r 2015
ABSTRAK
Frekuensi penggunaan antibiotik yang tinggi tetapi tidak dengan ketentuan yang sesuai atau tidak
rasional dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya dapat terjadi resistensi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan gambaran peresepan obat antibiotik pada pasien rawat jalan
di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura. Pengambilan data secara retrospektif selama tahun 2014
melalui pengambilan data sekunder yaitu rekam medik dan resep. Pengambilan sampel penelitian
menggunakan metode systematic random sampling. Dari 400 sampel penelitian yang digunakan,
didapatkan 283 orang (70,8%) menerima peresepan antibiotik dan 117 orang (29,2%) tidak menerima
peresepan antibiotik. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah golongan penisilin yaitu amoksisilin
sebesar 33,1%, golongan antimikobakterium yaitu rifampisin dan isoniazid sebesar 26,8%, golongan
sefalosporin yaitu sefiksim sebesar 17,1% dan sefadroksil sebesar 14,6%. Penyakit yang paling banyak
diderita adalah tuberkulosis paru (26,8%), ISPA (18,0%), dan nasofaringitis akut (10,6%).
267
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
tahun 2013, mengatakan bahwa jumlah resep di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura pada data
antibiotik yang diberikan untuk pasien anak pasien rawat jalan di poli anak tahun 2014,
rawat jalan sebesar 55,1% dari semua resep. menunjukkan bahwa dari 30 rekam medik yang
Sebanyak 73,68% resep mengandung satu atau diambil diperoleh 66,67% menerima resep
lebih antibiotik, dan 5,9% resep antibiotik antibiotik. Hal inilah yang mendasari penelitian
diberikan tanpa diagnosis (Sebsibie G, 2014). lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi dan
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sophiani R pola peresepan antibiotik pada pasien rawat
(2010) juga menunjukkan bahwa penggunaan jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha
antibiotik pada penyakit tuberkulosis paru pada Martapura Tahun 2014.
anak di Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura di
Kalimantan Selatan yaitu sebesar 929 kasus. METODE PENELITIAN
Tidak tepat pemilihan obat sebesar 32,19%, Desain Penelitian
tidak tepat dosis sebesar 29,45%, tidak tepat Penelitian ini merupakan penelitian
bentuk sediaan sebesar 13,01%, dan tidak tepat observasional deskriptif. Pengumpulan data
waktu pemberian sebesar 100%. bersifat retrospektif pada bulan Januari-
Meningkatnya prevalensi penggunaan Desember 2014 secara sekunder, yaitu dari data
antibiotik yang tidak rasional di berbagai bidang rekam medik dan resep pasien rawat jalan anak
Ilmu Kedokteran termasuk Ilmu Kesehatan dengan rentang usia 0 – 14 tahun di poli anak
Anak merupakan salah satu penyebab BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014.
timbulnya resistensi. Penelitian yang dilakukan Sampel penelitian diambil dengan cara
oleh Balitbang Kesehatan di Indonesia yang systematic random sampling. Penentuan jumlah
dikutip oleh Kaparang., et al (2014) menujukkan sampel dari populasi dalam penelitian ini
beberapa bakteri resisten terhadap antibiotik, didapat menurut perhitungan Slovin, sebagai
antara lain Shigella menunjukkan tingkat berikut:
resistensi sebesar 50% terhadap ampisilin. ………………..... (i)
Salmonella menunjukkan tingkat resistensi
sebesar 42% terhadap ampisilin, 57% terhadap Dimana:
kloramfenikol dan 71% terhadap kotrimoksazol. n = jumlah sampel
Dampak lainnya dari pemakaian antibiotik N = jumlah populasi
secara irasional dapat berakibat meningkatkan
e = toleransi tingkat kesalahan (5%)
toksisitas, dan efek samping antibiotik tersebut,
Jadi,
serta biaya rumah sakit yang meningkat.
Sehingga diperlukan penggunaan antibiotik .……....…... (ii)
berdasarkan diagnosis oleh tenaga medis
professional, monitoring dan regulasi
= 399,91 400 anak per tahun
268
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
269
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Tabel 1. Persentase Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Jaminan (BPJS/Umum)
Persentase Jenis dan Golongan Antibiotik makrolid merupakan antibiotik yang paling
Berdasarkan hasil penelitian, dari seluruh sering digunakan untuk mengobati penyakit
pasien anak yang menerima peresepan obat infeksi karena umumnya cukup aman dan
antibiotik, diketahui bahwa peresepan obat efektif (Putra B. I, 2008). Hal ini sejalan dengan
antibiotik terbanyak adalah golongan penisilin penelitian yang dilakukan oleh Merlina (2012)
yaitu amoksisilin sebesar 33,6%, golongan mengatakan bahwa antibiotik yang paling
antimikobakterium yaitu rifampisin dan banyak digunakan untuk penyakit nasofaringitis
isoniazid sebesar 26,9%, golongan sefalosporin akut adalah amoksisilin sebesar 81,70%.
yaitu sefiksim sebesar 17,3% dan sefadroksil Persentase penggunaan antibiotik dapat dilihat
sebesar 14,8%. Golongan betalaktam dan pada tabel 2 ini.
Tabel 2. Persentase Penggunaan Obat Antibiotik
270
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Persentase Jenis Penyakit yang Menerima Persentase jenis penyakit yang menerima
Antibiotik antibiotik dapat dilihat pada tabel 3.Ditimbang
Berdasarkan hasil penelitian, dari 1000 mg Ibuprofen masukkan dalam labu ukur
seluruh pasien anak yang digunakan dalam 100 mL, kemudian dilarutkan dalam metanol
penelitian ini, diperoleh jenis penyakit sambil diaduk dan dicukupkan volumenya
terbanyak yang menerima peresepan antibiotik hingga tanda batas. Larutan ibuprofen ini
adalah tuberkulosis paru (26,9%), ISPA mengandung 10 mg/mL atau 10.000 ppm.
(18,0%), dan nasofaringitis akut (10,6%).
Tuberkulosis paru adalah penyakit yang Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis mengatakan bahwa 4,3% (63 dari 1.482)
yang mampu menginfeksi secara laten ataupun menderita tuberkulosis paru. Data seluruh
progresif. Menurut Laporan hasil Riset kasus tuberkulosis anak yang menerima
271
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
antibiotik dari tujuh rumah sakit Pusat dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke
Pendidikan Indonesia selama 5 tahun (1998- bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit.
2002) dijumpai 1086 kasus dengan angka Prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada balita
kematian bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok >35%.
umur terbanyak 12-60 bulan (42,9%), disusul Di Indonesia, nasofaringitis juga masih
oleh kelompok anak <12 bulan (16,5%). merupakan salah satu masalah kesehatan yang
ISPA merupakan salah satu penyebab terkait dengan masalah infeksi saluran
utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. pernafasan atas yang bisa menyerang siapa saja.
Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Hal ini disebabkan masih tingginya angka
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari angka-angka kesakitan terutama pada anak-anak dan dilihat
di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% dari penggunaan antibiotika yang masih tinggi
sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit untuk kasus tersebut (Merlina A. Q, 2012).
adalah penderita ISPA. Sebanyak 40-60% Berikut dibawah ini merupakan tabel jenis
kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas penyakit dan terapi antibiotik yang digunakan:
Tabel 4 menujukkan hasil penggunaan terhadap jenis penyakit yang diderita pasien.
antibiotik pada masing-masing penyakit yang Kesesuaian penggunaan antibiotik dilihat untuk
diperoleh pada penelitian. Pada tabel tersebut mengetahui ketaatan pemilihan obat.
dapat dilihat kesesuaian terapi antibiotik
272
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2002. Evaluasi Program Pemerintah di Yogyakarta Periode Januari-Juni
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan 2013. Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dharma, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Merlina, A. Q. 2012. Pola Penggunaan Antibiotik pada
Untuk Penyakit Saluran Pernafasan. Departemen Penatalaksanaan Faringitis Akut di RSUD Sleman
Kesehatan RI, Jakarta. Yogyakarta Tahun 2009-2011. Fakultas Kedokteran
Hersh, Adam. L., Jackson, M. Anne & Hicks, Lauri. A. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
2013. Principles of Judicious Antibiotic Prescribing Peratura Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
for Upper Respiratory Tract Infections in 2406. 2011. Pedoman Umum Penggunaan
Pediatrics.Pediatrics; 132; 1146. Antibiotik. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Ikatan Dokter Indonesia. 2013. Panduan Pelayanan Putra, I. B. 2008. Prinsip Pemakaian Antimikroba pada
Klinis Dokter di Pelayanan Primer. Indonesia. Bayi dan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Sumtera Utara, Medan.
Palayanan Medis. Indonesia. RISKESDAS. 2007. Badan Penelitian dan
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Formularium Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Indonesia. Republik Indonesia, Jakarta.
Kaparang, P. C., Tjitrosantoso, H & Yamlean, P. V. Y. Sophiani, R. 2010. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik
2014. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan pada Pasien Tuberkulosis Paru di Poliklinik Anak
Antibiotika pada Pengobatan Pneumonia Anak di Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura
Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Periode Januari-Juni 2010. Universitas Lambung
Manado Periode Januari-Desember 2013. Jurnal Mangkurat, Banjarbaru.
Ilmiah Farmasi; Volume 3, Nomor 3. Sebsibie, G & G. Teklemariam. 2014. Retrospective
Maria. 2014. Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Assessment Of Irrational Use Of Antibiotics To
Metode DDD (Defined Daily Dose) pada Pasien Children Attending In Mekelle General Hospital.
Anak Rawat Inap di Sebuah Rumah Sakit Science Journal of Clinical Medicine, Ethiopa.
273