Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari Makalah ini ialah: “Asuhan Keperawatan Pada Trauma
Psikis/Kejiwaan Pada Korban Bencana”. Tidak lupa kelompok mengucapkan
terima kasih pada dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya kolompok
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Kelompok menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kelompok berharap agar dosen pembimbing
memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
dikemudian hari.
Atas perhatian dan kerjasamanya kolompok mengucapkan terima kasih.

Batam, 10 Maret 2020

Kelompok 10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian yang hebat, mengejutkan,
atau bahkan mengerikan. Kejadian-kejadian tersebut seringkali akan mengganggu
kondisi kejiwaan. Salah satu peristiwa mengerikan yang mungkin dialami oleh
seseorang adalah bencana alam. Dampak dari bencana selain merusak bangunan
fisik juga dapat menimbulkan dampak psikologis. Bencana alam yang terjadi
seringkali dapat menyebabkan trauma bagi para korban.
Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di Indonesia
sepanjang tahun 2010, disebabkan oleh faktor alam yang berbeda. Dampak
bencana alam tidak hanya mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga
nyawa masyarakat di wilayah bencana. Berdasarkan data dari 644 kejadian
bencana di Indonesia total kerugian material diperkirakan mencapai lebih 15
trilyun rupiah. Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda, kerusakan
rumah-rumah masyarakat, sarana dan prasarana umum, lahan pertanian,
perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Selain itu juga menimbulkan kehilangan
orang yang dicintai, trauma, dan timbuln ya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010).
Peristiwa traumatik dapat terjadi pada siapa saja. Seseorang bisa secara tiba-
tiba mengalami bencana, baik karena bencana alam ataupun tindak kejahatan
tertentu sehingga menyebabkan trauma. Peristiwa tersebut datang tanpa dapat
diprediksi sebelumnya, sehingga kondisi psikologis menjadi terganggu. Reaksi
terhadap suatu peristiwa dapat berbeda-beda pada setiap orang. Pada sebagian
orang suatu bencana tidak menyebabkan trauma, tapi pada orang lain dapat
menyebabkan trauma yang mendalam. Terkadang trauma menyebabkan seseorang
tidak mampu menjalankan kesehariannya seperti yang biasanya dilakukan,
bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa kembali dalam ingatannya dan
mengusiknya,  ia juga merasa tak mampu untuk mengatasinya (Koentara, 2016).

Jika berbicara tentang tindak kekerasan atau trauma, ada suatu istilah yang
dikenal sebagai Post Traumatic Stress Disorderatau PTSD (gangguan stres pasca
trauma) yaitu gangguan stres yang timbul berkaitan dengan peristiwa traumatis
luar biasa. Misalnya, melihat orang dibunuh, disiksa secara sadis, korban
kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain. PTSD merupakan gangguan kejiwaan
yang sangat berat, karena biasanya penderita mengalami gangguan jiwa yang
mengganggu kehidupannya (Koentara, 2016).

Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana


perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan
juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi
penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda,
sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam  menghadapi
kondisi seperti ini (Anggi, 2010).
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana
dapat dilakukan oleh profesi  keperawatan. Berbekal pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga
bencana dalam berbagai bentuk (Anggi, 2010).

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma psikis/kejiwaan pada korban
bencana
1.1.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui masalah psikososial dan spiritual pada pengungsi.
2. Mengetahui intervensi pada fase kedaruratan akut (intervensi sosial,
psikososial, spiritual).
3. Mengetahui intervensi pada fase konsolidasi (intervensi sosial,
psikologis, spiritual).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Trauma
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk
seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.
Trauma adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat
suatu peristiwa, kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak
(tiba-tiba), yang membuat individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri
yang tidak mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang
disebutkan The American Psychological Association (2010), trauma as an
emotional response to a terrible event like an accident, rape or natural disaster.

2.1.2 Jenis-jenis trauma


Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan
Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat dari
sifat dan sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :
a.  Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar
biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa
berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan
merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari jenis trauma
ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).
b.       Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak)
individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala.
Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dan
sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang
kesadaran, yang sifatnya sementara.
c.        Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi
atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota
tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu
gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap
pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya
histeris atau fobia.
d.      Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap
sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang dialami
individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi
pemukulan, teror, ancaman.

2.1.3 PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)


Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang
dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological Association,
2004).   
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang
dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan anda atau
membuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal, 2008).

2.1.4 Fase-fase PTSD


Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
a.     Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana. Pada
fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi seperti keinginan
bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan dapat juga menimbulkan
berbagai gejala psikotik.
b.    Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan setelah
bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi suatu
phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana
tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan
pengalaman terdahulunya.
c.     Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat
berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat dogma
“semua telah berubah”.

2.1.5 Peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD


termasuk:
1. Perang (War)
2. Pemerkosaan (Rape)
3. Bencana alam (Natural disasters)
4. Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
5. Penculikan (Kidnapping)
6. Penyerangan fisik (Violent assault)
7. Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
8. Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures - especially
in kids).

2.1.6 Tiga kategori utama gejala yang terjadi pada PTSD


Pertama, mengalami kembali kejadian traumatic (re-eksperience).
Seseorang kerap teringat akan kejadian tersebut dan mengalami mimpi buruk
tentang hal itu. Gejala flashback (merasa seolah-olah peristiwa tersebut terulang
kembali), nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya
sedih), reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan
akan peristiwa yang menyedihkan.
Kedua, penghindaran (avoidance) stimulus yang diasosiasikan dengan
kejadian terkait atau mati rasa dalam responsivitas. Orang yang bersangkutan
berusaha menghindari untuk berpikir tentang trauma atau menghadapi stimulus
yang akan mengingatkan akan kejadian tersebut, dapat terjadi amnesia terhadap
kejadian tersebut. Mati rasa adalah menurunnya ketertarikan pada orang lain,
suatu rasa keterpisahan dan ketidak mampuan untuk merasakan berbagai emosi
positif. Gejala ini menunjukkan adanya penghindaran aktivitas, tempat, berpikir,
merasakan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain itu, juga
kehilangan minat terhadaps emua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi
yang dangkal.
Ketiga, gejala ketegangan (hyperarousal). Gejala ini meliputi sulit tidur
atau mempertahankannya, sulit berkonsentrasi, wasapada berlebihan, respon
terkejut yang berlebihan, termasuk meningkatnya reaktivitas fisiologis.

2.1.7 Dampak PTSD


Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
Gejala gangguan fisik:
1. pusing,
2. gangguan pencernaan,
3. sesak napas, 
4. tidak bisa tidur,
5. kehilangan selera makan,
6. impotensi, dan sejenisnya.
Gangguan kognitif:
1. gangguan pikiran seperti disorientasi,
2. mengingkari kenyataan,
3. linglung,
4. melamun berkepanjangan,
5. lupa,
6. terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
7. tidak fokus dan tidak konsentrasi.
8. tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana,
9. tidak mampu mengambil keputusan.
Gangguan emosi :
1. halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan
memerlukan perawatan aktif yang dini),
2. mimpi buruk,
3. marah,
4. merasa bersalah,
5. malu,
6. kesedihan yang berlarut-larut,
7. kecemasan dan ketakutan.
Gangguan perilaku :
1.2.1. menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal.
Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).
Gangguan sosial:
1. memisahkan diri dari lingkungan,
2. menyepi,
3. agresif,
4. prasangka,
5. konflik dengan lingkungan,
6. merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.

2.1.8 Pandangan hukum tentang PTSD


  UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang berisi hak
dan kewajiban pemerintah dan masyarakat saat bencana maupun pasca bencana.
Salah satu pasalnya yaitu pasal 26 menyatakan bahwa setiap orang berhak:
a.       Mendapat perlindungan sosial dan rasa aman bagi kelompok masyarakat
yang rentan bencana.
b.      Mendapat pendidikan, pelatihan, ketrampilan dalam penyelenggaraan
penaggulangan bencana.
2.1.9 Peran pemerintah

Dalam mengatasi trauma psikologis pada anak dan perempuan telah dan
akan dilanjutkan pelayanan trauma konseling melalui women trauma center dan
children center, sekaligus untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan dan
perdagangan anak, dengan dibentuknya Gugus Tugas Anti-trafficking dan
Pencegahan Tindak Kekerasan. Di samping itu, juga perlu terus dilakukan upaya
untuk mempertemukan kembali anak-anak dengan keluarganya dilakukan melalui
kegiatan ”reunifikasi keluarga”, sejalan dengan terus mengupayakan pemulihan
spiritual (spiritual healing), pemulihan emosional (emotional healing) terhadap
kejadian traumatik yang dihadapi dengan memberikan semangat hidup dan
bangkit kembali menjadi sangat penting, penyembuhan fisik (physical healing);
dan penyembuhan terhadap kemampuan otak manusia (intelligential healing).

2.1.10 Dampak Spiritual pada Korban Bencana

Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan


yang kompleks yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
Spiritual digambarkan sebagai pengalaman seseorang atau keyakinan seseorang,
dan merupakan bagian dari kekuatan yang ada pada diri seseorang dalam
memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan sebagai pencarian individu
untuk mencari makna. Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual
menggabungkan perasaan dari hubungan dengan dirinya sendiri, dengan ornag
lain dan dengan kekuatan yang lebih tinggi.

Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yang


bertambah meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya. Bagi yang
meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yang
terjadi merupakan kehendak dan kuasa sang pencipta yang tidak mampu di
tandingi oleh siapapun. Mereka mendekat dengan cara mendekatkan
spiritualitasnya supaya mendapatkan kekuatan dan pertolongan dalam
menghadapi bencana atau musibah yang dialaminya. Sedangkan bagi yang
menjauh umumnya karena dasar keimanan atau keyakinan terhadap sang pencipta
rendah atau kaarena putus asa
2.1.11 Dampak Psikososial pada Korban Bencana

Berdasarkan hasil penelitian empiris, dampak psikologis dari bencana


dapat diketahui berdasarkan tiga faktor yaitu faktor pra bencana, faktor bencana
dan faktor pra bencana (Tomoko, 2009) :

1) Faktor pra bencana : dampak psikologi pada faktor pra bencana ini dapat
ditinjau dari beberapa hal dibawah ini ;
a) Jenis kelamin : perempuan mempunyai resiko lebih tinggi terkena
dampak psikologis dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1.
b) Usia dan pengalaman hidup : kecenderungan kelompok usia rentan stres
masing-masing negara berbeda karena perbedaan kondisi sosial politik
ekonomi dan latar belakang sejarah negara yang bersangkutan.
c) Faktor budaya, ras, karakter khas etnis : Dampak yang ditimbulkan
bencana ini lebih besar di negara berkembang dibandingkan dengan
negara maju. Pada kelompok usia muda tidak ada gejala khas untuk
etnis tertentu baik pada etnis mayoritas maupun etnis minoritas,
sedangkan pada kelompok usia dewasa, etnis minoritas cenderung
mengalami dampak psikologis dibanding mayoritas.
d) Sosial Ekonomi : Dampak bencana pada individu berbeda menurut latar
belakang pendidikan, proses pembentukan kepribadian, penghasilan
dan profesi. Individu dengan kedudukan sosio ekonomi yang rendah
akan mengalami stress pasca trauma lebih berat.
e) Keluarga : Pengalaman bencana akan mempengaruhi stabilitas keluarga
seperti tingkat stress dalam perkawinan, posisi sebagai orang tua
terutama orang tua perempuan.
f) Tingkat kekuatan Mental dan kepribadian : Hampir semua hasil
penelitian menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan mental pra bencana
dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dampak patologis pasca
bencana. Individu dengan maslah kesehatan jiwa akan mengalami stress
yang lebih berat dibandingkan dengan individu dengan kondisi
psikologis yang stabil.
2) Faktor bencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari
beberapa hal dibawah ini ;
a) Tingkat keterpaparan : Keterpaparan seseorang akan masalah yang
dihadapi merupakan variabel penting untuk memprediksi dampak
psikologis korban bencana.
b) Ditinggal mati oleh sanak keluarga atau sahabat.
c) Diri sendiri atau keluarga terluka.
d) Merasakan ancaman keselamatan jiwa atau mengalami kekuatan yang
luar biasa.
e) Mengalami situasi panik pada saat bencana
f) Pengalaman berpisah dengan keluarga terutama pada korban usia muda
g) Kehilangan harta benda dalam jumlah besar
h) Pindah tempat tinggal akibat bencana
i) Bencana yang menimpa seluruh komunitas. Hal ini mengakibatkan rasa
kehilangan pada individu dan memperkuat perasaan negatif dan
memperlemah perasaan positif.
Semakin banyak fakltor yang diatas, maka akan semakin berat
gangguan jiwa yang dialami korban bencana. Apalagi pada saat-saat seperti
ini mereka cenderung menolak intervensi tenaga spesialis, sehingga
menghambat perbaikan kualitas hidup pasca bencana.

3) Faktor pasca bencana : dampak psikologis pasca bencana dapat diakibatkan


oleh kegiatan tertentu dalam siklus kehidupan stress kronik pasca bencana
yang terkait dengan kondisi psykitrik korban bencana. Hal ini perlu adanya
pemantuan dalam jangka panjang oleh tenaga spesialis.Gejala dan dampak
psikologis pasca bencana juga dapat dilihat dari daftar gejala Hopkins untuk
mengetahui adanya depresi dan kecemasan. Gejala-gejala Hopkins tersebut
meliputi perasaan depresi, minat atau rasa senang yang kurang. Gejala
perasaan depresi meliputi menangis, merasa tidak ada harapan untuk masa
depan, merasa galau dan merasa kesepian.
PATHWAY

Post-Traumatic Stress Disorder

Biologis Psikososial

Terjadi proses biologis di otak Pengalaman hidup


mencakup

pengalaman yang
dialami Sindrom Pascatrauma

Perubahan Fisik Ketakutan

Trauma Bencana
alam

Mempengaruhi SSP & SSO

Perpisahan
dg ortu pada
usia dini

Penurunan ukuran hipokampus Amigdala yg over reaktif

Kurangnya
support sosial

Mengalami kesulitan untuk belajar Ketakutan

harapan-harapan baru untuk berbagai Disfungsi Keluarga

situasi yg terjadi setelah trauma Ancaman

Keputusasaan Komunikasi
terganggu Ansietas

Gangguan hubungan sosial


Sindrom stress
Koping defensif

.2. Konsep Keperawatan


2.2.1. Pengkajian

Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan
bereaksi terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a.  Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Yang dikaji adalah:
1.    Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang
berlebihan.
2.    Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang
dirasakan.
3.    Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan
mengingatkan klien terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5.    Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak
kejadian traumatis.
b.   Pengkajian Afektif (Affective Assessment)
1.    Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan
ingin cepat marah.
2.    Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3.    Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan
trauma.
4.    Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5.    Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6.    Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain
c.    Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)
1.      Kesulitan dalam hal konsentrasi.
2.      Kesulitan dalam hal memori.
3.     Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang
berkaitan dengan trauma.
4.     Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
5.     Mimpi buruk yang dialami klien.
6.  Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien
terhadap dirinya.
d.   Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)
1.     Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku
klien yang menjauh dari mereka.
2.     Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
3.     Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya.
4.     Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas b/d Krisis situasiona
2. Koping Defensif b/d Kurangnya system dukungan
3. Ketakutan b/d berasal dari dalam (neurotransmitter)
4. Resiko sindrom pasca trauma b/d bencana
5. Sindrom stress akibat perpindahan b/d pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain

2.2.3 Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


o.
1 Ansietas Anxiety Self – Anxiety Reduction
Definisi : perasaan tidak Control  Gunakan
nyaman atau kekhawatiran Setelah dilakukan pendekatan yang
yang samar disertai respons tindakan menenangkan
autonom (sumber sering kali Keperawatan  Nyatakan dengan
tidak spesifik atau tidak selama 3 x 24 jam jelas harapan
diketahui oleh individu); nyeri dapat teratasi terhadap pelaku
perasaan takut yang dengan indikator: pasien
disebabkan oleh antisipasi  monitor  Jelaskan semua
terhadap bahaya. Hal ini intensitas prosedur dan apa
merupakan isyarat dari ansietas yang dirasakan
kewaspadaan yang  menggunaka selama prosedur
memperingatkan individu n strategi  Temani pasien
akan adanya bahaya dan koping untuk
memampukan individu untuk efektif memberikan
bertindak menghadapi  menggunaka keamanan dan
ancaman. n teknik mengurangi takut
Batasan karakteristik relaksasi  Berikan
Perilaku untuk informasi faktual
 Penurunan produktivitas menurunkan mengenai
 Gerakan yang irelevan ansietas diagnosis,
 Gelisah tindakan
 Melihat sepinyas prognosis

 Insomnia  Libatkan

 Kontak mata yang buruk keluarga untuk

 Mengekspresikan mendampingi

kekhawatiran karena klien

perubahan dalam peristiwa  Instruksikan pada

hidup pasien untuk

 Agitasi menggunakan
tehnik relaksasi
 Mengintai
 Dengarkan
 Tampak waspada
dengan penuh
Afektif
perhatian
 Gelisah
 Identifikasi
 Kesedihan yang
tingkat
mendalam
kecemasan
 Distress  Dorong pasien
 Ketakutan untuk
 Perasaan yang tidak mengungkapkan
adekuat perasaan,

 Berfokus pada diri sendiri ketakutan,

 Gugup persepsi

 Senang berlebihan  Kelola


pemberian obat
 Menyesal
anti cemas
 Bingung
 Khawatir
Fisiologis
 Wajah tegang
 Tremor tangan
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Suara bergetar
Simpatik
 Anorexio
 Diare
 Mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-debar
 Pupil melebar
 Lemah
Parasimpatik
 Nyeri abdomen
 Penurunan denyut nadi
 Vertigo
 Letih
 Mual
 Gangguan tidur
Kognitif
 Menyadari gejala kognitif
 Bloking pikiran
 Konfusi
 Lupa
 Melamun
 Gangguan perhatian
 Cenderung menyalahkan
orang lain
Factor yang berhubungan
 Perubahan dalam:
 Status ekonomi
 Lingkungan
 Status
kesehatan
 Pola interaksi
 Fungsi peran
 Status peran
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi
 Penularan penyakit
interpersonal
 Krisis maturasi
 Krisis situasional
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman pada:
 Satatus
ekonomi
 Lingkungan
 Status
kesehatan
 Pola interaksi
 Fungsi peran
 Status peran
 Konsep diri
 Konflik yang tidak
disadari mengenai
tujuan penting
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi.

2 Ketakutan Anxiety control, Ansiety Reduction


Defenisi : respons post trauma,rape  Gunakan
terhadap persepsi ancaman trauma control pendekatan
yang secara sadar dikenali Kriteria hasil : yang tenang
sebagai sebuah bahaya. Setelah dilakukan dan
Batasan karakteristik: tindakan meyakinkan
 Melaporkan isyarat/ keperawatan  Jelas
peringatan selama......takut menyatakan
 Melaporkan klien teratasi harapan
kegelisahan dengan kriteria hasil untuk
 Melaporkan rasa takut : perilaku
 Melaporkan  Memiliki pasien
penurunan kepercayaan diri informasi untuk  Jelaskan
 Melaporkan ansietas mengurangi takut semua
 Melapokan  Menggunakan prosedur,term
kegembiraan tehnik relaksasi asuk sensasi
 Melaporkan  Mempertahanka perkirakan
peningkatan ketegangan n hubungan sosial akan dialami
 Melaporkan kepanikan dan fungsi peran selama

 Melaporkan terror Mengontrol respon prosedur thye

Fakor yang berhubungan: takut  Berusaha

 Berasal dari luar untuk

(mis: kebisingan tiba- memahami

tiba, ketinggian, perspektif

nyeri, penurunan pasien dari

dukungan fisik) situasi stress

 Berasal dari dalam  Memberikan


(neurotransmiter) informasi
 Kendala bahasa factual
 Stimulus fobik tentang
 Gangguan sensorik diagnosis,pen
 Berpisah dari system gobatan dan
pendukung dalam prognosa
situasi yang  Menyediakan
berpotensi benda yang
menimbulkan stress melambangka
 Tidak familier n
dengan pengalaman keselamatan/
lingkungan. keamanan
 Mendorong
kegiatan
kompetitif,se
suai
 Mendengar
dengan
perhatian
 Menentukan
pasien dalam
kemampuan
pengambilan
keputusan
 Memberikan
obat untuk
mengurangi
kecemasan,
menilai
tanda-tanda
verbal
3 Koping Defensif Kriteria hasil: Nursing
Definisi : Proyeksi evaluasi-  Mengungkapka Therapeutic
diri positif yang salah dan n kemampuan Intervention
berulang yang didasarkan untuk (Intervensi
pada pola perlindungan-diri menaggulangi Terapeutik
untuk bertahan terhadap dan meminta Perawat)
ancaman yang dirasakan bantuan jika  Amati penyebab
terhadap ancaman yang perlu tidak efektifnya
dirasakan terhadap harga diri  Menunjukkan penaggulanagn
yang positif kemampuan seperti konsep
Batasan Karakteristik: untuk diri yang buruk,
 Penyangkalan masalah memecahkan kesedihan,
yang jelas terjadi masalah dan kurangnya
 Penyangkalan ikut serta ketrampilan
kelemahan yang jelas terjadi bermasyarakat dalam
 Kesulitan membina  Mempertahank memecahkan
hubungan an bebas dari masalah,
 Kesulitan memelihara perilaku yang kurangnya
hubungan destruktif pada dukungan, atau
 Kesulitan dalam diri sendiri perubahan yang
persepsi pengujian realita maupun orang ada dalam
 Waham kebesaran lain hidup.
 Tertawa menghina  Mengkomunika  Amati kekuatan

 Hipersensitif terhadap sikan seperti

kritik kebutuhan dan kemampuan

 Hipersensitif terhadap berunding untuk

ejekan/ penghinaan dengan orang menceritakan

 Tidak komplet lain untuk kenyataan dan

menjalani terapi memenuhi mengenali


kebutuhan sumber tekanan
 Tidak adekuat
menjalani pengobatan  Mendiskusikan  Monitor risiko
bagaimana membahayakan
 Kurang partisipasi
tekanan diri atau orang
dalam terapi
kehidupan yang lain dan tangani
 Sedikit partisipasi
ada melebihi secara tepat
dalam menjalani
strategi  Bantu pasien
pengobatan
penanggulanga menentukan
 Proyeksi menyalahkan
n yang normal tujuan yang
diri
 Menemukan realistis dan
 Proyeksi tanggung
kecepatan mengenali
jawab
penyakit dan ketrampilan dan
 Rasionalisasi
kecelakaan pengetahuan
kegagalan
tidak melebihi pribadi
 Distorsi realitas
tingkat  Gunakan
 Menghina orang lain
perkembangan komunikasi
 Sikap superior
dan usia empatik, dan
terhadap orang lain.
dorong
Faktor yang berhubungan:
pasien/keluarga
 Konflik antara
untuk
persepsi diri dan sistem nilai mengungkapkan
 Kurangnya system ketakutan,
dukungan mengekspresika
 Takut gagal n emosi, dan
 Takut akan menetapkan
penghinaan tujuan

 Takut akan karma  Anjurkan pasien

 Kurangnya untuk membuat

penyesuaian pilihan dan ikut

 Tingkat kepercayaan serta dalam

yang rendah pada orang lain perencanaan


perawatan dan
 Tingkat kepercayaan
aktivitas yang
diri rendah
terjadwal
 Ragu/ tidak percaya
 Berikan
 Harapan diri yang
aktivitas fisik
tidak realistik
dan mental yang
tidak melebihi
kemampuan
pasien (misal
bacaan, televisi,
radio, ukiran,
tamasya,
bioskop, makan
keluar,
perkumpulan
sosial, latihan,
olahraga,
permainan)
 Jika memiliki
kemampuan
fisik, anjurkan
latihan aerobik
yang sedang
 Gunakan
sentuhan dengan
izin. Berikan
pasien pijatan
punggung
berupa usapan
perlahan dan
berirama dengan
tangan.
Gunakan 60 kali
usapan dalam
semenit selama
3 menit pada
luasan 2 inchi
pada kedua sisi
mulai dari
daerah atas ke
bawah
 Berikan
informasi
perihal
perawatan
sebelum
perawatan
diberikan
4 Risiko Sindrom Pasca kriteria hasil  Menggunakan
Trauma Spiritual Health komunikasi
Definisi : Berisiko Mengalami  Quality Of untuk
respon maladaftif yang terus Faith membangun
menerus terhadap peristiwa  Quality Of kepercayaan dan
traumatitis dan memilukan Hope terapi empatik
faktor yang berhubungan:  Makna dan peduli
 Penurunan kekuatan ego Tujuan Hidup  Mengobati
 Pindah rumah. individu dengan
 Durasi peristiwa. martabat dan

 Rasa tanggung jawab menghormati

yang berlebihan.  Mendorong

 Dukungan sosial yang melalui

tidak adekuat. meninjau

 Pekerjaan (Mis.,Polisi kehidupan

pemadam kebakaran, melalui kenang-

petugas penyelamat, staf kenangan

unit gawat darurat,  Memberikan

petugas kesehatan jiwa, privasi dan

tenaga reparasi). tenang kali

 Persepsi peristiwa. untuk activitas


rohani
 Parah sebagai orang yang
selamat dalam peristiwa.  Mendorong
partisipasi
 Lingkungan yang tidak
dalam kelompok
mendukung
pendukung
 Mengajari
metode relaksasi
, meditasi , citra
dan memberinya
petunjuk
 Berdoa dengan
sendiri
 Selalu terbuka
untuk individu
ekspresi
perhatian
 Mengungkapkan
perasaan empati
secara pribadi
 Tersedia untuk
mendengarkan
individu
perasaan
5 Sindrom Stress Akibat kriteria hasil Stress Anxiety
Perpindahan Stress level Reduction
Definisi : Gangguan fisiologis  Depresi
 Menggunakan
dan atau psikososial setelah berkurang
pendekatan
pindah dari satu lingkungan  Kegelisahan
meyakinkan
ke lingkungan lain. berkurang
membuat pasien
Batasan karakteristik :
tenang
 Perasaan asing
 Tetap bersama
 Merasa sendirian
pasien untuk
 Marah
keamanan dan
 Ansietas (mis., mengurangi rasa
perpisahan) takut
 Harga diri rendah kronik  berusaha untuk
 Khawatir terhadap memahami
perpindahan pasien dari
 Perasaan ketergantungan situasi stres
 Depresi  Memberikan
 Takut informasi
 Frustasi berdasarkan fakta
 Perburukan penyakit  Mendengarkan
 Peningkatan gejala fisik dengan perhatian
 Peningkatan verbalisasi  Memberi
kebutuhan dukungan untuk
 Ketidakpercayaan diri mekanisme

 Kesepian koping pasien

 Kehilangan identitas  Membantu

 Kehilangan harga diri pasien mengenali


situasi yang
 Kehilangan penghargaan
memicu
terhadap diri
kecemasan
 Pesimisme
 Mengidentifikasi
 Gangguan tidur
pasien ketika
 Mengatkan tidak bersedia
mengalami
pindah
perubahan
 Menarik diri
tingkat
 Khawatir.
kecemasan
Factor yang berhubungan :
 Mendorong
 Penerunan status
verbalisasi
kesehatan
perasaan persepsi
 Gangguan kesehatan
dan ketakutan
psikososial
 Mendorong
 Isolasi
keluarga untuk
 Kurang sistem dukungan
tetap berada di
yang adekuat
dekat pasien
 Kurangnya konseling pra
keberangkatan
 Kendala bahasa
 Tersesat
 Pindah dari satu
lingkungan ke lingkungan
lain.
 Koping pasif
 Menyatakan perasaaan
tidak berdaya.

BAB IV
TINJAUAN KASUS

1. Kasus
Enam bulan yang lalu telah terjadi bencana banjir bandang di kecamatan L
dengan skala bencana provinsi. Ny. P kehilangan anaknya dalam bencana
tersebut. Selama 2 minggu terakhir Ny. P merasa sangat sedih dan sering
menangis bila teringat anaknya, susah tidur hampir tiap hari, menolak
untuk beraktivitas sehari-hari, mempunyai pikiran untuk mati, tidak nafsu
makan dan mengalami penurunan BB secara drastis selama 1 bulan
terakhir. Ny. P pernah mengalami masalah yang mirip dengan yang
dihadapinya sekarang sekitar 2 minggu setelah bencana akan tetapi tidak
separah ini dan dapat hilang dengan sendirinya.

2. Masalah pada Kasus Di Atas


PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)

3. Pengkajian Keperawatan PTSD


 Keluhan
Dua minggu terakhir merasa sangat sedih dan sering menangis bila
teringat anaknya.
 Riwayat penyakit
Ny. P pernah mengalami masalah yang mirip dengan yang
dihadapinya sekarang setelah 2 minggu setelah bencana akan tetapi
tidak separah ini dan dapat hilang dengan sendirinya.
Riwayat menyebutkan bahwa pasien pernah memiliki ASD (Acute
Stress Disorder).

4. Pengkajian DREAMS
a. Detachment
Menolak untuk beraktivitas sehari-hari.
b. Re ex-periencing
Klien menjadi sedih dan sering menangis bila mengingat anaknya
yang meninggal dalam bencana banjir. Klien mengalami flashback
terhadap kejadian traumatic yang menimpanya. Pada beberapa klien
PTSD ada yang sampai mengalami nightmare (mimpi buruk) tentang
kejadian - kejadian yang membuatnya sedih.
c. Event
Bencana banjir yang merenggut anaknya.
d. Avoidance
Menolak untuk beraktivitas
e. Months
6 bulan yang lalu
f. Sympathetic
Klien menjadi memiliki emosi yang dangkal dan mudah menangis.

5. Pengkajian Pola Fungsional


a. Aktifitas dan istirahat
 Menurunnya aktivitas fisik
 Melamun berkepanjangan
 Kehilangan minat terhadap semua hal
 Menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau
percakapan yang berhubungan dengan trauma.
 Gangguan tidur
 Tidak nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan
secara drastis selama satu bulan terakhir.
b. Integritas ego.
 Merasa sangat sedih dan sering menangis bila teringat anaknya.
 PTSD kronik dengan gejala lebih dari 3 bulan
c. Neurosensori
 Selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami (kehilangan anaknya).
 Gangguan kognitif sulit berkonsentrasi
 Perubahan perilaku (murung, pesimistik, berpikir yang
menyedihkan, iritabel)
 Afek depresi.
d. Keamanan
Klien memiliki gagasan/ pikiran untuk mati
e. Interaksi sosial
 Kehilangan minat sosial
 Menolak untuk beraktifitas sehari-hari
 Menghindari orang/ tempat/ kegiatan yang menimbulkan ingatan
tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa secara psikis,
pemisahan emosi/ mengasingkan diri dari orang lain

