Anda di halaman 1dari 26

DAMPAK KEMALASAN TERHADAP PRESTASI SISWA

STUDI SURVEI TENTANG POLA PIKIR SELEKTIF


SISWA SMK CARAKA NUSANTARA

Oleh

Nama : Rizky Januar


Kelas : XI
Kompetensi Keahlian : Kimia Analisis

KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN CARAKA NUSANTARA
JAKARTA
2020

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Ilmiah berjudul “Dampak Kemalasan terhadap Prestasi Siswa

(Studi Survei tentang Pola Pikir Selektif Siswa) Siswa SMK Caraka Nusantara”

telah disetujui oleh pembimbing, yaitu Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

sebagai tugas dari pelajaran Bahasa Indonesia.

Guru Mata Pelajaran,

Citra Tri Trisnawati, S.Pd.

ii
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat

dan karunia-Nya karena pada kesempatan ini penulis bisa menyelesaikan karya

ilmiah dengan baik dan benar dengan judul “Dampak Kemalasan Terhadap

Prestasi Siswa (Studi Survei tentang Pola Pikir Selektif Siswa)”. Karya ilmiah ini

dibuat untuk mengetahui dan memahami penyebab kemalasan siswa. Dalam

penyusunan Karya ilmiah ini penulis juga sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Hendra Nanto W., Apt., selaku kepala SMK Caraka Nusantara.

2. Ibu Citra Tri Trisnawati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Orang Tua yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

4. Teman yang memberikan ide dan kontribusi kepada penulis.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini,

Untuk itu penulis berharap meminta kritik dan saran yang membangun, semoga

karya ilmiah ini dapat bermanfaat dalam mengetahui dampak kemalasan belajar

siswa.

Jakarta, Februari 2020

Penulis,

Rizky Januar

iii
DAMPAK KEMASALAN TERHADAP PRESTASI SISWA

(Studi Survei tentang Pola Pikir Selektif Siswa )

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab siswa malas


belajar pada Siswa SMK Caraka Nusantara Kompetensi Kimia Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian survei Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner, Analisis data dilakukan melalui penyajian data, dan
penarikan kesimpulan, Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor intrinsik
penyebab siswa malas belajar meliputi kurangnya motivasi dalam diri siswa, pola
makan yang kurang baik, suasana hati siswa yang buruk, minat terhadap mata
pelajaran tertentu, dan bakat yang dimiliki siswa. Faktor ekstrinsik meliputi sikap
orang tua yang kurang memberikan dukungan, sikap guru dalam mengajar,
suasana belajar yang tidak kondusif,dan sarana belajar dirumah yang kurang
memadai.

Kata Kunci: Malas Belajar, siswa, pola pikir, selektif

ABSTRACT
This study aims to determine the factors causing lazy students to learn at Caraka
Nusantara Vocational School Students Competency Chemistry Analysis This
research is a survey research technique of collecting data using a questionnaire.
Data analysis was performed through the presentation of data, and drawing
conclusions. The results showed that the intrinsic factors causing students to be
lazy to learn include lack of motivation in students, poor eating patterns, poor
student moods, interest in certain subjects, and talent possessed the student.
Extrinsic factors include attitudes of parents who do not provide support, teacher
attitudes in teaching, learning atmosphere that is not conducive, and inadequate
learning tools at home.

Keywords: Lazy Learning, students, mind pattern, selective

iv
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


BAB II KERANGKA TEORETIS ....................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 13
BAB IV HASIL PEMBAHASAN ...................................................... 15
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 20

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jawaban Koresponden…………………………………… 15

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Orang

yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas jelas

sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya

tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga

menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan

pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan dan lakukan.

Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan

seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia

lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas,

tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu,

mengalihkan diri dari kewajiban. malas juga merupakan salah satu

bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya, pengaruh malas ini

cukup besar terhadap produktivitas. Karena malas, seseorang seringkali

tidak produktif bahkan mengalami stag. Badan terasa lesu, semangat

dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada

kekuatan apapun yang membuat Anda bisa bekerja. Kalau dibiarkan

saja, penyakit malas ini akan semakin parah merugikan, Sebab pada era

ini berlaku nilai siapa yang mampu dan produktif, dialah yang akan

berhasil. Tapi tentu saja, perilaku ini bukanlah sikap yang tidak bisa

1
2

diubah. Menurut pakar psikologi, seseorang berperilaku malas terhadap

pekerjaan atau suatu kegiatan disebabkan karena dia tidak memiliki

motivasi yang kuat setiap kali mengerjakan sesuatu. Seorang yang

malas bekerja, motivasinya terhadap pekerjaan tersebut sangat rendah.

Sikapnya terhadap pekerjaan itu cenderung negatif akibat persepsi yang

diberikannya terhadap pekerjaan itu kurang baik. Ini lantaran sistem

nilai yang ada dalam dirinya membuat dia berperilaku malas untuk

melakukan pekerjaan itu. Sementara terhadap pekerjaan lainnya

mungkin tidak begitu. Penyakit malas merupakan penyakit yang sangat

mengerikan, selain kita tidak produktif penyakit malas ini akan

menimbulkan gejala-gejala psikologi yang membuat orang tidak

mampu mengembangkan potensi dirinya, tingkat penyakit malas ini

mungkin bervariasi mulai dari yang hanya malas untuk mengerjakan

sesuatu pekerjaan sampai malas tingkat akhir yaitu malas untuk

melakukan sesuatu . Belajar dari sangkuriang yang dapat mengerjakan

sesuatu dalam satu malam dapat membuat orang bisa menyelesaikan

tugas dalam kondisi terjepet, ide-ide pun akan muncul dengan

sendirinya tapi apabila penyakit malas ini menghinggapi akan

musnahlah semua kondisi tersebut, kondisi dimana kita bisa

memaxsimalkan semua potensi kita untuk mengerjakan sesuatu Dalam

bukunya ”The conditions of learning ” menyatakan bahwa belajar

terjadi apabila ada suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah


3

dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia

mengalaminya (Smirnoft, 1990)

Dikutip dari laman idtesisss.com, simpulan dari latar belakang

adalah induk dari permasalahan yang akan dibahas berikutnya dan

menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemalasan dan

kepedulian prestasi dalam belajar siswa SMK Caraka Nusantara

Kompetensi Keahlian Kimia Analisis. Berdasarkan uraian tersebut,

masalah yang akan dijadikan fokus pada pengajuan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a Bagaimana cara siswa belajar di rumah?

b. Bagaimana tingkat kepedulian siswa dalam belajar?

c. Bagaimana dampak prestasi siswa jika siswa malas belajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya peneliian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui cara siswa belajar di rumah.

b. Untuk mengetahui tingkat kepedulian siswa dalam belajar.

c. Untuk mengetahui dampak prestasi siswa.


4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan cara siswa belajar di rumah.

b. Meningkatkan kepedulian siswa.

c. Mengetahui dampak prestasi siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah mengetahui penyebab siswa malas

seperti tingkat kepedulian siswa terhadap prestasi belajar siswa di

lingkungan SMK Caraka Nusantara khususnya jurusan Kimia Analisis.


BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Pengertian dari Malas Belajar

(Mariyah, 1999). Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan

umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka

bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar,

antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di

sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah ataupun mempelajari hal-hal lain di

luar pelajaran sekolah, Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka

bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat

mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan

yang tidak ada gunanya untungnya karena bagi anak-anak tidak secara

langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain,

jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya

dapat mereka rasakan secara langsung perasaan senang yang dialami ketika

bermain adalah suatu keuntungan Adanya sifat malas dalam diri seorang, itu

sudah lumrah. Semua orang berpotensi untuk memiliki sifat malas. Sifat malas

tidak hanya ada pada orang berusia anak-anak dan remaja. Orang dewasa pun

kadang-kadang juga dihinggapi oleh sifat malas.

Yang tidak lumrah dialami seseorang apabila sikap malas itu

berlebihan atau berkepanjangan. Malas berlebihan seperti ini memang perlu

dihindari atau dicegah pada diri seseorang. Sebab, malas berlebihan akan

berdampak buruk terhadap pribadi seseorang. Misalnya, siswa yang suka

5
6

malas belajar beresiko tinggal kelas, tidak lulus ujian, atau prestasi belajar

sangat rendah. Sifat malas belajar pada siswa ditandai oleh banyak indikasi,

seperti sering bolos, terlambat datang di sekolah, sering mengantuk atau

menguap ketika belajar, permisi meninggalkan kelas tiap sebentar. Tentu saja

masih banyak indikasi lain yang menunjukkan siswa telah diserang rasa malas

untuk belajar.mengapa,malas,belajar Sifat malas pasti merugikan diri siswa

sendiri. Hal ini sebenarnya diketahui dan disadari oleh siswa. Namun siswa

tidak berdaya melawan sifat malas yang melekat pada dirinya. Akibatnya sifat

malas telah sewenang-wenang mempermainkan diri siswa. Bahkan siswa jadi

lupa kalau sifat malas itu merugikan dirinya sendiri. Banyak penyebab

mengapa sikap malas menghinggapi sebagian kecil siswa. Dari sekian banyak

penyebab akan dikelompokkan menjadi 3 penyebab utama, yaitu:

a.Bawaan pribadi

Kalau sudah terbiasa malas dari kecil, sampai usia sekolah akan tetapi

terbawa-bawa malas juga. Apalagi orangtua tidak mempedulikan kondisi

anaknya. Atau menganggap bahwa kemalasan anaknya itu hal biasa.

Pandangan seperti ini akan berdampak terhadap kemalasan anak pada masa-

masa selanjutnya. Boleh jadi malas bawaan pribadi juga disebabkan oleh

faktor kelainan fisik, misalnya kelainan penglihatan atau pendengaran

sehingga malas untuk belajar. Faktor ini seharusnya sudah menjadi

perhatian orang tua sejak dini di rumah ( Moeldoko, 1998)

b. Lingkungan tidak mendukung

Bagaimana seorang anak mau rajin belajar jika lingkungan tempat


7

tinggal dan sekitarnya tidak mendukung Di lingkungan keluarga tidak ada

yang suka belajar. Begitu pula dalam pergaulan sehari-hari di sekolah

maupun di rumah. Bergaul dengan anak yang juga malas belajar

(Halim, 2001).

c.Tidak punya tujuan yang jelas

Siswa yang malas belajar juga disebabkan kurang pahamnya

tentang tujuan dan kegunaan belajar. Dalam pikiran mereka, belajar

hanyalah kegiatan rutin belaka. Sekadar membaca buku, mengerjakan tugas

atau mendengar ceramah guru. Artinya, siswa tersebut belum memahami

untuk apa dia belajar di sekolah maupun di rumah guru dapat

menanggulangi sifat malas belajar pada siswa. Mungkin dengan

menciptakan damai dalam pembelajaran atau pun melalui strategi motivasi

tertentu dari orangtua ketika anak berada di rumah.( Karim dkk, 1997).

2.2 Akibat Kurang Belajar

Akibat kurang belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:

Alasan mereka yang kurang minat belajar mungkin dikarenakan kurang

menariknya cara belajar yang mereka harus hadapi setiap hari di sekolah

belum menyadari pentingnya belajar untuk masa depan mereka, sehingga

mereka kurang termotivasi untuk berlomba-lomba mencapai prestasi. Malas

belajar timbul dari beberapa sebab antara lain:

a. Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar ataupun

sebaliknya orang tua terlalu berlebihan perhatiaannya, membuat anak

malas belajar. Tidak hanya itu, banyak orang tua yang menuntut anaknya
8

belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan

tanggung jawab anak selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut, anak

menjadi stress sehingga nilai yang diperolehnya kurang memuaskan.

Parahnya lagi, jika anak mendapat nilai yang kurang memuaskan maka

kalimat-kalimat celaan biasanya yang pertama keluar dari bibir orangtua.

Apalagi untuk anak Sekolah Dasar sebenarnya jangan terlalu diorientasikan

pada nilai (hasil belajar) tetapi bagaimana membiasakan diri anak belajar,

berlatih tanggung jawab, dan berlatih hidup dalam suatu aturan.

b. Sikap guru selaku figur atau tokoh teladan yang dibanggakan oleh murid,

jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek "keluhan" siswanya. Ada

banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam

mengajar, tidak menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Selain

itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda

dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tangga

ke sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan

menakutkan bagi siswa tertentu

c. Sikap teman

Tidak semua teman di sekolah memiliki sikap dan perilaku yang baik

dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam

perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu

yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk

tas sekolah atau alat tulis, secara tidak langsung dapat membuat iri

teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada anak yang


9

menuntut kepada orangtuanya untuk minta dibelikan perlengkapan

sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka

dengan cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan

permohonannya.

d. Suasana belajar di rumah

Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak

menjadi rajin belajar,tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi

faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan

suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan

kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang

pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di

rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape

yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk

sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play

Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya

suasana belajar yang baik.

e.Sarana belajar

merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat

belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara

langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala

belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus,

meja belajar, buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus.

Selain itu, tidak tersediannya buku pelajaran, buku tulis, dan alat tulis
10

lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan

otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal. (

Sudirjowo,1989).

Ada beberapa cara yang mungkin dapat mengatasi anak yang

malas belajar untuk membantu orang tua dalam membimbing anak yang

malas belajar. antara lain yaitu :

1. Mencari informasi

Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat ia membantu di

dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang

membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak

Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung

jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak

orangtua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu

hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam

belajar jika ada Pekerjaan Rumah atau tidak, jam belajar di waktu libur

sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi

apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus

dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti

tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.

3. Menciptakan Disiplin

Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan

kepada anak jika tidak dimulai dari orangtua. Orangtua yang sudah
11

terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan

dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orangtua dapat menciptakan disiplin

dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten. Latihan kedisiplinan

bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran,

mengingatkan tugas tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang

telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi

dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas

sekolah.

4. Ketegasan Sikap

Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi

memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat

anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang

dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku tidak jujur atau

melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam

belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan

sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas

pelanggaran yang dilakukannya.

5. Menciptakan Suasana Belajar

Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan

tanggung jawab orangtua. Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan

sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan

mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula


12

memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar

tidak tegang dan tetap menarik perhatian. ( Wawaris,2001).


BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh

peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta

melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode

penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi antara

lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian,

sumber data, dan dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan

selanjutnya diolah dan dianalisis. Dalam pembahasan kali ini, pertama-tama

kami coba menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, pengertian tentang

metode sebuah penelitian termasuk pengertian metode penelitian menurut para

ahli/pakar. Dan yang terakhir adalah kita jelaskan contoh metode dari

penelitian. Maksudnya ialah bahwa pembahasan kali ini akan memberikan

pemahaman yang komprehensif tentang penelitian. Dan selanjutnya akan kami

jelaskan macam-macam metode tentang penelitian secara terperinci.

(Saswito, 2000). Dalam memenuhi karya ilmiah dibutuhkan metode dalam

pengumpulan data, Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis. Diantaranya

adalah metode eksperimen, yaitu metode dengan penelitian percobaan dan

melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh dari suatu hal tertentu.

Metode deksriptif, yaitu metode menggunakan penggambaran fenomena yang

berlangsung pada saat ini maupun lampau atau biasanya menggambarkan

suatu kondisi apa adanya. Metode penelitian historis, yaitu metode yang

digunakan untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal yang

13
14

telah lalu. Metode penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian dengan

mengolah data dan hubungan antardata secara sistematis dengan mengolahnya

dalam bentuk angka. Metode penelitian survei, yaitu metode dengan teknik

pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis ataupun lisan.

Metode kualitatif, yaitu metode yang mengacu pada fakta dan teori

pendukung, cenderung menggunakan analisis. Dalam hal ini, pengumpulan

data dilakukan dengan membuat beberapa soal lalu diberikan ke beberapa

korespondensi dan mengolah data dari jawaban para koresponden. ( Marzuki,

1993).

3.2 Metode Survei

Dalam pengumpulan data karya ilmiah ini digunakan metode

survei, yaitu dengan membuat beberapa pertanyaan yang akan diberikan atau

diajukan kepada koresponden. Dari hal tersebut, koresponden akan menjawab

beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan, Teknik pngambilan data ini yaitu

memilih perwakilan siswa atau siswi dari setiap kelas Kimia Analisis kelas

X,XI,XII maupun XIII.

3.3 Sampel tiap kelas

Survei ini diberikan kepada koresponden di tiap perwakilan kelas

Kompetensi Kimia Analisis kelas X, XI,XII dan XIII diberi lembaran

pertanyaan.
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari survei mengenai dampak kemalasan terhadap prestasi siswa

khususnya siswa SMK Caraka Nusantara diperoleh:

Tabel 4.1 Jawaban Koresponden

Jumlah Koresponden Persentase

No Ya Jarang Tidak Tidak Ya Jarang Tidak Tidak

sama sama

sekali sekali

1. 5 1 0 0
83% 17% 0% 0%
2. 5 0 0 1
67% 0% 0% 17%
3. 5 0 1 0
83% 0% 17% 0%
4. 6 0 0 0
100% 0% 0% 0%
5. 4 0 0 2
67% 0% 0% 33%
6. 4 1 1 0
67% 17% 17% 0%
7. 0 0 5 1
0% 0% 83% 17%
8. 4 0 0 2
67% 0% 0% 33%
9. 6 0 0 0
100% 0% 0% 0%
10. 6 0 0 0
83% 17% 0% 0%

15
16

4.2 Pembahasan

Setelah mengajukan angket kepada beberapa koresponden,

Pada pertanyaan nomor 1 mengenai seberapa sering koresponden merasa

malas belajar, diperoleh hasil 83% koresponden malas belajar, 17% yang

jarang malas belajar, tidak sama sekali malas 0%, tidak malas belajar 0%. Dari

data yang diperoleh dapat diketahui tingkat malas belajar koresponden cukup

tinggi.

Pada pertanyaan nomor 2 mengenai seberapa sering koresponden

menanyakan materi yang sulit kepada guru, diperoleh hasil 67% koresponden

yang bertanya materi sulit, jarang bertanya kepada guru 0%, tidak bertanya

0% dan tidak bertanya sama sekali kepada guru 0%, Dari data yang diperoleh

dapat diketahui koresponden yang menanyakan materi yang sulit kepada guru

cukup tinggi.

Pada pertanyaan nomor 3 mengenai seberapa sering koresponden merasa

jenuh ketika belajar, diperoleh 83% koresponden yang merasa jenuh, 0%siswa

yang jarang bertanya kepada guru, 17% tidak merasa jenuh, 0% tidak sama

sekali merasa jenuh, Dari data yang diperoleh dapat diketahui koresponden

yang merasa jenuh ketika belajar cukup tinggi.

Pada pertanyaan nomor 4 mengenai tidak belajar ketika akan ulangan,

diperoleh hasil 100% koresponden yang menjawab pernah tidak belajar, 0%

jarang tidak belajar , 0% tidak belajar, 0% tidak sama sekali belajar, Dari data

yang diperoleh dapat diketahui koresponden pernah tidak belajar ketika

ulangan tinggi.
17

Pada pertanyaan nomor 5 dampak yang akan terjadi jika tidak belajar,

diperoleh hasil 100% korsponden menjawab mengetahui dampak yang akan

terjadi , 0% menjawab jarang, 0% menjawab tidak, 0% menjawab tidak sama

sekali , Dari data yang diperoleh koresponden tahu dampak yang akan terjadi

jika tidak belajar.

