Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIKS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis)
(Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila,
2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).
2. Klasifikasi
Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
b. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).
Makroskopik
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1) Stage 0: Ca. Pre invasive


2) Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3) Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4) Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5) Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6) Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7) Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
3. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b) Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c) Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d) Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e) Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f) Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g) Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks
yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini
dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
h) Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi
sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya
penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang
karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015).
4. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks
yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau
kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas
seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum,
sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks,
Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum
ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan
SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo, 2010).
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
PATHWAY perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi HPV

Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan
Lemah minora
Anastesi Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks

Histerektomi total Intoleransi Aktivitas


Mual,
Metaplasia skuamosa muntah,
Tindakan pembedahan
anoreksi
Histerektomi Radikal Non Kemotera
Ca. Cerviks Pembedahan pi

Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur
Jaringan terbuka jaringan serviks
jaringan
Luka perdarahan terganggu Risiko
ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Struma serviks
Peradangan endoserviks Menginvasi organ
dan eksoserviks lain

Risiko Infeksi Nekrosis jaringan


Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
vagina
Dinding
Gangguan konsep Infiltrasi
pembuluh Infiltrasi ke
diri: HDR ke syaraf
terdesak Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Anemia Trombositopenia
Jaringan
5. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan
baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi
sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah
dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih,
nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal
yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
e. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
7. Penatalaksanaan
a. Irradiasi
1) Dapat dipakai untuk semua stadium
2) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1) Kerentanan kandungan kencing
2) Diarrhea
3) Perdarahan rectal
4) Fistula vesico atau rectovaginasis
5) Operasi
 Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
 Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
d. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
e. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10
minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
f. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).
8. Komplikasi
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh
pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan
dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang
sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula
vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih.
Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit
(Rubina Mukhtar, 2015).
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan
yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau
membawa ke rumah sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
e. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
f. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
g. Pemeriksaan Fisik Fokus
1) Kepala
 Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
 Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis),
Raut wajah pucat.
 Mata : konjunctiva tidak anemis
 Hidung : simetris, tidak ada sputum
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
 Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
2) Dada
 Inspeksi : simetris
 Perkusi : sonor seluruh lap paru
 Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
 Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3) Cardiac
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba, Perubahan denyut nadi
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : tidak ada bising
4) Abdomen
 Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
 Palapasi : ada nyeri tekan
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus normal
5) Genetalia
 Inspeksi
Ada lesi.
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
Urine bercampur darah (hematuria).
 Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6) Ekstremitas dan Kulit
 Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan anemia
2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kanker
3 Nyeri akut berhubungan dengan infeksi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan anemia
Setelah dilakukan intervensi keperawatan x 24 jam maka perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil :
-
Intervensi :
1. Periksa sirkulasi perifer ( mis, nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
suhu)
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
3. Lakukan pencegahan infeksi
4. Lakukan hidrasi
5. Anjurkan berolahraga rutin
6. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
b. Defisist nutrisi berhubungan dengan kanker
Setelah dilakukan intervensi keperawatan x 24 jam maka status nutrisi membaik
dengan kriteria hasil :
Intervensi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Monitor berat badan
4. Fasilitasi menentukan pedoman diet
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Ajarkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
c. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Fungsi berkemih membaik
Intervensi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas, intenitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
7. Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri( Mis. TENS,
hipbosis akupresur, terapi musik, Biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat / dingin terapi bermain).
8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (Mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9. Fasilitasi istrahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
11. Jelaskan penyebab, periode pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
13. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
15. Kolaborasi pemberian algetik, jika perlu
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi klinis yang baru dihadapi klien.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat pengetahuan
membaik dengan kriteria hasil :
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
- Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Jelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit
6. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
7. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
8. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
9. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan.
10. Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari intervensi atau pengobatan
11. Informasi kondisi pasien saat ini
12. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak biasa.
e. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dialami menurun
- Perilaku tegang menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Pola tidur membaik
- Kontak mata membaik
- Anoreksia menurun
Intervensi :
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi, waktu, stresor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
6. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
7. Latih tehnik relaksasi
8. Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
PPNI. (2017). Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Prokja SDKI
DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Prokja SDKI
DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Prokja SDKI
DPP PPNI.

Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.


Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


RESUME KEPERAWATAN
Nama mahasiswa :
Nim :
Tempat pengkajian : Poli Kebidanan dan Kandungan
Tanggal : 11 juli 2017

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Alamat : salaran grati

Nama suami : Tn.K


Umur : 52 tahun
No RM : 17019198
Tgl MRS :11 juli 2017

Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri perut


RPS : pasien mengatakan nyeri perut dibagian bawah nyeri seperti di tusuk tusuk skala nyeri
6 nyeri hilang timbul semakin sakit ketika berjalan, dan keluar keputihan ± 3 bulan
keluar terus menerus tapi kadang banyak kadang sedikit, pasien sudah berhenti haid ±
10 tahun.
Diagnosa medis : Ca Serviks
Menikah : usia 16 tahun sudah 2x menikah
Riwayat obstetrik :
1. Laki-laki lahir di dukun
2. Laki laki lahir di dukun
3. Laki laki lahir di dukun
4. Laki laki lahir di dukun
5. Perempuan lahir di dukun
6. Perempuan lahir di dukun

II. PROSES KEPERAWATAN


S (subjektif) :pasien mengatakan nyeri perut
O (objektif) :
1. TD : 140/90 mmHg
2. BB : 41 kg
3. Pasien tampak meringis saat berjalan
4. Skala nyeri 6
5. Nyeri seperti di tusuk tusuk Di bagian perut bawah
6. Nyeri hilang timbul

A (analisa) : Nyeri akut b/d proses penyakit

P (Planning) :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
frekuensi, dan kualitas nyeri
2. Lakukan pemeriksaan dalam
3. Kolaborasi dengan dokter

I (Implementasi) :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperehsif
Hasil : P: semakin sakit saat berjalan
Q :nyeri seperti di tusuk tusuk
R: di perut bagian bawah
S :skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul

2. melakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan speculum terlihat keputihan dan


benjolan di porsio kemudian dilakukan biopsy berat PA
3. berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Gravazol 1x1 tab, asam mefenamat 3x1 tab, amoxcilin 3x1 tab
Di anjurkan USG dan rawat inap.

E (Evaluasi) ;
S: Pasien mengatakan masih nyeri
O : skala nyeri 6, pasien tampak meringis ketika berjalan, nyeri seperti ditusuk tusuk,
Nyeri hilang timbul, TD : 140/90 mmHg, BB: 41 kg
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi, kontrol 3 hari lagi bawa hasil PA dan USG

Anda mungkin juga menyukai