Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah
satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial di rumah sakit (Anonim, 2001). Infeksi nosocomial
merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumah
sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Indriyati, 2011). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah faktor endogen dan faktor
eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada di dalam penderita itu sendiri,
misalnya karena faktor umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksogen adalah
faktor yang berasal dari luar penderita, misalnya lama penderita dirawat di rumah
sakit dan peralatan teknis medis yang digunakan (Syahrul, 1997).
Untuk mencapai keberhasilan dalam pengatasan infeksi nosokomial, maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Salah satu upaya
pengendalian infeksi di rumah sakit dapat berupa pencegahan infeksi nosokomial
dengan metode sterilisasi (Indriyati, 2011). Sterilisasi merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (Darmadi,
2008). Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu unit
pelayanan penunjang medik di rumah sakit yang menghasilkan produk steril
(dapat berupa linen, instrument medik pakai ulang, sarung tangan, dan bahan
habis pakai). Upaya menghasilkan produk yang steril bertujuan untuk membantu
meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan mencegah dampak merugikan bagi
pasien (Anonim, 2006).
Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan segala bentuk mikroorganisme
beserta sporanya agar tidak kembali hidup kedalam materi atau sampel,alat-alat
atau linkungan tersebut. Sterilisasi merupakan proses penggunaan suhu tinggi
(diatas) 100ºC. Suhu dan waktu sterilisasi tergantung dari produk dan macam
mikroorganisme yang ada. Umumnya proses sterilisasi adalah suhu 121ºC selama
15 menit tanpa memperhatikan bahan dan jumlah yang disterilkan.
Pada suhu 121ºC dengan media air maka dibutuhkan adanya tekanan yang
lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Tekanan yang tinggi akan mempercepat
kerusakan DNA sehingga spora dapat dimatikan pada proses ini. Proses sterilisasi
umumnya untuk mematikan bakteri pembentuk spora seperti Clostridium
botulinum tipe A dan B dan Bacillus stearothermophilus, B. coagulans.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah
pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan
aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan
terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun
sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun
kimiawi. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman
patogen atau kuman patogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau
kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan
kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering,
steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan
bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten
dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Sari, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1.2.1 Apakah pengertian dari sterilisasi?
1.2.2 Bagaimanakah proses steriliasi?
1.2.3 Apa sajakah metode sterilisasi?
1.2.4 Apakah dampak dari kesalahan melakukan sterilisasi?
1.2.5 Bagaimanakah prosedur melakukan sterilisasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari sterilisasi
1.3.2 Untuk mengetahui proses sterilisasi
1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam metode sterilisasi
1.3.4 Untuk mengetahui dampak dari kesalahan dalam melakukan
stretilisasi
1.3.5 Untuk mengetahui prosedur sterilisasi

1.4 Manfaat
Pada makalah ini akan dijelaskan mengenaio pengertian sterilisasi, macam-
macam sterilisasi, dan prosedur yang benar dalam melakukan sterilisasi.
Sehingga, pembaca dapat mengetahui gambaran tentang sterilisasi dan
memperkecil resiko melakukan kesalahan dalam melakukan sterilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang
ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik
yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan
mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung
dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna,
maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan
mikrobia akan diluluhkan.
Beberapa alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung
tangan bedah dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan
jaringan atau cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril atau bebas
dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen.
Sebagian besar produk alat kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer
yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, karena itu strelisasi yang dapat
digunakan adalah sterilisasi dingin menggunakan gas etilen oksida (ETO) atau
radiasi. Sterilisasi dengan gas ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya
bersifat toksik pada manusia, meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik
pada produk, polusi terhadap lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14
hari. Dengan demikian radiasi pengion merupakan pilihan yang tepat untuk
sterilisasi dingin terhadap produk yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran
dan tissue graft.

2.2 Proses Sterilisasi


Ada banyak pilihan cara sterilisai yang berbeda, namun yang penting adalah
bagaimana menetapakan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan
aman digunakan (Yasinaron, 2016). Suatu produk dapa disterilkan melalui cara
sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptic (aseptic
processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk
steril yaitu :
2.2.1 Terminal Sterilization (sterilisasi akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Manograph (2005)
dibagi menjadi dua yaitu :
2.2.1.1 Overkill Methood
Metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas
pada 121ºC, selama 15 menit yang mampu membeikan minimal reuksi
setingkat log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki
nilai 0 minimal 1 menit. Metode overkill digunakan untuk bahan yang
tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama
karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman.
2.2.1.2 Bioburden Strilization
Metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi
jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan
tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan
metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi
kandungan bila terlalu panas terlalu tinggi seperti za organik.
(Stefanus.2006)
2.2.2 Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril
menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau
bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steri
dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan petugas
telah terkontrol sedemikian ruoa sehingga kontaminasi mirroba tetap ada
pada level yang dapat diterima (aceptablle) dam calane zone (grade A dan
B).(Stefanus. 2006).

