Anda di halaman 1dari 19

Tugas Besar Drainase

Perencanaan Dimensi Drainase Jalan Raya

Disusun Oleh:
Krismayang Madani (4116010016)
Rizal Maulana Rizqy (4116010007)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D4 PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata
kuliah Drainase Jalan Raya, dengan judul “Perencanaan Dimensi Drainase Jalan Raya”.
Makalah ini berisi laporan data yang sudah ada serta perhitungan dimensi dari drainase
yang akan direncanakan. Data ini berupa data curah hujan dan data dari lapangan (kontur
tanah).

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini, yaitu kepada :

1. Tuhan YME yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
2. Orang tua kami atas dukungan moril, spiritual, dan material.
3. Bapak Mursid , ST, M.Eng , selaku dosen pengajar yang telah memberikan materi
dan arahannya.
4. Rekan kelompok yang telah bekerja sama dengan baik.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, kami menyadari bahwa makalah
yang kami buat masih sangat jauh dari kesempurnaan. Dengan rasa hormat kami mohon
petunjuk, saran, dan kritik terhadap makalah Drainase kami, sehingga ke depannya
diharapkan ada perbaikan terhadap makalah ini serta dapat menambah pengetahuan bagi
kami.

Depok, 5 Juli 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ……….2

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………… ……….4


1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………………… ……….4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………. ……….4

Bab 2 Pembahasan

2.1 Drainase Jalan Raya………………………………………………………………… ……….5

2.2 Perencanaa Dimensi Drainase Jalan Raya…………………………………………... ………7

2.2.1 Identifikasi Pola Umum Drainase…………………………………………….. ………7

2.2.2 Perhitungan Beban Drainase Permukaan……………………………………... ………7

Daftar Tabel

Tabel 1 Peritungan Curah Hujan Wilayah……………………………………………………….8

Tabel 2 Perhitungan Metode Normal……………………………………………………………10

Tabel 3 Perhitungan Metode Log Normal………………………………………………………10

Tabel 4 Perhitungan nilai to……………………………………………………………………..13

Tabel 5 Catchmen Area………………………………………………………………………….13

Tabel 6 Perhitungan to ………………………………………………………………………….14

Tabel 7 Perhitungan tc…………………………………………………………………………..15

Tabel 8 Perhitungan luas………………………………………………………………………..16

Tabel 9 Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan……………………………………………..16

Tabel 10 Hasil Perhitungan Debit Rencana…………………………………………………….16

Tabel 11 Rekapitulasi Dimensi Saluran Drainase………………………………………………19

Grafik kurva IDFC……………………………………………………………………………...12

Kesimpulan……………………………………………………………………………………..19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Drainase adalah usaha pengeringan suatu wilayah / daerah yang ada airnya dipermukaan, baik air
hujan maupun air tersebut keluar dari dalam tanah dengan cara alami atau buatan. Tujuan dari
dibuat nya saluran drainase adalah yaitu agar Mencegah genangan air hujan yang dapat
mengganggu transportasi, menjaga kadar air tanah pondasi jalan berumur panjang, mencegah
berkurangnya kekuatan bahan-bahan penutup, mengurangi berubah-ubahnya volume tanah dasar,
mencegah erosi tanah, mencegah kelonsoran lereng, dan menambah keindahan kota. Oleh karena
itu, ketika seseorang merencanakan pembangunan jalan, perlu juga direncanakan drainasenya.
Perencanaan ini meliputi dimensi yang akan dibuat.

Daerah Tanjung Perak yang terletak di Kota Srabaya, Kota Surabaya termasuk salah satu
kota yang ramai oleh penduduk, maka perlu adanya saluran drainase yang baik. Drainase adalah
bagian terpenting dari suatu bagian jalan. Mengingat pentingnya perananan Kota Surabaya bagi
kelancaran saluran, maka kelayakan saluran seperti drainase yang terdapat di kota Surabaya
harus benar-benar diperhatikan. Tetapi dalam proses pembuatan drainase diperlukan beberapa
analisis, salah satunya adalah analisis hidrologi. Disini pemakalah akan membahas hal hal yang
berkaitan tentang perencanaan saluran drainase.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan intensitas curah hujan?

2. Apa saja yang perlu dicari datanya untuk bisa menghitung debit rencana?

3. Bagaimana cara menghitung dimensi saluran drainase?

1.3 Tujuan

1. Menghitung dimensi melintang drainase jalan raya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Drainase Jalan Raya (umum)

Drainase adalah usaha pengeringan suatu wilayah / daerah yang ada airnya dipermukaan,
baik air hujan maupun air tersebut keluar dari dalam tanah dengan cara alami atau buatan.
Drainase jalan raya dibuat bertujuan untuk membuat system pengaliran dan pengeringan
secepatnya dari daerah jalan ke daerah yang lebih rendah dengan memmperhatikan kontur
dan kondisi lingkungan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut:

1). Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai
penampung, pembagi, dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.

2). Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan
faktor keamanan.

3). Perencanaan drainase harus dipertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis
terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.

Sarana drainase jalan permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Saluran:

◦ a. Saluran samping (side ditch)

◦ b. Saluran pembuangan

2. Gorong-gorong (culvert)

3. Saluran Alam (sungai yang memotong jalan)

Dimensi saluran drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan (Qs), yaitu
harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana (Qr) yang timbul akibat hujan pada
daerah aliran dengan melalui proses perhitungan, sehingga diperoleh Qs > Qr. Proses
perhitungan hujan rencana sampai debit rencana ini adalah analisis hidrologi.

5
Penampang saluran terbuka, pada drainase muka tanah/permukaan, umumnya berbentuk
penampang segitiga, empat persegi panjang, trapesium dan setengah lingkaran. Dalam
jenisnya, masing masing bentuk drainase mempunyai efektifitasnya sendiri.

1. Bentuk trapezium

Saluran drainase bentuk trapezium pada umumnya saluran dari tanah, tapi dimungkinkan
juga bentuk ini dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan berfungsi
untuk pengaliran air hujan. Saluran ini cocok untuk daerah dengan tingkat kependudukan
yang masih jarang.

2. Bentuk persegi panjang

Saluran drainase berbentuk persegi panjang tidak banyak membutuhkan ruang, sebagai
konsekuensinya pada bentuk ini harus dipakai pasangan ataupun beton.

3. Bentuk Lingkaran, Parabola dan Bulat Telor

Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan dan
pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan bahan
endapan/limbah.

4. Bentuk tersusun

Saluran bentuk tersusun dapat berupa tanah maupun dari pasangan, tampang saluran yang
bawah berfungsi mengairkan air rumah tangga pada kondisi tidak ada hujan, apabila terjadi
hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran bagian atas. Tampang saluran ini
membutuhkan ruang yang cukup dan dapat digunakan untuk saluran air hujan, saluran air
rumah rangga atapun saluran irigasi.

6
2.2 Perencanaan Dimensi Drainase Jalan Raya

Perhitungan dimensi saluran tepi jalan berdasarkan “Tata Cara Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan, SNI 03-3424- 1994”.

Komponen perencanaan drainase jalan raya:

2.2.1 Identifikasi Pola Umum Drainase

• Membuat potongan memanjang kontur tanah dan jalan


• Menentukan arah aliran air dan kemiringan saluran
• Menentukan titik pembuangan/outfall
• Merencanakan gorong-gorong

2.2.2 Perhitungan Beban Drainase Permukaan


1. Pengumpulan data hidrologi
2. Analisis hidrologi, meliputi:
• Perhitungan curah hujan wilayah
• Perhitungan curah hujan rencana
• Penyusunan kurva intensitas – durasi hujan (IDFC)
• Penentuan daerah layanan / catchment area
• Perhitungan waktu konsentrasi
• Perhitungan debit rencana

7
Analisis Hidrologi

1. Perhitungan curah hujan wilayah

Table 1 - Perhitungan curah hujan wilayah

1. Perhitungan curah hujan rencana (analisa frekuensi)

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return period) adalah waktu hipotetik dimana hujan
dengan besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Namun tidak berarti bahwa kejadian
tersebut akan berulang terjadi secara teratur menurut periode ulangnya. Untuk analisis
frekuensi diperlukan seri data hujan dari stasiun penakar hujan. Analisis ini didasarkan pada
sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di
masa yang akan datang. Dengan asumsi bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang
masih sama dengan sifat statistik kejadian di masa lalu.

Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa


(ekstrim). Besaran peristiwa ekstrim tersebut berbanding terbalik dengan frekuensi
kejadiannya. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan

8
distribusi kemungkinan. Data-data hidrologi yang dianalisa diasumsikan tidak bergantung
(independent), terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.

Macam seri data yang digunakan dalam analisis frekuensi yaitu:

 Seri Data Maksimum Tahunan (maximum annual series)

Tiap tahun hanya diambil satu besaran maksimum.

 Seri data parsial

Data seri yang ada diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil, kemudian
diambil data-data terbesar dari seri data tersebut.

Ada kemungkinan dalam satu tahun terdapat lebih dari satu data yang diambil (tahun
dengan data-data yang besar), atau dalam satu tahun tidak satupun data yang diambil
(tahun dengan data-data yang kecil). Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh
tergantung pada kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar
penyimpangan yang dapat terjadi.

Dalam menghitung/menganalisis frekuensi curah hujan, dapat digunakan dengan 3


metode, diantaranya:

a. Metode Normal
Rumusnya yaitu:
Xt = Xa + K T⋅Sx

Xt = Curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun

Xa = Curah hujan rata – rata dari suatu catchment area

KT = Reduce Variate Gauss

Sx = Standar Deviasi

9
Tabel 2 – Perhitungan Metode Normal

b. Metode Log Normal


Rumusnya yaitu:
Y =LogX
Yt =Ya+K T⋅Sy
X = Data curah hujan
Yt = Perkiraan nilai yang diharapkan berulang setiap t tahun
Ya = Nilai rata – rata dari suatu catchment area
KT = Reduce Variate Gauss
Sx = Standar Deviasi

Tabel 3 – Perhitungan Metode Log Normal

c. Metode Gumbel
Rumusnya yaitu:
Yt−Yn
Xt =Xa+ ⋅Sx
Sn

10
Xt = Curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun
Xa = Curah hujan rata – rata dari suatu catchment area
Yt = Reduce Variate
Yn = Reduce Mean
Sn = Reduce Standart Deviation
Sx = Standar Deviasi

Tabel 4 – Perhitungan Metode Gumbel


2. Penyusunan kurva intensitas-durasi hujan (IDFC)

3. Penentuan Catchment Area

11
4. Perhitungan waktu konsentrasi

Definisi: waktu yang dibutuhkan oleh butiran air untuk bergerak dari titik terjauh
pada daerah pengaliran sampai ke titik yang ditinjau.

Pada daerah terbangun, waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang diperlukan oleh air
yang mengalir pada permukaan tanah menuju saluran terdekat (overland time of flow =
to) dan waktu air mengalir pada saluran kesuatu tempat yang ditinjau (td), sehingga

tc = to + td/ts

Besarnya to dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a. Kekasaran permukaan tanah

b. Kemiringan tanah

c. Ukuran luas daerah aliran dan jarak dari street inlet

d. Adanya lekukan pada tanah

e. Banyaknya bangunan yang mempengaruhi jumlah air yang meresap.

Sebagai pendekatan harga to dapat dihitung dengan persamaan berikut:

12
3,26 (1,1−c ) √ Lo L
to=3 td =
√ So 60 . V

Keterangan:

to: waktu limpasan (menit), dimana Lo < 300 m

Lo: panjang limpasan (m)

So: kemiringan medan limpasan (%)

c: angka pengaliran

L : panjang saluran (m)

V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)

 Menghitung nilai ts

Panjang per segmen = 0,2 km

Tabel 5 – Perhitungan Catchment Area

 Menghitung nilai to

13
Tabel 6 – Perhitungan to

 Menghitung nilai tc

Tabel 7 – Perhitungan tc

5. Menghitung debit rencana

Metode yang paling sering digunakan untuk mengestimasi debit di suatu daerah aliran
sungai dimana tidak ada data pengamatan debitnya adalah Metode Rasional Jepang.
Dalam hal ini besarnya debit tersebut merupakan fungsi dari luas catchment area,
intensitas hujan, keadaan pemukaan tanah yang dinyatakan dalam koefisien limpasan dan

14
kemiringan sungai (Joesron Loebis,1992). Debit banjir dirumuskan secara generik
sebagai berikut:

Q = C. I . A

3,6

Dimana:

Qp = debit puncak (m3 /det)

C = koefisien limpasan

I = Intensitas hujan dengan durasi sama dengan waktu konsentrasi banjir (mm/jam)

A = luas catchment area (km2 )

Nilai koefisien pengaliran dan luas dari suatu area:

Tabel 8 – Perhitungan luas

Hasil perhitungan intensitas curah hujan:

Tabel 9 - Hasil perhitungan intensitas curah hujan

15
Hasil perhitungan debit rencana dalam suatu periode tertentu:

Tabel 10 - Hasil perhitungan debit rencana

6. Rencana Dimensi Saluran Drainase Jalan Raya

Beberapa factor yang dijadikan dasar untuk merencanakan dimensi saluran, yaitu:

