelas

(blackstone), ciri khas dari esophagitis peptic yaitu peradangan mulai

dari daerah perbatasan esofagus gaster (garis z) ke proksimal daerah

esofagus.

b. Esophagitis refluks basa

1) Pemeriksaan radiologic: dengan kontras barium dapat

menunjukkan kelainan yang terjadi pada keadaan pasca operasi

2) Pemeriksaan endoskopi: terlihat lesi di mukosa esofagus, mukosa

hiperemis, rapuh, erosive, eksudat dan pada kasus yang berat

terdapat striktur dan stenosis

c. Esophagitis candida

1) Pemeriksaan endoskopi: tampak mukosa rapuh, eritematus,

mukosa sembab, berlapiskan selaput tebal dan berwarna putih

seperti susu kental tersebar di seluruh esofagus, terutama pada 2/3

distal.

2) Pemeriksaan titer agglutinin serum: hasil > 1:160


11

d. Esophagitis herpes

1) Pemeriksaan klinik: terdapat lesi herpes zoster di mukosa mulut

atau di kulit

2) Pemeriksaan endoskopi: terlihat lesi berupa papula, mukosa

hipermesis, tukak berisi eksudat

3) Pemeriksaan radiologic: menunjukkan kelainan yang tidak

spesifik

e. Esophagitis korosif

1) Pemeriksaan esofagogram: adanya perforasi dan mediastinitis

2) Pemeriksaan endoskopi

f. Esophagitis karena obat

Pemeriksaan esofagoskopi: terdapat edema local dengan eritem,

lesi erosive dengan pseudomembran atau eksudat.

g. Esophagitis radiasi

1) Pemeriksaan radiologis

2) Pemeriksaan endoskopi

3. Pemeriksaan Laboratorium

Tes lab biasanya tidak membantu untuk menunjukkan diagnosis

kecuali bila adanya komplikasi yang terjadi (missal: upper GI hemoragik).

Berikut pemeriksaan yang dianggap bermakna:

a. Complete blood count (CBC) untuk pasien dengan neutropenia atau

immunosupressan
12

b. Hitung CD4 dan tes HIV untuk pasien dengan factor risiko HIV

c. Pemeriksaan kolagen, sesuai indikasi penyakit yang mendasarinya

Radiologi tidak diindikasikan kecuali bila diduga adanya

komplikasi yang terjadi. Prosedur diagnostic yang dianggap perlu

digunakan:

a. Double-contrast esophageal barium

- Recommended dilakukan untuk pasien dengan keluhan disfagia.

- Not recommended untuk pasien yang absolute dysphagia or

odynophagia; upper GI endoscopy is recommended.

b. Barium contrast radiography and computed tomography (CT)

recommended untuk metastatic cancer.

Other studies that may be helpful include the following:

a. Blind brush cytology (now, with the availability of EGD, less

commonly used)

b. Electrocardiography (ECG)

c. Troponin or other cardiac markers (if acute coronary syndrome is

being considered)

F. Komplikasi

1. Syok

2. Koma

3. Edema laring

4. Peradangan paru dengan aspirasi

5. Luka tembus pada esofagus


13

6. Kematian

7. Bleeding and stricture formation

8. Barrett esophagus

9. Perforation with mediastinitis (rare)

10. Volume depletion and weight loss

11. Laryngitis, aspiration pneumonitis, and bronchospasm

12. In infants, failure to thrive and apnea

Anda mungkin juga menyukai