Makalah Luka Bakar
Makalah Luka Bakar
OLEH:
PO713201181043
II.A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa, karena
berkat dan rahmatNYA, kami dapat menyelesaikan Makalah kini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah adalah LUKA BAKAR. Dalam
penyusunannya, kami mendapatkan berbagai halangan dan rintangan. Namun,
berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama Dosen pembimbing, maka halangan
dan rintangan itu bisa kami atasi dan akhirnya tugas mengenai makalah ini dapat
kami selesaikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka
secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh
dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu,
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal
ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar
95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka
dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-
rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar
yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka
bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar
tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Luka Bakar?
2. Bagaimana etiologi dari Luka Bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari Luka Bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari Luka Bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Luka Bakar?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari Luka Bakar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Luka Bakar
2. Untuk mengetahui etiologi dari Luka Bakar
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Luka Bakar
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Luka Bakar
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar
6. Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari Luka Bakar
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Luka Bakar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu
rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn)
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
(Wim De Jong, 2004)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis).Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema),
pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai
adanya lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra
violet (sunburn) termasuk dalam luka bakar derajat 1.
2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka
bakar yaitu :
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
F. Penatalaksanaan Luka Bakar
1. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari
untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran
api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop),
jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam.
Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah
untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan
kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau
benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami
luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar.
Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara
luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya
diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis\
2. Hospital
a. Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya
terlebih dahulu.
1) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi,
maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung
dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.
2) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.
Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
3) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan
sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang
lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
b. Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan
cairan pada penderita luka bakar yaitu :
1) Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3.2000cc glukosa 5%
2) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
3) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
4) Monitor urine dan CVP.
5) Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
Tulle
Silver sulfa diazin tebal.
Tutup kassa tebal.
Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
c. Obat – obatan
1) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
2) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai kultur.
3) Analgetik : kuat (morfin, petidine)
4) Antasida : kalau perlu
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk
sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar.
Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.
G. Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai
stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada
aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya
luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering;
merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan
atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal.
Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi
luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi
(jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
2. Diagnosa Keperawat
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan
perdarahan.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respons inflamasi.
e. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
f. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas
dengan edema.
g. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
h. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
i. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
j. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis
situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan
nyeri.
k. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.
3. Rencana Intervensi
a. Resiko tinggi Defisit volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal, contoh luka, peningkatan
kebutuhan : status hipermetabolik, ketidak cukupan pemasukan,
perdarahan.
Tujuan : Defisit volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
5. Indikasi resiko
Kolaborasi memerlukan evaluasi cepat
6. Tempatkan infus pada area dan intervensi
yang tidak terbakar
7. Membantu untuk
mencegah infeksi luka dan
mencegah luka kering yang
dapat menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan,
pembentukan edema, manipulasi jaringan kerja, contoh debridement
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
1). Pasien melaporkan rasa nyeri dalam batas yang dapat di toleransi
2). Wajah tenang dan rileks
3). Mengekspresikan kemampuan peningkatan jumlah jam tidur.
Intervensi Rasional
7. Menurunkan terjadinya
distres fisik dan emosi
sehubungan dengan
penggantian balutan dan
debridemen.
7. Lakukan penggantian
8. Meningkatkan relaksasi
balutan dan debredemen. menburunkan tegangan
otot dan kelelahan umum
Kolaborasi :
2. Pertahankan jumlah
2. Pedoman tepat untuk
kalori ketat. Timbang
pemasukan kalori tepat.
tiap hari, kaji ulang
Sesuai penyembuhan
persen area permukaan
luka , presentasi area luka
tubuh terbuka/luka tiap
bakar dievaluasi untuk
minggu
menghitung bentuk diet
yang diberikan dan
penilain yang teapat
4. Kalori/protein diperlukan
4. Dorong pasien untuk
untuk mempertahankan
memandang diet
berta badan, kebutuhan
sebagai pengobatan
memenuhi metabolik dan
dan untuk membuat
meningktakan
pilhan
penyembuhan.
makanan/mainuman
yang tinggi
protein/kalori
6. Mulut/palatum bersih
Pascaoperasi 3.
3. Pertahankan penutupan luka
sesuai indikasi, contoh : a. Kain nilon/membran silikon
a. balutan biosintetik mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupasnya
secara spontan kulit
repitelisasi. Berguna untuk
bebas jaringan parut luka
bakar ketebalan parsial
menunggu autograft karena
dapat menetap ditempatnya 2-
3 minggu atau lebih lama dan
permeabel sampai agen
antimikrobial topikal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap
kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu
luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore:
Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.
Jakarta: EGC