Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman singkong (Manihot utilissima) memiliki potensi yang besar sebagai


pangan sumber karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong sebagian
besar dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dikenal
dengan berbagai macam nama seperti mandioc, ubi kayu, manihot, yuka, kahoy.
Disamping memiliki keunggulan dari segi kandungan zat dan gizinya singkong
juga memiliki keunggulan dari segi agronomis. Tanaman singkong ini dapat
tumbuh dimana saja dan tidak memerlukan perawatan yang khusus. Dalam
setahun singkong dapat dipanen hingga mencapai 23 juta ton per tahun.
(Azeez.O.S., 2002)

Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu tanaman umbi yang
menghasilkan pati. Indonesia merupakan negara tropis yang potensial menjadi
penghasil pati tapioka yang dihasilkan dari umbi singkong. Produktivitas ubi kayu
cukup besar. Dari satu hektar lahan mampu dihasilkan sekitar 25 ton ubi.
Produktivitas ubi kayu tersebut lebih besar daripada jagung yang hanya
menghasilkan 60,3 kuintal per hektar (Anonim, 2005). Tanaman-tanaman
penghasil pati tersebut secara umum dapat dipanen satu kali dalam setahun karena
petani lebih cenderung menanam komoditas tersebut pada saat lahannya tidak
ditanami padi (Anonim, 2005).

Singkong yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi memiliki persentase


jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5–2 % dari berat total singkong segar
dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8–15 %.Untuk menambah nilai jual dan
ekonomis Singkong juga dicoba untuk dijadikan bahan alternatif pembuatan gula
reduksi yang diolah dengan cara hidrolisis asam.

Pati merupakan karbohidrat yang diperoleh dari hasil ekstraksi suatu tanaman
tertentu. Pati dapat diperoleh dari umbi-umbian, serealia atau batang dari suatu
tanaman. Tanaman penghasil pati antara lain, padi, gandum, ubi kayu, sagu

1
2

jagung, atau kentang. Sebagian besar pati digunakan dalam bidang pangan dan
sedikit di bidang non pangan. Indonesia merupakan penghasil pati potensial
karena memiliki sumber daya pertanian yang melimpah. Indonesia memenuhi
sebagian besar kebutuhan produk modifikasi pati dari impor. Nilai impor produk
ini sebesar 150 juta dollar US per tahun (Tjahyono, 2004). Prospek industri
modifikasi pati di Indonesia yang menjanjikan ini menjadikan kajian terhadap
pemanfaatan pati tapioka sebagai bahan bakunya. Penelitian ini merupakan kajian
terhadap faktor-faktor dalam pembuatan pati termodifikasi sehingga didapatkan
pati termodifikasi dengan karakteristik yang diinginkan.(Tjahyono, 2004).

Proses modifikasi pati bermacam-macam, salah satunya adalah dengan


metode hidrolisis asam. Metode hidrolisis asam memiliki keunggulan
dibandingkan dengan metode lain karena prosesnya mudah dan bahan baku yang
mudah didapatkan dan murah yaitu pati, HCl dan air. Dalam metode hidrolisis
asam, prosesnya dipengaruhi oleh waktu hidrolisis dan konsentrasi asam yang
digunakan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai gula reduksi suatu pati.
(M. Wootton. 1987).

Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan konsentrasi


penambahan asam (HCl) untuk menghasilkan produk pati dengan persentase
tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengolahan pati singkong untuk menghasilkan gula


reduksi melalui proses hidrolisa dengan katalis asam klorida.
2. Berapa kadar gula reduksi yang dihasilkan pada hidrolisa pati singkong
dengan menggunakan asam klorida pada variasi pH, waktu (t), suhu (oC).

1.3 Tujuan Penelitian

1. Membuat gula reduksi dari pati singkong melalui proses hidrolisa asam.
2. Mengetahui pengaruh variasi pH, waktu (t), dan suhu (oC) pada gula
reduksi setelah hidrolisis terhadap hasil rendemen dan kadar gula reduksi.
3

1.4 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan nilai tambah singkong sehingga dapat dijadikan sebagai


alternatif pangan yaitu gula reduksi.
2. Proses terbaik dalam penelitian ini menjadi referensi untuk pengembangan
industri gula reduksi.
4

Anda mungkin juga menyukai