 Penentuan bahan saluran, sehingga sehingga mengetahui batasan kecepatan dan


kemiringan
 Perhitungan dimulai dengan penentuan dimensi h=2b
 Dimensi saluran mengambil acuan dari debit air limpasan terbesar Q = 0,923 m3/s
 Saluran menggunakan pasangan beton dengan kondisi cukup. (n=0,012)
 Kecepatan aliran diambil dari bahan saluran yang akan digunakan. (menggunakan
beton, v=1,5 m/s)
 Kemiringan saluran samping diambil rata- rata. Yaitu s= 1,5%
 Freeboard (jagaan) = √ 0.5 h

Penampang berbentuk persegi panjang dengan asumsi h=2b

Q=A.V

Q
A=
V

0,923
A= = 0,615 m2
1,5

h=2b, A=b.h = b. 2b

A=3b

0,615 = 3b

b=0,205 m; h= 2(0,205)

16
= 0,410 m

Tinggi jagaan = √ 0,5 x 0,410

= 0,289 m

 Cek debit

fs b.h 0,615 x 0,410


R= = = = 0.209
ps b+2. h 0,205+2 x 0,410

1 2 m
V= . R3. √ S=3,573
n s

Q=A.V

=(0,205x0,410)3,573

= 2,199 m3/s

Q saluran = 2,199 m3/s > Q limpasan = 0,923 m3/s

7. Rencana dimensi saluran gorong-gorong

Pada perencanaan jalan raya sepanjang 1,5 km dibuat 2 gorong-gorong pada Sta 1+300
dan Sta 2+800 karena Sta tersebut merupakan elevasi terendah. Sehingga perlu dibuat
gorong-gorong untuk dialirkan ke sungai dengan melewati bawah badan jalan. Beberapa
ketentuan yang dibuat perencana yaitu:

 Jenis gorong gorong yang digunakan adalah RCP (Reinforcement circle precast)
yang dipesan langsung dari pabrik
 Utuk gorong-gorong di Sta 1+300 Debit yang digunakan adalah debit dari area A
dan B. Yaitu Q= 1,433 m3/s
 Utuk gorong-gorong di Sta 2+800 Debit yang digunakan adalah debit dari area C
dan D. Yaitu Q= 0,592 m3/s
 Saluran menggunakan pasangan beton dengan kondisi buruk, (n)= 0,013
 Kemiringan saluran gorong-gorong direncanakan 1%

17
 Freeboard (jagaan) untuk gorong-gorong adalah 20% dari ketinggian aliran, dibuat
besar agar aliran langsung mengalirkan aliran limpasan dan gorong-gorong
memiliki ruang yang lebih sebagai antisipasi dari limbah yang melintas. H=0,8d

Qlimpasan 1= 1,433 m3/s

Qlimpasan 2= 0,592 m3/s

Digunakan gorong-gorong dengan diameter (d)=2 m atau 200 cm dan n=0,013

H=0,8d= 0,8x2=1,6 m

S=1%(perencanaan awal)

−1 h−0,5 d
θ = cos
0.5 d

−1 1,6−0,5.2
θ = cos = 53,13o
0,5.2

π . d2 θ
¿+ ( h−0,5 d ) 2tanθ
A= 1-(
4 180

3.14 .2 2 53,13
¿+ ( 2−0,5.2 ) 2 tan 53,13=5,51m 2
A= 1-(
4 180

θ
P=π .d (1- ¿
180

53,13
P= 3,14.2 (1- ¿= 4,42 m
180

A
R=
P

3,74
= = 0,85 m
4,42

0,8 A 1,667
Qg = . s.
n √ P0,667

18
0,8 5,511,667 3
Qg = . 0.001. 0,667 = 12,42 m /s
0,013 √ 4,42

Qg>Qlimpasan 1 = 12,42m3/s>1,433m3/s (OK!)

Qg>Qlimpasan 2 = 12,42m3/s>0,592m3/s (OK!)

KESIMPULAN

Pada perencanaan saluran drainase jalan raya , jalan arteri yang kami tinjau di Tanjung Perak
Surabaya didapatkan dimensi saluran samping dengan lebar = 0,785 m dan tinggi = 0,626 m
serta dimensi gorong-gorong 1 dengan diameter 1,5 m dan dimensi gorong – gorong 2
dengan diameter 1 m. Hasil tersebut didapat dari beberapa langkah yang kami telah jabarkan
diatas mulai dari analisis hidrologi dan perhitungan dimensi saluran.

Tabel 11 - Rekapitulasi Dimensi Saluran Drainase

19

Anda mungkin juga menyukai