Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelayanan kedokteran/kesehatan, terutama yang dilakukan para dokter di

rumah sakit maupun praktek pribadi, peranan rekam medis sangat penting dan sangat

melekat dengan kegiatan pelayanan, sehingga ada ungkapan bahwa rekam medis

adalah orang ketiga pada saat dokter menerima pasien (Hatta, 2008).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit

mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks (Kempenkes 129 Tahun

2007).

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mutlak dibutuhkan oleh

segenap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan baik individu

maupun masyarakat secara keseluruhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka

rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang memadai dan memuaskan. Oleh

karena itu, rumah sakit harus mampu meningkatkan kualitas pelayanannya, termasuk

diantaranya peningkatan kualitas pendokumentasian rekam medis (Pamungkas,

dkk,2010).

Rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang

diberikan oleh dokter dan dokter gigi. Di dalam rekam medis berisi data klinis pasien

selama proses diagnosis dan pengobatan (treatment). Oleh karena itu, setiap kegiatan

pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat untuk setiap

pasien dan setiap dokter dan dokter gigi wajib mengisi rekam medis dengan benar,

lengkap dan tepat waktu (Rusli, 2006).

Kegunaan utama rekam medis adalah sebagai bukti perjalanan penyakit pasien

dan pengobatan yang telah diberikan, alat komunikasi diantara para tenaga kesehatan
yang memberikan perawatan kepada pasien, sumber informasi untuk riset dan

pendidikan, serta sebagai sumber dalam pengumpulan data statistik kesehatan,

kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek administrasi,

aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan dan

aspek dokumentasi (Pamungkas, dkk, 2010).

Menurut SK Men PAN No.135/2002 dalam Kepmenkes

No.377/Menkes/SK/III/2007, bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis bersifat rahasia karena

menyangkut data pribadi seseorang dengan penyakit yang diderita, riwayat penyakit dan

diagnosis lainnya. Mengingat begitu pentingnya isi serta peranan rekam medis,

seharusnya setiap rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan menyimpan,

menyusun dan merawat rekam medis dengan baik serta menjaga keamanannya dari

kerusakan dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak berhak, dan juga

menyediakan berkas rekam medis tersebut setiap kali dibutuhkan.

Pengelolaan rekam medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya

tertib administrasi dalam rangka upaya mencapai tujuan rumah sakit, yaitu peningkatan

mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam pengelolaan rekam medis untuk

menunjang mutu pelayanan bagi rumah sakit, pengelolaan rekam medis harus efektif dan

efisien (Giyana, 2012).

Pada tanggal 25 Maret 2020 peneliti melakukan studi pendahuluan di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi.. Data rekam medis dalam tiga tahun terakhir terdapat

beberapa data rekam medis yang hilang dimana pada tahun 2010 jumlah data 48.329 pada

tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 48.285 dan pada tahun 2012 mengalami

penurunan kembali menjadi 48.247. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah

data rekam medis mengalami penurunan dari tahun 2010 – 2012.

Fenomena yang ditemukan pada penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi. melalui obsevasi diketahui bahwa dari 11 karyawan rekam medis diketahui

bahwa masih terdapat karyawan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang.

Survey lain menunjukkan bahwa rumah sakit ini memiliki jumlah pasien rawat inap yang

besar, oleh karena itu semakin banyak pula jumlah berkas rekam medis yang harus

dikelola. Salah satu pengelolaan yang masih menjadi kendala adalah pengisian berkas

rekam medis pasien rawat inap yang terkadang tidak diisi oleh dokter.

Permasalahan lain dalam proses pengolahan data adalah adanya kesulitan

dalam pengolahan data, data yang tercecer atau pengarsipan data yang belum teratur,

seperti halnya penumpukan data pasien, data poliklinik, data rawat inap. Selain itu data

rekam medik yang tersimpan di rak-rak penyimpanan semakin hari semakin bertambah

dan semakin menumpuk sehingga memakan tempat yang banyak. Banyaknya data rekam

medik yang tersimpan terkadang salah penempatan pada tempatnya dan menimbulkan

data rekam medik hilang atau rusak. Terkadang pegawai dapat melakukan kesalahan

dalam mengolah data. Pada proses pencarian data adanya kesulitan dalam melakukan

pencarian.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Studi Tentang Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Dr.

Pirngadi .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan

yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kinerja petugas

pengelola data rekam medis di ruang penyimpanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui kinerja petugas rekam medis di ruang penyimpanan Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan masalah yang dikaji, tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

dan masa kerja petugas pengelola data rekam medis di ruang penyimpanan.

2. Untuk mengetahui kinerja petugas pengelola data rekam medis di ruang

penyimpanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat terhadap Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun sebuah kebijakan dalam

meningkatkan mutu pelayanan rekam medis dan alat evaluasi mengenai kinerja petugas

dalam pengelolaan data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi.
1.4.2 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

tentang rekam medis dan menambah koleksi kepustakaan Institut Kesehatan

Helvetia AKPER & AKBID Helvetia.

1.4.3 Manfaat Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis

mengenai kinerja petugas pengelola data rekam medis di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Pirngadi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rekam Medis

Rekam medis adalah keterangan tertulis dan terekam tentang identitas umum

dan sosial pasien, anamnesa, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang lainnya, laboratorium, diagnosis, segala perawatan dan tindakan medis

yang diberikan kepada pasien serta dokumen hasil pelayanan (resume) baik pasien

rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan di unit gawat darurat (Brotowasisto, 2003).

Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989, rekam medis adalah

berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada

sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Menurut Hatta (2003) rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang

kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan

saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesa,

pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari

waktu ke waktu. Dalam perkembangannya mencakup rekaman elektronik seperti

komputer, mikrofilm dan rekaman suara (Hanafiah dan Amir, 1999).

8
9

Fungsi dan Tujuan Rekam Medis

Menurut Ariyanto (2004) fungsi rekam medis secara umum adalah sebagai:

(a) alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lain, (b) dasar perencanaan

pengobatan yang mesti diberikan kepada pasien, (c) landasan analisis, studi, evaluasi

terhadap mutu pelayanan, (d), dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, dan

(f) alat perlindungan kepentingan hukum pasien, rumah sakit, maupun

dokter yang bersangkutan.

Dalam Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis

disebutkan, rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya.

Dokter boleh memaparkan isi rekam medis jika sudah mendapat izin tertulis dari

pasien. Secara lebih rinci, permenkes tentang rekam medis itu menyebutkan, berkas

rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit, namun isi

rekam medis merupakan milik pasien. Pada praktiknya, pelaksanaan hak akses

pasien terhadap rekam medis miliknya bisa terwujud dengan pemberian salinan atau

fotokopi, tapi berkas asli mesti tetap berada di rumah sakit dan sang dokter tak boleh

membawanya pulang (Dirjen Yanmed, 1997).

Rekam medis rumah sakit adalah rekam medis yang lengkap, terkini yang

memuat riwayat pasien, kondisi terapi dan hasil perawatan. Rekam medis digunakan

untuk mendokumentasikan secara kronologis terapi yang diberikan kepada pasien.

Rekam medis juga digunakan untuk merencanakan evaluasi terapi pasien dan sebagai

alat komunikasi antar dokter dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya di rumah

sakit. Pengawas medis dan perawatan melakukan audit kualitas pelayanan kesehatan
dengan mengevaluasi terapi yang dituliskan dalam rekam medis, yang kemudian

dibandingkan dengan standar prosedur yang berlaku (Basbeth, 2005).

Menurut Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization

(JCAHO) yang dikutip Basbeth (2005) menetapkan tujuan rekam medis adalah :

a. Sebagai dasar pemberian pelayanan dan evaluasi terapi yang

berkesinambungan

b. Sebagai pelengkap evaluasi medis pasien, terapi dan perubahan kondisi pasien

saat pasien berada dalam perawatan di rumah sakit, gawat darurat

c. Untuk mendokumentasikan komunikasi yang terjadi antara dokter-dokter yang

bertanggung jawab memberikan pelayanan medis kepada pasien

d. Sebagai alat bantu hukum bagi pasien, rumah sakit dan dokter.

e. Sebagai data yang dapat digunakan untuk pendidikan dan penelitian.

