Anda di halaman 1dari 13

ISSN 2252 - 4630

KOMUNIKASI DALAM PERUBAHAN SOSIAL


Satria Kusuma
Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi
Universitas Atma Jaya, Jakarta

Abstract

This article describes the position of communication


and media in social change and development in Indonesia,
viewing the use of media and what can be done by the
media. Media function as a conduit of information, as
the decision-making in the hope of a change in attitudes,
beliefs and social norms, and as an educator does not meet
expectation. There is a need for enhanced participation
from whom are taking part in a process of communication
to attain a common focus in looking at the problems
faced. The problem is how far the speed of socioeconomic
growth according to the intensity the media usage. Which
functions can be carried out independently by the media,
as well as which function where the media can only
support the changes.

Keywords: the role of media, communication media,


social communication, development
communication.

Interact:
Vol.1, No.1, Hal. 42-54.
Mei, 2012
Prodi. Ilmu Komunikasi,
Universitas Atma Jaya

42
I. Pendahuluan yang­ sirkular, telah menggantikan pendekatan
model linear. Pendekatan konvergensi berusaha
Teknologi komunikasi yang bersifat menuju suatu pengertian yang lebih bersifat
kolektif semestinya tidak sekedar sebagai timbal-balik di antara partisipan komunikasi
sarana mempermudah menembus ruang dan dalam hal pengertian, kebutuhan, ataupun
waktu dalam cara menyampaikan pesan. titik pandang. Selain itu, diketengahkan pula
Demikian pula dalam menggunakan media perlunya ditingkatkan partisipasi semua pihak
tidak sebatas interaksi komunitas dengan yang ikut dalam suatu proses komunikasi,
kesamaan kepentingan tertentu saja, melainkan demi tercapainya suatu fokus bersama dalam
media yang diharapkan memiliki fungsi sosial. memandang permasalahan yang dihadapi.
Hasil penelitian Dr. Yanuar Nugroho, peneliti Dengan perkataan lain, pendekatan ini bertolak
dari University of Manchester dengan HIVOS dari dialog antar semua pihak. Kegiatan
Asia tenggara mengenai “Media Sosial Sebagai berkomunikasi ini adakalanya menyesuaikan
Pemantik Perubahan Sosial di Indonesia” dalam akan ketersediaan teknologi, tergantung pada
sebuah kuliah publik bulan Mei 2011 di Pusat tujuan masing-masing. Teknologi komunikasi
Kebudayaan Jerman Jakarta, menunjukkan baru adalah salah satu pendorong perubahan-
adanya hubungan timbal balik antara cara perubahan sosial di masyarakat. Modernisasi
aktivisme sipil dibentuk oleh penggunaan teknologi komunikasi menyebabkan peng­
media sosial, cara internet dan media sosial awasan masyarakat menjadi lebih penting,
menjalankan peran sebagai “pentas” untuk walaupun lebih sukar dilaksanakan (Rogers,
aktivisme sipil. Dinyatakan bahwa ada korelasi 1986). Media komunikasi adalah alat kultural
positif antara media sosial terhadap perubahan yang mendorong atau mempengaruhi sikap,
sosial. Aktivisme sipil Indonesia, contohnya memberi motivasi, mengembangkan pola
berbagai gerakan dukungan di Facebook, tingkah laku dan menyebabkan integrasi sosial
berpotensi mengangkat isu-isu sosial publik, (MacBride, 1983).
dan memungkinkan terjadinya perubahan di
masyarakat secara lebih luas. Keberadaan media komunikasi dengan
konsep etika media massa, merupakan
Namun segala bentuk aktivitas media upaya penyebaran informasi dan interpretasi
sosial secara online pun harus diikuti oleh yang seobyektif mungkin. Media massa
kegiatan offline. Publik harus berpartisipasi berperan sebagai penghubung antar kelompok
tak hanya di media semacam Twitter atau sosial dengan ranah kebangsaan yang
Facebook, melainkan juga dalam bentuk bertanggungjawab untuk menyampaikan nilai-
langkah konkret yang nyata. Media sosial nilai luhur. Awalnya media massa hadir untuk
mempunyai nilai strategis untuk menarik picu, memfasilitasi kegiatan interaksi antar individu,
tetapi suatu perubahan baru bisa terwujud bila masyarakat, lembaga, institusi dan lainnya
komunitas masyarakat menggagas tindakan. serta memberikan informasi lintas waktu dan
Carl I Hovland menyatakan bahwa media tempat. Seiring perkembangan jaman, saat ini
memberikan pengaruh terhadap perubahan opini media massa berkembang menjadi pembentuk
dan pernyataan secara lisan tahap-tahap lain opini publik. Seringkali, media massa tak
pada tingkah laku seperti aksi sosial. Bagaimana ragu-ragu menyatakan opini dan keberpihakan
mengubah cara seseorang menangkap masalah serta membangun wacana dalam masyarakat.
dan bagaimana perubahan penangkapannya itu Dapatkah Media massa menjalankan fungsinya
mengubah kegiatan-kegiatan lainnya? dengan efektif? Bagaimana media massa
dapat membangun sinergi antara masyarakat
Menurut Rogers dan Adhikarya, pen­ dan kelompok elite untuk menginformasikan
dekat­an baru dalam proses komunikasi antar­ keputusan yang dihasilkan oleh pengambil
manusia, berupa pendekatan kon­vergensi kebijakan?
yang di­­­dasarkan pada model komunikasi

