KELOMPOK 4, 5, & 6
NAMA KELOMPOK : VERONIKA ENJELINA SIBURIAN ( 5192550003 )
SAIPRANANDA ( 5193550036 )
KELAS : C
KATA PENGANTAR
3. TUJUAN
1. Memberikan informasi mengenai proses pembentukan semen
2. Memenuhi tugas dosen
3. Mengetahui jenis-jenis semen yang ada di Indonesia
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2. Batu Silika
Materil ini merupakan sumber silika Oksida (SiO 2) dan
Aluminium Oksida (Al2O3). Material ini ditambang di Bukit
Ngalau. Penambangannya dilakukan tanpa bahan peledak tetapi
diruntuhkan dengan excavator dan dibawa ke crusher dengan
wheel loader atau dump truck dan kebutuhannya sekitar 10% dari
kebutuhan bahan mentah.
3. Tanah liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa
Alumina Silikat Hidrat. Tanah liat merupakan sumber Aluminium
Oksida dan Iron Oksida. Ditambang dengan excavator dan
ditranportasikan ke pabrik dengan dump truck dan kebutuhannya
adalah sekitar 9-10% dari total bahan mentah.
4. Pasir Besi
Pasir besi mempunyai oksida utama berupa Fe 2O3 (Oksida
Besi), yang kebutuhannya hanyalah 1-2% dari bahan mentah. PT.
Semen Padang tidak menambang pasir besi melainkan membeli dari
PT. Aneka Tambang Cilacap.
2. Batu bara
Di dalam pembuatan semen, batu bara digunakan sebagai
bahan bakar pada kiln mill, baik pada pemanasan awal (preheater)
maupun pada proses kiln itu sendiri. Batu bara yang digunakan
diperoleh dari kabupaten Sawah Lunto, SUMBAR.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
yaitu crusher sehingga berbentuk serbuk.
3. Lalu serbuk dari batu kapur masuk pada proportioning equipment I, di sini terjadi
penambahan tanah liat dengan serbuk kapur, disinilah terjadi pencampuran pertama
dengan cara alat ini berputar terus sampai tercampur rata. Setelah tercampur serbuk
kapur dengan tanah liat maka pada proportion equipmen II terjadi pencampuran
dengan pasir besi, dengan cara yang sama dengan proportioning equipment I.
4. Setelah tercampur rata maka bahan mentah masuk ke grinding mill, untuk digiling
kembali, karena pada proses pencampuran kemungkinan masih ada beberapa
material kasar pada tanah liat ataupun pada pasir besi, sebelum masuk pada pre
heater tower.
5. Bahan kemudian dipanaskan di preheater tower. Di sini terjadi proses pemanasan
awal pada sample, agar sample tidak terkejut apabila terjadi pemanasan langsung
dengan suhu 1450oC. Pada preheater ada tiga siklon, siklon pertama untuk
memanaska dari suhu normal ke suhu 200 oC, pada siklon kedua pemanasan dari
suhu 200oC ke suhu 700oC, pada siklon ketiga terjadi penguraian kalsium karbonat
menjadi senyawa-senyawa penyusunnya pada suhu 700oC suhu konstan. Keluaran
pre heater disebut slurry.
6. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400°C, bahan
bereaksi antara oksida-oksida yang terdapat dalam material yang membentuk
senyawa hidrolisis yaitu C4AF (Tetrakalsium aluminoferit), C3A (Trikalsium
aluminat), C2S (Dikalsium silikat) pada suhu 1450°C membentuk clinker.
7. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
8. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-
bola baja yang disebut cement mill sehingga menjadi serbuk semen yang halus dan
juga terjadi penaambahan gypsum yang hanya 3-5% dari bahan utama.
9. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip
tangki minyak pertamina)
10. Dari silo ini semen dipak dan dijual ke konsumen.
Indocement mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus 1975. Dalam
kurun waktu 39 tahun, Indocement telah menjadi salah satu produsen semen terbesar di
Indonesia.
4.2.8 Penggilingan Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya pula
penggilangan clinker dengan gypsum adalah ball mill.
a. Gypsum
Gypsum adalah bahan tambahan dalam pembuatan semen, dan merupakan bahan
yang akan dicampur dengan clinker pada penggilingan akhir gypsum yang dapat
digunakan adalah gypsum alami dan gypsum sintetic. Gypsum alami yang digunakan
berasal dari negara Mesir, Australia dan Thailand sedangkan gypsum sintetic berasal dari
Gresik. Gypsum yang di datangkan dari tempat lain disimpan di stock pile gypsum yang
berkapasitas 20.000 ton, kemudian dengan menggunakan dump truck, gypsum tersebut
dikirim ke dalam bin gypsum untuk siap diumpankan ke dalam penggilingan akhir dan
dicampur dengan clinker.
b. Clinker
Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu
ditransfer dari clincer silo menuju clinker bin. Dengan menggunakan bin maka jumlah
clinker yang akan digiling dapat diatur dengan baik. Sebelum masuk ke dalam alat
penggilingan akhir, clinker terlebih dahulu mengalami penggilingan awal dalam alat
vertical roller mill.
