Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terjadinya persalinan normal bukan berarti tidak ada permasalahan dalam
persalinan,melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi dimana
dinamakan dengan komplikasi pada saat persalinan. Komplikasi persalinan
adalah kondisi dimana ibu dan janinnya terancam yang disebabkan oleh
gangguan langsung saat persalinan serta menjadi salah satu penyebab
terjadinya kematian ibu bersalin maupun janinnya. Adapun beberapa
komplikasi yang terjadi pada saat persalinan diantaranya Ketuban pecah dini
(KPD), persalinan preterm, kehamilan postmatur, malposisi dan
malpresentasi, pre-eklampsia dan eklampsia, kehamilan kembar (gemelli), dan
distosia bahu. Hal ini dapat menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada saat persalinan. (Jurnal
Midwifery, Vol.1 No 1, 2019)
Salah satu penyulit kehamilan diantaranya adalah preeklampsia berat. Pre-
eklamsi berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistol ≥160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
(Prawirohardjo, 2013)
Faktor pendukung preeklamsia adalah usia, paritas, riwayat hipertensi,
kehamilan ganda, sosial ekonomi , genetik dan obesitas. Komplikasi yang
dapat terjadi pada Preeklamsi berat yaitu solusio plasenta, hipofibrinogenemia,
hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati,
sindroma HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet),
kelainan ginjal, dan lain-lain dengan komplikasi terberat adalah kematian ibu
dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
preeklampsi.
Preeklampsia dapat menyebabkan mordibitas dan mortalitas baik pada ibu
maupun bayi . Hal ini dapat ditunjukan dengan AKI …. Per 100.000 kelahiran
hidup (tahun terbaru) yang salah satu penyebabnya adalah preeklamsia berat .
AKB …. (tahun terbaru).
Angka kejadian kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah
penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi
24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri
5% dan lain-lain 11%. Di Indonesia dari 100% kejadian komplikasi pada
kehamilan yang menyebabkan kematian berkisar 24% preeklamsi yang
dialami oleh ibu hamil dan ibu bersalin (angka kejadian (AKI & AKB) di
banten pada kasus preekmapsia berat sebanyak (berapa persen, jurnal), angka
kejadian ( AKI & AKB ) di jawa barat sebanyak (berapa persen).
Berdasarkan data hasil Survey Demografi (SDKI) tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. (Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016) (Yang terbaru 2019)
Pada tahun 2016 AKI di Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan pada
tahun 2016 lalu kasus kematian ibu sebanyak 780 per 100.000 kelahiran
hidup. Dibandingkan pada tahun 2015 sebanyak 823 kasus kematian ibu.
RSUD Kab. Tangerang merupakan rumah sakit pemerintah yang terletak
di Kota Tangerang sebagai tempat rujukan terbesar yang memberikan
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komperhensif (PONEK) dalam
mendukung program nasional yaitu menurunkan AKI dan AKB. Data yang
diperoleh di RSUD Kab. Tangerang pada tahun 2016, ibu yang mengalami
preeklampsia sebanyak 707 kasus (23.,3%) dari 3022 persalinan. Dimana 2
kasus diantaranya menyebabkan kematian ibu karena eklampsia, yang
merupakan komplikasi dari preeklampsia. ( tahun 2019 )
Berdasarkan data dan hasil survey diatas, kelompok tertarik untuk
membuat studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.S usia 22
tahun G2P1A0 hamil 39 minggu dengan Preeklampsia Berat di RSU Kabupaten
Tangerang”.

1.1 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. S
usia 22 tahun G2P1A0 gravida 39 minggu dengan preeklampsia berat di
RSU Kabupaten Tangerang.
B. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya data subjektif pada Ny. S usia 22 tahun G 2P1A0 gravida
39 minggu dengan preeklampsia berat di RSU Kabupaten Tangerang.
2. Diketahuinya data objektif pada Ny. S usia 22 tahun G 2P1A0 gravida 39
minggu dengan preeklampsia berat di RSU Kabupaten Tangerang.
3. Diketahuinya analisa pada Ny. S usia 22 tahun G 2P1A0 gravida 39
minggu dengan preeklampsia berat di RSU Kabupaten Tangerang.
4. Diketahuinya penatalaksanaan pada Ny. S usia 22 tahun G2P1A0
gravida 39 minggu dengan preeklampsia berat di RSU Kabupaten
Tangerang.
5. Diketahuinya faktor pendukung pada asuhan Ny. S usia 22 tahun
G2P1A0 gravida 39 minggu dengan preeklampsia berat di RSU
Kabupaten Tangerang.
6. Diketahuinya faktor penghambat pada asuhan Ny. S usia 22 tahun
G2P1A0 gravida 39 minggu dengan preeklampsia berat di RSU
Kabupaten Tangerang.

