Kami selaku penyusun makalah bimbingan konseling pls telah berusaha sebaik
mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat
kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta masukan yang dapat
dijadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling menjadi faktor penting untuk membantu masyarakat dalam
mengembangkan potensi maupun menyelesaikan masalahnya. Bimbingan dan konseling, tidak
hanya dibutuhkan para siswa siswa di lingkungan sekolah, tetapi masyarakat di luar sekolah juga
membutuhkan layanan dan konseling. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak banyak masyarakat
yang mengetahui dan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
pendidikan Luar Sekolah diperuntukan bagi masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat
mengikuti Pendidikan Formal. Konsep dasar tersebut menunjukan bahwa pendidikan nonformal
diperuntukan bagi siapa saja, tidak terbatas umur, status sosial, ekonomi, maupun jabatan. Hal
ini selaras dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education), bahwa pendidikan
merupakan suatu proses berkelanjutan yang berlangsung terus menerus dari bayi sampai orang
dewasa.
Konsep tersebut menunjukan bahwa dalam Pendidikan Luar Sekolah memiliki program
kegiatan, dan di dalam program kegiatan ada proses pembelajaran, ada sasaran (warga belajar)
dan juga ada tutor sebagai sumber belajar, dengan demikian permasalahan dalam program
3
Pendidikan Luar Sekolah sangat beragam dan lebih komplek, sementara bimbingan dan
konseling secara struktural pada PLS belum dilaksanakan. Sehingga butuhnya pemahaman
terhadap orientasi dan ruang lingku bimbingan konseling pendidikan luar sekolah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bimbingan dan konseling adalah sebuah ilmu yang dikembangkan demi terciptanya
pendidikan yang ideal. Bimbingan dan konseling sendiri terdiri dari dua kata,yaitu bimbingan
dan konseling. Bimbingan adalah proses menuntun dari seseorang untuk membantu seseorang
untuk dapat memahami suatu masalah serta dapat memahami dirinya.
Bimbingan dan konseling pun memiliki instrumen-instrumen agar ilmu ini layak
digunakan sebagai salah satu aspek pembangun pendidikan yang baik. Seperti aspek orientasi
dan ruang lingkup. Jika berbicara orientasi berarti kita sedang berbicara sudut pandang atau
titik berat. Sebagai contoh di sebuah desa dengan orientasi pendidikan, maka dalam desa
tersebut akan melihat strata pendidikan seseorang untuk menentukan kehormatannya dalam
masyarakat desa tersebut.
Orientasi ialah ”pusat perhatian” atau ”titik berat pandangan”. Misalnya Seseorang
yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan atau
memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi.
5
Dalam bimbingan konseling sendiri orientasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu orientasi
perorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan. Berikut adalah penjelasan
dari 3 orientasi tersebut:
1. Orientasi Perseorangan
Dalam orientasi perseorangan adalah suatu layanan bimbingan konseling yang
menghendaki seorang konselor menitikberatkan pandangannya terhadap setiap
individu yang ada. Contoh ketika seorang konselor memasuki sebuah kelas, sebuah
kelas pasti terdiri dari sejumlah siswa, maka seorang konselor harus mampu menitik
beratkan pandangannya kepada masing-masing siswa. Tetapi pandangan terhadap
kelompokpun tidak boleh di pandang sebelah mata.
Konselor harus lebih menitikberatkan kepada individu sebagai pandangannya.
Maksudnya adalah mengutamakan individu dan kelompok atau kelas adalah faktor
yang mampu berpengaruh dalam hal tertentu pada individu. Dengan begitu, maka
kelompok atau kelas dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan individu
tersebut.
Menurut pendapat Prayitno dan Erman (2004, hal. 234) ada sejumlah kaidah yang
berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat dicatat
sebagai berikut :
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi penigkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang
menjadi sasaran layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu
untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi- memotivasinya dan
kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk
membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi,dan potensinya
itu kearah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatannya yang sebesar-
besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c. Setiap klien harus diterima sebagai indvidu dan harus ditangani secara individual
( Rogers, dalam McDaniel,1956).
