Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH LUKA BAKAR

OLEH:

PUTRI AMALIA FEBRIANI

PO713201181043

II.A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Hyang Maha Esa, karena
berkat dan rahmatNYA, kami dapat menyelesaikan Makalah kini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah adalah LUKA BAKAR. Dalam
penyusunannya, kami mendapatkan berbagai halangan dan rintangan. Namun,
berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama Dosen pembimbing, maka halangan
dan rintangan itu bisa kami atasi dan akhirnya tugas mengenai makalah ini dapat
kami selesaikan.

Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi kriteria penilaian dalam


perkuliahan karena makalah ini sangat berhubungan dengan profesi kami dibidang
kesehatan. Untuk itu, makalah ini disusun untuk dipelajari demi tuntutan
pendidikan.

Makassar, 21 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka
secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh
dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu,
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal
ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar
95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka
dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-
rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar
yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka
bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar
tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Luka Bakar?
2. Bagaimana etiologi dari Luka Bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari Luka Bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari Luka Bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Luka Bakar?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari Luka Bakar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Luka Bakar
2. Untuk mengetahui etiologi dari Luka Bakar
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Luka Bakar
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Luka Bakar
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar
6. Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari Luka Bakar
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Luka Bakar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu
rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn)

B. Etiologi Luka Bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas,
dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api
dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat,
2005).
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat, 2005).

C. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke


tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada
epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
(Wim De Jong, 2004)

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke


otak dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran
darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan.
Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh.
Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan
darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai
menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine
(diuresis). (Black & Hawk, 2009)

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh


kedalaman luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada
dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita
sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim De Jong, 2004)
Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera
terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas
(misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body
surface area-TBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan
sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka
bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang
diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black &
Hawk, 2009)
D. Manifestasi Klinik Luka Bakar
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar:
1. Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)

Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis).Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema),
pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai
adanya lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra
violet (sunburn) termasuk dalam luka bakar derajat 1.
2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)

Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di


bawahnya (dermis).Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
a. Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn), jika
luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan
gejalanya berupa kemerahan(eritema), tampak ada lepuhan (blister),
yaitu gelembung yang berisi cairan, dan disertai rasa nyeri.
b. Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn),jika luka
bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan
gejalanya berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister),
tetapi kadang-kadang tidak disertairasa nyeri jika ujung saraf sudah
rusak.
3. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)

Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis,


dermis dan jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar
yang tampak putih pucat atau justru tampak hangus, dan kadang-kadang
disertai jaringan nekrotik yang keras berwarna hitam, tetapi tanpa
disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak. Tidak tampak ada
lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3, kapiler darah, folikel rambut
dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya luka bakar derajat 3
dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang sangat berat
dapat mengenai otot dan tulang.

E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka
bakar yaitu :
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
F. Penatalaksanaan Luka Bakar
1. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari
untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran
api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop),
jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam.
Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah
untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan
kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau
benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami
luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar.
Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara
luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya
diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis\
2. Hospital
a. Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya
terlebih dahulu.
1) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi,
maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung
dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.
2) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.
Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
3) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan
sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang
lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
b. Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan
cairan pada penderita luka bakar yaitu :
1) Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
 3.2000cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam


pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari
kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan
diuresis.

2) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
3) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
4) Monitor urine dan CVP.
5) Topikal dan tutup luka
 Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
 Tulle
 Silver sulfa diazin tebal.
 Tutup kassa tebal.
 Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
c. Obat – obatan
1) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
2) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai kultur.
3) Analgetik : kuat (morfin, petidine)
4) Antasida : kalau perlu
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk
sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar.
Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.
G. Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai
stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada
aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya
luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
 Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
 Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering;
merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan
atau lingkar nasal.
 Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal.
Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
 Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi
luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi
(jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).

j. Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
2. Diagnosa Keperawat
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia.
Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan
perdarahan.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respons inflamasi.
e. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
f. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas
dengan edema.
g. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
h. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
i. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
j. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis
situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan
nyeri.
k. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.
3. Rencana Intervensi
a. Resiko tinggi Defisit volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal, contoh luka, peningkatan
kebutuhan : status hipermetabolik, ketidak cukupan pemasukan,
perdarahan.
Tujuan : Defisit volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :

1). Haluaran urine individu adekuat


2). Tanda vital stabil
3). Membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, cvp, 1. Memberikan pedoman untuk
perhatikan pengisian kapiler menggantikan cairan dan
dan kekuatan nadi. mengkaji respon kardiovaskular

2. Awasi haluaran urine dan 2. Secara umum, penggantian


observasi warna urine cairan harus difiltrasi untuk
meyakinkanrata-rata haluaran
urine. Urine dapat tampak hitam
kemerahan, pada kerusakan otot
massif sehubungan dengan
adanya darah dan mioglobin.
3. Perkirakan drainage luka
dan kehilangan yang tak
tampak 3. Peningkatan permeabilitas
kapiler, perpindahan protein,
proses inflamasi, dan kehilangan
evaporasi besar dapat
4. Pertahankan pencatatan mempengaruhi volume sirkulasi
kumulatif Jumlah dan tipe dan haluaran urine.
pemasukan cairan
4. Penggantian masip/cepat
dengan tipe cairan berbedadan
fluktuasi kecepatan pemberian
5. Obeservasi distensi memerlukan tabulasi ketat untuk
abdomen, hematemesis, mencegah ketidak seimbangan
faeces hitam dan kelebihan cairan.

5. Stress (curling ulkus) terjadi


Kolaborasi pada setengah dari semua pasien
6. Pasang/pertahankan luka bakar berat.
kateter urine tak menetap

7. Pasang/pertahankan 6. Memungkinkan observasi


kateter IV ketat fungsi ginjal dan mencegah
urine statis.
8. Awasi pemeriksaan
laboratorium 7. Memungkinkan infus cairan
cepat
9. Berikan obat sesuai
indikasi : Tambahkan 8. Mengidentifikasi kehilangan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat : kerusakan perlindungan kulit, jaringan traumatic, pertahanan
sekunder tidak adekuat, penurunan HB, penekanan proses inflamasi.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :

1). Area luka bakar mulai pulih secara adekuat


2). Suhu tubuh normal
3). Nilai-nilai laboratorium dalam batas normal
4). Jaringan sekitarnya bersih, kering dan utuh.
Intervensi Rasional
1. Tekankan pentingnya 1. Mencegah kontaminasi
teknik mencuci tangan silang dan menurunkan resiko
sebelum dan sesudah kontak infeksi
dengan pasien

2. Gunakan teknik septic 2. Mencegah pasien terpajan


antiseptik ketat selama pada organisme penyebab
perawatan luka berlangsung infeksi

3. Awasi/batasi pengunjung 3. Mencegah kontaminasi


silang dari pengunjung.
4. Periksa area yang terbakar
secara rutin 4. Infeksi oportunistik terjadi
sehubungan dengan depresi
sistem imun atau proliferasi
flora normal tubuh selama
5. Awasi tanda vital terapi antibiotik sistemik.

5. Indikasi resiko
Kolaborasi memerlukan evaluasi cepat
6. Tempatkan infus pada area dan intervensi
yang tidak terbakar

6. Menurunkan resiko infeksi


7. Berikan agen topical pada sisi insersi dan
sesuai indikasi kemungkinan mengarah
septikimia.

7. Membantu untuk
mencegah infeksi luka dan
mencegah luka kering yang
dapat menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan,
pembentukan edema, manipulasi jaringan kerja, contoh debridement
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :

1). Pasien melaporkan rasa nyeri dalam batas yang dapat di toleransi
2). Wajah tenang dan rileks
3). Mengekspresikan kemampuan peningkatan jumlah jam tidur.

Intervensi Rasional

1. Tutup luka sesegera 1. Suhu berubah dan gerakan


mungkin kecualai udara dapat menyebabkan
perawatan luka bakar nyeri hebat pamajanan
metode pemajanan pada pada ujung saraf.
udara terbuka.

