KAJIAN HISTORIS TERHADAP TOKOH Draft 3
KAJIAN HISTORIS TERHADAP TOKOH Draft 3
Makalah
Oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Kajian Pedagogik dengan judul “Kajian Historis
Terhadap Tokoh-Tokoh Pendidik”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen kami
ibu Dr. Pupun Nuryani, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Biografi seseorang telah banyak ditulis, baik oleh penulis akademis yang
bersangkutan maupun penulis non akademis. Setiap penulis mempunyai cara pandang
berbeda – beda terhadap tokoh yang ditulisnya. Dalam beberapa tahun terakhir, biografi
dan otobiografi sangat banyak ditulis dan ditebitkan. Berbagai macam tujuan dalam
penulisan tersebut, mulai dari politik, inspirasi, dedikasi, dan lain sebagainya.
Tulisan ini dikumpulkan dari berbagai sumber diantaranya ialah buku referensi,
artikel, dan jurnal kemudian di analisis kembali agar tulisan ini layak untuk disajikan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberi sepenggal pengetahuan yang dapat dijadikan
bahan pemikiran dan diskusi, sehingga kekurangannya dapat disempurnakan.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penuilisan
3
BAB II
Al-Ghazali berkata:
“Hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan
semesta alam, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul
dengan alam arwah, itu semua adalah kebesaran, pengaruh, pemerintahan bagi raja-raja
dan penghormatan secara naluri.”
Selanjutnya dari kata-kata berikut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian, tujujan jangka panjang dan tujuna
jangka pendek. Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah.
Menurut konsep ini, dapat dinyatakan bahwa semakin lama seseorang duduk dibangku
pendidikan, semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin mendekat kepada
Allah. Sedangkan, tujuan pendidikan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Selanjutnya, Al-Ghazali juga menyinggung
masalah pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, dan kemulian dunia secara naluri.
Semua itu bukan merupakan tujuan dasar seseorang yang melibatkan diri di dunia
pendidikan.
4
2) Metode Pengajaran
Sebagaimana yang dikatakan oleh (Abidin, 1998, hal. 97) bahwa ”metode
pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibabgi menjadi dua bagian antara pendidikan
agama dan pendidkan akhlak”. Metodik pendidikan agama menurut Al-Ghazali, pada
prinsipnya dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan
keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan
yang menguatkan akidah.
Selanjutnya Sulaiman (1993, hal. 61) ”Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan
agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sebab yang demikian
lantaran dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima
kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak di tuntut untuk
mencari dalilnya”. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, bahwa pengajran
harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Sehingga Al-Ghazali
mengatakan bahwa ”ahklak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan”.
2. Ibnu Khaldun
a. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun
Dikutip dari Lisnawati (2017), Ibnu Khaldun, seorang cendikiawan muslim yang
sangat populer ini mempunyai nama lengkap Abdu Ar-Rahman bin Al-Hasan bin
Khaldun, dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 H/1332 M dan wafat di Mesir pada tahun
808 H (1406). Dia berasal dari keluarga Andalusia yang berdomisili di Silvia. Sejak kecil
beliau telah mendapat didikan langsung dari orang tuanya untuk mempelajari dasar-dasar
pemahan Al-qur’an. Hal ini tidak mengherankan jika Ibnu Khaldun termasuk pemikir
yang interaktif dan mudah diterima hasil-hasil pemikirannya karena kepiawaian beliau
dalam menggunakan bahasa.
b. Pemikiran Ibnu Khaldun dalam dunia pendidikan
Salah satu pemikiran beliau tentang pendidikan Islam terlihat pada peletakan
dasar-dasar proses belajar mengajar sebagai sesuatu yang sangat mendasar dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Prinsip- prinsip tersebut secara
garis besarnya meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1) Adanya penahanan dan pengulangan secara berproses.
5
2) Seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya harus mengerti psikologi
murid-muridnya
3) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya guru memfoluskan pada satu
masalah, jangan mencampuraduk
4) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya seorang guru jangan terlalu lama
mengulur waktu sehingga menganggu jadwal belajar seharusnya. Ini akan
menimbulkan sifat pelupa pada anak, sehingga memutuskan berbagai ilmu yang di
pelajari.
5) Utamakan pemahaman pelajaran, jangan hanya hafalan
6) Seorang guru hendaknya bersikap kasih sayang terhadap anak didiknya.
John Locke lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di sebuah kota Wrington ,
Somersetshire kira-kira dua belas mil dari Bristol Inggris, sebagai anak seorang sarjana
hukum bernama Locke , ayahnya seorang pengacara Negara dan pegawai kepada Hakim
perdamaian di Chew Magna.
John Locke mendapat pendidikan di rumah. Pada usia 14 tahun ia sekolah
Westminster untuk persipan ke Oxford. Locke belajar ilmu alam dan kedokteran serta
mencapai gelar kesarjanaan tahun 1658. Kemudian masuk dunia diplomasi dan
ditempatkan di Brandenburg tahun 1665. Karena profesi diplomatnya ini, ia lalu
mengunjungi banyak Negara. Dia pernah ke Paris dan Belanda pada masa Stanhourder
Koning Willm III, kemudian kembali ke oxford , belajar lagi dan menjadi dokter. Ia
membaca tulisan-tulisan Descrates dan merasa sangat tertarik pada filsafatnya. Dia
meninggal pada tahun 1704. Locke adalah wakil dari kebudayaan Inggris pada masanya.
John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme, Ia sering
disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi.
Menurut empirisme, yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman,
baik pengalaman (lahiriah), sperti warna, suara, ekstensi, gerak , dll ataupun Pengalaman
internal (batiniah), yang disebut refleksi, seperti tahu, ragu, percaya dsb. Pengikut
6
empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk
mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam
kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita, pada
saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah kertas bersih yang belum
ditulis.
Dalam Buku Yang berjudul “ essay concerning human understanding “, Locke
berpendapat sebuah “kekosongan“ pikiran atau teori tabularasa. Dalam teori tabularasa,
dia menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih, seperti kertas
putih tanpa sifat dan tanpa ide. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari
pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik “pengindraan “ dan
“refleksi“. Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah,
sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
Sebagai pendidik, John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga
menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan
sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga, serta kapala
dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di
sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari
dekatkepribadian anak. Ciri didaktik John Locke adalah :
Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan
membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu alasan penting
untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain
menyetujui atau mencela. John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan
anak harus dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak
pendidikan agama yang berlebihan. (Baihaqi, 2007;, Syamsudin, 2000, Dahar, 1989)
7
2. Jean-Jacques Rousseau
a. Riwayat Hidup J.J Rousseau
8
5) Pendidikan harus berlangsung dalam dunia nyata
Lingkungan geografis akan mengarahkan dia dalam perkembangan moral dan intelektual
,perkembangan tersebut akan dimulai dari kota tempat tinggal untuk mengetahui seperti
apa hidup ini sebagai contoh seorang anak harus berada diantara orang miskin sehingga
‘’penderitaan ,keluhan akan membuatnya merasakan menderita dan ia akan belajar
pengalaman tersebut.
6) Kelulusan ,persaingan ,dan pemberian penilaian ,menghambat perkembangan pribadi.
(Baihaqi, 2007; Komar, 2006).
3. Jean Piaget
a. Riwayat Hidup J.Piaget
Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan psikolog berkebangsaan Swiss yang
tertarik kepada dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori para ahli
pendidikan yang sudah ada (Munari, 1994). Sebagai seorang epistomolog, Piaget
mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa diketahui bagaimana pengetahuan
seseorang bisa diperoleh (Dahar,1989). Metode dan prinsip yang dikemukakan Piaget
tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli-ahli pendidikan dari berbagai
negara (Munari, 1994).