2.3 Macam-macam sterilisasi


Sterilisasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam sebagai berikut:
2.3.1 Metode Fisika
2.3.1.1 Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
Digunakan pada benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak
menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi.
Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak,
minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly,
lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini
efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat
ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu bahan/alat harus
dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp untuk
mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering
adalah:

Suhu (ºC) Waktu (Jam)


170 1,0
160 2,0
150 2,5
140 3,0
2.3.1.2 Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi
protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya
memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur
sterilisasi biasanya 121℃, tekanan yang biasa digunakan antara 15-
17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi
tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama
1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan
yang disterilkan.
Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan
penguraian gula, degradasi vitamin dan asam-asam amino, inaktifasi
sitokinin zeatin riboside, perubahan pH yang berakibatkan
depolimerisasi agar. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan
terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah
dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi
beberapa protein esensial dari organisme tersebut.
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi
sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur
yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan
dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup
karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi. Uap jenuh
pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk
vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat
menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat
& bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu
121ºC. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media
yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 121ºC dan tekanan 15 lb/in2 (SI =
103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121ºC atau 249,8
0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan
tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan
laut (sea level) air mendidih pada suhu 100ºC, sedangkan untuk
autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan
15 psi maka air akan memdidih pada suhu 121ºC.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan
autoklaf adalah bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin,
antibiotik, dan enzim; Pelarut organik, seperti fenol; Buffer dengan
kandungan detergen.
2.3.1.3 Pemanasan dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat
yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat
injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau
intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan
dalam wadah bersegel pada suhu 100ºC selama 10 menit di dalam
pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5%
fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2%
klorokresol.
2.3.1.4 Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit.
Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk
vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
2.3.1.5 Pemijaran
Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
2.3.1.6 Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan
langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami
mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka
terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan
yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel
kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk
bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas
(termolabil).
2.3.1.7 Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat
disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan
suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati
disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis. Tyndalisai merupakan proses memanaskan
medium/larutan menggunakan uap selama 1 jam setiap hari selama 3
hari berturut- turut.
2.3.1.8 Pasteurisasi
Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (65ºC selama
30’ atau 72ºC selama 15’ untuk membunuh pathogen yang berbahaya
bagi manusia.
2.3.2 Metode Kimia
2.3.2.1 Menggunakan Bahan Kimia
Senyawa kimia yang digunakan sebagai desinfektan antara
lain adalah CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat
menyebabkan koagulasi protein) dan beberapa larutan garam seperti
NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat digunakan untuk
membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan
dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat
dapat pula digunakan karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba.
2.3.2.2 Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk
membunuh mikroorganisme dan sporanya. Dalam pensterilan
digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen
oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang
termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik dan antibiotik.
2.3.3 Metode mekanik
2.3.3.1 Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil (mudah
rusak jika terkena panas atau mudah menguap), penyaringan ini
menggunakan filter bakteri. Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke
suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum)
yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring
bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya
akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Filter
biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi
tidak bebas dari virus.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya
karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui
penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut.
Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan
matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme
untuk dapat melaluinya. Teknologi tinggi membran filtrasi
meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika
digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptic.
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja
(praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik
adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung
mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke
dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja.
Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat
mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan.
Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung
tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif
cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang
digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik
aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya
kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka
semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.

2.4 Infeksi Akibat Kesalahan Proses Sterilisasi


Sterilisasi adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan secra fisika atau
kimia,dengan tujuan utuk menghilangkan mikroorganisme. Sehingga tercapai
tingkat sterillitas yang sesuai dengan standart sterilisasi. Kebersihan peralatan
kedokteran pada suatu instansi pelayanan maupun peralatan rumah tangga yang
memang seharusnya benar-benar dalam keadaan steril mmerupakan suatu hal
yang sangat penting yang ditujukan agr selama proses tindakan medis tidak terjadi
infeksi atau penularan bakteri, virus, kuman yang tertinggal dari alat sebelumnya.
Misalkan;
2.4.1 Pada Botol Susu Bayi
Proses sterilisasi perlu dilakukan secara teratur dan benar setiap kali
botol digunakan (Desideria, 2018). Hal ini penting agar bisa mengurangi
masuknya bakteri atau kuman yang bisa mengkontaminasi botol dan
menyebabkan diare. Sterilisasi botol susu bisa menggunakan alat khusus
untuk steril, namun jika tidak ada alat ini maka bisa dilakukan melalui
proses merebus. Selain menjaga kebersihan botol, orang tua atau perawat
yang akan menyiapkan susu untuk bayi perlu mencuci tangan terlebih
dahulu dengan menggunakan sabun dan juga air mengalir.
2.4.2 Alat Injeksi
Proses injeksi atau suntik sangat cepat bereaksi infeksi apabila
digunakan dengan tidak steril apalagi digunakan berulang. Untuk itu, dalam
melakukan tindakan injeksi harus dilakukan dengan steril dan menggunakan
alat yang hanya dapat digunakan sekali pakai meskipun untuk orang dan
obat yang sama untuk mengurangi resiko infeksi. Selain itu, alat suntik yang
sudah kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas
kebebaskumanan alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut,
maka alat suntik tersebut harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat
batas penggunaan sering dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk dijual kembali ke pasar gelap (black market).
2.5 Prosedur Sterilisasi
Sterilisasi diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan cara dan
tujuan penggunaan. Berikut prosedur sterilisasi:
2.5.1 Sterilisasi Rebusan