2. Tinggikan ekstermiatas 2. Peninggian mungkin


luka bakar secra periodik diperlukan pada awal
untuk menurunkan
pembentukan edema, setal
perubahan posisi dan
peninggian menurunkan
ketidaknyamanan serta
resiko kontraktur sendi.
3. Peninggian linen dari luka
membantu menurunkan
nyeri
3. Berikan tempat tidur
4. Gerakan dan latihan dapat
ayunan sesuai indikasi
menurunkan kekakuan
sendi dan kelelahan otot.
4. Ubah posisi dengan sering
Latihan tergantung pada
dan rentang gerak pasif
lokasi dan luas cedera
dan aktif sesuai indikasi

5. Pengaturan suhu dapat


hilang karena luka bakar
mayor sumber panas
ekstermitas perlu untuk
5. Pertahankan suhu mencegah menggigil
lingkungan nyaman,
berikan lampu 6. Nyeri hampir selalu ada
pengahangat, penutup pada beberapa derajat
tubuh hangat beratnya keterlibatan
jaringan/kerusakan tetapi
6. Kaji keluhan nyerim, biasanya paling berat
perhatiakan lokal/karakter selama ganti balutan dan
danintesitas skala 1-10 debridemen.

7. Menurunkan terjadinya
distres fisik dan emosi
sehubungan dengan
penggantian balutan dan
debridemen.
7. Lakukan penggantian
8. Meningkatkan relaksasi
balutan dan debredemen. menburunkan tegangan
otot dan kelelahan umum

8. Berikan tindakan 9. Memfokuskan kembali


kenyamanan dasar contoh perhatian, meningkatkan
pijatan pada area yang tak relaksai dan meningktakan
sakit perubahan posisi rasa kontorl yang dapat
dengan sering menurunka
9. Dorong penggunaan ketergantungan
teknih manejemen stres, farmakologis
contoh relaksasi progresif,
napas dalam, bimbingan 10. Membantu mengurangi
imajinasi, dan visualisasi. konsentrasi nyeri yang
dialami dan memfokuskan
kembali perhatian

10. Berikan aktivitas 11. Kekurangan tidur dapat


terapeutik tepat untuk meningkatkan persepso
usia/kondisi nyeri/kemampuan koping
menurun

11. Tingkatkan periode tidur


tanpa gangguan 12. Metode IV sering
digunakan pada awal
untuk memasimalkan efek
obat.

Kolaborasi :

12. Berikan analgesik sesuai


indikasi

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan status hipermetabolik, katabolisme protein
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Berat badan stabil/massa otot terukur
2) Keseimbangan nitrogen positif
3) Pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus. 1. Ileus sering berhubungan
Perhatikan dengan periode pasca luka
hipoaktif/tidak ada bakar tetapi biasanya
bunyi dalam 36-48 am diamana
makanan oral dapat
dimulai

2. Pertahankan jumlah
2. Pedoman tepat untuk
kalori ketat. Timbang
pemasukan kalori tepat.
tiap hari, kaji ulang
Sesuai penyembuhan
persen area permukaan
luka , presentasi area luka
tubuh terbuka/luka tiap
bakar dievaluasi untuk
minggu
menghitung bentuk diet
yang diberikan dan
penilain yang teapat

3. Berikan makan dan dibuat

makanan kecil sedikit 3. Membantu mencegah

tapi sering distensi


gaster/ketidaknyaman dan
Makan meningkatkan pemasukan

4. Kalori/protein diperlukan
4. Dorong pasien untuk
untuk mempertahankan
memandang diet
berta badan, kebutuhan
sebagai pengobatan
memenuhi metabolik dan
dan untuk membuat
meningktakan
pilhan
penyembuhan.
makanan/mainuman
yang tinggi
protein/kalori

5. Duduk dapat membantu

5. Dorong pasien untuk mencegah aspirasindan

duduk saat membantu pencernaan


makanan yang baik

6. Mulut/palatum bersih

6. Berikan kebersihan oral meningkatkan rasa dan

sebelum makan membantu nafsu makan


yang baik
7. Berguna dalam membuat
Kolaborasi
kebutuhan nutrisi
7. Rujuk ke ahli diet/tim
individu.
dukungan nutrisi
8. Kalori (3000-5000/hari).
8. Berikan diet tinggi
Protein dan vitamin yang
kalori/protein dengan
dibutuhkan untuk
tambahan vitamin
memenuhi peningktan
kebutuhan metabolik,
mempertahankan berat
badan dan mendorong
regrenasi jaringan.
9. Memberi makanan
9. Pasang/pertahankan
kontinu/tambahan bila
makanan sedikit melalui
pasein tidak mampu untuk
selang
mengkonsmsi kebutuhan
enterik/tambahan bila
kalori total harian secara
perlu dibutuhkan
oral
10. Akan mempertahankan
10. Berikan hiperalimentasi
pemasukan
parenteral sesuai
nutrisi/memenuhi
indikasi
kebutuhan metabolik
pada adnya komplikasi
berat atau berlanjutnya
esofagial/gastrik yang
tidak memungkinkan
makan per enteral
11. Peningkatan kadar glukosa
11. Berikan insulin bila
serum dapat terjadi
diperlukan
sehubungan dengan
respons stres terhadap
cedera , pemsukan tinggi
kalori/protein.
12. Indikator kebutuhan
12. Awasi pemeriksaan
nutrisi dan keadekuatan
laboratorium contoh
diet/terapi
albumin serum,
kreatinin, transferin,
nitrogen urea urine
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma: kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
Tujuan :
Kriteria Hasil :

1.) Menunjukan regenerasi jaringan

2.) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar


Intervensi Rasional
Mandiri
Praoperasi
1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Memberikan informasi dasar
kedalaman luka, perhatikan tentang kebutuhan penanaman
jaringan nekrotik dan kondisi kulit dan kemungkinan
sekitar luka. petunjuk tentang sirkulasi pada
area graft.

2. Berikan perawatan luka bakar 2. Menyiapkan jaringan untuk


yang tepat dan tindakan kontrol penanaman dan menurunkan
infeksi. resiko infeksi/kegagalan graft.

Pascaoperasi 3.
3. Pertahankan penutupan luka
sesuai indikasi, contoh : a. Kain nilon/membran silikon
a. balutan biosintetik mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupasnya
secara spontan kulit
repitelisasi. Berguna untuk
bebas jaringan parut luka
bakar ketebalan parsial
menunggu autograft karena
dapat menetap ditempatnya 2-
3 minggu atau lebih lama dan
permeabel sampai agen
antimikrobial topikal.

b. Balutan hidroaktif yang


b. Balutan sintetik melekat pada kulit untuk
menutupi luka bakar ketebalan
parsial kecil dan interaksi
dengan eksudat luka untuk
membentuk jel lembut yang
membantu sisi donor.

c. Tipis, transparan, elastik, tahan


c. Op-site air balutan oklusif (permeabel
pada kelembaban dan udara)
f. Perubahan gangguan citra tubuh: penampilan, peran berhubungan
dengan krisis situasi; kejadian traumatik, peran pasien terganggu,
kecacatan, nyeri.
Tujuan :
Kriteria Hasil :

1.) Menyatakan penerimaan diri.

2.) Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan


yang terjadi

3.) Membuat tujuan realitas/rencana untuk masa depan

4.) Memasukan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri


negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji makna 1. Episode traumatik
kehilangan/perubahan pada mengakibatkan perubahan tiba-
pasien/orang terdekat. tiba, tak di antisipasi membuat
perasaan kehilangn pada
kehilangan aktual/yang
dirasakan. Ini memerlukan
dukungan dalam perbaikan
optimal.

2. Terima dan akui ekspresi 2. Penerimaan perasaan sebagai


frustasi, ketergantungan, repon normal terhadap apa
marah, kedukaan, dan yang terjadi membantu
kemarahan. Perhatikan perbaikan. Ini tidak membantu
perilaku menarik diri dan atau kemungkinan mendorong
penggunaan penyangkalan. pasien sebelum siap untuk
menerima situasi.
Penyangkalan mungkin lama
dan mungkin mekanisme
adaptif, karena psien tidak siap
mengatasi masalah pribadi.

3. Susun pembatasan prilaku 3. Pasien dan orang terdekat


meladaptif (contoh: cenderung menerima krisis ini
manipulasi/agresif). Perhatikan dengan cara yang sama dimana
perilaku tak menilai saat mereka telah mengalaminya
memberikan perawatan, dan waktu lalu. Staf menghadapi
membantu pasien untuk kesulitan dan frustasi untuk
mengidentifikasi perilaku mengatasi perilaku yang
positif yang membantu mengganggu/tidak membantu,
perbaikan. tetapi harus menyadari bahwa
perilaku biasanya ditunjukan
pada situasi yang bukan
pemberi asuhan.

4. Bersikap realitis dan positif 4. Meningkatkan kepercayaan dan


selama penobatan, pada mengadakan hubungan antara
penyuluhan kesehatan, dan pasien dan perawat
menyusun tujuan dalam
keterbatasan. 5. Meningkatkan perilaku positif
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap
kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu
luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth


editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo,
dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC,
2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore:
Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.
Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian

Anda mungkin juga menyukai