6
d. Menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan,dan
perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan
kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang
sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi
berfungsinya program bimbingan ( McDaniel, 1956).
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan
bimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan,serta menjadi tujuan
dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek
bimbingan dan konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung
perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahannya yang dihadapi oleh individu
harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong
konselor dan klien bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta
memperngaruhi lajunya perkembangan klien.
3. Orientasi Permasalahan
Bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki tujuan untuk menyelesaikan
atau mencari solusi terbaik dari setiap permasalahan yang ada. Jika dipandang
demikian, maka bimbingan dan konseling tentu sangat berkaitan dengan masalah.
Untuk itu orientasi permasalahan dalam bimbingan konseling adalah bimbingan
7
konseling yang menitikberatkan pada masalah yang sedang terjadi pada individu.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L.
Mooney (dalam Prayitno, 1987) mengidentifikasikan 330 masalah yang digolongkan
kedalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan:
1. Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
Masalah ini biasanya terjadi pada individu yang memiliki masalah pada gaya
hidupnya. Mereka yang memiliki gaya hidup yang buruk cenderung memiliki
masalah pada kesehatan tubuhnya. Masalah ini biasanya terjadi pada usia-usia
lanjut, namun dewasa ini juga banyak yang masih terlihat muda yang memiliki
masalah kesehatan yang serius.
2. Keuangan,keadaan lingkungan dan pekerjaan (KLP)
Dalam masalah ini, motif ekonomi merupakan titikberat pandangan dalam
masalah ini. Masalah ini biasanya terjadi pada mereka yang belum memiliki
pekerjaan yang tetap dan keadaan ekonomi yang stabil.
3. Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
Manusia adalah individu yang akan selalu berhubungan dengan individu
lainnya. Dan sebagai makhluk sosial, hubungan tidak selalu berjalan baik. Masalah
ini biasa terjadi pada suatu kelompok masyarakat.
4. Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan (HPP)
Cinta adalah hal indah yang setiap orang ingin dapatkan. Dewasa ini hubungan
tentang ini adalah antara pacaran dan perkawinan atau pernikahan. Namun
hubungan seperti ini juga tak selalu berjalan baik, ada saja masalah yang terjadi
didalamnya. Seperti perselisihan pendapat maupun masalah yang terjadi karena
faktor lain.
5. Hubungan sosial kejiwaan (HSK)
Kejiwaan merupakan bagian dari individu yang tidak bisa terlepaskan. Jika
kejiwaan seseorang sedang terganggu, maka secara otomatis pribadi tersebut
bermasalah. Sosial kejiwaan adalah masalah kejiwaan yang diakibatkan karena
hubungan sosial yang tidak baik. Ini biasanya sangat berkaitan dengan faktor
lingkungan
8
6. Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
Sedangkan kejiwaan secara pribadi merupakan jiwa yang terbentuk akibat pribadi
individu tersebut. Sifat-sifat dan kebiasaan biasanya dapat menimbulkan masalah
kejiwaan secara pribadi.
Pelayanan bimbingan konseling merupakan peranan yang paling penting, bagi individu
yang berada di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu,
sebagaimana pendapat Abu Bakar M. Ludddin(2010:29) ruang lingkup bimbingan
konseling terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu sebagai berikut:
9
1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling diSekolah.
B. Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas (Bimbingan dan
Konseling di Masyarakat)
2. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
11
mencegahnya, agar tidak dialami oleh konseling. Melalui fungsi ini dapat memberikan
bimbingan kepada konseling tentang tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya, diantaranya dengan memberikan pengetahuan
dan ketrampilan sebanyak-banyaknya kepada konseling. Beberapa masalah yang perlu
di orientasikan kepada konseling dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang
tidak diharapkan di antaranya: bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-
obatan, drop out dan pergaulan bebas (free sex).
12
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Orientasi ialah ”pusat perhatian” atau ”titik berat pandangan”. Misalnya Seseorang
yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan
atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi.
b. Orientasi Perseorangan
c. Orientasi Perkembangan
d. Orientasi Permasalahan
13
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, H., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT. Grafindo Persada.
14