Pada pertanyaan nomor 6 mengenai pernah mengikuti remedial, diperoleh

hasil 67% koresponden menjawab pernah mengikuti remedial, 17%

koresponden jarang mengikuti remedial, 17% koresponden tidak pernah

mengikuti remedial, 17% tidak sama sekali mengikuti remedial, Dari data

yang diperoleh koresponden cukup yang pernah mengikuti remedial.

Pada pertanyaan nomor 7 mengenai belajar efektif di rumah, diperoleh

hasil 0% koresponden menjawab belajar efektif, 0% koresponden jarang

belajar efektif 83% koresponden tidak belajar efektif di rumah, 17% tidak

sama sekali belajar efektif, Dari data yang diperoleh banyak koresponden

tidak belajar efektif.

Pada pertanyaan nomor 8 mengenai koresponden malu tidak ketika nilai

menurun, diperoleh hasil 67% merasa malu ketika nilai menurun, 0% jarang

merasa malu, 0% tidak malu ketika nilai menurun, 0% tidak sama sekali malu

ketika nilai ulangan menurun, Dari data yang diperoleh tingkat malu

koresponden ketika nilai menurun cukup tinggi.

Pada pertanyaan nomor 9 mengenai koresponden pernah lulus remedial,

diperoleh hasil 100% pernah lulus remedial, 0% jarang lulus remedial, 0%


18

tidak lulus remedial, 0% tidak pernah lulus remedial, Dari data yang diperoleh

koresponden yang lulus mengikuti remedial tinggi.

Pada nomor 10 koresponden malas mengerjakan laporan, diperoleh hasil

83% yang malas mengerjakan laporan, 17% yang jarang mengerjakan laporan,

0% koresponden tidak malas mengerjakan laporan, 0% koresponden tidak

sama sekali malas mengerjakan laporan, Dari data yang diperoleh

koresponden cukup tinggi yang malas mengerjakan laporan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari jawaban koresponden yang didapat dapat disimpulkan bahwa,

Dampak kemalasan terhadap prestasi siswa cukup tinggi, karena terdapat

beberapa siswa yang malas belajar. Dan perlu diedukasi lebih dalam lagi oleh

orang tua dan guru disekolah mengenai belajar efektif dirumah karena banyak

koresponden yang tidak belajar efektif di rumah, dan dari rumusan masalah

pada Bab II penulis dapat menyelesaikannya dan dibahas pada Bab IV

5.2 Saran

Karya ilmiah yang berjudul dampak kemalasan terhadap prestasi siswa,

diharapkan koresponden bisa memakai waktunya untuk belajar dan bisa

meningkatkan kualitas belajar yang lebih maksimal lagi kedepannya, orang

tua juga harus bisa mendukung koresponden untuk belajar, pembatasan dalam

memakai gawai pun harus dibatasi oleh orang tua agar anak tidak bergantung

kepada gawai, tentunya juga didukung guru dengan memberikan kalimat

motivasi agar anak semangat belajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.idtesisss.com/2002/12/simpulan-latar-
belakang.html/10/13/2004Siregar, Eveline dan Nara, Hartini.(2007). Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negri Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud


berkerjasama dengan Rineka
http://konselingindonesia.com/index
http://nic.unud.ac.id/~
Al-Bonai, Muklisin.2011. Raih Prestasi Tinggi tanpa Rasa Malas. Riau:Sabila
press
Yuseno, Andi.2009. Secangkir Kopi Manis. Jakarta:Kanaya press
Nurhasanah, Siti. 2008. Semua orang bisa sukses berwirausaha. Surakarta: Era
Pustaka Utama.

20

Anda mungkin juga menyukai