MPKP Tugas Jiwa (Kel - Santuy)
MPKP Tugas Jiwa (Kel - Santuy)
Nama Kelompok:
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas.
Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer)
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah
1. Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun.
2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan
jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
1) Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta
tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya
dengan melibatkan keluarga.”
2) Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang
telah ditetapkan.
“Memberikan pelayanan prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual
dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
3) Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan
dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-
nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa pernyataan filosofi :
a. Individu memiliki harkat dan martabat
b. Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
c. Setiap individu memiliki potensi berubah
d. Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadap lingkungan)
4) Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan
keputusan.
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”
5) Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan dan tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran
dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat
operan dan pre conference.
1. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
- Asuhan keperawatan
- Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mengecek SDM dan sarana prasarana
- Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
- Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
- Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
- Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.
- Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
Rencana Harian Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Rencana Harian Kepala Ruangan
Nama :
Ruangan :
Tanggal :
Jumlah perawat:
Jumlah pasien :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek
SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien
yang memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan
yang belum teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Operan
b) Rencana bulanan
1. Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak
lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu
adalah:
- Membuat jadual dan memimpin case conference
- Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Membuat jadual dinas
- Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
- Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan
Rencana bulanan Kepala Ruangan
Bulan :
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
1
2 3 4 5 6 7 8
Rapat Supervisi Audit dok. Supervisi PA Audit dok. Pend. Kes.
ruangan Katim Klmpk &
Lap. Bln klrg
9 10 11 12 13 14 15
Rapat koor. Supervisi Audit dok. Supervisi PA Audit dok. Case conf.
Katim
16 17 18 19 20 21 22
Supervisi Audit dok. Supervisi PA Audit dok. Pend. Kes.
Katim Klmpk &
klrg
23 24 25 26 27 28 29
Menyusun Supervisi Audit dok. Supervisi PA Audit dok. Case conf.
jadwal dinas Katim
30 31
Rapat Supervisi
koordinir Katim
Mengetahui
Kepala Ruangan
(...........................)
2. Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang
dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
- Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Rencana bulanan Ketua Tim
Bulan :
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
1
2 3 4 5 6 7 8
Rapat Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case conf.
ruangan Pend. Kes.
klrg
9 10 11 12 13 14 15
Alokasi Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case conf.
pasien Pend. Kes.
klrg
16 17 18 19 20 21 22
Alokasi Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case conf.
pasien Pend. Kes.
klrg
23 24 25 26 27 28 29
Menyusun Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case conf.
jadwal dinas Pend. Kes.
tim klrg
30 31
Menyusun Koordinasi
laporan tim dengan
Katim
menyusun
lap. bulanan
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun
yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
- Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
- Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan
meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
Tim II
1 K
2 M
3 N
4 J
Daftar Pasien:
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua
Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas malam ke dinas
pagi.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya
yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis &
Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu
dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang
manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengelola waktu secara efisien
- Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
- Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
- Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
- Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Menciptakan budaya motivasi
- Manajemen waktu: Rencana Harian
- Komunikasi efektif melalui kegiatan:
- Operan antar shift
- Pre conference tim
- Post conference tim
- Manajemen konflik
- Pendelegasian dan supervisi
2. Manajemen waktu
a. Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai. Tahapan
majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
- Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
- Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas
sebelum memulai tugas yang lain.
- Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
b. Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja
harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan
yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
c. Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner
3. Pendelegasian
a. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
- Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
- Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
- Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
- Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
- Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu,
manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi
- Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
- Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
4. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran
(produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih
kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau
hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar
meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi
dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara benar.
5. Komunikasi efektif
a. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan.
Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat
mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses
tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
bekerjasama.
6. Manajemen konflik
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang lain.
Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang
berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik
dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
b. Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
- Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau
satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya
pada orang lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena bisa
menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan.
Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
- Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang
sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat
konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak
ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win
solution.
- Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang berkonflik
mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan
konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam
upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang
terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan
metode ini.
- Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang
berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi.
Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win
solution. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu
sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.
- Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak
tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-
lose solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan
yang dijalin tetap harmonis.
c. Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win solution.
Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama
dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving) yang meliputi:
- Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi
pada pihak yang berkonflik.
- Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
- Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
- Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
- Menerapkan solusi pilihan
- Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi
belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau
Konsultan.
d. Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
d. Pengendalian.
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan,
yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika
muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil)
dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output
(hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang
dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim
rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas
serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
- Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
- Melakukan pengukuran prestasi kerja
- Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
- Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan
standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah
dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
- Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik;
pelanggan.
- Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif,
concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
- Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM,
dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
- Audit dokumentasi asuhan keperawatan
- Survey masalah baru
- Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
- Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
- Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
- Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)
- Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
- Tempat tidur tidak terisi (TOI)
- Angka infeksi nasokomial (NI)
- Angka dekubitus dan sebagainya.
c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga,
perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan saat selesai
menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang dengan cara pasien dan keluarga
mengisi angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.
Petunjuk :
Sll : selalu nilai 4
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Tp : tidak pernah nilai 1
Nilai : Total nilai x 100%
Keuntungan :
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Keuntungan :
a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
Keuntungan :
a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
meningkat.
b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
d. Terciptanya kolaborasi yang baik.
e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.
g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
b. Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
1. Identifikasi masalah
2. menyusun alternatif penyelesaikan masalah
3. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
4. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan
Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi
merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik,
dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk
pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan
catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional
yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta
sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,
Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil
BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan
MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.
Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4
pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional
relationship dan patient care delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:
1. Modul I : Manajemen Keperawatan
2. Modul II : Compensatory Reward
3. Modul III : Professional Relationship
4. Modul IV : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan model
MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja
lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.