Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN HISTORIS TERHADAP TOKOH-TOKOH PENDIDIK

Makalah

Oleh:

AHMAD FADHIL (1906814)


BILHAQ ARIWAYAT (1906631)
HEGAR HAKIMANTIEQ (1907025)

Dosen Pembimbing: Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Kajian Pedagogik dengan judul “Kajian Historis
Terhadap Tokoh-Tokoh Pendidik”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen kami
ibu Dr. Pupun Nuryani, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 18 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH .......…….... ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1


B. Rumusan masalah ................................................................................2
C. Tujuan penulisan ..................................................................................2

BAB II: KAJIAN TEORI TENTANG TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN

A. Tokoh Pendidikan Islam ......................................................................4


B. Tokoh Pendidikan Barat ......................................................................6
C. Tokoh Pendidikan Nasional .................................................................12
D. Tokoh Pendidikan Perempuan..............................................................16

BAB III: PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Islam ....................................................................20


B. Konsep Pendidikan Barat ....................................................................20
C. Konsep Pendidikan Nasional ...............................................................21

BAB V: SIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Simpulan ..............................................................................................23
B. Rekomendasi ........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini hampir seluruh negara-negara di dunia menghadapi tantangan


pendidikan untuk mewujudkan keunggulan daya saing negaranya dalam percaturan
global. Sistem yang canggih dan berbagai pengembangan strategi pendidikan terus
diimprovisasi demi mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan dan disepakati
bersama. Khusus bagi Indonesia, tujuan pendidikan telah tertuang dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang
bermartabat dalam rangka mencerdakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Standar nasional pendidikan diciptakan untuk membatasi kriteria minimum
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh
desentralisasi sistem pendidikan dalam kerangka pemerintahan Indonesia yang menganut
asas otonomi daerah. Terciptanya mekanisme ini tidak lepas dari perjalanan pendidikan
Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh
karena itu, kebijakan kebijakan ini mengarah pada historis pendidikan Indonesia yang
menganut berbagai paham, aliran, dan konsep-konsep pendidikan dari berbagai tokoh-
tokoh pendidikan baik di indonesia sendiri maupun di dunia.
Telah lama penantian kita untuk memperoleh pandangan-pandangan pemikiran
tentang pendidikan dari para tokoh dunia secara lengkap. Banyak kesulitan yang dihadapi
untuk memperoleh referensi yang lengkap, sehingga tulisan ini hanya akan menyajikan
sepenggal biografi dan pokok-pokok pikiran dari para tokoh tentang pendidikan.
Tokoh-tokoh yang dipilih adalah tokoh yang memang telah memiliki reputasi dunia
yang juga memiliki konsep-konsep yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan praktis di
sekolah maupun di luar sekolah. Adapun tokoh-tokoh yang dipilih adalah dari Indonesia
sebagai tokoh pendidikan yang telah ikut meletakkan fondasi dan akar sistem pendidikan
nasional, dari Timur Tengah yang memiliki karakteristik pemikiran pendidikan Islam, dan
juga beberapa tokoh dari Barat.

1
Biografi seseorang telah banyak ditulis, baik oleh penulis akademis yang
bersangkutan maupun penulis non akademis. Setiap penulis mempunyai cara pandang
berbeda – beda terhadap tokoh yang ditulisnya. Dalam beberapa tahun terakhir, biografi
dan otobiografi sangat banyak ditulis dan ditebitkan. Berbagai macam tujuan dalam
penulisan tersebut, mulai dari politik, inspirasi, dedikasi, dan lain sebagainya.

Tulisan ini dikumpulkan dari berbagai sumber diantaranya ialah buku referensi,
artikel, dan jurnal kemudian di analisis kembali agar tulisan ini layak untuk disajikan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberi sepenggal pengetahuan yang dapat dijadikan
bahan pemikiran dan diskusi, sehingga kekurangannya dapat disempurnakan.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat penulis rumuskan masalahnya


sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Al Ghazali dalam dunia Pendidikan?


2. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Ibnu Khaldun dalam dunia Pendidikan?
3. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran John Locke dalam dunia Pendidikan?
4. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam dunia
Pendidikan?
5. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Jean Piagaet dalam dunia Pendidikan?
6. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Benjamin S Bloom dalam dunia
Pendidikan?
7. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Mohammad Syafei dalam dunia
Pendidikan?
8. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam dunia
Pendidikan?
9. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Buya Hamka dalam dunia Pendidikan?
10. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Maria Montessori dalam dunia
Pendidikan?
11. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran R.Dewi Sartika dalam dunia Pendidikan?

2
C.    Tujuan Penuilisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Al Ghazali dalam dunia Pendidikan


2. Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Ibnu Khaldun dalam dunia Pendidikan
3. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Mohammad Syafei dalam dunia
Pendidikan
4. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Mohammad Syafei dalam dunia
Pendidikan
5. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Buya Hamka dalam dunia Pendidikan
6. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam dunia
Pendidikan
7. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam dunia
Pendidikan
8. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Jean Piagaet dalam dunia Pendidikan
9. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Benjamin S Bloom dalam dunia
Pendidikan
10. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Maria Montessori dalam dunia Pendidikan
11. Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Dewi Sartika dalam dunia Pendidikan

3
BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG KAJIAN HISTORIS


TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN

A. Tokoh Pendidikan Islam dan Pemikiranya


1. Al-Ghazali

a. Riwayat Hidup Al-Ghazali


Nama lengkap Al-Ghazali adalah Muhammad bin Muhammad, mendapat gelar
Imam besar Abu Hamid Hujjatul Islam yang dilahirkan pada tahun 450 H/ 1085 M, di
suatu kampung Ghazalah, Thusia, suatu kota di Khurasan, Persia. Ia keturanan Persia dan
mempunyai hubungan keluarga dengan raja-raja saljuk yang memerintah daerah
Khurasan, Jibal, Irak, Persia, dan Ahwaj. (Zainuddin,1991).
b. Pemikiran Al-Ghazali terhadap Pendidikan
1) Tujuan Pendidikan

Al-Ghazali berkata:
“Hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan
semesta alam, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul
dengan alam arwah, itu semua adalah kebesaran, pengaruh, pemerintahan bagi raja-raja
dan penghormatan secara naluri.”
Selanjutnya dari kata-kata berikut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian, tujujan jangka panjang dan tujuna
jangka pendek. Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah.
Menurut konsep ini, dapat dinyatakan bahwa semakin lama seseorang duduk dibangku
pendidikan, semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin mendekat kepada
Allah. Sedangkan, tujuan pendidikan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Selanjutnya, Al-Ghazali juga menyinggung
masalah pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, dan kemulian dunia secara naluri.
Semua itu bukan merupakan tujuan dasar seseorang yang melibatkan diri di dunia
pendidikan.

4
2) Metode Pengajaran

Sebagaimana yang dikatakan oleh (Abidin, 1998, hal. 97) bahwa ”metode
pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibabgi menjadi dua bagian antara pendidikan
agama dan pendidkan akhlak”. Metodik pendidikan agama menurut Al-Ghazali, pada
prinsipnya dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan
keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan
yang menguatkan akidah.
Selanjutnya Sulaiman (1993, hal. 61) ”Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan
agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sebab yang demikian
lantaran dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima
kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak di tuntut untuk
mencari dalilnya”. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, bahwa pengajran
harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Sehingga Al-Ghazali
mengatakan bahwa ”ahklak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan”.

2. Ibnu Khaldun
a. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun
Dikutip dari Lisnawati (2017), Ibnu Khaldun, seorang cendikiawan muslim yang
sangat populer ini mempunyai nama lengkap Abdu Ar-Rahman bin Al-Hasan bin
Khaldun, dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 H/1332 M dan wafat di Mesir pada tahun
808 H (1406). Dia berasal dari keluarga Andalusia yang berdomisili di Silvia. Sejak kecil
beliau telah mendapat didikan langsung dari orang tuanya untuk mempelajari dasar-dasar
pemahan Al-qur’an. Hal ini tidak mengherankan jika Ibnu Khaldun termasuk pemikir
yang interaktif dan mudah diterima hasil-hasil pemikirannya karena kepiawaian beliau
dalam menggunakan bahasa.
b. Pemikiran Ibnu Khaldun dalam dunia pendidikan

Salah satu pemikiran beliau tentang pendidikan Islam terlihat pada peletakan
dasar-dasar proses belajar mengajar sebagai sesuatu yang sangat mendasar dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Prinsip- prinsip tersebut secara
garis besarnya meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1) Adanya penahanan dan pengulangan secara berproses.

5
2) Seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya harus mengerti psikologi
murid-muridnya
3) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya guru memfoluskan pada satu
masalah, jangan mencampuraduk
4) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya seorang guru jangan terlalu lama
mengulur waktu sehingga menganggu jadwal belajar seharusnya. Ini akan
menimbulkan sifat pelupa pada anak, sehingga memutuskan berbagai ilmu yang di
pelajari.
5) Utamakan pemahaman pelajaran, jangan hanya hafalan
6) Seorang guru hendaknya bersikap kasih sayang terhadap anak didiknya.

B. Tokoh Pendidikan Barat dan Pemikiranya


1. John Locke
a. Riwayat Hidup John Lock

John Locke lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di sebuah kota Wrington ,
Somersetshire kira-kira dua belas mil dari Bristol Inggris, sebagai anak seorang sarjana
hukum bernama Locke , ayahnya seorang pengacara Negara dan pegawai kepada Hakim
perdamaian di Chew Magna.
John Locke mendapat pendidikan di rumah. Pada usia 14 tahun ia sekolah
Westminster untuk persipan ke Oxford. Locke belajar ilmu alam dan kedokteran serta
mencapai gelar kesarjanaan tahun 1658. Kemudian masuk dunia diplomasi dan
ditempatkan di Brandenburg tahun 1665. Karena profesi diplomatnya ini, ia lalu
mengunjungi banyak Negara. Dia pernah ke Paris dan Belanda pada masa Stanhourder
Koning Willm III, kemudian kembali ke oxford , belajar lagi dan menjadi dokter. Ia
membaca tulisan-tulisan Descrates dan merasa sangat tertarik pada filsafatnya. Dia
meninggal pada tahun 1704. Locke adalah wakil dari kebudayaan Inggris pada masanya.

b. Pemikiran dan Peran John Locke dalam Dunia pendidikan

John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme, Ia sering
disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi.
Menurut empirisme, yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman,
baik pengalaman (lahiriah), sperti warna, suara, ekstensi, gerak , dll ataupun Pengalaman
internal (batiniah), yang disebut refleksi, seperti tahu, ragu, percaya dsb. Pengikut

6
empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk
mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam
kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita, pada
saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah kertas bersih yang belum
ditulis.
Dalam Buku Yang berjudul “ essay concerning human understanding “, Locke
berpendapat sebuah “kekosongan“ pikiran atau teori tabularasa. Dalam teori tabularasa,
dia menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih, seperti kertas
putih tanpa sifat dan tanpa ide. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari
pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik “pengindraan “ dan
“refleksi“. Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah,
sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
Sebagai pendidik, John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga
menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan
sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga, serta kapala
dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di
sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari
dekatkepribadian anak. Ciri didaktik John Locke adalah :

1). Belajar seperti bermain,

2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,

3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,

4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti

Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan
membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu alasan penting
untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain
menyetujui atau mencela. John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan
anak harus dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak
pendidikan agama yang berlebihan. (Baihaqi, 2007;, Syamsudin, 2000, Dahar, 1989)

7
2. Jean-Jacques Rousseau
a. Riwayat Hidup J.J Rousseau

J Rousseau lahir di Jenewa 28 Juni 1712. Ia menjadi terkenal sebagai seorang


tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya
mempengaruhi revolusi prancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran
pendidikan. Roussau di bebaskan pertama kali oleh ayahnya (issac) dan seorang bibi
(ibunya meninggal beberapa hari setelah kelahiran).

b. Pemikiran J.J Rousseau

Filsuf dan pendidik Jean-Jacques Rousseau mengemukakan ide-ide yang


berkaitan dengan paham romantisn di antaranya sebagai berikut:
1) Manusia dilahirkan secara alami semuanya baik :
Dalam paham romantic menunjukan bahwa manusia secara alami terlahir baik, jujur, dan
penuh kasih. Jika mereka ternyata jahat, tidak jujur, dan penuh kebencian.itu karena
pendidikan dan lingkungan masyarakat telah menyesatkan mereka. Tujuan utama
pendidikan adalah untuk membnatu anak tumbuh secara alami di bawah bimbingan yang
baik.
2) Tujuan pendidikan adalah unutk meningkatkan kemampuan anak-anak itu sendiri:
Dalam nilai romantic kebahagiaan dan kebebsan individu lebih tinggi dari apapun,oleh
karena itu penulis paham romantic menolak kalim yang menyatakan bahwa pendidikan
untuk mempersiapkan anak dalan bidang perekonomian atau masyarakat ,atau lebih dari
itu seperti tujuan-tujuan politik dan sosial melainkan untuk pertumbuhan pribadi anak itu
sendiri,Rousau menyatakan bahwa’’pendidikan lebih mengembangkan kemampuan yang
ada diri pada individu itu sendiri tidak terhadap apa yang tidak ada bagian dari dirinya.’’
3) Anak belajar secara langsung apa yang ia pelajari
Anak-anak secaraa alami memiliki rasa ingin tahu dan akan berusaha untuk mencari tahu
jawabannya melalui bantuan campur tangan orang dewasa, seorang guru harus
mendorong mereka untuk bertanya ,memecahkan masalah yang mereka hadapi.
4) Tidak ada perangkat kurikulum
Rousseu menyatakan anak harus diajarkan oleh pengalaman sendiri,seorang guru
memberikan masalah kepada siswa namun siswa harus menemukan solusinya,melek
huruf dan tujuan kompetensi yang dapat mereka peroleh dalam perjalanan belajar
berbeda dengan pendidikan formal.

8
5) Pendidikan harus berlangsung dalam dunia nyata
Lingkungan geografis akan mengarahkan dia dalam perkembangan moral dan intelektual
,perkembangan tersebut akan dimulai dari kota tempat tinggal untuk mengetahui seperti
apa hidup ini sebagai contoh seorang anak harus berada diantara orang miskin sehingga
‘’penderitaan ,keluhan akan membuatnya merasakan menderita dan ia akan belajar
pengalaman tersebut.
6) Kelulusan ,persaingan ,dan pemberian penilaian ,menghambat perkembangan pribadi.
(Baihaqi, 2007; Komar, 2006).
3. Jean Piaget
a. Riwayat Hidup J.Piaget

Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan psikolog berkebangsaan Swiss yang
tertarik kepada dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori para ahli
pendidikan yang sudah ada (Munari, 1994). Sebagai seorang epistomolog, Piaget
mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa diketahui bagaimana pengetahuan
seseorang bisa diperoleh (Dahar,1989). Metode dan prinsip yang dikemukakan Piaget
tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli-ahli pendidikan dari berbagai
negara (Munari, 1994).

Dilansir dari situs www.notablebiographies.com, Piaget lahir pada tahun 1896 dan
meninggal tahun 1980. Di usia 15 tahun, Piaget mulai mempublikasikan ketertarikannya
tentang penelitian ilmiah dalam jurnal internasioanal. Gelar Ph.D diperoleh Piaget saat
usianya 21 tahun dalam bidang biologi. Oleh karena itu teori-teori perkembangan
intelektualnya banyak dipengaruhi oleh keahliannya di bidang biologi. Salah satunya
Piaget berpendapat bahwa proses untuk memperoleh pengetahuan merupakan proses
adaptasi intelektual terhadap pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang
(Suparno, 1997). Proses ini sama halnya dengan proses adaptasi makhluk hidup terhadap
lingkungannya.
b. pemikiran dan peran J. Piaget dalam Dunia Pendidikan

Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam


dunia pendidikan (Suparno,1997). Konstruktivisme dalam dunia pendidikan dapat
diartikan bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil
darikonstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
diperolehnya.

9
Teori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif dalam belajar adalah
karya Piaget yang paling terkenal. Menurut teori konstruktivisme, guru hanya sebagai
fasilitator, mediator, dan evaluator agar pemikiran muridnya berjalan sebagaimana
mestinya. Guru harus bisa mengaktifkan muridnya untuk berfikir sebab pada
kenyataannya saat datang ke sekolah, seorang anak tidak datang dengan pengetahuan
kosong. Anak sudah mengalami banyak peristiwa yang menjadi pengalamannya. Tinggal
bagaimana pengalaman tersebut diolah sehingga menghasilkan suatu konsep atau persepsi
yang benar. Proses pembelajaran dengan konstruktivisme yang dikemukakan Piaget
memang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran matematika dan sains. Hal ini
sesuai dengan latar belakang pendidikan Piaget yang seorang biologis.
Dalam teori konstruktivisme yang dikemukakan Piaget, pengetahuan atau konsep
yang dimiliki anak bisa diperoleh melalui dua cara. Pertama melalui asimilasi, yaitu
integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang
dimiliki. Sedangkan yang kedua melalui akomodasi, yaitu terbentuknya konsep baru pada
anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya. Piaget
juga mengemukakan istilah equilibrium yaitu keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi.
Proses asimilasi dan akomodasi yang dikemukakan dalam teori konstruktivisme
Piaget dapat terjadi atas dasar adanya skema yang dimiliki tiap anak. Menurut Piaget,
skema adalah struktur pengetahuan awal yang ada dalam pikiran seseorang (Suparno,
1997). Skema bisa berubah seiring dengan perkembangan intelektual anak dan
penambahan pengalaman yang dimiliki anak. Contohnya, anak memiliki skema awal
bahwa semua tumbuhan memiliki daun berwarna hijau. Kemudian seiring dengan
pengalaman belajar yang dimiliki akhirnya terbentuk skema baru bahwa tidak semua
daun berwarna hijau melainkan ada yang merah atau ungu tergantung dari pigmen yang
dimiliki daun tersebut. Berarti terjadi akomodasi dalam pembentukan konsep tersebut.
Karya Piaget lain yang monumental adalah teori perkembangan kognitif untuk
anak. Dalam teorinya Piaget berpendapat bahwa anak-anak memiliki perbedaan tingkat
pemahaman untuk tingkat usia yang berbeda. Piaget membedakan tingkat kognitif anak
menjadi tiga yaitu:
1) Tingkat Sensorimotor untuk anak baru lahir sampai usia 18 bulan. Pada tahap ini
bayi memperoleh pengetahuan melalui aktifitas fisik.
2) Tingkat Preoperasional untuk anak usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak
mendapatkan pengetahuan melalui tindakan simbolik seperti kata-kata.

10
3) Tingkat Operasional Konkrit untuk anak usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini
anak memperoleh pengetahuan simbolik dan logis. Alasan anak logis untuk hal
konkrit.

Teori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif Piaget sudah mulai


digunakan di Eropa dan Amerika sejak teori ini muncul, sebagai pertimbangan
penyusunan kurikulum belajar.

4. Benjamin S. Bloom
a. Riwayat Hidup Bloom

Benjamin S. Bloom lahir pada 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania, dan


meninggal pada tanggal 13 September 1999. Dia menerima gelar sarjana dan gelar
master dari Pennsylvania State University pada tahun 1935 dan Ph.D. Pendidikan dari
University of Chicago Maret 1942. Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di
University of Chicago pada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959. Ia juga adalah
seorang guru, penasihat pendidikan dan psikologi pendidikan.

b. Pemikiran Bloom dalam Dunia Pendidikan

Salah satu pemikiran fenomenalnya ialah Teori Taksonomi Bloom. Taksonomi


berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti
aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada
kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin
Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan
pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif
meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah
afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah
psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin
Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom, dalam revisi ini

11
ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-
masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih
tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan
menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah
jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak
ada. (Anderson, dkk, 2001)
C. Tokoh Pendidikan Nasional dan Pemikiranya
1. Mohammad Syafei
a. Daftar Riwayat Hidup

Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan


diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah,kemudian
dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi. Marah Sutan adalah
seorang pendidik dan inteletual ternama. Dia sudah mengajar diberbagai daerah di
nusantara,pindah ke Batavia pada tahun1912 dan disini aktif dalam kegiatan penertiban
dan Indische Partij. Pendidikan yang ditempuh Moh.Syafei adalah sekolah raja di Bukit
tinggi,dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar disekolah
Kartini. Pada tahun 1922 Moh.Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya
sendiri. Disini ia bergabung dengan ”Perhimpunan Indonesia“, sebagai ketua seksi
pendidikan. Dinegeri Belanda ini ia akrab dengan Moh.Hatta,yang memiliki banyak
kesamaan dan karakteristik dan gagagasan dengannya,terutama tentang pendidikan bagi
pengembangan nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan
nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda,maka pendidikan raktyat
haruslah diperluas dan diperdalam.

b. Pemikiran Mohammad Syafei


1) Nasionalisme
Mohammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam
arti konsep dan praktek penyelenggara pendidikan INS kayu tanam didasarkan pada cita-
cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersanjatai dirinya dengan
alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam. Semangat
nasionalisme Mohammad Syafei dipengaruhi oleh pandangan –pandangan Cipto
Mangunkusumo dan Douwes Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda.

12
2) Developmentalisme
Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran
Develomentalisme.,terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan John
Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan
Jan Ligthar. Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat
mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan.

