PENDAHULUAN
1
dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan terhadap piston karena
termasukkelompok minyak tidak mengering, mampu mengeliminasi efek rumah
kaca dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan minyak diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap rendah dan
angka cetana antara 57-62, terbakar sempurna dan tidak beracun. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perancangan reaktor pada
skala pilot plant dan sebagai pengembangan teknologi transesterifikasi
menghasilkan metil ester sebagai bahan bakar alternatif.(Said et al., 2010)
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
Nama Indo Nama Inggris Nama Latin Kg-/ha/thn
5
Genus : Jatropha
Spesies : jatropha curcas L
Minyak jarak pagar adalah cairan yang berwarna kuning, mempunyai bau
khas, tidak berasa dan tidak akan keruh meski disimpan dalam jangka waktu lama.
Cara untuk mendapatkan minyak jarak pagar bisa menggunakan proses
pengepresan dan juga menggunkan proses ekstraksi menggunakan larutan tertentu
Minyak jarak pagar mempunyai struktur kimia berupa trigliserida dangan rantai
lemak lurus, dengan atau tanpa rantai karbon tak jenuh, mirip dengan CPO.
Tabel 2.2 Parameter Sifat Kimia dan Fisika Minyak Jarak Pagar (Izza, 2011)
Parameter Minyak Jarak Pagar
-3
Densitas pada 15°C (g cm ) 0.920
Viskositas pada 30°C (cSt) 52
Titik nyala (°C) 240
Bilangan netralisasi (mg KOH g-1) 0.92
Gambar 2.1 Struktur Kimia Minyak Jarak pagar (Purnomo and Surakarta, 2006)
6
mempunyai nilai setana yang lebih besar dari pada minyak diesel. Akan tetapi
minyak jarak mempunyai kekentalan yang lebih tinggi dari pada minyak diesel.
Kekentalan minyak jarak adalah 16 – 18 atom permolekul kemudian minyak
diesel hanya 8 – 10 atom per molekul. Oleh kerena itu, supaya minyak jarak dapat
digunakan untuk bahan bakar maka diperlukan proses transesterifikasi.
Tabel 2.3 Spefisifikasi antara minyak jarak dengan minyak diesel (Purnomo and
Surakarta, 2006)
Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak Pagar (Moch. Setyadi, Mashudi,
2003)
7
8
2.3 Biodisel
9
1. Standar Mutu Biodisel
Biodiesel yang memiliki kualitas sesuai dengan standar mutu indonesia
(SNI) yang telah ditetapkan. Berikut ini mutu biodiesel mengacu pada: Standar
Mutu Indonesia (SNI) No.04-7182-2012 , tentang biodiesel.
Tabel 2.5 Spesifikasi biodiesel Standar Nasional Indonesia (Suryanto, Suprapto
and Mahfud, 2015)
2. Keunggulan Biodisel
Dibanding bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
a. Biodiesel diproduksi dari bahan yang dapat diperbaharui.
b. Biodiesel mempunyi nilai cetane yang tinggi dan bebas sulfur.
c. Ramah lingkungan karena tidak ada emisi SOx .
d. Menurunkan keausan ruang piston karena sifat pelumasan bahan bakar yang
bagus (kemampuan untuk melumasi mesin dan sistem bahan bakar).
e. Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.
Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar yang relatif
tinggi.
f. Meningkatkan nilai produk pertanian.
g. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa
diproduksi di pedesaan.
h. Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan fluktuasi
harga.