Menurut Dirjen Yanmed (1997), rekam medis memiliki 6 manfaat, yang

untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:

a) Adminstrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif

pelayanan kesehatan.

b) Legal value: Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilan

c) Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya

pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien

d) Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian

dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.


e) Education value: Datanya dalam Rekam Medis dapat menjadi bahan

pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga

kesehatan lainnya.

f) Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan

berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

Standar Rekam Medis

Ada beberapa standar penyimpanan rekam medis yang diterima oleh

organisasi profesional yaitu: (a) dokter harus memeriksa bahwa dalam setiap

lembaran tercantum nama dan materi identifikasi pasien yang terisi dengan baik,

(b) pengisian harus jelas, tidak membingungkan, (c) rekam medis harus akurat,

adekuat, tepat, aktual dan relevan, (d) untuk dapat memberikan pelayanan sesuai

standar seorang dokter harus melakukan pencatatan sesering mungkin, (e) baik dokter

maupun perawat harus memiliki rencana perawatan yang terpisah namun saling

melengkapi, (f) setiap tindakan yang dilakukan harus tercatat sejak kedatangan awal

pasien, (g) semakin darurat keadaan pasien maka rekam medis harus ditulis sesegera

mungkin (Dirjen Yanmed, 1997).

Secara umum rekam medis pasien harus memuat : (a) keluhan utama,

(b) informasi riwayat pengobatan, (c) riwayat sosial pasien dan keluarga, (d) riwayat

penyakit terdahulu, (e) pemeriksaan fisik, (f) semua prosedur diagnostik, (g) semua

hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen, (h) catatan perkembangan penyakit

pasien, (i) diagnosis provisional yang merefleksikan keadaan awal pasien saat
diperiksa oleh dokter sebelumnya, (j) laporan hasil konsultasi, (k) obat yang

diresepkan, (l) respon terhadap terapi yang diberikan, (m) catatan tentang proses

pengobatan, (n) informed consern, (o) tanggal dan identitas dokter tempat

berkonsultasi termasuk hasil konsultasi, (p) catatan tentang keluhan pasien,

(q) diagnosis akhir berdasarkan terminologi yang berlaku, (r) resume pasien keluar

dari rumah sakit, (s) hasil autopsi yang jelas dan lengkap (Dirjen Yanmed, 1997).

Keakuratan Rekam Medis

Rekam medis yang akurat sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan,

kalau rekam medis tidak akurat dapat merugikan pasien. Pada dasarnya tindakan

koreksi sangat dihindari namun manusia tidak terlepas dari kesalahan. Koreksi yang

dilakukan jangan sampai meninggalkan keraguan untuk penggunaan berikutnya

(Basbeth, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan rekam medis yang

akurat adalah:

a. Bila terjadi kesalahan dalam penulisan maka bagian yang salah digarisbawahi

dengan satu garis diberi tanggal dan waktu serta alasan penggantian.

Kemudian catatan baru dituliskan pada tempat kosong di sebelahnya. Bagian

yang salah ataupun halaman yang salah tidak boleh dibuang.

b. Apabila pasien minta penggantian rekam medis maka dokter yang

bersangkutan harus mendiskusikannya dengan pasien di mana harus

dicantumkan bahwa penggantian tersebut atas permintaan pasien.


c. Bila mungkin seorang dokter atau perawat supervisor harus mengoreksi bagian

yang salah yang tidak diketahui sebelumnya kemudian mencantumkan

tandatangan, waktu dan tanggal serta alasan koreksi dekat bagian yang

dikoreksi. Bagian yang salah tidak boleh dihapus.

d. Seorang dokter tidak boleh menuliskan perasaan pribadinya tentang si pasien.

Apabila sudah dituliskan maka tidak boleh diganti atau dihapus kecuali

dengan mencantumkan alasannya selanjutnya dilakukan seperti penjelasan

sebelumnya.

e. Rekam medis harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan kata-kata yang dapat

dimengerti oleh semua staf yang berkaitan dengan pasien. Catatan bisa tertulis

ataupun diketik dengan jelas. Penulis harus mencantumkan nama, jabatan dan

tandatangannya setelah menulis.

f. Rekam medis harus mencantumkan jumlah yang adekuat tentang terapi yang

diberikan pada pasien untuk menilai apakah terapi yang diberikan sudah

memenuhi standar prosedur. Kalau tidak rumah sakit bisa dianggap melalaikan

pasiennya.

g. Rekam medis harus segera diselesaikan beberapa hari setelah pasien pulang.

Tidak ada standar yang baku, beberapa rumah sakit memakai batasan 15 hari

setelah pasien pulang.

h. Data yang ditambahkan pada rekam medis setelah pasien pulang biasanya

dianggap tidak kredibel lagi. Bahkan beberapa perusahaan asuransi tidak

mempertimbangkan data-data yang diisi setelah pasien pulang.


Kepemilikan dan Akses Rekam Medis

Dewasa ini status hukum dari rekam medis telah berubah namun tidak

mengubah hak kepemilikan dari seorang pasien terhadap rekam medis tersebut.

Ketika seorang pasien menginginkan duplikat dari rekam medisnya, ia berhak

mendapatkan semuanya. Pasien dapat memfotokopi rekam medisnya, namun rekam

medis Asli harus tetap berada di tangan rumah sakit. Walaupun hak pasien untuk

melihat dan membuat duplikat dari rekam medisnya adalah mutlak, namun hal

tersebut harus dengan alasan yang jelas. Bila sebuah permohonan yang rasional

diajukan, maka seorang pasien dapat melihat atau bahkan membuat duplikat dari

rekam medisnya pada waktu yang ditentukan (Basbeth, 2005).

Pengendalian Rekam Medis

Menurut Anonymous (2006), dalam pengendalian rekam medis terdapat

beberapa kegiatan yaitu : (a) transfer, dalam hal ini seorang dokter berkewajiban

secara etik untuk bekerjasama dan menyerahkan rekam medis pasiennya kepada

dokter lain yang melanjutkan pengobatan pasiennya, (b) kehilangan beberapa bagian

atau seluruh bagian dari suatu rekam medis, kecuali dapat dijelaskan dengan baik

untuk membuktikan tidak ada kesengajaan, dianggap bahwa kehilangan tersebut

adalah suatu kesengajaan dan untuk tujuan tertentu, (c) perlindungan dan

penyimpanan, seorang dokter berhak untuk menjaga dan memyimpan rekam medis

dalam waktu tertentu dimana suatu tuntutan hukum dapat diajukan.


Penyimpanan Rekam Medis

Rumah-rumah sakit biasanya menyimpan rekam medik untuk periode yang

telah ditentukan oleh hukum atau peraturan negara atau disesuaikan dengan institusi

masing-masing. Sebuah rumah sakit bagaimanapun harus menyimpan film radiografi

sebagai bagian dari rekam medik yang teratur untuk periode 5 tahun; film radiografi

yang pernah diperkarakan di pengadilan yang terjadi sebelum periode 5 tahun

tersebut berakhir, harus disimpan hingga perkara selesai atau untuk periode 12 tahun

sejak tanggal film tersebut dibuat (Anonymous, 2006).

Meningkatnya kompleksitas pelayanan kesehatan menyebabkan pentingnya

dilakukan penyimpanan terhadap rekam medik yang ada. Di kebanyakan negara,

tidak terdapat pengaturan penyimpanan yang spesifik terhadap rekam medik. Setiap

wilayah tertentu dapat menetapkan peraturan penyimpanan tertentu, sebagai contoh,

di Maryland disebutkan bahwa kecuali pasien telah diberitahukan, penyedia jasa

pelayanan kesehatan tidak boleh memusnahkan rekam medik atau hasil laboratorium

atau foto sinar-X seseorang setidaknya hingga 5 tahun setelah rekam medik tersebut

dibuat. Sedangkan pada kasus pasien anak, rekam medik tidak boleh dimusnahkan

hingga pasien tersebut mencapai usia dewasa ditambah 3 tahun setelahnya, atau

hingga 5 tahun sejak rekam medik dibuat, kecuali apabila orangtua atau wali dari

anak telah diberitahukan (Anonymous, 2006).

Menurut Basbeth (2005) kurun waktu dimana rekam medik harus

dipertahankan bergantung pada kebutuhan untuk kelanjutan pelayanan kesehatan

pada pasien dan untuk tujuan penelitian, atau pendidikan, dan atau untuk hukum dan
peraturan. Dianjurkan rumah-rumah sakit untuk mempertahankan rekam medik

sebagai standar akreditasi. Dalam ketiadaan peraturan periode penyimpanan tertentu

di suatu negara, penahanan rekam medik lebih ditentukan oleh kesepakatan. Penyedia

jasa pelayanan kesehatan dapat mempertimbangkan rekomendasi dari asosiasi

profesional mengenai usia penyimpanan rekam medik. Sebagai contoh, dua asosiasi,

AHA dan AMRA, merekomendasikan rekam medik pasien, baik asli maupun hasil

reproduksi, harus dipertahankan hingga 10 tahun. Periode dihitung mulai dari

kunjungan terakhir pasien. Kedua asosiasi ini juga lebih lanjut menganjurkan bahwa

setelah 10 tahun, rekam medik tersebut dapat dimusnahkan kecuali dilarang oleh

hukum atau peraturan tertentu di negara bersangkutan, atau dalam hal beberapa

informasi harus tetap disimpan oleh institusi tersebut untuk keperluan tertentu.

Peraturan pemerintah melindungi kerahasiaan dari data perawatan pasien

pengguna alkohol atau penyalahgunaan obat. Bagaimanapun, peraturan menghendaki

agar rekam medik tersebut disimpan dalam ruangan yang aman, terkunci dalam

lemari, atau lemari besi, atau perangkat lain serupa. Sebagai tambahan, bila suatu

program menghentikan kegiatan operasinya atau rekam medik tersebut dibutuhkan

oleh program yang lain, maka identitas pasien harus ditinggalkan atau data tersebut

dimusnahkan, kecuali pasien memberikan pernyataan persetujuan tertulis untuk

memindahkan datanya atau terdapat permintaan yang sah menurut hukum agar data

tersebut disimpan unuk periode waktu yang tertentu. Data tersebut harus dilabeli
dengan nama dari program dan surat permintaan dari pengadilan untuk penyimpanan
dan harus dimusnahkan sesegera mungkin setelah

periode penyimpanan tersebut berakhir (Anonymous,

2006).
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu

studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan

penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain

secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat

(Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di RSU Permata Bunda Medan dikarenakan jumlah

perawat yang turnover relative tinggi. Waktu penelitian akan direncanakan pada

bulan November tahun 2019

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini berdasarkan pada jumlah perawat tetap di rawat

inap Rumah Sakit Permata Bunda Medan yang bejumlah 165 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini merupakan perawat di rawat inap yang meliputi

kriteria.

Kriteria inklusi:

1. Perawat yang bekerja di rawat inap Rumah Sakit Permata Bunda.

2. Perawat yang bersedia menjadi responden

3. Perawat yang tidak mengalami kecacatatan jasmani sehingga bisa

membaca dan mengisi kuisioner penelitian.

Kriteria eksklusi:

1. Perawat yang tidak bersedia menjadi responden.

2. Perawat yang tidak hadir pada saat penelitian

3.3.3 Besar Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Penentuan

jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Notoadmodjo,

2005):

n= N
1+N(d)2
n= 165
1+165 (0,1)²
n= 165 = 62 responden
1+1,65
Keterangan :

N = Besar populasi sebanyak 165 orang

n = Besar sampel sebanyak 62 orang

d = Tingkat ketepatan yang diinginkan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dan instrumen pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

sumber datanya. Data primer diambil langsung kepada responden (perawat

RSU Permata Bunda) dengan membagikan kuesioner yang diisi sendiri

oleh responden, yang telah dipersiapkan.

b. Data sekunder diperoleh dari data pada bagian administrasi RSU Permata

Bunda Medan Meliputi laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, seperti jumlah

perawat, jumlah perawat turnover dan sebgainya.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian ini memiliki dua jenis variabel yaitu variabel independen

yaitu karakteristik individu (usia, masa kerja, status pernikahan, status kerja) dan

Kepuasa kerja (kompensasi, pekerjaan, supervisi, pengembangan karir, rekan kerja,

kebijakan organisasi).Variabel dependen yaitu Turnover Intention perawat inap di

Rumah Sakit Permata Bunda Medan tahun 2019.

Definisi operasional adalah penjelasan variabel dan istilah yang digunakan


penelitian sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.

Tabel 3.1 Defnisi Operasional

Definisi Alat Hasil Skala


Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur
Keinginan responden Kuesione 0 : Ada niat Nomina
untuk meninggalkan 1 : Tidak ada Niat
Turnover r l
rumah sakit dan mencari
Intention
alternatif pekerjaan di
tempat lain.
Usia Selisih tahun penelitian Kuesione 0 : ≤ 25 tahun Nomina
dengan tahun kelahiran 1 : ≥ 25 tahun
responden. r l
Status Ada tidaknya ikatan Kuesione 0 : Belum menikah Nomina
pernikahan pernikahan r 1 : Sudah menikah
l
Masa Kerja Lama kerja responden di Kuesione 0 : baru ≤ 3 tahun Nomina
rumah sakit. r 1 : lama ≥ 3 tahun
l
Status Kerja Identitas kerja responden Kuesione 0 : Kontrak Nomina
di rumah sakit r 1 : Tetap
l
Kepuasan Perasaan responden Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja terhadap kompensasi r 1 : Puas
(kompensasi) finansial dan non l
finansial yang diberikan
oleh rumah sakit.
Kepuasan Perasaan mengenai Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja pekerjaan yang diberikan r 1 : Puas
(pekerjaan) kepadanya, kesesuaian l
tanggung jawab dalam
pekerjaan.
Kepuasan Perasaan responden Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja terhadap supervisor di r 1 : Puas
(supervisi) tempat atau bagiannya l
bekerja.
Kepuasan Perasaan responden Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja mengenai kesempatan r 1 : Puas
(pengembang dan proses peningkatan l
an karir) karir ditempatnya
bekerja.
Kepuasan Perasaan responden Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja (rekan mengenai kerjasama, r 1 : Puas
kerja) dukungan dan hubungan l
kerja dengan rekan
sekerja.
Kepuasan Perasaan reponden Kuesione 0 : Tidak Puas Nomina
Kerja mengenai aturan dan r 1 : Puas
(kebijakan prosedur yang ditetapkan l
organisasi) rumah sakit maupun
pimpinan.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini menggunakan nilai Mean ideal yang

diadopsi dari hasil penelitian Alfiyah tahun 2017.

3.6.1 Turnover Intention

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban

yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Turnover Intention diukur melalui 4

pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai

berikut :

1. Jawaban Sangat Tidak Setuju : 1

2. Jawaban Tidak Setuju : 2

3. Jawaban Setuju nilai : 3

4. Jawaban Sangat Setuju nilai : 4

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Turnover Intention dalam hal ini
dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Ada niat apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 11-16.

b. Tidak ada niat apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 4-10

3.6.2 Kepuasan Kerja (Kompensasi)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban

yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 5 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 5.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 5-13.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 14-20.

3.6.3 Kepuasan Kerja (Pekerjaan)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban


yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 4-10.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 11-16.

3.6.4 Kepuasan Kerja (Supervisi)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban

yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4


Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 4-10.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 11-16.

3.6.5 Kepuasan Kerja (Pengembangan Karir)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban

yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 4-10.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 11-16.