3) Konsep Sekolah Kerja


Menurut konsep ini sekolah hendaknya tidak mengasingkan diri dari kehidupan
masyarakat. Untuk itu Syafei mengutip pemikiran Guning, ”sebagian sekolah,karena
kesalahannya sendiri dan ada pula sebagian yang tidak salah ,telah mengasingkan diri
dari kehidupan sejati dan telah membentuk dunianya sendiri.Mengukur segala-galanya
menurut pahamnya sendiri.Selama hal itu tidak berubah ,maka sekolah tidak dapat
memenuhi kewajibannya.Ia selalu memaksakan kehendaknya sendiri kepada masyarakat
yang seharusnya ia mengabdi kepada masyarakat”.

4) Dasar Pendidikan

Dasar pendidikan yang dikembangkan oleh Moh.Syafei adalah


kemasyarakatan,keaktifan ,kepraktisan,serta berpikir logis dan rasional.Berkenan dengan
itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan bahan yang dapat
mengembangkan pikiran,perasaan,dan ketrampilan atau yang dikenal dengan istilah 3
H,yaitu Head,Heart dan Hand.Implikasi terhadap pendidikan adalah ;
a) Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional
b) Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-
sungguh.
c) Mendidik anak –anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
d) Menanamkan rasa cinta tanah air.
e) Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
c. Peran Mohammad Syafei

1) Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische


Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam,sekitar 60 km
disebelah Utara kota Padang.

13
2) Saat Indonesia merdeka,Moh,Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan
dan kebudayaan diPadang Panjang.
3) Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12
Maret 1946 -2 Oktober 1946 sera menjadi anggota DPA.
4) Tahun 1968 atas jasa-jasa yang bersangkutan dibidang pendidikan maka IKIP Padang
memberikan gelar Dr.HC. (Baihaqi,2007; Saadulloh, 1993; & Agung, Suparman
2013)

2. Ki Hajar Dewantara
a. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara

Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki Hadjar Dewantara
terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada
tanggal 26 April 1959. Sebagai golongan ningrat, Ki Hadjar Dewantara memperoleh hak
untuk mengeyam pendidikan yang layak dari kolonial Belanda. Setelah menamatkan
ELS ( Sekolah Dasar Belanda), beliau meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah
Dasar Bumiputera), sayang sekali karena sakit ia tidak dapat meneruskan pendidikannya
di STOVIA. Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa dan
sampai saat wafatnya terus memimpin perguruan tersebut. Taman Siswa merupakan
sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

b. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pendidikan


Membaca tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, teringat pada
pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan. Keduanya sama-sama menekankan
bahwa titik berat proses belajar mengajar terletak pada murid. Pengajar berperan sebagai
fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi konseptualisasi dan
solusi dari masalah yang dihadapi. Jadi pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran
yang berpusat pada murid (student center learning). Dasar pertama dari pendekatan
konstruktivisme dalam pendidikan adalah “teori konvergensi” yang menyatakan bahwa
“pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor
pengasuhan (nurture). Menurutnya, baik “dasar” (faktor bawaan) maupun “ajar”
(pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang.

14
Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori konvergensi
diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan siswa atau yang disebutnya
“sistem merdeka”. Ki Hadjar menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu
memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak
hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap mengatur
hidupnya dengan tertib. Singkatnya, pendidikan menjadikan orang mudah diatur tetapi
tidak dapat disetir.
Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri
Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada ( di depan, seorang pendidik harus
memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga
kini dalam dunia pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
(Baihaqi,2007; Agung, Suparman, 2013)
3. Buya Hamka
a. Riwayat Hidup

Dikutip dari Wijaya (2020), Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih
dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga
politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya HAMKA juga seorang pembelajar
yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi
dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama
dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek,
Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada
umur 73 tahun.

b. Pemikiran Buya Hamka dalam dunia pendidikan

Pemikiran Hamka tentang pendidikan secara garis besar terbagi menjadi 5 bagian,yaitu :
1) Urgensi Pendidikan
Hakekat pendidikan menurut Hamka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : pertama,
pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan
jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan ruhani, yaitu pendidikan

15
untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
didasarkan kepada agama. Kedua unsur jasmani dan ruhani tersebut memiliki
kecenderungan untuk berkembang, dan untuk menumbuh kembangkan keduanya
adalah melalui pendidikan karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut.
2) Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki dua dimensi; bahagia di dunia
dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus menjalankan tugasnya
dengan baik yaitu beribadah. Oleh karena itu segala proses pendidikan pada
akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai abdi Allah
yang baik.
3) Materi Pendidikan
Materi pendidikan dalam pandangan Hamka pada dasarnya berkisar antara
ilmu,amal dan akhlak, serta keadilan. Ketiga ilmu tersebut sangat mendasari dalam
proses pendidikan.
4) Prinsip Pendidikan
Pendidikan menurut Hamka harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan dengan
tauhid sebagai prinsip utama akan memberi nilai tambah bagi manusia dan
menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang
benar.
5) Kurikulum Pendidikan
Dalam nuatan kurikulum pendidikan, menurut Hamka, harus mencakup seluruh ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup
manusia.

D. Tokoh Pendidikan Perempuan dan Pemikiranya


1. Maria Montesseri
a. Riwayat Hidup Maria Montessori
Dikutip dari Baihaqi (2007), Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di
Chiaravalle, sebuah propinsi kecil di Ancona. Maria mempunyai minat dan bakat yang
besar terhadap matematika, sehingga orangtuanya mengirimnya ke Roma agar mendapat
pendidikan yang lebih baik. Ia mulai menekuni bidang mesin, kemudian biologi dan
akhirnya bidang kedokteran. Pada tahun 1896, ia menjadi wanita pertama di Italia yang
mendapatkan gelar Doctor of Medicine.

16
Dr. Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun. Setelah
kematiannya, anak laki-lakinya menggantikan kedudukannya sebagai direksi Association
Montessori Internationale yang berkantor pusat di Amsterdam.

b. Pemikiran Montessori dalam dunia pendidikan


Teori Montessori sering dikenal sebagai Pendekatan Montessori salah satu
teorinya tentang anak adalah :
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, dan
memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan anak
yang sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya dapat
menyumbang kepada dunia yang lebih baik.”
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang sangat
esensial bagi keseluruhan hidupnya. Dan Maria Montessori menggagaskan tentang
konsep Child’s Self-Construction yang menyatakan bahwa anak membangun sendiri
perkembangan jiwanya, Sensitive Periods menyatakan usia anak dini adalah masa peka,
absorbent mind serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa penyerap berbagai
pengetahuan dan pengalaman dalam hidupnya.
Semasa hidupnya Maria Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi
lahir, bahkan tahun-tahun awal kehidupannya meupakan masa-masa formatif yang paling
penting baik fisik maupun mental anak. Seorang bayi mempunyai fikiran yang aktif,
tidak hanya secara pasif menunggu instruksi dari orang dewasa, dan bisa menjadi apatis
bila selalu ditinggal sendiri.
Melalui proses belajar yang normal dan secara bertahap, pola-pola perilaku
ditetapkan dan kekuatan-kekuatan pikiran orang dewasa mulai ditumbuhkan. Metode
pembelajaran yang sesuai dalam tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun biasanya
akan menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Karena perkembangan mental dalam
usia-usia awal berjalan dengan cepat, periode ini tidak boleh disepelekan. Montessori
yakin bahwa pada tahun-tahun awal, anak mempunyai “Periode-periode Sensitif
(Sensitive Periods)”, selama masa-masa inilah dia secara khusus mudah menerima
stimulasi-stimulasi itu.
Pada tahun 1909, Maria Montessori menerbitkan “Scientific Pedagogy as Applied
to Child Edication in the Children Houses”. Karyanya mendapat perhatian masyarakat
terlebih masyarakat Amerika. Awalnya Teori Montessori mendapat kritik karena banyak
yang beranggapan bahwa latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan anak lebih lanjut

17
tidak perlu untuk anak usia pra sekolah. Diantara pengkritik ini adalah pengikut
Darwinisme konservatif yang sangat percaya pada faktor keturunan sebagai satu-satunya
penentu perkembangan anak. Teori Freud (psico-analitis) yang mendapat perhatian
diawal tahun 1900-an juga cenderung merendahkan arti pentingnya revelasi Montessori
di mana materi-materi pendidikannya membangkitkan minat spontanitas anak dalam
belajar. Secara perlahan gerakan Montessori berkembang di Eropa dan belahan dunia
lainnya.
2. Dewi Sartika
a. Riwayat Hidup Dewi Sartika

Dikutip dari Zakiah (2011), Dewi sartika dilahirkan pada tanggal 4 Desember
tahun 1884. Ayahnya bernama R. Rangga Somanegara yang merupakan Patih Bandung.
Sedangkan ibunya bernama R.A. Rajapermas yang merupakan putri Bupati Bandung
R.A.A Wiranatakusumah IV. Dewi sartika bersama-sama saudaranya, R. Somamur, R.
Junus, R. Entis, dan R. Sari Pamerat dibesarkan dalam lingkungan kehidupan keluarga
yang harmonis.
Dewi Sartika dilahirkan di keluarga priyayi Sunda,. Meskipun bertentangan
dengan adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah
Belanda. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya)
yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan
mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari
seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Untuk mengenang jasa-jasanya
dalam dunia pendidikan, Pemerintah memberikan beliau gelar Pahlawan Kemerdekaan
Nasional. Gelar kehormatan tersebut diberikan pada tanggal 1 Des 1966 dan disahkan
melalui SK Presiden RI No.252 Tahun 1966.

b. Pemikiran Dewi Sartika dalam Dunia Pendidikan

Raden Dewi Sartika adalah sosok pahlawan Indonesia yang berjuang


untuk memajukan derajat perempuan melalui pendidikan. Walaupun Raden
Dewi Sartika tidak memiliki ijazah namun ia mampu menjadi guru bangsa. Ia
memiliki naluri seorang pemikir dan aktifis yang dengan tegas mendobrak kebiasaan
lama menjadi sesuatu yang baru dengan bermodalkan tekad yang kuat, keberanian,
tanggung jawab, keteguhan, serta pemikiran yang cemerlang dalam membuat suatu

18
konsep luar biasa, yang belum tentu ada orang pada masa sekarang mampu
membuatnya.
Konsep pendidikan yang Raden Dewi Sartika kemukakan pada tahun 1904,
menurut hemat penulis, sangat relevan dengan keadaan pendidikan pada masa
sekarang. Diantaranya, prinsip Nu Bisa Hirup yang mengimplikasikan bahwa
kemampuan kaum perempuan dapat disejajarkan dengan kaum laki-laki. Oleh
karena itu, dengan prinsip Nu bisa hirup, kaum perempuan akan dapat
menjalankan kehidupannya dengan sebaik mungkin, dan dapat berdiri di atas kaki
sendiri, cakap, dan terampil dalam menyongsong kehidupan yang akan datang.
Selain itu juga, pandangan Raden Dewi Sartika sejalan dengan aliran konvergensi
yang dicetuskan oleh William Stern, yang berpandangan bahwa perkembangan
seseorang tergantung pada pembawaan dan lingkungannya.
Yang menarik ialah pandangan Raden Dewi Sartika mengenai mutu
pendidikan bahwa jika anak dididik dengan baik maka akan bisa menyamai orang
Eropa. Kalimat itu, walaupun diucapkan pada tahun 1911. Namun, kita bisa
melihat dari kalimat tersebut bahwa Raden Dewi Sartika adalah seorang pelopor
zaman itu, yang mengucapkan kalimat yang sarat dengan idealisme. Gagasan Raden
Dewi Sartika yang sangat relevan lainnya adalah mengenai konsep tujuan
pendidikan di Sakola Kautamaan Istri, yaitu istilah cageur, bageur, bener, pinter,
dan wanter yang semua itu mencakup seluruh aspek baik itu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiga aspek itu, merupakan aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik
pada masa sekarang.
Dari gagasan-gagasannya itu, dapat diketahui bahwa Raden Dewi
Sartika adalah seorang pemikir dan aktifis yang berpandangan jauh ke depan,
untuk kemajuan bangsanya terutama kaum perempuan.

19
BAB III
ANALISIS

A. Konsep Pendidikan Islam


Dari hasil analisis terhadap konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dapat disimpilkan
bahwa secara filosofis konsep ini adalah merupakan konsep yang ideal, yang menekankan pada
aspek-aspek religius sebagai dasar pengembangan potensi manusia (peserta didik). Salah satu ciri
dari pendidikan Al-Ghazali adalah kecenderungan terhadap pendidikan akhlak, sehingga sngatlah
menjadi perhatian dari pemikiran Al-Ghazali tentang peserta didik yang akan menjadiakn mereka
lebih terarahkan dalam proses pembelajaran.
Sedangkan ibnu khaldun Prinsip-prinsip metode pengajaran yang dikemukakan oleh Ibnu
Khaldun masih banyak yang relevan dengan kondisi pendidikan yang sekarang khususnya untuk
Pendidikan Dasar. Di mana Ibnu Khaldun menekankan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru harus secara bertahap dan pengulangan materi. Dalam hal ini diharapkan ilmu pengetahuan
yang diajarkan mengarah dalam bentuk pengajaran tuntas. Karena Ibnu Khaldun mengutamakan
pemahaman terhadap suatu bidang ilmu yang dipelajari, sebelum betul-betul memahaminya
belum boleh pindah ke bidang ilmu yang lain. Kemudian, Ibnu Khaldun juga menekankan sikap
yang lemah lembut dan kasih sayang terhadap anak didiknya, dan melarang sikap keras dan kasar
terhadap anak didiknya terutama untuk Pendidikan Dasar. Prinsip-prinsip pendidikan yang
dikemukakan khaldun tentu sangat erat kaitannya dengan apa yang diajarkan islam.
Sedangkan menurut Hamka, konsep pendidkan yang dikemukakannya yang terdiri dari
Tujuan, materi, metode, prinsip serta kurikulum pendidikan harus bernafaskan islam.
Oleh karena itu, Pendidikan Islam, dengan karakteristik-karakteristik yang disampaikan
oleh beberapa tokoh pendidikan diatas tersebut tampak jelas keunggulan pendidikan Islam
dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena, pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan
langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.

B. Konsep Pendidikan Barat


Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran
falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme,

20
idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Sehingga tidak heran, apabila ada konsep
pendidikan yang berbeda ataupun bertentangan antara satu dengan yang lainnya karena
tidak didasari pada ideologi yang sama.
Contohnya, Seperti beberapa konsep tokoh-tokoh pendidikan diatas. John Locke
bersikukuh dengan teori tabula rasa tentang konsep pengalaman dan lingkungan yang
mengisi kekosongan tersebut. Hal ini kemudian ditentang oleh teori-teori lainnya.
Kemudian muncullah Piaget dengan Konstrutivisme nya. J.J rosseau dengan
romatismenya dan beberapa teori pendidikan lainnya.
Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di
atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang
diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta
nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah .
Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu
sekular.
Walaupun begitu, disisi lain, adanya konsep pendidikan barat tentu membuat
kaya dunia pendidikan dan dapat diaplikasikan sesuai dengan situasi pendidikan di setiap
zamannya.

C. Konsep Pendidikan Nasional

Setelah Melihat dan mencermati pemikiran tokoh-tokoh pendidikan nasional,


awalnya pendidikan cenderung dilakukan atas kesadaran diri atas pentingnya pendidikan
dalam melawan kolonialisme. Tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, Dewi
Sartika, Mohammad syafei, dll menegaskan bahwa adanya pendidikan akan Hal ini dapat
terwujud melalui system pendididkan yang dapat mengembangkan jiwa bangsa yang
aktif kreatif. Dengan sistem ini,anak –anak sejak kecil sudah dilatih mempergunakan
akal pikiran mereka yang didorong olah kemauan yang kuat untuk menciptakan sesuatu
yang berguna bagi kehidupan manusia. Jelas kiranya bahwa secara tidak langsung,
lahirnya pendidkan sebagai awal lahirnya semangat nasionalisme yang tertuju pada
membangun bangsa melalui pendidikan gara menjadi bangsa yang pandai berbuat untuk
kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
Lebih luas, kami melihat konsep pendidikan Nasional cenderung menggabungkan
antara pendidikan Islam dan pendidikan barat. Hal ini diperkuat oleh filsafat pendidikan

21
pancasalia yang menjadi rujukan pendidikan nasional. Jelasnya, tokoh-tokoh pendidkan
nasional seperti Syafei, Ki Hajar, Hamka, dan Dewi Sartika selain mengajar dan
mendidik tentang pendidikan umum, mereka juga mengajarkan pendidikan agama dalam
sekolahnya. Sedangakan di dalam filsafat barat, tokoh-tokoh pendidikan nasional
cenderung menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Mohd sayfi’i menggunakan
Developmentalisme dalam mendidik. Sedangkan, Ki hajar dewantara menggunakan
Kotruktivisme dan Konvergensi dalam mengajr dan mendidik peserta didiknya.
Sedangkan Dewi Sartika cenderung dipengaruhi oleh Kognitivisme.
Dengan demikian, kami melihat bahwa pendidikan nasional sekarang mengadopsi
dua sistem yaitu pendidikan Islam sekaligus pendidikan Barat. Akibatnya, Dari
pendidikan Islam bisa diambil basic moralnya, sementara dari Barat bisa diambil
metodologi keilmuannya. Sehingga akan terlahir konsep pendidikan yang bernilai liberal
dengan muatan moral dan ajaran islam didalamnya. Dengan kata lain, pendidikan
nasional bertujuan melahirkan pendidikan Islam berbasis etik-rasional atau moral
intelektual.

22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penjabaran pemikiran tokoh-tokoh diatas, historia pendidikan di indonesia tidak

terlepas dari tiga pandangan tentang konsep pendidikan yaitu Islam, Barat, dan Nasional. Dalam

Islam, Pendidikan mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang

mengatur seluruh aspek kehidupannya dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Sebaliknya, konsep pendidikan barat cenderung berbeda antara satu dengan yang lainnya

karena tidak didasari ideologi yang sama dan menggunakan spekulasi filosofis yang terkait

dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu

pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus

berubah. Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-

ilmu sekular.

Sedangkan pendidikan nasional cenderung mengadopsi dua sistem yaitu pendidikan

Islam sekaligus pendidikan Barat. Akibatnya, dari pendidikan Islam bisa diambil basic moralnya,

sementara dari Barat bisa diambil metodologi keilmuannya. Sehingga akan terlahir konsep

pendidikan yang bernilai liberal dengan muatan moral dan ajaran islam didalamnya

B. Saran
1. Dengan dilakukannya penulisan ini, penulis memiliki harapan agar
sekiranya kita semua dapat lebih jauh mengenal sosok tokoh-tokoh pendidikan
dan pemikirannya baik dari Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan juga Nasional.
2. Untuk civitas akademika dan juga para guru, penulis berharap agar dapat
melanjutkan dan mengembangkan gagasan tokoh-tokoh pendidikan dalam setiap
proses kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik dan kependidikan secara
umum.
3. Bagi mahasiswa, agar dapat mengetahui gagasan-gagasan tokoh-tokoh
pendidikan seperti Mohammad Syafei, Dewi Sartika, Ki hajr Dewantar, dan lain-

23
lain dalam memajukan bangsa serta meneladani kegigihan dan semangat tanpa
lelah dalam memperjuangkan hak bangsa untuk mengenyam pendidikan. Yang
pada akhirnya, diharapakan agar mahasiswa menjadi generasi penerus untuk
memajukan pendidikan di Indonesia.
4. Untuk menumbuhkan generasi muslim yang berakhlak, beriman, dan bertakwa,
sangat diperlukan adanya peng-intregasian antara ajaran-ajaran Islam dengan Ilmu
umum lainnya dalam proses pendidikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (1998). Pemikiran Al-Ghazali tentang pendiikan. Pustaka Pelajar, Jogyakarta

Agung, Leo., T Suparman. (2013). Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Ombak.

Anderson, L. W. and David R. Krathwohl, D. R., et al (Eds..) (2001). A Taxonomy for


Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational
Objectives. Allyn & Bacon. Boston, MA (Pearson Education Group)

Baihaqi, MIF,(2007) Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Non Formal. Bandung: Pustaka Setia.

Lisnawati. (2017). Konsep Ideal Pendidikan Menurut Pandangan Ibnu Khaldun Dan
Hubungannya Dengan Konteks Pendidkan Modern. Jurnal Al-Muta’aliyah STAI
Darul Kamal NW Kembang kerang, 1(1), 54-73.

Munari, A. (1994). “Jean Piaget”. Prospect: the quarterly review of comparative education.
24, (1/2), 311-327.

Nata, Abuddin. (2003). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Saduloh , Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi Jurusan


Filsafat dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP

Syamsudin .M, Abin, (2000), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Sulaiman, Fathiyah. (1993). Sistem Pendidikan Versi Al Ghazali, Bandung: PT. Al Ma’arif.

Notable Biography. Biografi Jean Piaget. Retrieved from


http://www.notablebiographies.com/Pe-Pu/Piaget-Jean.html

Wijaya, R. (2020). Biografi Buya Hamka. Retrieved from https://bio.or.id/biografi-buya-


hamka/

Zainuddin, dkk. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.

Zakiah, L. (2011). Konsep Pendidikan Perempuan Menurut Raden Dewi Sartika UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarata.

25

Anda mungkin juga menyukai