10
i. Biodegradable : jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme
dibandingkan minyak mineral. Pencemaran akibat tumpahnya biodiesel
pada tanah dan air bisa teratasi secara alami.(Izza, 2011)
3. Kekurangan Biodisel
Menurut (Devita, 2015) biodisel juga memiliki kekurangan yaitu Minyak
nabati mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan bakar
diesel fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang bakar
motor diesel. Atomisasi yang kurang baik akan menurunkan daya (tenaga) mesin
dan pembakaran mesin menjadi tidak sempurna. Karena itu, viskositas minyak
nabati perlu diturunkan melalui proses transesterfikasi metil ester nabati atau
FAME. Proses ini menghasilkan bahan bakar yang sesuai dengan sifat dan
kinerja diesel fosil. Selain itu, metanol yang digunakan juga masih
menggunakan metanol impor.(Devita, 2015)
Penggunaan minyak nabati secara langsung atau tanpa melalui proses telebih
dahulu sebagai bahan bakar diesel banyak menimbulkan masalah seperti
penyumbatan penyaringan bahan bakar, pembentukan endapan, kontaminasi
minyak pelumas dan penyumbatan injektor. Oleh karena itu sudah banyak kreasi
pembuatan minyak nabati, agar minyak nabati sesuai dengan sifat dan kinerja dari
minyak bakar diesel fosil. Beberapa teknologi yang digunakan untuk mengubah
minyak nabati menjadi biodiesel,(Esmaeili and Foroutan, 2017)
A. Proses Esterifikasi
Perbeda dengan reaksi transesterifikasi antara trigliserida (TG) dan
metanol. Walaupun keduanya menghasilkan ester akan tetapi, reaksi ini
berjalan secara berantai untuk memotong ketiga gugus karboksil pada rantai
TG. Masing-masing tahapnya hanya menghasilkan satu mol FFA dan parsial
gliserida (digliserida dan monogliserida). Reaksi esterifikasi dari asam lemak
11
menjadi metil ester adalah :
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
Asam lemak Metanol Metil Este Air Masalah yang timbul pada proses
pengolahan minyak jarak pagar (CJCO) dengan kandungan free fatty acid
(FFA) yang tinggi adalah FFA tidak dapat terkonversi menjadi metil ester asam
lemak (FAME) dengan katalis basa karena pembentukan garam asam lemak
(sabun). Adanya sabun dapat mencegah pemisahan antara lapisan metil ester
dan gliserol. Untuk mengatasi masalah ini, metode alternatif yang digunakan
adalah dengan menggunakan katalis asam yang dapat mengubah FFA menjadi
metil ester. Ketika reaksi esterifikasi berhenti akan menghasilkan produk
samping yaitu terbentuknya air. Oleh karena itu dilakukan dua langkah proses
dalam mengkonversi CJCO menjadi metil ester yaitu proses esterifikasi dengan
katalis asam dan transesterifikasi dengan katalis basa (Esmaeili and Foroutan,
2017). Tujuan dari tahap esterifikasi adalah untuk mengurangi jumlah free fatty
acid (FFA) atau bilangan asam dari minyak jarak pagar (CJCO). Faktor yang
penting yang mempengaruhi bilangan asam pada proses transesterifikasi adalah
perbandingan molar rasio alkohol dengan minyak, perbandingan molar rasio
katalis asam dan minyak, suhu reaksi, dan waktu reaksi. Untuk mendapatkan
konversi FFA menjadi metil ester yang maksimal pada beberapa minyak nabati
dapat dilakukan dengan suhu reaksi 50°C, waktu reaksi 1 jam, dan
perbandingan molar rasio katalis asam (H2SO4) dengan minyak adalah 1 %
w/w(Esmaeili and Foroutan, 2017).Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi
esterifikasi antara lain :
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat
semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika
kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu
reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi, sehingga mempercepat reaksi dan reaksi
12
terjadi sempurna. Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga
konstanta kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat
penting mengingat larutan minyak katalis metanol merupakan larutan yang
immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu
reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi
semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya
menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat
campuran pereaksi.
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik
maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi
makin besar.(Esmaeili and Foroutan, 2017)
B. Proses Transesterifikasi
Proses transesterifikasi pada minyak tanaman adalah proses reaksi
trigliserida dengan alkohol menghasilkan 3 molekul ester dan 1 molekul
gliserol. Transesterifikasi minyak tanaman menjadi ester merupakan proses
yang biasa digunakan dalam proses pengolahan biodiesel. Reaksi ini terjadi
dengan perantara katalisator berupa natrium hidroksida atau kalium hidroksida,
juga bisa berlangsung pada suasana asam Reaksi transesterifikasi trigliserida
menjadi metil ester adalah :
CH2COOR1 CH3COOR1 CH2 – OH
catalys
CHCOOR2 + 3 CH3OH NaOh CH3COOR2 + CH - 0H
13
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa
adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan
dengan lambat Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Beberapa
kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui
transesterifikasi adalah sebagai berikut: (Moch. Setyadi, Mashudi, 2003)
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan
asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan
yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan
katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar
dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan
karbondioksida
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi
adalah 3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil
ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1
dapat menghasilkan konversi 98%. Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang
diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam
konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-
89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6 : 1 karena dapat
memberikan konversi yang maksimum.
c. Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol.
d. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi
bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer
untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium
14
hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida
(KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
(metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang
maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis
yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium
metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk kalium hidroksida.
e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak
nabati refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang
telah dihilangkan getahnya dan disaring.
f. Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C
(titik didih methanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi
yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.(Moch.
Setyadi, Mashudi, 2003)
C. Pencucian Biodiesel
Biodiesel setelah melalui proses transesterifikasi harus dicuci untuk
menghilangkan sisa alkohol, gliserin, katalis, sabun dan kotoran lainnya ada
tiga cara untuk pencucian biodiesel, yaitu mix washing, bubble washing, dan
mist washing. Pencucian dengan air dimaksudkan untuk melarutkan katalis ke
dalam air.Katalis lebih mudah larut di dalam air dibandingkan dengan ester.
Penggunaan air yang normal adalah dengan perbandingan volume 1:1 disertai
dengan pengadukan atau bisa menggunakan aerator
15
menggu- nakan perlakuan pendahuluan penetralan atau per- lakuan pendahuluan
esterifikasi dengan katalis asam. Karena proses ini membutuhkan waktu lama
maka sering ditemui kesulitan dalam rancang ba- ngun mesin produksi biodiesel
dengan sistem kontinu. Proses pengolahan biodiesel umumnya menggunakan
pengadukan secara mekanis pada sistem batch dan menggunakan pengadukan
sistem orifice pada proses yang kontinu. (Susilo, 2007)
16
ultrasonik yang melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan medium
amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan
partikel medium membentuk rapatan (strain) dan tegangan (stress). Proses
kontinyu yang menyebabkan terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium
disebabkan oleh getaran partikel secara periodik selama gelombang ultrasonik
melaluinya.(Esmaeili and Foroutan, 2017)
17
sel tanaman, homogenisasi dan juga untuk proses-proses percepatan reaksi kimia
(Esmaeili and Foroutan, 2017)
Gambar 2.2 Skema Piranti Ultrasonik Sistem Tanduk Getar (Izza, 2011)
18
III METODE PENELITIAN
Ultrasonik
Ultrasonic cleaner (tombol on/off dan timer, tidak menghasilkan panas tidak
ada tombol temperature/tidak menghasilkan panas). Merek Delta 318H
Keterangan Gambar:
D
A.Ultrasonik
E
B.Reaktor (labu leher 2)
B
C.Motor Pengaduk
F D.Pengaduk
E.Kondensor
F.Statif
50 Hz
19
F
3.4.1 Variabel :
1. Analisa bahan
Mengukur kadar Free fatty acid (FFA) pada minyak biji jarak,
Menganalisa densitas minyak dan methanol dengan menggunakan
piknometer.Dilakukan perhitungan volume minyak, methanol, dan katalis
yang digunakan.
2. Persiapan katalis
Katalis NaOH yang telah di timbang sesuai dengan variable katalis yang
digunakan (0,25% ; 0,5% ; 0,75% ; 1% massa dari massa minyak jarak).
Katalis yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan dalam methanol dan
diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer, dengan perbandingan
minyak dan methanol dengan ratio 1 : 5 dan 1 : 12.
3. Proses transesterifikasi
Minyak biji jarak sebanyak 25 ml dan katalis NaOH yang telah dilarutkan
dengan methanol, dimasukkan ke dalam labu leher dua dengan alas
bulat.Reaksi transeterifikasi dilakukan dalam alat ultrasonic.Kondisi
operasi sesuai dengan variable penelitian.
4. Pemisahan dan pencucian
Hasil dari proses transesterifikasi dimasukkan ke dalam corong pisah
selama 30 menit, pada lapisan bawah (gliserol) akan dikeluarkan
20
kemudian lapisan atas tetap pada corong pisah kemudian ditambahkan
aquades sebanyak 10 ml dari minyak biji jarak kemudian didiamkan
selama 30 menit, lapisan bawah (gliserol) di keluarkan (dilakukan
sebanyak 4 kali) untuk mendapatkan biodiesel murni.
5. Pemanasan
Biodiesel yang dihasilkan kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu
110ᴼC selama 1 jam.
6. Analisa produk
Untuk analisa produk digunakan Gas Chromatography (GC).
22
3.7 Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Bulan
1 Preparasi bahan
2 Esterifikasi (H2SO4)
3 Transerierfikasi (NaOH)
4 Uji produk
5 Draft makalah
6 Laporan kemajuan
7 Publikasi/jurnal
8 Laporan lengkap
Daftar Pustaka
23
Devita, L. (2015) ‘Biodiesel sebagai bioenergi alternatif dan prospeftif’, 9.
Said, M. et al. (2010) ‘Studi Kinetika Reaksi Pada Metanolisis Minyak Jarak
Pagar’, 17(1), pp. 15–22.
24