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


43
II. Media Komunikasi dan Perubahan sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi
pembangunan adalah untuk menanamkan
Peranan komunikasi dalam proses gagasan-gagasan dan sikap mental, serta
perubahan sosial, dikenal secara umum sebagai mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh
teori-teori mobilisasi, difusi, dan McLuhanis. suatu negara berkembang. Secara pragmatis,
Teori-teori mobilisasi sosial dikembangkan kata Quebral, dapatlah dirumuskan bahwa
terutama oleh para ilmuwan sosial dan politik komunikasi pembangunan adalah komunikasi
di Amerika Serikat di masa pasca Perang Dunia yang dilakukan untuk melaksanakan rencana
II, dan berfokus terutama pada topik-topik yang pembangunan suatu negara.
berkaitan dengan kebijakan pembangunan,
seperti peranan informasi dalam pembuatan Sebelum itu, Quebral menegaskan bahwa
keputusan pembangunan (Schramm, 1964); komunikasi pembangunan merupakan salah
peranan komunikasi dalam nasionalisme dan satu terobosan (breakthrough) di lingkungan
partisipasi masyarakat (Deutsch, 1953); peranan ilmu-ilmu sosial. Seperti terobosan lainnya,
media massa dalam mobilitas psikis, fleksibilitas komunikasi pembangunan pada dasarnya
kognitif, dan empati (Frey, 1973; Inkeles dan merupakan gagasan dan konsep yang tidak
Smith, 1974; Lerner, 1958); peranan komunikasi mudah untuk diapresiasi atau dipahami apalagi
dan kontrol dalam krisis-krisis pembangunan sampai diterjemahkan ke dalam bentuk tindakan.
(Binder dkk., 1971); peran komunikasi massa Di lingkungan ilmu-ilmu sosial, terobosan
yang disfungsional (Mowlana dan Robinson, bukan dalam hal obyek-obyek material yang
1975); dan peranan nilai-nilai ”modern” dapat dilihat atau digenggam, begitu pula halnya
dalam memobilisasi dukungan bagi kebijakan dengan komunikasi pembangunan. Oleh karena
pembangunan (Lasswell dkk., 1976). itu menurut Quebral, komunikasi pembangunan
sendiri merupakan suatu inovasi yang harus
Komunikasi dikatakan sebagai penyebab diusahakan agar diketahui orang dan diterima,
perubahan sosial sejauh ia dapat mengubah sebelum ia digunakan.
konsepsi seseorang tentang hakekat materi
dan dirinya sendiri (Rogers, 1987). Salah Wilbur Schramm melalui studinya yang
satu pengamatan awal tentang hubungan teori ditugaskan oleh UNESCO mengkaji peranan
komunikasi dan pembangunan, telah dilakukan komunikasi dalam pembangunan nasional.
oleh Siebert, Peterson, dan Schramm dalam suatu Dalam laporannya yang berjudul Mass Media
studi perbandingan tentang sistem komunikasi and National Development: The Role of
massa. Mereka mengatakan bahwa media massa Information in Developing Countries, tahun
mencerminkan sistem kontrol sosial suatu 1964, Schramm menyatakan peranan media
negara, yang menentukan hubungan antara massa dalam pembangunan nasional sebagai
lembaga-lembaga dan individu-individu. agen pembaharu (agent of social change).
Letak peranannya adalah dalam hal membantu
Quebral dan Gomez (1976) mengatakan mempercepat proses peralihan masyarakat yang
bahwa komunikasi pembangunan merupakan tradisional menjadi masyarakat yang modern.
disiplin ilmu dan praktek komunikasi dalam Khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan
konteks negara-negara sedang berkembang, yang menghambat pembangunan ke arah sikap
terutama kegiatan komunikasi untuk baru yang tanggap terhadap pembaharuan
perubahan sosial yang terencana. Komunikasi demi pembangunan. Pembangunan diharapkan
pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar terlaksana secara sukarela di mana setiap individu
meningkatkan pembangunan manusiawi, dan mengambil bagian di dalamnya dan informasi
itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan tentang pembangunan diterima secara merata.
kemiskinan, yang mendidik dan memotivasi Sikap paksaan dalam pembangunan diganti oleh
masyarakat, bukannya memberi laporan sikap membujuk dan memberikan kesempatan
yang tidak realistik dari fakta-fakta atau partisipasi pada setiap anggota masyarakat,

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


44
di samping itu arus informasi ditingkatkan. dengan jelas serta memberikan alternatif-
Schramm mengemukakan bahwa media massa alternatif yang akan didiskusikan. Arus
dapat membantu menyebarluaskan informasi informasi harus berjalan lancar dari atas ke
tentang pembangunan, dapat mengajarkan bawah dan sebaliknya. Dalam hal ini media
melek huruf serta keterampilan lainnya yang massa berperan sebagai penunjang. Fungsi ini
memang dibutuhkan untuk membangun menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi
masyarakat dan dapat menjadi penyalur suara yang akan mengambil keputusan. Di samping itu
masyarakat agar dapat turut ambil bagian dalam diharapkan adanya perubahan-perubahan sikap,
pembuatan keputusan di negaranya. kepercayaan, norma-norma sosial. Oleh sebab
itu dalam hal ini mekanisme komunikasi antar
Mengetahui batas yang tegas, dimana pribadi sangat berperan. Media massa berperan
media dapat berperan sepenuhnya dalam dalam menghantarkan informasi sebagai bahan
pembangunan dan hanya berperan apabila diskusi, menyampaikan pesan-pesan para
didukung oleh komunikasi antar pribadi, pemuka masyarakat serta memperjelas masalah-
merupakan masalah yang harus ditentukan masalah yang disampaikannya.
sendiri oleh negara sedang berkembang, sebelum
mereka memutuskan untuk menggunakan Ketiga, Tenaga-tenaga kerja yang
media komunikasi modern. Menyatakan bahwa dibutuhkan harus dididik. Orang-orang dewasa
ada keterbatasan dalam efektivitas peranan harus diajar membaca, anak-anak harus dididik,
dalam pembangunan nasional bukanlah petani harus mempelajari cara-cara pertanian
berarti mengecilkan peranan media itu sendiri. modern, guru, dokter, masyarakat umum harus
Persoalannya adalah bagaimana menentukan diajar cara hidup sehat. Sebagian dapat langsung
penggunaan media secara tepat untuk tugas- dilakukan sendiri, sebagian digabungkan
tugas pembangunan tertentu. Tugas komunikasi dengan komunikasi antar pribadi. Misalnya:
dalam perubahan sosial dan dalam rangka media massa membantu guru yang mengajar di
pembangunan nasional terdiri atas 3 bagian. depan kelas sebagai bagian dari suatu totalitas
sistem pendidikan; tetapi seandainya guru
Pertama, menyampaikan informasi pada maupun sekolah tidak terdapat di suatu daerah,
masyarakat mengenai pembangunan nasional. maka media dapat berperan sebagai pengganti
Perhatian masyarakat harus dipusatkan pada guru.
kebutuhan akan perubahan, kesempatan-
kesempatan/cara-cara mengadakan perubahan Bagi masyarakat modern, sebagian
serta sarana-sarananya, jika mungkin aspirasi besar tugas-tugas penyampaian informasi
nasional mereka dibangkitkan. Dalam hal umum dilaksanakan oleh media. Mereka akan
ini fungsi menyampaikan informasi dapat memberitahukan hal-hal yang serius yang harus
dilaksanakan sendiri oleh media. Tanpa media, diketahui masyarakat. Apabila norma-norma
sangatlah mustahil informasi dapat disampaikan sosial baru tidak diketahui umum sebagaimana
secara tepat tanpa terikat waktu seperti yang halnya di negara-negara sedang berkembang,
senantiasa diharapkan oleh negara-negara maka sebagian tugas media adalah memperluas
sedang berkembang. serta mengenalkan norma-norma yang
berhubungan dengan pembentukan perilaku
Kedua memberikan kesempatan pada pembangunan melalui media. Beberapa negara
masyarakat sebagai pemangku kepentingan. sedang berkembang telah meningkatkan status
Dialog harus diperluas sehingga melibatkan petani-petani serta pekerja-pekerja terbaik
semua pihak yang akan memutuskan perubahan- mereka lewat media, demikian juga mereka
perubahan. Pemuka-pemuka masyarakat tidak boleh ragu-ragu menentang kemalasan,
harus diberi kesempatan memimpin dan pemborosan serta korupsi lewat media.
mendengarkan pendapat masyarakat kecil;
pesan-pesan perubahan harus disampaikan

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


45
Schramm menguraikan apa yang dapat masing negara. (Tentang kesenjangan atau
disumbangkan oleh komunikasi yang efektif pengelompokan sarana komunikasi, antara
bagi pembangunan ekonomi dan sosial negara maju dengan negara berkembang lihat
suatu bangsa. Tetapi karena keadaan sektor laporan Komisi Sean McBride yang berjudul
komunikasi di negara berkembang justru Many Voice, One World).
umumnya masih amat terbatas, maka menurut
Schramm, pertama-tama harus lebih dahulu
dibangun sarana komunikasi di masing-

Bagan 1. Gambaran pemikiran Schramm:

Sumber: Wilbur Schramm, “Mass Media and National Development”, 1964, Stanford University Press, California and UNESCO.

Sedangkan menurut Lerne (1974), sistem communication). Sistem komunikasi oral, cocok
komunikasi merupakan indikator sekaligus agen untuk masyarakat tradisional, sedangkan sistem
dari proses perubahan sosial. Ia melihat bahwa media sesuai untuk masyarakat modern. Kedua
perubahan sistem komunikasi masyarakat selalu sistem komunikasi tersebut diperbandingkan
berjalan satu arah yaitu dari sistem komunikasi sebagai berikut:
lisan (mulut ke mulut) ke media (mediated

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


46
Sumber: Lerne (1974)

Proses transisi dari komunikasi oral ke mediated communication berbarengan dengan perubahan
di bidang-bidang yang lain, yaitu:

Sumber: Lerne (1974)

Modernisasi, menurut Lerner, pertama- 2. Indikator partisipasi politik bukan lagi


tama merupakan suatu proses komunikasi. hanya pemberian suara di pemilu, tetapi
Seperti beberapa ahli lain, ia juga melihat sedang dicarikan indikator lain yang
bahwa unsur-unsur tertentu dari budaya bersifat psikologis semacam “empati”.
nasional atau lokal merupakan penghambat
yang harus dihapus untuk menuju masyarakat 3. Lerner tidak lagi menyebut keseluruhan
modern. Transisi dari masyarakat tradisional ke proses tersebut sebagai modernisasi, te­
masyarakat modern berkaitan dengan tingkat tapi menggantinya dengan perubahan.
perubahan sejumlah karakter individual yang
berhubungan dengan modernisasi. 4. Tiga faktor yang dikemukakan sebelumnya
(urbanisasi, melek huruf, pengenaan
Lerner memperbaiki beberapa hal dari media dan partisipasi) tidak lagi disebut
teori modernisasi, yaitu: sebagai indikator kemodernan, tetapi
1. Urbanisasi tidak lagi sebagai langkah sebagai kecenderungan kepada perubahan
pertama. Gantinya adalah literacy dan (propensity to change) atau kesiapan
pengenaan media, lalu bergerak menuju orang untuk mencoba hal-hal baru.
partisipasi.

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


47
Mengenai pernyataan tentang modernisasi Inkeles dan Smith mendasarkan studi
merupakan suatu proses komunikasi, mereka pada hipotesis bahwa semakin besar
McClelland berasumsi bahwa motivasi keterpaparan (exposure) seseorang kepada
untuk berprestasi memang yang terpenting, lembaga-lembaga pemodernan maka bertambah
namun hal itu hanyalah satu unsur dari suatu maju pula ia melangkah dalam dimensi-dimensi
matriks kepribadian yang berpengaruh bagi psikologis modernisasi pada tingkat individual.
pembangunan ekonomi. Masih ada unsur- Nilai-nilai, sikap mental, dan struktur berpikir
unsur lain yang meliputi di antaranya percaya yang dipelajari di institusi pemodernan yang
diri, berorientasi ke depan, berkompetensi, kemudian berhasil diterapkan dalam hidup
menyukai resiko dan lain-lain. Kepada anggota sehari-hari, nantinya akan meluas ke lingkungan
masyarakat yang membangun, hendaklah lainnya.
ditularkan “virus” need for achievement
(dorongan pada seseorang individu untuk Studi mereka itu berkesimpulan bahwa
menghadapi tantangan, mengatasi rintangan, institusi pemodernan seperti sekolah, media
dan berhasil menanggulangi berbagai kesulitan, massa, dan pabrik telah menciptakan manusia
antara lain melalui berbagai saluran komunikasi modern yang dapat mengisi peran karir di
yang ada di tengah masyarakat yang dimaksud. berbagai institusi modern yang diperlukan
untuk pertumbuhan ekonomi. Meskipun
Untuk itu McClelland (1961) merekomen­ pendidikan merupakan variabel yang paling
dasikan tiga cara dalam mengembangkan jalan dekat korelasinya dengan kemodernan di tingkat
menuju kemodernan dan memperkuat motif individual, fungsi yang sama juga dilakukan
untuk berprestasi, yaitu: oleh media massa.

1. Pentingnya menciptakan informed pu­ Kedua ahli mengukur pengaruh media


blic opinion yang ditandai oleh suatu massa dengan bantuan data mengenai
masyarakat dengan pers yang bebas. keterpaparan (exposure) kepada surat kabar dan
radio. Perubahan yang ekstensif ini mendukung
2. Suatu langkah penting menuju ke­ pandangan bahwa perubahan kepribadian yang
modernan adalah emansi­pasi pe­rem­puan agak mendasar dapat terjadi pada kehidupan
yaitu mereka yang membesarkan generasi orang dewasa. Konsekuensinya ada dua:
berikutnya. Wanita hendaklah diberi
informasi melalui media massa sehingga 1. Media massa jika menyebarkan nilai-nilai
mereka menerima nilai-nilai dan norma “modern” umumnya mempunyai efek
baru. positif untuk negara-negara berkembang.

3. Pentingnya pengaruh pendidikan luar 2. Kepribadian modern menuntut lengkapnya


negeri untuk memperkuat motivasi proses modernisasi individual sebelum
pencapaian. dapat mengambil dan mengisi dengan
memadai posisi-posisi pada institusi
Terkait dengan peran media massa, modern, maka langkah awal yang
menurut Alex Inkeles dan D. Smith (1962-1964) direkomendasikan adalah suatu investasi
media massa, sekolah, dan pabrik merupakan dalam modal insani (human capital) yaitu
institusi pemodernan (modernizing institution) sistem pendidikan dan media massa.
suatu bangsa. Itulah salah-satu temuan
dari studi mereka yang berjudul Becoming Sebagian dari fungsi-fungsi terpenting
Modern: Individual Change in Six Developing dukungan komunikasi dalam proyek-proyek
Countries. Analisisnya dipusatkan bukan pada pembangunan dapat dilihat melalui daftar
masyarakat secara keseluruhan tetapi pada inventori berikut ini (Perrett, 1982).
tingkat individual.

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


48
Tabel 1. Inventori Fungsi-fungsi Dukungan Komuni­kasi

Fungsi yang didukung Aktivitas Jenis Proyek


Partisipasi dalam perencanaan Menegakkan atau memperkuat Pembangunan perkotaan dan
saluran informasi dan prosedur pedesaan, sanitasi murah, solid
agar kebutuhan ataupun waste, dan air minum, dll.
keinginan khalayak diketahui
oleh para pembuat keputusan di
pemerintah.
Akses ke informasi yang berguna Mempublikasikan ketersediaan Kependudukan, gizi, kesehatan,
dan lokasi dari barang dan jasa pertanian, dan juga yang lain.
atau memberi informasi tentang
jenis-jenis tanaman, hak-hak
hukum, kesempatan pendapatan,
atau program-program belajar.
Pendidikan Suplemen ataupun komplemen Berbagai proyek pendidikan.
terhadap sistem pendidikan
yang ada, melalui penyediaan
misalnya, saluran media massa
untuk pendidikan dewasa dan
anak-anak.
Penerimaan Mempromosikan penerimaan Sebagian besar proyek-proyek
terhadap ide-ide dan kependudukan dan pertanian.
produk baru dan umumnya
mempercepat laju tingkat
penerimaan.
Cost recovery Melaksanakan public relations Air dan sampah, jalan di kota dan
untuk kenaikan tarif yang di desa, dan sejumlah proyek
dibutuhkan, atau memobilisasi pendidikan.
sumbangan tenaga, bahan, dan
uang tunai.
Pemanfaatan Mempromosikan penggunaan Kebanyakan proyek
secara tepat barang dan jasa kependudukan dan pertanian
yang tersedia. dan beberapa industri perkotaan
dan skala kecil.
Materialisasi manfaat Mempermudah perubahan sikap Sebagian besar proyek
dan perilaku yang berkenaan kependudukan, banyak proyek
dengan orang-orang yang akan gizi, beberapa proyek air dan
menjadi penerima manfaat dari sampah.
barang dan jasa yang disediakan
untuk mereka.
Distribusi manfaat Memperbaharui keseimbangan Banyak proyek pendidikan yang
di mana kelompok tertentu menunjang siaran pendidikan.
berada pada ketertinggalan
karena pengetahuan atau
pengertian yang tidak memadai.
Partisipasi dalam operasi dan Memotivasi masyarakat agar Transportasi (jalan desa),
pemeliharaan bertanggung jawab dalam penyediaan air dan pembuangan,
operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan desa.
pemberian keterampilan yang
diperlukan untuk itu.

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


49
MacBride (1983) merumuskan,”dalam golongan atas) merupakan redundansi
dunia yang saling membutuhkan ini, (tidak lagi begitu berguna karena sudah
menanggulangi kemiskinan adalah untuk dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya,
kepentingan semua negara, baik maju maupun namun tetap berfaedah bagi golongan
berkembang”. Oleh sebab itu komunikasi khalayak yang hendak dijangkau. Dengan
harus mengejar tiga tujuan: (a) meningkatkan cara ini, dimaksudkan, agar golongan
pengetahuan atas masalah pembangunan, (b). khalayak yang benar-benar berkepentingan
Membangun jiwa solidaritas di dalam usaha tersebut mempunyai kesempatan untuk
bersama, (c) meningkatkan kemampuan manusia mengejar ketertinggalannya, dan dengan
menangani usaha pembangunan sendiri. demikian diharapkan dapat mempersempit
jarak efek komunikasi.
Penempatan posisi komunikasi dalam
kerangka melaksanakan pembangunan juga c) Penggunaan pendekatan ”narrow casting”
memiliki ciri tersendiri, sekalipun semuanya atau melokalisir penyampaian pesan bagi
memang meletakkan komunikasi pada ke­ kepentingan khalayak. Lokalisasi di sini
dudukan kunci dalam berlangsungnya proses berarti disesuaikannya penyampaian
modernisasi. Yang berbeda adalah penekanan informasi yang dimaksud dengan situasi
atau titik berat dari peran komunikasi tersebut di mana khalayak berada.
dalam upaya pembangunan yang dimaksud.
d) Pemanfaatan saluran tradisional, yaitu
Dissayanake (1981), menggambarkan berbagai bentuk pertunjukan rakyat
pembangunan sebagai ”proses perubahan sosial yang sejak lama memang berfungsi
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup sebagai saluran pesan yang akrab dengan
dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa masyarakat setempat.
merusak lingkungan alam dan kultural tempat
mereka berada, dan berusaha melibatkan e) Pengenalan para pemimpin opini di
sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam kalangan lapisan masyarakat yang
usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari berkekurangan (disadvantage), dan
tujuan mereka sendiri”. meminta bantuan mereka untuk menolong
mengkomunikasikan pesan-pesan
Kesenjangan sebagai efek yang ditimbul­ pembangunan.
kan oleh kekeliruan cara-cara komunikasi
selama ini, menurut Rogers dan Adhikarya f) Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen
(1978) dapat diperkecil bila strategi komunikasi perubahan yang berasal dari kalangan
pembangunan dirumuskan sedemikian rupa, masyarakat sendiri sebagai petugas
mencakup prinsip-prinsip berikut ini: lembaga pembangunan yang beroperasi di
kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
a) Penggunaan pesan yang dirancang khusus
(tailored messages) untuk khalayak yang g) Diciptakan dan dibina cara-cara atau
spesifik. Sebagai misal, bila hendak mekanisme bagi keikutsertaan khalayak
menjangkau khalayak miskin, maka pada (sebagai pelaku-pelaku pembangunan
perumusan pesan, tingkat kecanggihan itu sendiri) dalam proses pembangunan,
bahasa, gaya penyajian, dan sebagainya, yaitu sejak tahap perencanaan sampai
disusun begitu rupa agar dapat dimengerti evaluasinya.
dan cocok dengan kondisi mereka.

b) Pendekatan ”ceiling effect” yaitu dengan


mengkomunikasikan pesan - pesan yang
bagi golongan yang tidak dituju (dengan

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


50
III. Indonesia sebagai Sebuah Kasus demokratis (peace and democratic journalism).
Kondisi masyarakat yang berantakan secara
Dalam konsep pluralisme dari dimensi politik, ekonomi, dan sosial memerlukan media
utama dan kedudukan teori media teori yang membangun kohesi sosial. Masyarakat
(Gurevich, 1982) unsur keanekaragaman dan yang berantakan dan mudah marah memerlukan
keteramalan (prediktabilitas) merupakan unsur media yang membangun peace and democratic
yang ditekankan pada setiap aspek, yang berakar journalism. Jurnalisme seperti ini penting
dari pandangan tentang masyarakat yang dalam intoleransi masyarakat. Azyumardi
membuka kemungkinan adanya perubahan dan sendiri pernah memprotes dua saluran televisi
kontrol demokratis, serta yang tidak didominasi yang memberikan porsi besar berita kepada
oleh golongan elit. Model ini secara khusus narasumber yang justru membela kekerasan
menekankan kapasitas publik yang beraneka terorisme. Hal ini seakan-akan memberi
ragam untuk menyatakan kehendaknya yang kesempatan kepada para pelaku terorisme
berbeda, menolak persuasi, memberi reaksi, untuk menyuarakan kepentingannya di media
dan memanfaatkan media (bukan dimanfaatkan televisi, sehingga membuat aksi teror seperti
oleh media). Media pun lebih tanggap terhadap mendapatkan tempat. Seharusnya pemikiran-
kepentingan publik, bukan sebaliknya. Seperti pemikiran simpatisan terorisme dibatasi dan lebih
halnya kekuatan media yang bisa menjatuhkan memberikan porsi kepada kelompok moderat.
pemerintahan dalam sebuah negara, sebagai Atau euforia massa yang diwujudkan dengan
contoh ketika Presiden Nixon mundur karena membakar kantor KPU, misalnya. Masyarakat
skandal Watergate yang diekspos secara besar- pun belum bisa patuh kepada tatanan hukum.
besaran oleh media. Sedangkan di Filipina, Azyumardi menilai pemberitaan di Indonesia
Presiden Estrada jatuh karena pers memberitakan belum mencapai keseimbangan sehingga sering
korupsi dan gaya hidupnya yang suka berjudi muncul aksi-aksi anarkis di dalam kehidupan
dan berfoya-foya. Di Indonesia, Gus Dur masyarakat. Oleh karena itu, media diperlukan
mundur dikarenakan tekanan dari media. Hal untuk membangun prinsip jurnalisme damai
ini diungkapkan oleh Wimar Witoelar, juru dan demokratis, juga membangun. Bahkan
bicara Gus Dur dalam buku memoarnya. Pada pentingnya menjaga kohesi sosial, di tengah
saat itu, Amien Rais, parlemen, TNI, dan media merosotnya faktor-faktor pemersatu bangsa
mempunyai peran dalam menjatuhkan Gus serta otoritas pemerintah. Senada dengan
Dur. Gus Dur dapat naik dan jatuh dikarenakan Azyumardi Dekan FIB UI, Bambang Wiwarta
media. (2011) mengungkapkan, dalam mengimbangi
perkembangan media massa di Indonesia
Namun apabila dilihat kembali dari diperlukan etika dan kepatutan dalam
kualitas SDM jurnalis, Ketua Komisi Penelitian, menyampaikan berita. Ditegaskan perlunya
Pendataan, dan Ratifikasi Dewan Pers M Ridlo tanggung jawab dalam menyajikan berita.
Eisy di Tasikmalaya, Jawa Barat, menyatakan Membangun budaya pemberitaan dengan konsep
bahwa kinerja wartawan selama ini masih etika media massa sebagai upaya penyebaran
dikeluhkan. Dewan Pers menerima sekitar 500 informasi dan interpretasi seobyektif mungkin.
pengaduan masyarakat akibat berita yang tidak
seimbang dan kurang cermat (sumber: Kompas, Direktur Pemberitaan Perum Lembaga
Januari-Desember 2011). Menurut Mantan Kantor Berita Nasional ANTARA Saiful Hadi
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif (2011) menuturkan, kekuasaan masih menjadi
Hidayatullah Jakarta yang juga Cendekiawan ancaman utama bagi kebebasan pers, bukan
Muslim Azyumardi Azra (2011), peran media pemilik media. Pasalnya, media massa hingga
massa sangat penting terutama di negara saat ini masih menjadi ruang kritik sosial
transisi. Media memiliki tanggungjawab khusus yang tidak dapat dengan mudah diintervensi
yang didasarkan pada jurnalisme damai dan oleh pemilik media. Media juga berperan
membongkar keburukan, penyeimbang, dan

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


51
menyuarakan pihak yang tidak mempunyai IV. Penutup
suara, juga sebagai agen perubahan serta
pembuat agenda publik. Jurnalis media akan Terdapat empat cara media untuk
tetap mengkritisi menteri atau pejabat yang tidak membangun demokrasi. Pertama, mengangkat
benar. Maka dari itu Saiful berharap agar para persoalan untuk membela kepentingan publik.
wartawan Indonesia mempunyai kemampuan Kedua, melaksanakan tugas konstitusi sebagai
berpikir untuk menganalisis suatu berita layak alat kontrol sosial. Ketiga, tugas suci pers adalah
atau tidak untuk disampaikan kepada masyarakat. membongkar keburukan dan penyimpangan
Wartawan harus jadi thinking journalist, dengan serta menyuarakan pihak yang tidak punya
bertanya: ”Adakah manfaat & kegunaannya suara dan keempat adalah tugas pers sebagai
bagi masyarakat dari suatu berita yang akan agen perubahan dan pembuat agenda publik.
diliput ? Sebab pembaca media atau pendengar Keempat itulah peran media dalam membangun
radio/pemirsa televisi adalah raja. Jika tidak demokrasi di Indonesia. Kebebasan pers di
menyukai tayangan televisi, kita bisa mengganti Indonesia sudah lebih maju dibandingkan
ke channel lain, atau jika tidak menyukai koran, dengan negara lain seperti di Malaysia dan
kita tidak akan membeli korannya. Nasib Singapura, dimana pers disana tidak boleh
media sepenuhnya ada di tangan masyarakat, memberitakan tentang keadaan pemerintah
jika publik tidak menyukai, maka mereka akan mereka yang kurang demokratis.
meninggalkannya.
Media adalah kekuatan keempat dalam
Direktur Program Imparsial Al Aral (2011), pemerintahan, setelah eksekutif, legislatif,
tidak terlalu khawatir bahwa pemilik media dan yudikatif. Peran media dapat terlihat
akan mengancam kebebasan pers. Meski diakui, sebagai kekuatan penyeimbang dengan tampil
pemilik media, terutama yang mempunyai afiliasi mengkritik dan menyuarakan kekuatan rakyat
politik, terkadang menggunakan medianya untuk jika ketiga kekuatan dalam pemerintahan itu
kepentingan pribadi, namun, porsinya sangat bersekongkol dalam pemerintahan di negara.
kecil. Kekhawatirannya justru pada ancaman Media dapat berperan dalam membangun
terhadap kebebasan pers yang masih datang politik di Indonesia agar masyarakat bisa
dari kekuasaan. Sebagai alasan untuk membuat “melek politik”, sehingga benar-benar rasional
regulasi yang membatasi kebebasan pers. RUU dalam menentukan partai yang dipilihnya dalam
Intelijen dan RUU Rahasia Negara adalah Pemilu. Generasi muda juga perlu diwariskan
bukti keinginan kekuasaan untuk membatasi pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan
kebebasan pers. Deputi Direktur Pemberitaan yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika,
Media Indonesia Usman Kan-song, mengatakan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita
persoalan sesungguhnya bukanlah apakah media memang memerlukan media yang bebas dengan
boleh berafiliasi secara politik atau tidak. Dalam konsep jurnalisme damai untuk membangun
perspektif posmodernis, media mempunyai keutuhan sosial. Disamping itu pers harus
logika sendiri. Jadi, logika macam apakah yang mampu membangun budaya malu bagi pelaku
mendasari afiliasi politik itu. Jika menurut korupsi dan juga pelaku tindak kriminalitas.
logika audiens, logika media itu tidak pas, maka
pemirsa bisa mematikan televisi atau pindah Media mempunyai kekuatan luar biasa
ke saluran lain, atau berhenti membaca koran, untuk mempengaruhi publik. Untuk itu,
karena sekarang ini audiens mempunyai banyak diperlukan keseimbangan berita sehingga
pilihan media. masyarakat mendapatkan berita yang lengkap.
Media harus konsekuen dengan aturan yang
ada, berimbang serta tidak memprovokasi.
Diharapkan media memberikan informasi yang
benar dan berimbang.