A. Pengertian Cara untuk membunuh atau menghancurkan semua


mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun spora dengan
menggunakan panas basa dengan perebusan

B. Tujuan 1. Mencegah penyebaran penyakit dan terjadinya infeksi.


2. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh
mikroorganisme.
C. Referensi Fred Ameln, 1991, Kapita Selelekta Hukum Kedokteran :
Jakarta

D. Prosedur Persiapan Alat Dan Bahan


 Alat perlindungan diri
 Oven.
 Handuk kering.
 Kain linen steril.
 Sabun cair
 Korentang steril.
 Sikat gigi (untuk menyikat alat).
 Lemari alat
 Plaster untuk menulis expired date
 Klorin 0,5%
 Alat
E. Langkah - 1. Mencuci tangan sesuai dengan sop
Langkah 2. Menggunakan perlindungan diri sesuai sop
3. Lakukan dekontaminasi dengan cara merendam dengan
larutan
4. Klorin 0,5% selama 10-15 menit.
5. Kemudian sikat alat sampai bersih dengan tehnik
menyikat keluar dengan diterjen
6. Bilas alat dengan mengunakan air mengalir.
7. Masukan alat ke stelitator
8. Isi dengan air sampai alat tergenanag.
9. Rebus alat masa steril alat 15 menit dari masa mendidih.
10. Hangat alat dengan mengunakan korentang steril.
11. Atur alat dalam baki bungkus dengan kain.
12. Berikan lebel tanggal kadaluwarsa,nama alat
13. Simpan dalam lemari penyimpanan alat
2.5.2 Sterilisasi Panas Kering

A. Pengertian Cara untuk membunuh atau menghancurkan semua


mikroorganisme baik bentuk vegetatif maupun spora dengan
menggunakan panas kering maupun oven.

B. Tujuan a. Mencegah penyebaran penyakit dan terjadinya infeksi


b. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh
mikroorganisme

C. Referensi

D. Prosedur Persiapan Alat Dan Bahan


a. Sterilisator panas kering (oven)Larutan
b. hypochlorine/klorin 0,5%
c. Sarung tangan satu pasang
d. Sikat
e. Baskom
f. Handuk keirng

E. Langkah - a. Mencuci tangan sesuai protab


Langkah b. Menggunakan APD
c. Lakukan dekontaminasi dengan cara merendam
dengan larutan klorin 0,5% selama 10-15 menit
d. Cuci alat sampai bersih
e. Pisahkan alat golongan logam dan non logam
f. Tempatkan alat logam di rak bawah sedangkan alat
non logam di rak atasnya supaya tidak rusak
g. Tekan tombol supply
h. Tunggu 20-30 menit
i. Tombol supply dimatikan
j. Setelah dingin alat di ambil menggunakan korentang
steril
k. Bungkus dengan kain linen tempatkan ke
penyimpanan steril
l. Rapikan alat, lepas APD
m. Cuci tangan
2.5.3 Sterilisasi Kimia

i. Pengertian Suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan


apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan
kedokteran dengan cara menggunakan bahan kimia.

ii. Tujuan Untuk menjamin kualitas alat kesehatan, laboratorium, dan


linen dalam keadaan steril.
C. Referensi

D. Prosedur Persiapan Alat Dan Bahan


a. Larutan klorin 0,5%
b. Baskom
c. Sarung tangan

E. Langkah - a. Memakai sarung tangan


Langkah b. Menyiapkan bak perendaman yang berisi larutan
klorin 0,5% dengan cara mencampur 1 sendok
makan kaporit dengan 1 liter air
c. Mengaduk larutan sampai terlarut
d. Memasukkan alat-alat kesehatan kedalam bak
perendaman klorin 0,5%
e. Perendaman dengan cara memasukkan satu persatu
alat kesehatan kedalam bak perendaman klorin 0,5%
dengan menggunakan korentang
f. Biarkan selama kurang lebih 10 menit

2.5.4 Sterilisasi Sinar UV


A. Pengertian Metode sterilisasi radiasi dilakukan dengan menggunakan
sinar UV, dimana sinar ultraviolet dapat membantu
mengurangi kontaminasi di udara dan permukaan benda
lingkungan.

