Pembuatan Biokompos
Pembuatan Biokompos
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dengan mempelajari paper mengenai kompos ini kita akan mampu:
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan kompos, dalam hal ini
biokompos yang terbuat dari jerami.
2. Memahami pengolahan substrat dalam pembuatan kompos yang
berasal dari jerami.
3. Mengetahui mikroorganisme penghasil kompos serta reaksi yang
terjadi saat pembentukannya.
1
4. Mengetahui keunggulan biokompos dari jerami dengan kompos lain
dan pestisida kimia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menggunakan substrat Jerami yang dijelaskan oleh Drs. R. Bambang
Sukmadi, M.Si pada pelatihan manajemen produksi dan teknologi fermentasi
untuk pembuatan biokompos bagi pondok pesantren Propinsi Lampung,
sebagai berikut:
1. Bahan-bahan yang digunakan
Jerami padi (2-5 cm) 20 kg
Sekam atau rumbut kering 5 kg
Dedak halus 2 kg
Kotoran ternak 5 kg
Molases atau gula merah atau gula pasir 50 g
Inokulum mikroorganisme dekomposisi 50 ml
Air 5 liter
2. Cara membuat
1) Larutkan molases dalam air, lalu tambahkan inokulum
mikroorganisme dan diaduk-aduk hingga rata.
2) Masukan jerami kedalam wadah yang berisi larutan molases dan
inokulum dampai basah sedikit demi sedikit lalu tiriskan.
3) Campurkan jerami basah dengan sekam, dedak dan kotoran ternak
hingga merata. Tambahkan larutan No. 1 sampai kadar airnya
berkisar antara 30-40% dapat diuji dengan cara
meremas/mengenggam bahan tersebut, setelah remasan dilepas
adonan bahan tetap menyatu namun jika disentuh akan jadi
terpecah kembali.
4) Campuran kemudian digundukkan diatas lantai dengan ketinggian
20cm, kemudian tutup bagian atasnya dengan menggunakan karung
goni atau plastik.
5) Selama proses fermentasi suhunya dijaga antara 35-45oC. Jika suhu
lebih dari 500C maka tumpukan bahan kompos perlu dibolak balik
atau diaduk-aduk supaya udara masuk dan suhunya turun.
Pembalikan dapat dilakukan setiap 2 hari sekali dan selesai
4
pembalikan tumpukan bahan kompos ditutup kembali dengan
karung goni.
6) Setelah 9-12 hari, kompos ini telah jadi dan siap pakai. Bila
kompos ini akan disimpan dahulu sebelum digunakan, maka perlu
dikeringkan dahulu dengan cara diangin-anginkan di atas lantai
dalam ruangan yang teduh, setelah kering dimasukan kedalam
kantong pelastik.
Pembuatan kompos menggunakan substrat jerami seperti diatas
merupakan pembuatan kompos yang mengkombinasikan bantuan
mikroorganisme dengan pengaturan kondisi lingkungan seperti tempat
pengolahan dan suhu. Secara umum tahapan pengomposan dibagi menjadi
tiga fase. Fase pertama merupakan dekomposisi bahan organik yang mudah
terurai, menghasilkan panas yang tinggi dan berlangsung singkat. Kemudian
diikuti fase kedua yaitu penguraian bahan organik yang sulit terurai. Kedua
fase tersebut menghasilkan kompos segar. Kemudian fase ketiga berupa
pematangan kompos menjadi ikatan komplek lempung-humus yang hasilnya
berupa kompos matang. Cirinya, tidak berbau, remah, warna kehitaman,
mengandung hara dan memiliki kemampuan mengikat air.
5
bertahap. Tahap pertama, beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan
bahan organik menjadi asam lemak. Kemudian diikuti tahap kedua, dimana
kelompok mikroba lain akan mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan,
karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan dalam proses anaerobik
lebih rendah dibanding aerobik. Reaksi biokimia yang terjadi dapat dilihat
sebagai berikut:
6
1982). Pada tanah pasiran bahan organik dapat diharapkan merubah struktur
tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpalan, sehingga meningkatkan
derajat struktur dan ukuran argegat atau meningkatkan kelas struktur dari
halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan bahan organik
dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat
membentuk struktur yang baik atauh remah, dengan derajat struktur yang
sedang kuat.
Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan
air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman
meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan
mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organik
di tanah pasiran akan menigkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat
dari meningkatknya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya
pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada
peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Scholes et al.,
1994). Pada tanah berlempung dengan penambahan bahan organik akan
meningkatkan infiltrasi tanah akibat dari meningkatknya pori meso tanah dan
menurunnya pori mikro. Peran bahan organik yang lain terutama pada lahan
kering belerang, adalah dampaknya terhadap penurunan laju erosi tanah. Di
samping itu, dengan meningkatnya kapasitas infiltrasi air akan berdampak
pada aliran permukaan dapat diperkecil, sehingga erosi dapat berkurang
(Stevenson, 1982).
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain
terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah,
daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik
akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas
pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan kontribusi yang nyata
terhadap KPK tanah, sekitar 20-70% kapasitas pertukaran tanah pada
umumnya bersumber dari koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat
korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982).
Penambahan bahan organik dapat mempengaruhi nilai pH tanah. Hal ini
dapat meningkatkan atau menurunkan pH tanah tergantung tingkat
7
kematangan bahan organik yng ditambahkan dan jenis tanah. Penambahan
bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik
yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan
perununan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan
asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun
apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar
tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik
hasil dekomposisi akan meningkat Al membentuk senyawa komplek (khelat),
sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Penambahan bahan organik pada tanah
masam antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH
tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001;
Cahyana.,1996; dan Dewi,1996 dalam Atmojo,2003). Peningkatan pH tanah
juga akan terjadi apabila bahan organik yang ditambahkan telah terkomposisi
lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan
melepaskan mineralnya. Sehingga penambahan pupuk organik memberikan
manfaat yang lebih banyak daripada penggunaan pupuk peptisida kimia yang
sering kali dipergunakan orang secara berlebihan. Padahal penggunaan pupuk
pestisida menyebabkan hama menjadi resisten, penumpukan residu bahan
kimia, dan yang paling berbahaya dapat mencemari lingkungan (air dan
tanah) oleh residu bahan kimia.
2.4.2 Kekurangan
Pupuk organik jika dibandingkan dengan pupuk buatan (kimia) adalah
pupuk yang memiliki kandungan hara yang rendah. Dengan kandungan unsur
hara yang terdapat pada pupuk tersebut dalam penggunaannya maka
dibutuhkan jumlah pupuk yang banyak agar maksimal. Hal ini akan
menyulitkan transportasi dan pemberian pupuk pada lahan/tanaman sehingga
kurang ekonomis. Selain itu, biokompos juga memiliki sifat mudah terurai
habis, terutama pada daerah tropis. Lebih buruk, pupuk organik dapat menjadi
inang bagi hama dan penyakit akar tanaman.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.
3.1.1 Kompos adalah pupuk dari bahan-bahan organik yang direaksikan oleh
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik
atau anaerobik serta terbentuk secara alami. Sedangkan pembuatan
biokompos, kompos dibuat diatur agar mendapatkan pupuk organik
yang lebih baik,cepat dan memiliki kandungan unsur hara yang serupa.
3.1.3 Pembuatan kompos melalui dua cara yaitu pengomposan secara aerobik
menggunakan oksigen dan menghasilkan panas dan air, sedangkan
pengomposan anaerobik tanpa oksigen yang menghasilkan produk
berupa metana, karbondioksida, dan senyawa intermediete dengan berat
molekul rendah.
3.2 Saran.
3.2.1 Kepada Peneliti.
Untuk para peneliti, sebaiknya lebih memperhatikan faktor lingkungan
(suhu, kelembapan, penyimpanan dan lain-lain), agar pengembangan
yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal.
3.2.2 Kepada Pemerintah.
Kepada pemerintah, yang harus diperhatikan adalah harga dan kualitas,
harga yang dipatok sebaiknya dapat dijangkau oleh masyarakat
menengah ke bawah. Tetapi kualitas yang diberikan tetap bermutu.
3.2.3 Kepada Masyarakat.
9
Yang harus diperhatikan adalah bagaimana masyarakat menilai dan
memperhatikan lebih lanjut tentang pengembangan biokompos yang
dilakukan oleh pemerintah dan peneliti. Apakah telah berlangsung
secara optimal atau belum.
10