3.6.6 Kepuasan Kerja (Rekan Kerja)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban


yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 3 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah adalah 3.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 3-8.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 9-12.

3.6.7 Kepuasan Kerja (Kebijakan Organisasi)

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Likert karena memerlukan jawaban

yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kepuasan terhadap Kompensasi diukur

melalui 3 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat tidak Memuaskan :1

2. Jawaban Tidak Memuaskan : 2

3. Jawaban Memuaskan nilai : 3

4. Jawaban Sangat Memuaskan nilai : 4


Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah adalah 3.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui Kepuasan terhadap Kompensasi

dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Tidak Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 3-8.

b. Puas apabila subjek mampu menjawab dengan skor nilai 9-12.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Melakukan pengeditan kelengkapan data yang telah dikumpulkan, apabila

terdapat data yang kurang lengkap maka dapat langsung diperbaiki sitempat

pengumpulan data. Pengeditan terhadap jawaban dari daftar pertanyaan

dilakukan setelah responden mengisi kuesioner. Pengeditan hasil jawaban

pertanyaan harus dilakukan secara hati-hati.

Seterusnya, apabila terjadi kesalahan atau adanya item pertanyaan yang belum

ditanyakan, maka segera dilakukan wawancara kembali kepada responden. Ini

untuk memastikan bahwa semua daftar pertanyaan benar-benar diisi dengan

tepat dan mencapai sasaran yang dikehendaki. Contoh, setelah responden

mengisi kuesioner dan dilakukan editing ternyata ada satu atau dua pertanyaan

yang lupa diisi, maka dari pertanyaan yang lupa tersebut segera dilakukan

wawancara kembali kepada respondennya.

b. Coding
Proses ini dilakukan setelah semua proses pengeditan selesai dilakukan. Proses

ini pada dasarnya untuk memberikan kode-kode kategori semua jawaban

kuesioner. Tujuan coding dalam sesuatu penelitian ialah memindahkan jawaban

dari pertanyaan kedalam kategori-kategori variabel yang sudah ditentukan.

Proses coding data menyangkut dua langkah yaitu : menentukan kategori dari

masing-masing variabel yang akan digunakan dan menetapkan jawabannya.

Contoh, pemberian kode pada hasil ukur kategori stres dimana bila stres berat

diberi kode 1 dan stres ringan diberi kode 0, kategori kepuasan kerja dimana

kepuasan rendah diberi kode 0 dan kepuasan tinggi diberi kode 1, dan

seterusnya.

c. Entry Data

Proses dilakukannya pemindahan data dari kuesioner ke dalam format

pengolahan data, yakni program komputer. Dilakukan disini adalah

memindahkan semua nilai data yang kode-kode kategori dari semua variabel

penelitian dari seluruh jawaban kuesioner sesuai kategori-kategori yang telah

ditentukan.

d. Cleaning

Kegiatan dilakukan disini adalah melakukan pembersihan data dari masing-

masing nilai jawaban kuesioner setelah dimasukkan ke dalam program

komputer. Ini dilakukan agar diyakini bahwa nilai dari data yang dimasukkan

dalam program komputer adalah benar adanya dan tidak terjadi kesalahan.
3.7.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis

penelitian, melalui :

a. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan

karakteristik atau melihat proporsi dari masing-masing variabel yang diteliti

dalam bentuk frekuensi. Variabel yang diteliti pada penelitian ini, yaitu beban

kerja, kepuasan kerja, dan turnover intention.

b. Analisis Bivariat

Kegunaan analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara

beban kerja dan kepuasan kerja dengan turnover intention. Analisis yang

digunakan adalah analisis uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%

(<0,05) disimpulkan bila p<0.05 berarti adanya hubungan beban kerja dan

kepuasan kerja dengan turnover intention.

c. Analisis Multivariat

Analisis lanjutan yang memungkinkan dilakukan untuk mengetahui variabel

independen yang paling dominan berpengaruh dengan variabel dependen.

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple

logistic regression) (Dahlan, 2014).

Anda mungkin juga menyukai