B. Tujuan a. Menjaga rungan tetap steril


b. Mencegah terjadinya infeksi nosocomial
c. Membunuh mikroorganisme yang patogen maupun yang
nonpatogen termasuk sporanya
C. Referensi Hadieotomo, Ratna Sari. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam
Praktik. Jakarta: Gramedia

Lachman. 1998. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:


UI Press

Muzakar, Kahar. 2005. Pengaruh Lama Waktu Sterilisasi


Sinar Ultraviolet Terhadap Angka Kuman Udara di Ruang
Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moerwadi
Surakarta. Skripsi
D. Prosedur Persiapan Alat Dan Bahan
a. UV Sterilizer

E. Langkah - a. Pensterilan ruangan menggunakan sinar UV


Langkah dilakukan jikaterdapat pasien dengan penyakit
menular
b. Penyinaran dilakukan oleh petugas sterilisasi
c. Sebelum melakukan tindakan ruangan harus ditutup
agarsinar tidak keluar ruangan
d. Alat diletakkan di tengah&tengah ruangan
e. Kemudian alat disambungkan ke listrik dari luar
ruanganagar petugas tidak terkena radiasi sinar
ultraviolet
f. Ruangan disinari dengan sinar ultra violet selama 2
jam
g. Setelah 2 jam, petugas sterilisasi mencabut
sambungan listrik alat penyianaran
h. Kemudian menunggu 30menit dan merapikan alat
sinar UV
i. Kemudian ruangan siap digunakan

2.5.5 Sterilisasi Filtrasi

A. Pengertian Suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron


atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi
bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.

B. Tujuan Digunakan untuk sterilisasi medium laboratorium dan


larutan yang rusakoleh pemanasan

C. Referensi https://dokumen.tips/documents/sop-sterilisasi-alat-
lab.html

D. Prosedur Persiapan Alat Dan Bahan


a. Gelas sinter
b. film selulosa (Gelman, Nilipore)
c. Asbestos atau penyaring Seitz

E. Langkah - a. Untuk pipet tutup lubang dengan kapas


Langkah berlemak, juga untuk tabung reaksi
b. Bungkus semua peralatan dengan kertas
koran atau kertas coklat
c. Lubang pada erlenmeyer ditutup kapas
yang dibungkus kassa
d. Setelah semua terbungkus rapat, pipet dan
tabung reaksi diikat manjadi satu
e. Peralatan yang siap untuk disterilisasi
dimasukkan ke dalam keranjang

2.5.6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua
mikroba hidup dan spora-sporanya.
3.1.2 Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : sterilisasi uap (panas lembab),
sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi),
sterilisasi gas, sterilisasi dengan Radiasi.
3.1.3 Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan
memberikan dampak yang tidak menguntungkan.
3.1.4 Kesalahan dalam melaksanakan proses sterilisaasi dapat berakibat
fatal, karena akan terjadi penularan penyakit dari satu individu ke
individu yang lain atau bahkan terjadi infeksi yang akut terhadap
pejamu rentan.
3.1.5 Prosedur sterilisasi berbeda berdasarkan tujuan dan macam sterilisasi.

3.2 Saran
Sterilisasi merupakan proses yang penting dilakukan dalam dunia kesehatan.
Jika melakukan satu kesalahan yang mengakibatkan alat medis menjadi tidak
steril akan berdampak pada penularan atau infeksi dari satu individu ke yang lain
atau bahkan timbulnya penyakit infeksius baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kehati-hatian dan studi yang baik tentang sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, S. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.


Jakarta, Salemba Medika.
Desideria, B. (2018). Hindari Kesalahan Sterilisasi Botol Susu.
https://www.liputan6.com/health/read/3637561/hindari-kesalahan-
tersering-usai-mensterilkan-botol-bayi
Fardiaz, D. S. (1992). Mikrobiologi pangan 1. PT Gramedia.
Indriyati, N. (2011). Pemeriksaan Sterilitas Instrumen Paska Sterilisasi di Sub
Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
Sari, M. P. (2014). Isolasi bakteri amilolitik termofilik dari sumber air panas
pacet Mojokerto dan pengujian aktivitas enzim amilase.
Syahrul, F. (1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi luka
operasi nosokomial di LABIUPF Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tahun 1994-1996= The risk factors for postoperative wound infections in
Department of Surgery, Dr. Soetomo Hospital Surabaya in 1994-1996.
Yasinaron. (2016). Macam Steriliasi.
https://yasinaron1545.blogspot.com/2016/12/sterilisasi.html

Anda mungkin juga menyukai