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


52
Pemberitaan di media massa seharusnya Peran media massa, seharusnya sebagai
memperhatikan azas kepatutan sosial. Pasalnya, penghubung antara kelompok sosial dengan
pemberitaan media mempunyai dampak yang ranah kebangsaan yang bertanggung jawab
luas di masyarakat. Cara media membangun untuk menyampaikan nilai-nilai luhur. Media
demokrasi adalah dengan mengangkat massa saat ini berkembang menjadi pembentuk
persoalan yang membela kepentingan rakyat, opini publik. Bahkan, media kerap tidak ragu-
melaksanakan tugas konstitusi sebagai alat ragu menyatakan opini dan keberpihakan
kontrol sosial. Diharapkan pula agar para serta membangun wacana dalam masyarakat.
wartawan Indonesia mempunyai kemampuan Sebagian besar ruang di media sesungguhnya
berpikir untuk menganalisis suatu berita digunakan untuk kritik sosial dan untuk
layak atau tidak untuk disampaikan kepada membangun wacana, dialog, dan debat
masyarakat. publik. Oleh karena itu media massa harus
dapat menjalankan fungsinya dengan efektif
untuk membangun koridor demokrasi dalam
masyarakat Indonesia yang sangat plural.

Referensi 6. Elihu Katz, Paul Felix Lazarsfeld.


2006. Personal influence: the part
1. Baran, Stanley J. Baran, Dennis K. played by people in the flow of mass
Davis. 2009. Mass Communication communications. Transaction Publishers
Theory: Foundations, Ferment, and
Future, Fifth Edition. Cengage Learning. 7. Jahi, Amri, 1988. Komunikasi Massa
dan Pembangunan Pedesaan di Negara-
2. Croteau, David, William Hoynes. 2003. negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar.
Media society: industries, images, and PT Gramedia, Jakarta.
audiences, Third Edition of Media/
Society. Pine Forge Press. 8. MacBride, Sean. 1980. Communication
and Society; Today and Tomorrow:
3. David P. Demers, Kasisomayajula Many Voices One World, London, Kogan
Viswanath. 1999. Mass media, Page.
social control, and social change: a
macrosocial perspective . Iowa State 9. McQuail, Denis. 2010. McQuail’s Mass
University Press. Communication Theory (6th edition).
SAGE Publications Ltd.
4. Depari, Eduard & Colin MacAnrews.
1978. Peranan Komunikasi Massa 10. Nasution, Zulkarimein, IV, 2002.
Dalam Pembangunan. Gajah Mada “Komunikasi Pembangunan:
University Press, Yogyakarta. Pengenalan Teori dan Penerapannya”
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
5. Eilers, Franz-Josef, (Ed.). 2009.
Communicating in Community, An 11. Rodriguez, F., and Wilson, III, EJ.,
Introduction to Social Communication. 2000. “Are Poor Countries Losing the
Fourth Updated Edition. Manila: Logos Information Revolution?” (infoDev
Publications. Working Paper Series). Washington, DC:
The World Bank.

Komunikasi Dalam Perubahan Sosial


53
12. Rogers, Everett M and Floyd F. 13. Roman, Anthony, (Ed.). 2004. Social
Shoemaker. 1971. Communication of Commu­nication Directory Asia – FABC
Innovations: A Cross Culture Approach, Edition, FABC-OSC Books volume 3.
New York, The Free Press Rivers, Manila: Logos Publications.
William L, Jay W. Jensen & Theodore
Peterson. 2003. Mass Media and 14. Susanto, Eko Harry. 2010. Komunikasi
Modern Society, terjemahan “Media dan Manusia Esensi dan Aplikasi Dalam
Masyarakat Modern”, Jakarta: Penerbit Dinamika Sosial Ekonomi Politik. Mitra
Kencana. Wacana Media, Jakarta.

InterAct, Vol. 1, No. 1, Mei, 2012 Satria Kusuma


54

Anda mungkin juga menyukai