No Analisa Data Etiologi Diagnosa

1 Ds: Klien mengatakan selalu Persepsi peristiwa Sindrom pasca


mengingat kejadian yang di trauma

alaminya.
Do: pasien merasa sedih atas
kehilangan anaknya.
2 Ds : klien mengatakan tidak nafsu Penurunan status Sindrom Stress
makan dan mengalami penurunan kesehatan
BB secara drastis selama 1 bulan
terakhir.
Do: klien tampak kurus
3 Ds: klien mengatakan susah tidur stress Ansietas
hamper tiap hari
Do: Klien tampak sedih atas
kehilangan anaknya
Diagnosa keperawatan
1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan persepsi peristiwa
2. Sindrom Stress berhubungan dengan penurunan status kesehatan
3. Ansietas berhubungan dengan stress

Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Noc Nic


.
1 Sindrom pasca trauma kriteria hasil  Menggunakan
Spiritual Health komunikasi
 Quality Of Faith untuk
 Quality Of Hope membangun

 Makna dan Tujuan kepercayaan dan

Hidup terapi empatik


peduli
 Mengobati
individu dengan
martabat dan
menghormati
 Mendorong
melalui
meninjau
kehidupan
melalui kenang-
kenangan
 Memberikan
privasi dan
tenang kali
untuk activitas
rohani
 Mendorong
partisipasi
dalam kelompok
pendukung
 Mengajari
metode relaksasi
, meditasi , citra
dan memberinya
petunjuk
 Berdoa dengan
sendiri
 Selalu terbuka
untuk individu
ekspresi
perhatian
 Mengungkapkan
perasaan empati
secara pribadi
Tersedia untuk
mendengarkan
individu perasaan
2 Sindrom stress kriteria hasil Stress Anxiety
Stress level Reduction
 Depresi berkurang
 Menggunakan
 Kegelisahan
pendekatan
berkurang
meyakinkan
membuat pasien
tenang
 Tetap bersama
pasien untuk
keamanan dan
mengurangi rasa
takut
 berusaha untuk
memahami
pasien dari
situasi stres
 Memberikan
informasi
berdasarkan fakta
 Mendengarkan
dengan perhatian
 Memberi
dukungan untuk
mekanisme
koping pasien
 Membantu
pasien mengenali
situasi yang
memicu
kecemasan
 Mengidentifikasi
pasien ketika
mengalami
perubahan
tingkat
kecemasan
 Mendorong
verbalisasi
perasaan persepsi
dan ketakutan
 Mendorong
keluarga untuk
tetap berada di
dekat pasien
3 Ansietas Anxiety Self – Control Anxiety Reduction
Setelah dilakukan  Gunakan
tindakan Keperawatan pendekatan yang
selama 3 x 24 jam nyeri menenangkan
dapat teratasi dengan  Nyatakan dengan
indikator: jelas harapan
 monitor intensitas
dari ansietas terhadap pelaku
 menggunakan pasien
strategi koping  Jelaskan semua
efektif prosedur dan apa
 menggunakan yang dirasakan
teknik relaksasi selama prosedur
untuk  Temani pasien
menurunkan untuk
ansietas memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
 Berikan
informasi faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
 Libatkan
keluarga untuk
mendampingi
klien
 Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Identifikasi
tingkat
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Kelola
pemberian obat
anti cemas

BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non- alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana menimbulkan
trauma psikologis bagi semua orang yang mengalaminya.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) pasca bencana alam.
Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi
mengenai penyakit dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana
alam dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

3.2 Saran
Dengan mempelajari Asuhan keperawatan dengan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) diharapkan mahasiswa/I mampu melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, dan implementasi sesuai dengan
kebutuhan pasien dalam keadaan bencana alam.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika,2009.
Herdman, T. heather. 2011. Diagnose Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC

Koentara.(2006).MenanganiKasusBencana(online)
(http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-post-
traumatic-stress-disorder-ptsddiakses 09 Mar 2016)
Mccloskey, Joanne. 2004. Nursing intervention classification. St. Louis, Missouri
Moorhead, Sue. 2004. Nursing outcomes classification. St. Louis, Missouri

Pratiwi, Anggi. 2010. PTSD (Post Traumatic Stress Disolder). (online)(www.


Scribd. Com/doc/41221173/askep-PTSD. Pada tanggal 5Mei 2011)

Anda mungkin juga menyukai