Dilansir dari situs www.notablebiographies.com, Piaget lahir pada tahun 1896 dan
meninggal tahun 1980. Di usia 15 tahun, Piaget mulai mempublikasikan ketertarikannya
tentang penelitian ilmiah dalam jurnal internasioanal. Gelar Ph.D diperoleh Piaget saat
usianya 21 tahun dalam bidang biologi. Oleh karena itu teori-teori perkembangan
intelektualnya banyak dipengaruhi oleh keahliannya di bidang biologi. Salah satunya
Piaget berpendapat bahwa proses untuk memperoleh pengetahuan merupakan proses
adaptasi intelektual terhadap pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang
(Suparno, 1997). Proses ini sama halnya dengan proses adaptasi makhluk hidup terhadap
lingkungannya.
b. pemikiran dan peran J. Piaget dalam Dunia Pendidikan
9
Teori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif dalam belajar adalah
karya Piaget yang paling terkenal. Menurut teori konstruktivisme, guru hanya sebagai
fasilitator, mediator, dan evaluator agar pemikiran muridnya berjalan sebagaimana
mestinya. Guru harus bisa mengaktifkan muridnya untuk berfikir sebab pada
kenyataannya saat datang ke sekolah, seorang anak tidak datang dengan pengetahuan
kosong. Anak sudah mengalami banyak peristiwa yang menjadi pengalamannya. Tinggal
bagaimana pengalaman tersebut diolah sehingga menghasilkan suatu konsep atau persepsi
yang benar. Proses pembelajaran dengan konstruktivisme yang dikemukakan Piaget
memang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran matematika dan sains. Hal ini
sesuai dengan latar belakang pendidikan Piaget yang seorang biologis.
Dalam teori konstruktivisme yang dikemukakan Piaget, pengetahuan atau konsep
yang dimiliki anak bisa diperoleh melalui dua cara. Pertama melalui asimilasi, yaitu
integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang
dimiliki. Sedangkan yang kedua melalui akomodasi, yaitu terbentuknya konsep baru pada
anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya. Piaget
juga mengemukakan istilah equilibrium yaitu keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi.
Proses asimilasi dan akomodasi yang dikemukakan dalam teori konstruktivisme
Piaget dapat terjadi atas dasar adanya skema yang dimiliki tiap anak. Menurut Piaget,
skema adalah struktur pengetahuan awal yang ada dalam pikiran seseorang (Suparno,
1997). Skema bisa berubah seiring dengan perkembangan intelektual anak dan
penambahan pengalaman yang dimiliki anak. Contohnya, anak memiliki skema awal
bahwa semua tumbuhan memiliki daun berwarna hijau. Kemudian seiring dengan
pengalaman belajar yang dimiliki akhirnya terbentuk skema baru bahwa tidak semua
daun berwarna hijau melainkan ada yang merah atau ungu tergantung dari pigmen yang
dimiliki daun tersebut. Berarti terjadi akomodasi dalam pembentukan konsep tersebut.
Karya Piaget lain yang monumental adalah teori perkembangan kognitif untuk
anak. Dalam teorinya Piaget berpendapat bahwa anak-anak memiliki perbedaan tingkat
pemahaman untuk tingkat usia yang berbeda. Piaget membedakan tingkat kognitif anak
menjadi tiga yaitu:
1) Tingkat Sensorimotor untuk anak baru lahir sampai usia 18 bulan. Pada tahap ini
bayi memperoleh pengetahuan melalui aktifitas fisik.
2) Tingkat Preoperasional untuk anak usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak
mendapatkan pengetahuan melalui tindakan simbolik seperti kata-kata.
10
3) Tingkat Operasional Konkrit untuk anak usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini
anak memperoleh pengetahuan simbolik dan logis. Alasan anak logis untuk hal
konkrit.
4. Benjamin S. Bloom
a. Riwayat Hidup Bloom
11
ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-
masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih
tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan
menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah
jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak
ada. (Anderson, dkk, 2001)
C. Tokoh Pendidikan Nasional dan Pemikiranya
1. Mohammad Syafei
a. Daftar Riwayat Hidup
12
2) Developmentalisme
Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran
Develomentalisme.,terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan John
Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan
Jan Ligthar. Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat
mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan.