5. Gypsum
Gysum merupakan bahan baku yang baik untuk dipenuhi yang rata-rata
penggunaannya adalah 3- 4% pada tiap produksi. Gypsum adalah material bubuk untuk
memperlambat proses pengerasan pada semen. Dengan senyawa material kimiawi CaSO4
2H2O. PT. Lafarge Cement Indonesia juga membeli material ini dari Thailand.
6. Pozzolan
Pozzolan ini digunakan untuk bahan penambahan produksi semen, tapi PT. Lafarge
Cement Indonesia tetap dipersiapkan untuk kebutuhan produksi. Pozzolan terdiri dari
senyawa silika dan alumina, yang tidak memiliki sifat mengikat seperti semen akan tetapi
memiliki kekuatan yang keras setelah diproses menjadi semen. Pozzolan ini juga dibeli
dari luar pabrik di Krung Raya Banda Aceh, dikarenakan sekitar pabrik tidak terdapat
material ini. Pozzolan ini biasanya digunakan sebanyak 15-20% pada semen curah yang
dipesan, penambahan ini menghasilkan beberapa pangaruh pada sifat-sifat beton yaitu :
a. Kontruksi beton yang menumbuhkan panas hidrasi, misalnya bendungan.
b. Kontruksi beton didalam laut yang tahan terhadap sulfat.
c. Bangunan yang memerlukan kedap yang tinggi, seperti bangunan sanitasi yang
bersih.
d. Pekerjaan plasteran yang membutuhkan sifat pengerjaan adukan.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sifat kuat tekan akhir beton semen produk
PCC atau semen curah yang bahan additif dengan dicampur pozzolan akan menyamai
dari produk OPC.
3.1 Hasil
Dari hasil diskusi yang telah dilakukan Proses pembuatan semen terdiri empat
proses yaitu, proses kering, proses basah, proses semi kering, proses semi basah.
3.2. Diskusi
a. Tanah liat yang diambil langsung dari alam, campukan dengan air dan diaduk
hingga menjadi bubur dalam bak cuci yang terbuat dari beton.
b. Selama pengadukan, semua kotoran seperti akar tumbuhan, pasir dan kerikil
dipisahkan.
c. Lumpur Tanah liat yang bersih dipindahkan bejana, dengan cara di pompa sembari
jumlah kadar airnya di kurangi.
d. Batu kapur dari alam di tumbuk halus hingga dapat menembus saringan 90 micron.
Penggilingan dimulai dari penggilingan kasar yang menggunakan Jaw Crusher, hingga
penggilingan halus yang menggunakan Roll Crusher. Kemudian dicampurkan air hingga
menjadi lumpur batu kapur.
Proses pembakaran, setelah lumpur tanah liat dan lumpur kapur jadi. Masukkan kedalam
silo atau tungku bakar yang memiliki ukuran 150 M. tungku ini memiliki ruang-ruang
sebagai berikut:
Klinker yang panas, kemudian dimasukkan keruangan pendingin dengan suhu biasa agar
klinker cepat dingin. Keluar dari ruang pendingin biasanya suhu klinker ± 30 oC
kemudian agar cukup dingin.
Penggilingan klinker biasanya merupakan siklus yang tertutup (Close circuit). Hasil
gilingan diayak 170 mesh (90 micron), yang masih kasar masuk kembali ke ball mill dan
semen bubuk dapat dipasarkan.
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama dengan proses basah, namun
umpan tanur yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter. Filter cake
dengan kadar 15 – 25% digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas yang digunakan
pada proses ini cukup besar sekitar 1000 – 1200 Kcal/Kg klinker. Proses ini jarang
digunakan karena biaya produksinya yang terlalu besar dan kurang menguntungkan.
Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi antara proses
basah dan kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang bernama
granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau nodule dengan
kandungan air 10 – 12% dan ukurannya 10 -12 mm seragam. Proses ini menggunakan
tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar
1000 Kcal/Kg klinker.
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan kering dan
halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas sebagai media
pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang
berkadar air 0,5 – 1% dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln
yang dibutuhkan yaitu 900 – 700 Kcal/Kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar
berupa butiran hitam yang disebut terak / klinker. Kemudian terak / klinker tersebut
digiling di finish mill dengan menambahkan gipsum pada perbandingan tertentu untuk
membentuk semen. Proses kering ini menawarkan banyak keuntungan yaitu: tanur putar
yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih besar, konsumsi panas yang
digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar rendah, sehingga menjadikan
proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam proses pembuatan semennya.
.
BAB V
KESIMPULAN
4.1. KESIMPULAN
1. Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis, artinya
jika di campur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan
lain menjadi satu kesatuan masa yang dapat memadat dan mengeras.
2. Proses pembuatan semen terdiri empat proses yaitu, proses kering, proses
basah, proses semi kering, proses semi basah.
3. Pabrik-pabrik semen di Indonesia yaitu PT.Semen Padang, PT.Indocement
Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda), PT.Holcim Indonesia.