1.2 Manfaat
Dengan adanya observasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
semua pihak yang terkait diantaranya:
A. Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Memberikan masukan mengenai pelaksanaan asuhan pada klien dengan
preeklampsia berat, denagn cepat dan sesuai dengan standar pelayanan
serta kemampuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan yang telah
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
penanganan kasus tersebut serta sebagai salah satu gambaran kasus
preeklampsia berat yang terjadi di RSU Kabupaten Tangerang.
B. Bagi Klien dan Keluarga
1. Mendaoatkan asuhan preeklampsua berat yang sesuai dengan keadaan
ibu,
2. Mendapatkan pengetahuan mengenai resiko yang mungkin terjadi pada
ibu yang mengalami kehamilan dengan preeklampsia berat,
3. Membantu ibu dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda bahaya
pada masa kehamilan, tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, serta
perawatan yang sesuai dengan ibu.
C. Bagi Profesi
Dapat memberikan masukan informasi mengenai pelaksanaan asuhan pada
klien dengan preeklampsia berat, dengan cepat dan dengan standar
pelayanan serta kemampuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Preeklampsia


Menurut Varney preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara
spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu
(kecuali pada penyakit trofoblastik) dapat didiagnostik dengan adanya
peningkatan tekanan darah dan proteinuria.
Menurut Sarwono preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang
akut dapat terjadi pada ante, intra, dan postpartum dan merupakan
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Sedangkan preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110
mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam atau +4 dalam
pemeriksaan kualitatif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah
diastolik ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai
lagi.
2. Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau
sama dengan ≥1+ dipstick.
3. Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsi
tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema
generalisata (anasarka). Selain itu bila didapatkan kenaikan berat badan
>0,57kg/minggu. (Prawiroharjo, 2016).

2.2 Etiologi Preeklampsia


Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan
menderita preeklampsia. Akan tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat
mempengaruhi perkembangan penyakit: primigravida, grande multigravida,
janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira-
kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi
pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan 30%
pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu hamil yang mengalami
hipertensi kronis, atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25% (Bobak,
2005).

2.3 Klarifikasi Preeklampsia


Berdasarkan klasifikasinya, preeklamsia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Preeklamsia Ringan
Suatu sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasopasme pembuluh darah fan aktivasi endotel.
Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik >90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu disertai
proteinuria 1+ atau >300mg/24 jam. (Fraser, 2009)
2. Preeklamsia Berat
Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan
darah diastolik >110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu disertai
proteinuria >2+ atau5g/24jam. (Sarwono, 2016)

2.4 Tanda dan Gejala Preeklampsia


1. Preeklampsia Ringan
Tanda dan gejala preeklampsia ringan:
a. Tekanan darah sistolik/diastolik >140/90 mmHg.
b. Proteinuria: >300 mg/24 jam.
c. Edema lokal tidak dimasukkan kecuali edema pada lengan, muka, dan
perut, edema geberalisata (anasarka).
2. Preeklampsia Berat
Tanda dan gejala preeklampsia berat:
a. Tekanan darah >160/110 mmHg. Tekanan darah tidak menurun
meskipun sudah dirawat di rumah sakit.
b. Oliguria, produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam.
c. Proteinuria lebih dari 5g/24jam.
d. Nyeri epigastrium.
e. Gangguan penglihatan.
f. Edema yang patologik adalah edema yang nondependent pada muka
dan tangan, atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan
kenaikan berat badan yang cepat.
g. Edema paru dan sianosis
h. Gangguan kesadaran.
i. Trombosit kurang dari 100.000/mm3.
j. Pertumbuhan janin terhambat.
k. Sindrom HELLP.
(Sarwono, 2016)

2.5 Faktor Resiko Preeklmapsia


Terdapat berbagai faktor resiko dari preeklampsia, diantanya adalah :
1. Status Reproduksi
a. Faktor usia
Usia 20-35 tahun adalah periode paling aman untuk
hamil/melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% -
20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari
anak-anak. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya
preeklampsia/eklampsia.
b. Paritas
Faktor yang mempengaruhi preeklampsia frekuensi primigravida
lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan
mempunyai banyak resiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa
persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman.
c. Kehamilan ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda. Dari penelitian Agung Supriandono dan Suichan
Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat
mempunyai jumlah janin lebih dari satu.
d. Faktor genetika
Terdapat bukti bahwa preeklampsia merupakan penyakit yang
diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita
dari ibu penderita preeklampsia atau mempunyai riwayat
preeklampsia/eklampsia dalam keluarga. Separuh lebih dari
multipara dengan hipertensi juga menderita proteinuria dan karena
menderita superimposed preeklampsia. (Saifudin, 2011)
2. Status Kesehatan
a. Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia atau eklampsia
adalah adanya riwayat hipertensi kronis atau penyakit vaskuler
hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar
kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai
cukup bulan. Setelah kehamilan 20 minggu tanpa disertai gejala,
kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan
dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih seperti edema,
proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus,
bahkan dapat menimbulkan eklampsia dan perdarahan otak.
b. Status gizi
Kegemukan disamping menyebabkan kolestrol tinggi dalam darah
juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, makin gemuk seseorang
makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang
berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung sehingga dapat
menyebabkan preeklampsia.
c. Stres / cemas
Meskipun di beberapa teori tidak pernah disinggung kaitannya
dengan kejadian preeklampsia, namun pada teori stres yang terjadi
dalam waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan seperti tekanan
darah.
3. Perilaku Sehat
a. Pemeriksaan antenatal
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan
berkelanjutan, oleh karena ini melalui antenatal care yang bertujuan
untuk mencegah perkembangan preeklampsia, atau setidaknya dapat
mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat mengurangi kejadian
kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak memberikan
gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa
dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu
melakukan kunjungan setiap minggu ke klinik perinatal selama 4-6
minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melakukan
protein urine, mengukur tekanan darah, dan memeriksa tanda-tanda
edema. Setelah diketahui diagnosa dini, perlu segera dilakukan untuk
mencegah masuk ke dalam eklampsia. (Rozikhan, 2007)
4. Faktor Lain
a. Tingkat pendidikan
Kaitan tingkat pendidikan dengan masalah kesehatan, dari buku safe
motherhood menyebutkan bahwa wanita yang mempunyai
pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan
dirinya.
b. Faktor sosial ekonomi
Status sosial mempunyai resiko yang sama, tetapi kelompok
masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai
perawatan kesehatan sebagaimana mestinya. Pasien dengan
pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali
merupakan faktor predisposisi terjadinya preeklampsia atau
eklampsia.
c. Pekerjaan
Aktivitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan
peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil,
dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan
berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah
dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan.
(Rozikhan, 2007)

2.6 Komplikasi Preeklampsia


Berbagai komplikasi dapat terjadi pada preeklampsia baik pada ibu
maupun janin:

1. Komplikasi pada Ibu


a. Sistem saraf pusat: perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral,
hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau
retina detachment dan kebutaan korteks.
b. Gastroinstestinal-hepatik: subskapular hematoma hepar, ruptur
kapsul hepar.
c. Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
d. Hematologik: Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC),
trombositopenia, hematoma luka operasi.
e. Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik,
depresi atau arrest, pernapasan, kardiak arrest, iskemia
miokardium
f. Lain-lain: asites, edema laring dan hipertensi yang tidak
terkendalikan
2. Komplikasi pada Janin
a. Intrauterine fetal growth restriction (IUGR)
b. Solusio plasenta
c. Prematuritas
d. Sindroma distres napas
e. Kematian janin intrauterine
f. Kematian neonatal perdarahan intraventrikular
g. Sepsis
h. Cerebral palsy
(Sarwono, 2016)

2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia


Penatalaksanaan Preeklamsia Ringan Kehamilan kurang dari 37 minggu.
Jika belum ada perubahan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat
jalan:
1. Pantau tekanan darah, urin (protein urin), refleks dan kondisi janin.
2. Konseling pasien dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya preeklamsia
dan eklamsia.
3. Lebih banyak istirahat
4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
5. Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit:
1. Diet biasa.
2. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari.
3. Tidak perlu diberi obat-obatan.
4. Tidak perlu diuretik kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
1. Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklamsia berat.
2. Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan
janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklamsi berat.
3. Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
4. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan
penanganan dan observasi kesehatan janin.
5. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat sampai aterm.
6. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsi berat (Saifudin,
2011)
Kehamilan lebih dari 37 minggu
1. Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostagladin.
2. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostagladin atau
kateter foley atau lakukan seksio sesarea (Saifudin, 2011)

2.8 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat dan Eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif.
Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia
seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih.

A. Penanganan kejang
1. Beri obat antikolvulsan.
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan,
masker dan balon, oksigen).
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit.
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat
terlalu keras.
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi.
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
(Saifudin, 2011)
B. Penanganan umum
1. Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat
antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
2. Pasang infus dengan jarum besar ( 16 gauge atau lebih besar).
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.
4. Kateterisasi untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam.
a. Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV
(NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8
jam.
b. Pantau kemungkinan edema paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin
setiap jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
9. Hentikan pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana
(bedside clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati. (Saifudin, 2011)
C. Antikonvulsan
1. Penderita preeklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke sisi (kiri).
Perawatan yang penting pada preeklamsia berat ialah pengelolaan
cairan karena penderita preeklamsia mempunyai resiko tinggi
untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua
tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan
terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan onkotik
koloid/pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena itu
memonitoring input cairan dan output cairan menjadi sangat
penting.
A. Dilakukan pemasangan infus untuk memonitoring input cairan.
B. Dilakukan pemasangan forey catheter untuk mengukur
pengeluran urin.
C. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga
bila mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam
lambung yang sangat asam.
D. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
2. Pemberian antihipertensi
1) Antihipertensi lini pertama
a. Nifedipin
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipin tidak boleh
diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,
sehingga hanya boleh diberikan per oral.
b. Glukokortikoid,
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin
tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34
minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom
HELLP.
3. Pemberian Obat Antikejang
MgSO4, Magnesium Sulfat yaitu menghambat atau menurunkan
kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular.

Pemberian MGSO4 dan Cara pemberian Dosis Awal:


1. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10Ml larutan MgSO4 40%) Dan
larutkan dengan 10 ml aquades
2. Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
Cara pemberian dosis Rumatan:
1. Ambil 6 gram MgSO4 (15ml MgSO4 40%) dengan larutan
dalam 500 ml RL lalu berikan secara IV dengan kecepatan
28 Tpm selama 6 jam dan diulangi hingga 24 jam setelah
persalinan atau kejang berakhir (bila Eklamsi).
2. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam meliputi: TD, Nadi,
Pernafasan, Refleks Patella dan jumlah Urine.
3. Bila frekuensi pernafasan <16 x/menit dan tidak didapatkan
refleks patella, terdapat oliguria ( produksi urin < 0,5 ml/kg
BB/jam) segera hentikan pemberian MgSO4.
4. Jika terjadi depresi nafas berikan Ca Glukonas 1 gram IV
( 10 ml larutan 10 % ) bolus dalam 10 menit.
5. Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsisa di rujuk
pantau dan nilai adanya perburukan preeklamsia. Apabila
terjadi eklamsia berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan
( 15 – 20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan
masih terdapat kejang dapat dipertimbangkan pemberian
diazepam 10 mg IV selama 2 menit
Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan bahwa ibu hamil dengan preeklamsi
berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan dini dianjurkan.
a. Penanganan Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil.
Penundaan persalinan meningkatkan risiko untuk ibu dan janin.
1. Periksa serviks.
2. Jika serviks matang, lakukan pemecahan ketuban, lalu induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
3. Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12
jam (pada eklampsia) atau dalam 24 jam (pada preeklampsia),
lakukan seksio sesarea.
4. Jika denyut jantung janin < 100/menit atau >180/menit
lakukan seksio sesaria.
5. Jika serviks belum matang, janin hidup, lalukan seksio sesarea.
6. Jika anestesi untuk seksio sesaria tidak tersedia, atau jika janin
mati atau terlalu kecil:
b. Usahakan lahir pervaginam.
c. Matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin,
atau kateter Foley. (Saifudin, 2011)
Perawatan Pascapersalinan:
1. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan
atau kejang terakhir.
2. Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih 110
mmHg atau lebih.
3. Pantau urine. (Saifudin, 2011)
2.9 Kewenangan Bidan dalam Penanganan Preeklampsia Berat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/PerX/2010.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang memberikan pelayanan yang
meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu,
2. Pelayanan kesehatan anak dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada (1) meliputi:
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui dan
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berwenang untuk :
1) Episiotomy
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
7) Pemberian uterotonika dan manajemen aktif kala III
8) Penyuluhan dan konseling
9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil pemberian surat keterangan
kematian dan
10) Pemberian surat keterangan cuti bersal
Pasal 11
a. Pelayanan kesehatan anak sebgaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah
b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan
perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah
6) Pemberian konseling dan penyuluhan
7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan
8) Pemberian surat keterangan kematian
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/
SKIII/2007 Kompetensi Ke-3 Keterampilan Dasar
1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menganalisa pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil
2) Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan
lengkap
3) Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk
pengukuran tinggi fundus uteri /posisi/presentasi dan penurunan
janin
4) Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang
panggul
5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung
janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin
dengan palpasi uterus
6) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan
7) Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan
pertumbuhan janin
8) Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
komplikasi kehamilan
9) Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda
berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan
10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,
hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminen, dan pre-
eklampsia ringan.
11) Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan.
12) Memberikan imunisasi ibu hamil
13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan
penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang
tepat dari : Kekurangan Gizi
14) Pertumbuhan janin yang tidak adekuat : SGA dan LGA
15) Pre-eklampsia berat dan hipertensi
16) Perdarahan pervaginam
17) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm
18) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm
19) Kematian janin
20) Adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, gangguan
pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi
21) Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah Dini)
22) Persangkaan polyhidramnion
23) Diabetes melittus
24) Kelainan congenital pada janin
25) Hasil laboratorium yang tidak normal
26) