Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak
“Dermatitis Kontak”
KELAS A
KELOMPOK A1
A. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis atau inflamasi kulit yang disebabkan
oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit (Sularsito, 2007). Dermatitis
kontak dibedakan menjadi 2 macam yaitu Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dan
Dermatitis Kontak Iritan (DKI).
1. Dermatitis Kontak Alergi
1.1 Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis kontak yang terjadi karena
adanya proses alergi, yang hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat
peka (Hipersensitivitas) (Sularsito, 2007). Dermatitis ini merupakan manifestasi
dari reaksi hipersensitifitas tipe IV yang disebabkan oleh sensitisasi alergen.
Biasanya terdapat fase laten atau fase sensitisasi. Perkembangan kontak alergi
ditunjang melalui kelainan kulityang telah ada, yang mana mempermudah
penetrasi alergen, misalnya iritan toksik degeneratif. Dermatitis kontak alergik
dibagi menjadi:
a. Dermatitis kontak alergi akut
Kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah kontak dengan alergen, timbul
peradangan eksudatif akut, dengan stadium eritema, stadium eksudativa (edema,
vesikel, bula, erosi, dan krusta) dan stadium remisi (squama, sisa-sisa kemerahan)
(Rassner, 1995).
b. Dermatitis kontak alergi subakut
Menunjukan gejala-gejala eksudatifakut (eritem, edema, kadang-kadang
vesikel) dan juga sudah terdapat tanda-tanda gejala kronik (papula, vesikel,
proliferasi seluler dan pembentukan infiltrat) (Rassner, 1995)
c. Dermatitis kontak alergi kronik
Setelah dermatitis berlangsung lama, lambat laun terjadi remisi dari
peradangan kulit akut eksudativa dan cenderung ke peradangan kronik. Terjadi
eritema, likenifikasi, kronisitas (Rassner, 1995).
2. Dermatitis Kontak Iritan
2.1 Definisis
Dermatitis kontak iritan adalah suatu dermatitis kontak yang disebabkan
oleh bahan-bahan yang bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
(Sularsito, 2007). Dermatitis kontak iritan dibedakan menjadi:
a. Dermatitis kontak iritan akut
Dermatitis kontak iritan akut adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi
segera setelah kontak dengan bahan –bahan iritan yang bersifat toksik kuat,
misalnya asam sulfat pekat (Rassner, 1995). Gejala pada dermatitis kontak iritan
akut seperti kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa
eritema, edema, bula, dan dapat ditemukannekrosis. Pinggir kelainan kulit
berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris.Biasanya terjadi karena kecelakaan,
dan reaksi segera timbul (Djuanda,2010).
b. Dermatitis kontak iritan kronis (Kumulatif)
Dermatitis kontak iritan kronis adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi
karena sering kontak dengan bahan-bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya
sabun deterjen, larutan antiseptik (Sularsito, 2007). Dalam hal ini, dengan
beberapa kali kontak bahan tadi ditimbun dalam kulit cukup tinggi dapat
menimbulkan iritasi dan terjadilah peradangan kulit yang secara klinis umumnya
berupa radang kronik. (Djuanda, 2007).
Gejala dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) merupakan gejala klasik
berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit menjadi tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya
kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci
yang mengalami kontak terus menerus dengan detergen. Keluhan penderita
umumnya rasa gatal atau nyeri karena keluhan kulit retak (fisur). Ada kalanya
kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan
oleh penderita (Djuanda, 2010).
2.2 Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya
larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor
lain. Faktor yang dimaksud yaitulama kontak, kekerapan (terus menerus atau
berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula
gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga ikut berpengaruhpada dermatitis kontak iritan,
misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah
teriritasi),ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih),jenis kelamin (insidensi
dermatitis kontak iritanlebih banyak pada wanita),penyakit kulityang pernah atau
sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya
dermatitis atopik (Djuanda, 2010).
2.3 Penatalaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul. Secara umum adalah menghindari faktor
penyebab (alergen), atau hindari kontak secara langsung dengan bahan yang
menjadi alergen tersebut seperti menggunakan sarung tangan.
a. Terapi topical
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan
disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies (Sukandar dkk,
2013). Menurut penelitian Prabowo dkk (2017) kortikosteroid topikal merupakan
obat yang paling sering digunakan untuk kasus dermatitis kontak alergi.
Antiinflamasi golongan kortikosteroid topikal merupakan terapi utama pada
sebagian besar dermatosis peradangan. Kortikosteroid juga mempunyai indikasi
penggunaan yang sangat luas, seperti untuk antiinflamasi, anti alergi, antipruritus
dan vasokontriksi (Oktaviani dkk, 2016). Bentuk sediaan salep lebih baik dipilih
karena lebih baik dalam mengoklusi epidermis sehingga dapat meningkatkan
absorpsi perkutan dari kortikosteroid dibandingkan sediaan krim dengan kekuatan
yang sama (Sukandar dkk, 2013).
b. Terapi sistemik
Untuk mengurangi rasa gatal dan peradangan yang moderate dapat
diberikan antihistamin (Kariosentono, 2008).
BAB III
DIALOG
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari pasien pada kasus diatas kemungkinan pasien
mengalami dermatitis kontak, sehingga dapat diberikan obat Hidrokortison 1%
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan dan Gentamicin salep untuk mencegah
infeksi dari luka terbuka di tangan pasien. Dari pemberian swamedikasi ini
diharapkan gejala yang dialami pasien dapat berkurang.
4.2 Saran
Jika 7 hari setelah pengobatan gejala belum berkurang, segera periksakan ke
dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Cahill J, Williams J, Matheson M, Palmer AM, Brugess JA, Dharmage SC, et.al.
2012. Occupational Contact Dermatitis: A rivew of 18 years of data from
an occupational dermatology clinic in Australia.
Djuanda, Suria. 2007. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Kariosentono, Harijono. 2008. Dermatitis dalam bahan kuliah Ilmu Penyakit
Kulit Kelamin. Surakarta.
Oktaviani Fani, Mukaddas Alwiyah, dan Faustine Ingrid. 2016. Profil Penggunaan
Obat Pasien Penyakit Kulit di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU