diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001.
BSN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas dan bertanggung
dalam Pasal 8 ayat (2) tugas dan tanggung jawab di bidang Standardisasi dan
75
Tentang BSN, http://www.bsn.go.id/bsn/profile.php, diakses pada tanggal 6 November
2016.
76
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian , Pasal 1 poin 4, Bab I Ketentuan Umum.
pada yang ditetapkan oleh badan dunia seperti ISO, CODEX Alimentarius,
standar nasional lainnya, serta standar regional. BSN bersama dengan komisi
teknis yang terdiri dari kementerian teknis terkait serta para pemangku
jasa/pelayanan. 78
diatur dengan PP terbaru, tapi setelah dua tahun UU disahkan belum terbit PP
terbaru tentang BSN tersebut. BSN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen
1. Visi BSN adalah terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk
77
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian , Pasal 8 ayat (3), Bab II Kelembagaan.
78
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan , “Laporan Akhir Kajian Peranan SNI Untuk Penguatan Pasar Dalam
Negeri dan Daya Saing Produk Ekspor” (Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,
2015), hlm. 12.
79
“Badan Standardisasi Nasional”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Standardisasi_Nasional, diakses pada tanggal 19 April
2016.
80
Ibid.
81
Ibid.
82
Ibid.
dan fungsi BSN di bidang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh
untuk satuan ukuran. Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi
transaksi pasar global. Dari sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global. 83
sebagai berikut : 84
1. Unsur pertama adalah proses akreditasi oleh KAN untuk menilai dan
memberikan pengakuan terhadap LPK. Hampir semua yang ditetapkan oleh
BSN merupakan adopsi pedoman ISO/IEC. Selain itu KAN juga
menggunakan rekomendasi organisasi internasional seperti IAF
(International Accreditation Forum), APLAC (Asia Pacific Laboratory
Accreditation Cooperation), PAC (Pacific Accreditation Cooperation),
maupun ILAC (International Laboratory Accreditation Cooperation). Dalam
pelaksanaan tugasnya KAN didukung oleh jasa auditor.
2. Unsur kedua adalah proses penilaian kesesuaian yang mencakup kegiatan
pengujian oleh laboratorium, inspeksi teknis, sertifikasi sistem manajemen,
sertifikasi personel dan sertifikasi produk oleh LPK yang telah diakreditasi
oleh KAN.
3. Unsur ketiga adalah proses ketertelusuran pengukuran. Suatu hasil
pengukuran selalu mengandung ketidakpastian yaitu nilai yang menyatakan
rentang di mana nilai yang benar berada. Nilai ketidak pastian dapat berasal
dari alat ukuran yang digunakan, pelaksanaan pengukuran oleh operator,
kondisi lingkungan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang dapat
diandalkan, khususnya laboratorium penguji memerlukan kalibrasi secara
periodik untuk mengetahui ketidakpastian serta mengikuti uji profisiensi
untuk dapat menjamin unjuk kerja suatu laboratorium.
83
“Badan Standardisasi Nasional”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Standardisasi_Nasional , diakses pada tanggal
12 November 2016.
84
Bambang Purwanggono, dkk., “Pengantar Standardisasi Edisi Pertama” (Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional, 2009), hlm. 44
negaranya. 85
Nasional Indonesia
sertifikasi yang ada di LSPro. Dalam melakukan proses sertifikasi tersebut, LSPro
Dari mulai proses seleksi, determinasi, review, keputusan dan atestesi. Jadi dalam
85
Febi Amanda, Op. Cit., hlm. 62.
86
“Bagaimana Proses Mendapatkan Sertifikasi SNI untuk Produk?”,
http://bsn.go.id/main/berita/berita_det/7008/Infografis---Alur-Proses-Sertifikasi-SNI-pada-Produk,
diakses pada tanggal 17 November 2016.
Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi Standar dan/atau regulasi. 87
yang ingin menerapkan SNI dipersilahkan menjadikan SNI sebagai rujukan dalam
menerapkan SNI atau standar tertentu, perlu proses penilaian kesesuaian yang
dilakukan pihak ketiga. Proses penilaian oleh pihak ketiga inilah yang disebut
sebagai lembaga sertifikasi. Secara umum ada tiga (3) klasifikasi kegiatan
Helm, SNI 3554:2015 untuk Air minum dalam kemasan, SNI 2054:2014
87
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi
dan Penilaian Kesesuaian, Pasal 1 angka 9.
88
BSN, “Pengantar Standardisasi Edisi Kedua” (Jakarta: Badan Standardisasi Nasional,
2014), hlm. 21. (selanjutnya disebut BSN Kedua).
persyaratan seperti yang tercantum dalam standar. Untuk itu yang harus
1. Pastikan jenis produk apa yang ingin disertifikasi, ingat objek utama
sertifikasinya.
2. Cek apakah Produk yang anda ingin sertifikasi sudah ada Standar nya, dalam
hal ini apakah SNI nya sudah ditetapkan. Jika SNI nya belum ada, maka
3. Setelah memastikan SNI nya, cek apakah ada Lembaga Sertifikasi Produk
yang sudah terakreditasi oleh KAN untuk SNI tersebut. Jika tidak ada LSPro
sehingga produk bisa disertifikasi. Khusus untuk SNI yang sudah diwajibkan,
1. Dokumen Administrasi
2. Dokumen Teknis
terhadap suatu standar. Tanda kesesuaian yang berlaku adalah tanda SNI dan
tanda lain yang berbasis SNI seperti tanda ekolabel, tanda pangan organik, tanda
keselamatan, tanda hemat energi, tanda lainnya yang ditetapkan oleh BSN, dan
89
Eddy Herjanto, “Pemberlakuan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektivitas dan
Berbagai Aspek Dalam Penerapannya”, Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, hlm. 130.
memenuhi persyaratan.
memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam standar, hal yang dapat
dilakukan adalah : 90
1. Permohonan sertifikasi
3. Penilaian laboratorium
90
“Proses sertifikasi Produk”, http://indonesia.go.id/?lpnk=badan-standardisasi-
nasional. diakses pada tanggal 14 Desember 2016.
17025/ISO 17025.
Pengambilan contoh uji dilaksanakan oleh personil LSPro. Contoh uji diambil
dari alur produksi dan dari gudang atau dari pasar dengan jumlah sesuai
dengan yang disyaratkan oleh LSPro atau mengikuti aturan lain yang relevan.
Sejumlah contoh uji yang diambil harus mewakili dan berlaku untuk satu tipe
produk yang disertifikasi atau lebih tergantung pada proses pembuatan dan
fungsi dari produk tersebut dan hal ini akan ditetapkan kemudian oleh LSPro
contoh uji yang diambil hanya mewakili dan berlaku untuk satu merek
17025 seperti yang ditetapkan pada butir 2 diatas dan telah memenuhi
relevan.
6. Evaluasi
7. Follow-up
ketidaksesuaian yang timbul. Penilaian ulang untuk produk sama seperti yang
8. Keputusan sertifikasi
9. Bukti kesesuaian
10. Survailen
pengambilan contoh uji, pengujian dan evaluasi. Contoh uji diambil dari
pabrik dan pasar dengan jumlah sesuai dengan yang disyaratkan oleh LSPro
awal.
sertifikasi apabila : 91
ketidaksesuaian.
91
“Badan Standardisasi Nasional”, http://indonesia.go.id/?lpnk=badan-standardisasi-
nasional, diakses pada tanggal 14 Desember 2016.
sesuai dengan standar dan spesifikasi yang sama seperti produk yang
produknya yang disertifikasi telah sesuai dengan standar dan aturan sistem
sertifikasi.
92
Ibid.
Produk Kopi
ketat, khususya pada perusahaan yang bergerak dalam industri Fast Moving
menentukan strategi bersaing. Oleh karena itu perusahaan harus selalu mencari
ide- ide kreatif serta membuat produk yang berkualitas dalam menjalankan
Salah satu kategori produk FMCG yang banyak diminati masyarakat dunia
dan khususnya di Indonesia adalah kopi. Permintaan akan kebutuhan kopi dunia
saat ini diprediksi meningkat hingga hampir 25% dalam lima tahun ke depan.
Ekspor kopi di Indonesia sendiri pada tahun ini diproyeksikan menurun, produksi
kopi terserap dengan maksimal oleh lokal, hal tersebut terjadi karena permintaan
dapat bersaing dengan kompetitor seperti Vietnam dan Brazil. Walaupun memiliki
93
Pudji Rahardjo, Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta..
(Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), hlm. 5.
sudah tua, tingginya tarif gas dan listrik, dan infrastruktur pendukung seperti jalan
aturan wajib SNI untuk kopi. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi serbuan
impor produk kopi yang mulai menguasai pasar domestik. Kopi yang tidak
memiliki SNI akan dimusnahkan dan direekspor, aturan tersebut tertuang dalam
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib yang
Permenperin SNI Kopi Instan). Salah satu tujuan penerbitan aturan tersebut untuk
atau importir kopi instan wajib menerapkan ketentuan SNI dengan memiliki SPPT
94
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan,
Op. Cit., hlm. 45.
95
“Pemerintah Terbitkan SNI untuk Kopi”,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/10284/Pemerintah-Terbitkan-SNI-untuk-Kopi,
diakses pada tanggal 12 Desember 2016.
96
Produsen kopi instan adalah : a. Perusahaan yang memproduksi kopi instan baik dalam
bentuk curah, maupun kemasan yang proses pengemasannya dilakukan sendiri atau menunjuk
perusahaan lain, yang selanjutnyadisebut pabrikan; dan/atau b) perusahaan yang hanya melakukan
kegiatan usaha pengemasan kopi instan yang selanjutnya disebut pengemas ulang. Lihat Peraturan
Dirjen Industri Agro Nomor 22/IA/PER/03/2016, bagian Lampiran I poin 2 Ketentuan Umum.
dimaksud adalah kopi dalam bentuk kemasan ritel dan bentuk curah, kopi instan
murni dan tanpa campuran bahan lain, termasuk kopi instan dekafein. Peraturan
ini tidak berlaku bagi kopi yang digunakan sebagai bahan baku atau penolong
serta kopi instan yang digunakan sebagai contoh uji penelitian. Dalam kopi instan
produksi dalam negeri yang tidak memenuhi ketentuan SNI harus ditarik dari
khususnya jenis arabika masih menjadi nomor satu di dunia. Hal itu terbukti dari
harga jual kopi arabika Jawa dan Sumatera mencapai US$100 per kilogram untuk
olahan sepanjang tahun 2013 mencapai US$243,87 juta atau turun 24,41% di
Ekspor produk kopi olahan masih di dominasi produk kopi instan, ekstrak,
esens, dan konsentrat kopi. Kondisi ekspor berbanding terbalik dengan impor kopi
olahan. Sepanjang tahun 2013, impor produk kopi olahan mencapai US$81,11
US$71,19 juta. Impor terbesar dialami oleh produk kopi instan yang disinyalir
adalah produk bermutu rendah. Berdasarkan data Kemenperin, impor kopi olahan
di lndonesia pada tahun 2013 merupakan impor dengan nilai tertinggi sejak 7
97
Kopi instan adalah produk kopi berbentuk serbuk atau granuka atau flake yang
diperoleh dari proses pemisahan biji kopi, disangrai tanpa dicampur dengan bahan lain, digiling,
diekstrak dengan air, dikeringkan dengan proses spray drying (dengan atau tanpa aglomeransi)
atau freeze drying atau fluidized bed drying atau proses lainnya menjadi produk yang mudah larut
dalam air. Lihat Permenprin 87/M-IND/PER/10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib, Pasal 1poin 1.
98
“Pemerintah Terbitkan SNI untuk Kopi”,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/10284/Pemerintah-Terbitkan-SNI-untuk-Kopi,
diakses pada tanggal 12 Desember 2016.
SNI wajib juga untuk menjaga kesehatan konsumen. Dalam penerapan SNI wajib
ini, produk kopi akan di uji dari sisi kadar air, toksin yang terdapat dalam biji
sertifikasi sebagai pengesahan dari pihak ketiga yang berkaitan dengan produk,
proses, sistem atau orang, dan sertifikasi dapat diterapkan untuk semua obyek
selanjutnya disebut SMM) yang diakui di seluruh dunia dan dapat disertifikasi
99
Ibid.
100
Bambang Purwanggono, dkk., Op. Cit., hlm. 112.
2. Sertifikasi Produk
berdasarkan pada standar ISO atau yang didasarkan pada standar FAO/WHO
Codex Alimentarius. Harmonisasi proses antara ISO dan Codex Alimentarius telah
menghasilkan ISO 22000, kombinasi antara ISO 9000 dan HACCP yang
dan karakteristik lainnya dari sebuah produk telah sesuai dengan persyaratan yang
jasa, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. Seperti
melengkapi elemen utama ISO 9001 dan HACCP dalam hal penyediaan suatu
101
Febi Amanda, Op. Cit., hlm. 78.
memastikan kondisi yang lebih baik pada lingkungan kerja dan meningkatkan
industri. 102
pembeli diluar negeri yang harus dipenuhi oleh eksportir. Beberapa negara yang
menerapkan standar sangat ketat adalah Jepang dan Amerika Serikat, jika pelaku
usaha dapat mengadopsi persyaratan standar pada negara tersebut maka akan lebih
muda untuk memasuki pasar negara lain. Dalam memenuhi persyaratan sertifikasi
tersebut, pelaku usaha berpendapat tidak sulit dan biaya yang dikeluarkan cukup
terjangkau serta jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan dokumen yaitu
satu bulan. Secara umum tidak ditemui kendala dalam memperoleh sertifikasi
namun untuk pelaku usaha menengah dirasa cukup sulit untuk memperoleh
instan Instant (coffee), SNI 01-4446-1998 kopi mix (coffee mix), SNI 01-4282-
1996 kopi celup (coffee bag), SNI 01-4314-1996 minuman kopi dalam kemasan
(coffee drinks in package), SNI 7708:2011 kopi gula krimer dalam kemasan
102
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan,
Op. Cit., hlm. 55.
Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib, maka dikeluarkan juga Peraturan
berlaku selama 4 (empat) tahun atau Sistem Sertifikasi Tipe 1 b yang terbagi atas
kopi instan produk dalam negeri, berlaku untuk setiap Di dalam bab III disebutkan
1. Pelaku usaha baik dalam negeri maupun luar negeri atau importir,
103
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan, Op. Cit., hlm. 72.
104
Lihat Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro Nomor 22/IA/PER/3/2016 tentang
Petunjuk Teknis Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kopi Instan Secara Wajib.
penerjemah tersumpah;
Industri) bagi produsen Kopi Instan dalam negeri, atau izin yang
menyampaikan :
impor.
terakreditasi KAN.
oleh laboratorium uji bagi kopi instan yang diproduksi di dalam negeri
oleh laboratorium uji yang ditugaskan oleh LSPro pada setiap lot
produksi;
ditugaskan LSPro.
Proses sertifikasi :
lebih lanjut.
c. LSPro membuat laporan hasil audit SMM atau SMKP dan mengevaluasi
hasil uji mutu produk dari Laboratorium Uji dan bila ditemukan
d. Tim evaluasi LSPro meneliti laporan audit sertifikasi SMM atau SMKP
persyaratan sertifikasi;
lebih lanjut.
b. LSPro mengevaluasi hasil uji mutu produk dari laboratorium uji dan bila
persyaratan sertifikasi;
sertifikasi.
Kopi instan adalah untuk sistem Sertifikasi Tipe 5 apabila semua persyaratan
terpenuhi adalah 41 hari kerja tidak termasuk waktu yang diperlukan untuk
pengujian. Untuk sistem Sertifikasi Tipe 1 b, waktu yang diperlukan adalah 5 hari
kerja tidak termasuk waktu yang diperlukan untuk pengujian. Penerbitan SPPT-
SNI Kopi Instan oleh LSPro wajib dilaporkan kepada Dirjen Pembinaan Industri
paling lambat 7 hari kerja, dan LSPro melakukan survailen satu kali dalam
setahun. 105
105
“Sanksi Tegas Atas Pelanggaran Regulasi SNI secara Wajib”,
http://www.batik.go.id/index.php/post/read/sanksi_tegas_atas_pelanggaran_regulasi_sni_
secara_wajib_yang_tertuang_dalam_undang_undang_no_20_tahun_2014_0, diakses pada
tanggal 16 November 2016.
proses atau jasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam suatu standar.
SNI telah dipenuhi oleh produk, proses, atau jasa yang relevan.
penilaian kesesuaian sebagai pernyataan bahwa produk, proses, sistem, orang atau
pengujian, inspeksi, sertifikasi, dan juga akreditasi LPK. Sama seperti standar,
oleh pembeli (pihak kedua), maupun pihak-pihak lain (pihak ketiga) yang bukan
langsung;
106
Bambang Purwanggono, dkk., Op. Cit., hlm. 42.
107
Ibid.
108
Ibid.
standar nasional yang mungkin berbeda dari negara ke negara, kehadiran standar
telah memberikan efek positif karena telah memberikan corak yang transparan
perlindungan kepada konsumen. 109 Hal yang dapat disimpulkan dari “segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum” melahirkan suatu benteng untuk
109
Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 angka 1.
110
Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Gramedia
Utama, 2001), hlm. 1.
persyaratan bagi pihak yang terlibat dalam transaksi perdagangan. Standar dapat
tidak langsung hal ini menandakan bahwa keduanya berkaitan erat. Perencanaan
perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang disusun dalam suatu Program
ditandai dengan adanya label SNI. Apabila suatu produk tidak berlabel SNI, maka
kita patut waspada dan meragukan kualitas dan mutu produk tersebut.
111
Robertus Maylando Siahaya. Op. Cit.,hlm. 68.
112
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 3.
113
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian, Bab III, Pasal 10, angka 3.
diwakili oleh badan, lembaga, serta instansi-instansi tertentu yang telah diberi
sebagaimana berikut :
yang dimaksud dengan Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan
standardisasi, dan sertifikasi terhadap produk obat dan bahan makanan yang
114
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 angka 13.
115
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 angka 11.
116
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 33.
1. Pelaku Usaha dan Konsumen Adalah Dua Pihak Yang Sangat Seimbang (Let
the buyer beware/caveat emptor); Asas ini berasumsi bahwa:
Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang
sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi si konsumen. Tentu saja dalam
perkembangannya, konsumen tidak mendapat akses informasi yang sama terhadap
barang atau jasa yang dikonsumsikannya. Ketidakmampuan itu bisa karena
keterbatasan pengetahuan konsumen, tetapi terlebih-lebih lagi banyak disebabkan
oleh ketidakterbukaan pelaku usaha terhadap produk yang ditawarkannya.
Menurut prinsip ini, dalam suatu hubungan jual beli keperdataan, yang wajib
berhati-hati adalah pembeli. Sekarang mulai diarahkan menuju kepada caveat
venditor (pelaku usaha yang perlu berhati-hati).
117
“Fungsi Badan POM”, http://www.pom.go.id/profile/fungsi_badan_POM.asp (diakses
pada tanggal 13 November 2016)
118
Dina W. Kariodimedjo, “Persentasi : Mata Kuliah Konsentrasi Perlindungan
Konsumen” (Yogyakarta :Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2005), hlm. 8.
masyarakat yang gemar dalam mengonsumsi kopi, juga ditunjang dengan harga
rasa yang sesuai dengan selera konsumen. Tingginya minat minum kopi
produk kopi yang paling banyak digemari oleh masyarakat, sehingga membuat
persaingan dalam industri kopi instan semakin ketat, hal tersebut di indikasikan
menimbulkan persaingan yang tidak sehat, dan tidak memperhatikan aspek K3L
kepada warga negaranya sebagai konsumen dari berbagai produk adalah negara
119
Roli Harni Yance S. Garingging dkk,. Op. Cit, hlm. 79.
dari penggunaan barang yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan pada
Pasal 8 ayat (1) a, yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak
undangan. Begitu juga produk impor yang masuk ke dalam suatu negara harus
memenuhi ketentuan tentang standar kualitas yang diinginkan dalam suatu negara.
Untuk lebih menjamin suatu produk, yang diperlukan bukan hanya sampai
pada dipenuhinya spesifikasi dan pembubuhan tanda SNI, tapi masih perlu
memenuhi spesifikasi SNI yang beredar di pasaran dalam negeri, maupun yang
Berkaitan dengan itu, maka terhadap komoditas ekspor dan impor berlaku
ketentuan: 121
1. Standar komoditas ekspor tidak boleh lebih rendah daripada SNI, yang berarti
120
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan,
Penerapan, dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia, Bab VI, Pasal 16 angka 2 dan 3.
121
Agung Putra, Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk, Balai Pengujian dan
Sertifikasi Mutu Barang (Jawa Timur: Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1995),
hlm. 10.
Konsumen
Penerapan SNI wajib untuk kopi instan hanya bertujuan untuk melindungi
beberapa pelaku usaha kopi instan, opsi penerapan SNI wajib lebih dibutuhkan
untuk menjadi filter yang dapat menyaring produk impor yang berkualitas rendah
dengan harga yang murah sehingga dapat mendorong produsen di pasar dalam
masih belum cukup peduli dengan penerapan standar pada kopi instan. Umumnya
konsumen dalam negeri lebih memilih kopi dengan harga yang lebih terjangkau
tanpa memperhatikan standar yang diterapkan pada produk tersebut. Selain itu,
kendala yang dihadapi dalam penerapan SNI wajib di dalam negeri adalah
terbatas. 122
Saat ini di Indonesia hanya ada satu laboratorium penguji yaitu Balai
Besar Industri Agro (BBIA) sehingga pelaku usaha membutuhkan waktu yang
lama untuk memperoleh sertifikasi SNI. Sementara itu, biaya sertifikasi SNI.
122
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan, Op. Cit, hlm. 44..
rupiah. 123
relatif mahal. Saat ini hanya ada satu laboratorium penguji untuk produk kopi
SNI cukup lama. Biaya sertifikasi SNI diperkirakan mencapai 18 juta rupiah, dan
bagi sebagian besar pelaku usaha, jumlah ini dianggap mahal sehingga menjadi
Namun secara umum, penerapan SNI wajib pada produk kopi instan
memiliki dampak positif seperti peningkatan daya saing terutama terhadap kopi
impor yang tidak memenuhi standar. Selain itu, dengan diwajibkannya penerapan
SNI pada kopi instan, jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam menerapkan
standar akan mengalami peningkatan sehingga dapat menjamin aspek K3L pada
123
Ibid.
124
Ibid., hlm. 46.
125
Eddy Herjanto, “Pemberlakuan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektivitas dan
Berbagai Aspek Dalam Penerapannya”, Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, hlm. 123.
baik sebagai program kebijakan instansi terkait maupun bagian terintegrasi dari
SSN, maka efektivitas SNI Wajib ini juga berdampak internal (ketersediaan
kontrak tersebut telah disyaratkan adanya sertifikasi, maka pelaku usaha wajib
melaksanakan sertifikasi karena telah disepakati dalam kontrak. Dan hal ini
mempunyai akibat hukum yang dapat dipaksakan. Artinya, jika pelaku usaha tidak
memenuhi tuntutan pelanggannya sesuai dengan isi kontrak, maka hal itu akan
menimbulkan gugatan produk. Jika hal ini terjadi maka akan berakibat fatal bagi
masa depan perusahaan yang bersangkutan karena nama baiknya sudah tercemar,
bahkan tidak jarang dimasukkan dalam daftar pengusaha nakal, sehingga akan
Nasional Indonesia.
126
Endang Sri Wahyuni,, Op. Cit., hlm. 74.
diekspor, misalnya pasar negara-negara maju, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat,
dan Jepang. Jelas negara-negara tersebut akan menuntut sertifikasi. Hal itu akan
memacu pelaku usaha yang sudah memiliki pasar di negara-negara tersebut untuk
negara-negara maju tersebut, atau bagi pelaku usaha yang ingin mengakses pasar
negara-negara tersebut harus memiliki sertifikat agar dapat masuk dan bersaing di
pasar negara-negara maju. Hal ini juga mendorong pelaku usaha di Indonesia agar
AFTA mulai berlaku pada tahun 2003. APEC mulai berlaku pada tahun 2010,
MEA di tahun 2015 dan WTO mulai berlaku pada tahun 2020. Dalam situasi
Perdagangan bersifat borderless, batas-batas negara hampir tidak ada lagi, dan
hanya 1 (satu) pasar, yaitu pasar global, di mana semua negara bebas mengakses
Pada saat itu produk yang akan mampu bersaing hanyalah produk-produk
produk-produk yang tidak memenuhi syarat standar dan tidak bersertifikat akan
127
Ibid, hlm. 75.
128
Ibid, hlm. 76.
perdagangan bebas telah dimulai. Penerapan standar dan sertifikasi harus segera
dimulai, karena hal itu akan memerlukan proses yang tidak mudah. Oleh karena
dan ISO 9001. Pemberlakuan SNI Wajib mempunyai arti bahwa semua produk
SNI. Mekanisme ini dibuktikan dengan tanda SNI dan kepemilikan sertifikat
SPPT-SNI. Ketika pelaku usaha belum memiliki SMM yang sesuai dengan yang
sosialisasi dari regulasi dan juga kejelasan dari sanksi hukum bagi yang
129
Eddy Herjanto, “Pemberlakuan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektivitas dan
Berbagai Aspek Dalam Penerapannya”, Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, hlm. 125.
Tanda SNI belum berperan sebagai selling point, tetapi lebih dominan
besar yang telah memiliki merek terkenal atau memiliki berbagai tanda sertifikasi.
harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut berbagai hal yang
membawa dampak negatif dari pemakaian barang dan/atau jasa harus dihindarkan
130
Ibid, hlm. 126.
bagi pelaku usaha dirumuskan pada Pasal 8 hingga Pasal 17. Dalam Pasal 8 ayat
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan keistimewaan atau kemajuan
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau
jasa tersebut;
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan
“halal” yang dicantumkan pada label;
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukutan, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturaan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus
dipasang/dibuat;
10. Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perturan perundang-undangan yang
berlaku.
September 2014 lalu, Pemerintah Indonesia tidak hanya akan memberikan sanksi
aturan SNI wajib dengan ancaman pidana penjara atau denda. Dalam UU
131
Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 8 ayat (1).
62 hingga 73 tertuang tentang adanya sanksi pidana bagi pihak yang melakukan
Pasal 62: Setiap orang yang memalsukan SNI atau membuat SNI palsu
diberikan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).
Pasal 63: Setiap orang yang dengan sengaja memperbanyak, memperjual
belikan, atau menyebarkan SNI tanpa persetujuan BSN diberikan pidana paling
lama 4 (empat) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,-
(empat miliar rupiah).
Pasal 64: Setiap orang yang dengan sengaja membubuhkan tanda SNI dan
/atau Tanda Kesesuaian pada Barang dan/ atau kemasan atau label di luar
ketentuan yang ditetapkan dalam sertifikat; membubuhkan nomor SNI yang
berbeda dengan nomor SNI pada sertifikatnya akan dikenakan pidana penjara
paling lama 4 (empat) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,-
(empat miliar rupiah).
Psl.65-66: Setiap orang yang tidak memiliki sertifikat atau memiliki
sertifikat tetapi habis masa berlakunya, dibekukan sementara, atau dicabut yang
dengan sengaja memperdagangkan atau mengedarkan Barang, memberikan Jasa,
dan/atau menjalankan proses atau sistem dikenakan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 35.000.000.000,- (tiga puluh
lima miliar rupiah).
Pasal 67: Setiap orang yang mengimpor barang yang dengan sengaja
memperdagangkan atau mengedar Barang yang tidak sesuai dengan SNI atau
penomoran SNI dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp. 35.000.000.000,- (tiga puluh lima miliar rupiah).
Pasal 68: Setiap orang yang tanpa hak menggunakan dan/atau
membubuhkan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian dipidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 35.000.000.000,- (tiga
puluh lima miliar rupiah).
Pasal 69: Setiap orang yang memalsukan tanda SNI dan/atau Tanda
Kesesuaian atau membuat Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian palsu dipidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).
Pasal 70: Setiap orang yang dengan sengaja: menerbitkan sertifikat
berlogo KAN; menerbitkan sertifikat kepada pemohon sertifikat yang tidak
sesuai dengan SNI; menerbitkan sertifikat di luar ruang lingkup Akreditasi
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
35.000.000.000,- (tiga puluh lima miliar rupiah).
132
Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 62-73.
sebagai usaha untuk meningkatkan daya saing nasional. Meski disisi lain kesiapan
dirumuskan tidak bisa diabaikan. Untuk itu sinergi dalam berbagai bidang antara
pemerintah dan juga masyarakat Indonesia mulai dari sosialisasi regulasi, peran
standar, serta melaporkan pelanggaran menjadi hal yang utama untuk bisa
diwujudkan. 133
Selama ini, para pelanggar regulasi SNI secara wajib hanya dikenakan
usaha sementara, pembekuan izin usaha industri, dan/atau pencabutan izin usaha
Desember 2013, Pemerintah Indonesia akan menerapkan sanksi lebih tegas bagi
133
“Sanksi Tegas Atas Pelanggaran SNI secara Wajib”,
http://www.batik.go.id/index.php/post/read/sanksi_tegas_atas_pelanggaran_regulasi_sni_secara_w
ajib_yang_tertuang_dalam_undang_undang_no_20_tahun_2014_0, diakses pada tanggal 16
November 2016.
Menurut UU ini, para pelanggar yang diancam pidana tak hanya mereka
yang dengan sengaja melakukan tindak kejahatan tersebut, tetapi juga bagi mereka
jasa industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, pedoman tata
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b, dipidana paling lama lima
tahun dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).
penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp.
industri yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara
yang diberlakukan secara wajib. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 120 dilakukan oleh korporasi, tuntutan dan penjatuhan pidana
dan/atau Jasa adalah serangkaian kegiatan yang diawali pengamatan kasat mata,
pengujian, penelitian dan survei terhadap barang atau jasa, pencantuman label,
klausula baku, cara menjual, pengiklanan, serta pelayanan purna jual barang dan
jasa beredar di pasar adalah barang atau jasa yang ditawarkan, dipromosikan,
wilayah Indonesia baik produksi dalam negeri maupun luar negeri. 134
Tanggung jawab hukum yang dikenakan bagi pelaku usaha yang berkaitan
usaha antara lain adalah memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
lama lima tahun atau denda paling banyak dua miliar rupiah. Dapat pula
134
“Dampak dan Manfaat Produk SNI Bagi Pasar”,
http://www.komunitasplazakenarimas.com/news/dampak-dan-manfaat-produk-standar-nasional-
indonesia-sni-bagi-pasar.html, diakses pada tanggal 20 November 2016.
peredaran, atau pencabutan izin usaha. Selain itu, ketentuan pasal 202, 203, 204,
205, 263, 364, 266, 382 bis, 383, 388 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
terhadap konsumen.
SNI Wajib Terhadap Barang dan jasa yang Diperdagangkan. Dalam Pasal 7
disebutkan bahwa pengawasan SNI wajib terhadap barang produksi dalam negeri
pasar dilakukan pada saat barang beredar di pasar. Pengawasan pra pasar terhadap
Pengawasan pra pasar terhadap barang impor dilakukan melalui SPB yang di
dalamnya terdapat NPB, NRP dan SPB diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Mutu Barang melalui NRP. Pengawasan mutu barang impor yang telah
Negeri c.q. Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang melalui SPB
pengawasan terhadap barang beredar di pasar yang telah diberlakukan SNI wajib
dilakukan oleh Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) dan/atau Penyidik
pemenuhan kesesuaian standar terhadap barang dan/atau jasa. Ketentuan dan tata
ketentuan dan tata cara pengawasan barang dan jasa yang beredar di pasar.
diberlakukan SNI wajib dilakukan oleh Petugas Pengawas Barang dan Jasa
pemenuhan kesesuaian standar terhadap barang dan/atau jasa. Ketentuan dan tata
ketentuan dan tata cara pengawasan barang dan jasa yang beredar di pasar.
peredaran adalah Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri atas nama Menteri
dengan batasan waktu penarikan yang disesuaikan dengan kondisi dan geografis
135
Ibid.
PENUTUP
A. Kesimpulan
TBT, dimana pada dasarnya penerapan SNI oleh pelaku usaha, namun apabila
menetapkan SNI Wajib untuk berbagai produk dan/atau jasa yang terkait hal
mengalami perubahan, dan yang terakhir peraturan yang dipakai untuk SNI
2. Prosedur pemberian SPPT-SNI untuk SNI Kopi secara wajib dilakukan oleh
berlaku dalam hal ini adalah Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro
3. Akibat hukum pemberlakuan SNI Kopi Instan secara wajib maka pelaku
usaha diharapkan mengikuti semua aturan mengenai SNI Kopi yang sudah
Penilaian Kesesuaian sudah memuat secara rinci mengenai sanksi yang akan
diterapkan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait permasalahan dalam skripsi ini, yakni:
1. Diharapkan keseriusan dari pemerintah dan para pihak yang terkait dengan
rutin dan merata ke seluruh Indonesia, agar para pelaku usaha dan konsumen
laboratorium uji yang belum tersebar merata, dan belum memiliki fasilitas
memiliki SPPT-SNI.
Nasional Indonesia sejauh ini sudah baik, akan tetapi perlu pengawasan dan
untuk produsen Kopi Instan, diharapkan kendala yang mereka hadapi untuk
produk kopi instan berlabel SNI benar-benar terjamin mutu dan kualitasnya,
sehingga memiliki daya saing dan jual di pasar domestik dan internasional,