4) Dasar Pendidikan
13
2) Saat Indonesia merdeka,Moh,Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan
dan kebudayaan diPadang Panjang.
3) Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12
Maret 1946 -2 Oktober 1946 sera menjadi anggota DPA.
4) Tahun 1968 atas jasa-jasa yang bersangkutan dibidang pendidikan maka IKIP Padang
memberikan gelar Dr.HC. (Baihaqi,2007; Saadulloh, 1993; & Agung, Suparman
2013)
2. Ki Hajar Dewantara
a. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara
Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki Hadjar Dewantara
terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada
tanggal 26 April 1959. Sebagai golongan ningrat, Ki Hadjar Dewantara memperoleh hak
untuk mengeyam pendidikan yang layak dari kolonial Belanda. Setelah menamatkan
ELS ( Sekolah Dasar Belanda), beliau meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah
Dasar Bumiputera), sayang sekali karena sakit ia tidak dapat meneruskan pendidikannya
di STOVIA. Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa dan
sampai saat wafatnya terus memimpin perguruan tersebut. Taman Siswa merupakan
sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
14
Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori konvergensi
diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan siswa atau yang disebutnya
“sistem merdeka”. Ki Hadjar menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu
memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak
hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap mengatur
hidupnya dengan tertib. Singkatnya, pendidikan menjadikan orang mudah diatur tetapi
tidak dapat disetir.
Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri
Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada ( di depan, seorang pendidik harus
memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga
kini dalam dunia pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
(Baihaqi,2007; Agung, Suparman, 2013)
3. Buya Hamka
a. Riwayat Hidup
Dikutip dari Wijaya (2020), Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih
dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga
politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya HAMKA juga seorang pembelajar
yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi
dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama
dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek,
Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada
umur 73 tahun.
Pemikiran Hamka tentang pendidikan secara garis besar terbagi menjadi 5 bagian,yaitu :
1) Urgensi Pendidikan
Hakekat pendidikan menurut Hamka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : pertama,
pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan
jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan ruhani, yaitu pendidikan
15
untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
didasarkan kepada agama. Kedua unsur jasmani dan ruhani tersebut memiliki
kecenderungan untuk berkembang, dan untuk menumbuh kembangkan keduanya
adalah melalui pendidikan karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut.
2) Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki dua dimensi; bahagia di dunia
dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus menjalankan tugasnya
dengan baik yaitu beribadah. Oleh karena itu segala proses pendidikan pada
akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai abdi Allah
yang baik.
3) Materi Pendidikan
Materi pendidikan dalam pandangan Hamka pada dasarnya berkisar antara
ilmu,amal dan akhlak, serta keadilan. Ketiga ilmu tersebut sangat mendasari dalam
proses pendidikan.
4) Prinsip Pendidikan
Pendidikan menurut Hamka harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan dengan
tauhid sebagai prinsip utama akan memberi nilai tambah bagi manusia dan
menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang
benar.
5) Kurikulum Pendidikan
Dalam nuatan kurikulum pendidikan, menurut Hamka, harus mencakup seluruh ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup
manusia.
16
Dr. Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun. Setelah
kematiannya, anak laki-lakinya menggantikan kedudukannya sebagai direksi Association
Montessori Internationale yang berkantor pusat di Amsterdam.
17
tidak perlu untuk anak usia pra sekolah. Diantara pengkritik ini adalah pengikut
Darwinisme konservatif yang sangat percaya pada faktor keturunan sebagai satu-satunya
penentu perkembangan anak. Teori Freud (psico-analitis) yang mendapat perhatian
diawal tahun 1900-an juga cenderung merendahkan arti pentingnya revelasi Montessori
di mana materi-materi pendidikannya membangkitkan minat spontanitas anak dalam
belajar. Secara perlahan gerakan Montessori berkembang di Eropa dan belahan dunia
lainnya.
2. Dewi Sartika
a. Riwayat Hidup Dewi Sartika
Dikutip dari Zakiah (2011), Dewi sartika dilahirkan pada tanggal 4 Desember
tahun 1884. Ayahnya bernama R. Rangga Somanegara yang merupakan Patih Bandung.
Sedangkan ibunya bernama R.A. Rajapermas yang merupakan putri Bupati Bandung
R.A.A Wiranatakusumah IV. Dewi sartika bersama-sama saudaranya, R. Somamur, R.
Junus, R. Entis, dan R. Sari Pamerat dibesarkan dalam lingkungan kehidupan keluarga
yang harmonis.
Dewi Sartika dilahirkan di keluarga priyayi Sunda,. Meskipun bertentangan
dengan adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah
Belanda. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya)
yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan
mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari
seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Untuk mengenang jasa-jasanya
dalam dunia pendidikan, Pemerintah memberikan beliau gelar Pahlawan Kemerdekaan
Nasional. Gelar kehormatan tersebut diberikan pada tanggal 1 Des 1966 dan disahkan
melalui SK Presiden RI No.252 Tahun 1966.
18
konsep luar biasa, yang belum tentu ada orang pada masa sekarang mampu
membuatnya.
Konsep pendidikan yang Raden Dewi Sartika kemukakan pada tahun 1904,
menurut hemat penulis, sangat relevan dengan keadaan pendidikan pada masa
sekarang. Diantaranya, prinsip Nu Bisa Hirup yang mengimplikasikan bahwa
kemampuan kaum perempuan dapat disejajarkan dengan kaum laki-laki. Oleh
karena itu, dengan prinsip Nu bisa hirup, kaum perempuan akan dapat
menjalankan kehidupannya dengan sebaik mungkin, dan dapat berdiri di atas kaki
sendiri, cakap, dan terampil dalam menyongsong kehidupan yang akan datang.
Selain itu juga, pandangan Raden Dewi Sartika sejalan dengan aliran konvergensi
yang dicetuskan oleh William Stern, yang berpandangan bahwa perkembangan
seseorang tergantung pada pembawaan dan lingkungannya.
Yang menarik ialah pandangan Raden Dewi Sartika mengenai mutu
pendidikan bahwa jika anak dididik dengan baik maka akan bisa menyamai orang
Eropa. Kalimat itu, walaupun diucapkan pada tahun 1911. Namun, kita bisa
melihat dari kalimat tersebut bahwa Raden Dewi Sartika adalah seorang pelopor
zaman itu, yang mengucapkan kalimat yang sarat dengan idealisme. Gagasan Raden
Dewi Sartika yang sangat relevan lainnya adalah mengenai konsep tujuan
pendidikan di Sakola Kautamaan Istri, yaitu istilah cageur, bageur, bener, pinter,
dan wanter yang semua itu mencakup seluruh aspek baik itu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiga aspek itu, merupakan aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik
pada masa sekarang.
Dari gagasan-gagasannya itu, dapat diketahui bahwa Raden Dewi
Sartika adalah seorang pemikir dan aktifis yang berpandangan jauh ke depan,
untuk kemajuan bangsanya terutama kaum perempuan.
19
BAB III
ANALISIS
20
idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Sehingga tidak heran, apabila ada konsep
pendidikan yang berbeda ataupun bertentangan antara satu dengan yang lainnya karena
tidak didasari pada ideologi yang sama.
Contohnya, Seperti beberapa konsep tokoh-tokoh pendidikan diatas. John Locke
bersikukuh dengan teori tabula rasa tentang konsep pengalaman dan lingkungan yang
mengisi kekosongan tersebut. Hal ini kemudian ditentang oleh teori-teori lainnya.
Kemudian muncullah Piaget dengan Konstrutivisme nya. J.J rosseau dengan
romatismenya dan beberapa teori pendidikan lainnya.
Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di
atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang
diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta
nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah .
Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu
sekular.
Walaupun begitu, disisi lain, adanya konsep pendidikan barat tentu membuat
kaya dunia pendidikan dan dapat diaplikasikan sesuai dengan situasi pendidikan di setiap
zamannya.
21
pancasalia yang menjadi rujukan pendidikan nasional. Jelasnya, tokoh-tokoh pendidkan
nasional seperti Syafei, Ki Hajar, Hamka, dan Dewi Sartika selain mengajar dan
mendidik tentang pendidikan umum, mereka juga mengajarkan pendidikan agama dalam
sekolahnya. Sedangakan di dalam filsafat barat, tokoh-tokoh pendidikan nasional
cenderung menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Mohd sayfi’i menggunakan
Developmentalisme dalam mendidik. Sedangkan, Ki hajar dewantara menggunakan
Kotruktivisme dan Konvergensi dalam mengajr dan mendidik peserta didiknya.
Sedangkan Dewi Sartika cenderung dipengaruhi oleh Kognitivisme.
Dengan demikian, kami melihat bahwa pendidikan nasional sekarang mengadopsi
dua sistem yaitu pendidikan Islam sekaligus pendidikan Barat. Akibatnya, Dari
pendidikan Islam bisa diambil basic moralnya, sementara dari Barat bisa diambil
metodologi keilmuannya. Sehingga akan terlahir konsep pendidikan yang bernilai liberal
dengan muatan moral dan ajaran islam didalamnya. Dengan kata lain, pendidikan
nasional bertujuan melahirkan pendidikan Islam berbasis etik-rasional atau moral
intelektual.
22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
terlepas dari tiga pandangan tentang konsep pendidikan yaitu Islam, Barat, dan Nasional. Dalam
Islam, Pendidikan mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupannya dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Sebaliknya, konsep pendidikan barat cenderung berbeda antara satu dengan yang lainnya
karena tidak didasari ideologi yang sama dan menggunakan spekulasi filosofis yang terkait
dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu
pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus
berubah. Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-
ilmu sekular.
Islam sekaligus pendidikan Barat. Akibatnya, dari pendidikan Islam bisa diambil basic moralnya,
sementara dari Barat bisa diambil metodologi keilmuannya. Sehingga akan terlahir konsep
pendidikan yang bernilai liberal dengan muatan moral dan ajaran islam didalamnya
B. Saran
1. Dengan dilakukannya penulisan ini, penulis memiliki harapan agar
sekiranya kita semua dapat lebih jauh mengenal sosok tokoh-tokoh pendidikan
dan pemikirannya baik dari Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan juga Nasional.
2. Untuk civitas akademika dan juga para guru, penulis berharap agar dapat
melanjutkan dan mengembangkan gagasan tokoh-tokoh pendidikan dalam setiap
proses kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik dan kependidikan secara
umum.
3. Bagi mahasiswa, agar dapat mengetahui gagasan-gagasan tokoh-tokoh
pendidikan seperti Mohammad Syafei, Dewi Sartika, Ki hajr Dewantar, dan lain-
23
lain dalam memajukan bangsa serta meneladani kegigihan dan semangat tanpa
lelah dalam memperjuangkan hak bangsa untuk mengenyam pendidikan. Yang
pada akhirnya, diharapakan agar mahasiswa menjadi generasi penerus untuk
memajukan pendidikan di Indonesia.
4. Untuk menumbuhkan generasi muslim yang berakhlak, beriman, dan bertakwa,
sangat diperlukan adanya peng-intregasian antara ajaran-ajaran Islam dengan Ilmu
umum lainnya dalam proses pendidikan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Lisnawati. (2017). Konsep Ideal Pendidikan Menurut Pandangan Ibnu Khaldun Dan
Hubungannya Dengan Konteks Pendidkan Modern. Jurnal Al-Muta’aliyah STAI
Darul Kamal NW Kembang kerang, 1(1), 54-73.
Munari, A. (1994). “Jean Piaget”. Prospect: the quarterly review of comparative education.
24, (1/2), 311-327.
Sulaiman, Fathiyah. (1993). Sistem Pendidikan Versi Al Ghazali, Bandung: PT. Al Ma’arif.
Zainuddin, dkk. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiah, L. (2011). Konsep Pendidikan Perempuan Menurut Raden Dewi Sartika UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarata.
25