Anda di halaman 1dari 2

Analisis

Pada refleks patela dilakukan 3 perlakuan, yaitu duduk dengan kaki


menggantung, duduk dengan kaki menggantung dan mengerjakan soal hitungan, dan
duduk menggantung dengan melakukan aktivitas otot lain seperti menyatukan kedua
tangan. Dari ketiga perlakuan ini, duduk dengan kaki menggantung menunjukkan refleks
seperti tendangan dengan jelas. Sedangkan duduk menggantung dengan menghitung
atau melakukan aktivitas otot lain menimbulkan gerakan menendang yang lemah.

Pada refleks Achilles, subyek diberi perlakuan berupa duduk berlutut di kursi
dengan kedua kaki belakang diangkat ke atas. Saat bagian tendon achilles dipukul,
subyek memberi respon berupa kedua kaki bergerak ke arah atas.

Pada refleks kornea, diberi perlakuan berupa mendekatkan ujung kapas yang
sudah dikerucutkan secara perlahan. Pada pengamatan ini ditunjukkan refleks berupa
kedipan secara cepat.

Pada pengamatan refleks fotopupil, dilakukan pengukuran diameter awal pupil,


ditemukan hasil sebesar 6 mm. Kemudian dilakukan perlakuan berupa penyinaran
dengan menggunakan senter ponsel pada mata yang tertutup selama 2 menit. Setelah
perlakuan, mata dibuka dan diukur diameter pupil. Pada pengematan setelah perlakuan
ditemukan hasil 4 mm. Kemudian diamati perubahan secara perlahan dan ditunjukkan
bahwa pupil kembali ke ukuran semula.

Pada pengamatan refleks akomodasi pupil, diameter pupil pada saat melihat
benda pada jarak 6 meter adalah sebesar 6 mm. Kemudian saat benda didekatkan
diameter pupil berubah menjadi 5 mm.

Pada refleks konvergensi mata difokuskan untuk melihat obyek pada jarak jauh.
Pada perlakuan tersebut, bola mata terlihat berada ditengah. Kemudian saat obyek
didekatkan perlahan bola mata bergerak mendekat ke arah hidung.

Pada pengamatan refleks menelan, subyek menelan salivanya secara terus


menerus selama 20 detik. Pada perlakuan ini subyek dapat menelan sebanyak 19 kali
dan merasa kesulitan menelan pada 4 telanan terakhir. Kemudian subyek menelan air
dengan takaran yang sudah di tentukan. Pada perlakuan ini subyek dapat menelan
dengan mudah.

Pada pengamatan refleks salivari dilakukan perlakuan berupa tidak menelan


saliva selama dua menit. Setelah 2 menit, saliva di masukkan ke dalam gelas piala kecil.
Dengan perlakuan tersebut, terkumpul saliva dengan volume 5ml dan pH 8. Kemudian
lidah diberi perlakuan dengan meneteskan 2-3 tetes sari jeruk. Setelah perlkauan
ditemukan pH lidah sebesar 3. Kemudian saliva dikumpulkan kembali dalam mulut
selama 2 menit dan dimasukkan ke dalam gelas piala kecil. Dari pengumpulan tersebut
didapat saliva dengan volume 15 ml dan pH 7 (normal).
Pembahasan

Refleks patella merupakan refleks pada sistem saraf berupa kontraksi otot di
bawah patella. Pada pengamatan refleks patella diberi 3 perlakuan berbeda. Perlakuan
pertama subyek duduk dengan kaki menggantung bebas, perlakuan kedua duduk
dengan kaki menggantung bebas dan melakukan perhitungan angka 3 digit, yang ketiga
duduk dengan kaki menggantung bebas dan melakukan gerakan otot lain seperti
menyatukan tangan. Dari ketiga perlakuan tersebut, menunjukkan adanya respon
berupa tendangan kaki. Ketika tendon dipukul menggunakan palu karet, otot paha
depan akan berkontraksi dan menimbulkan refleks menendang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Soewolo (2005) bahwa pada ketiga perlakuan menghasilkan refleks yang
sama, yaitu melakukan gerakan seperti menendang. Refleks patella tidak membutuhkan
keterlibatan otak. Menurut Sherwood (2001), refleks pada lutut (patella) merupakan
refleks sumsum tulang belakang bila saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang
belakang.

Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai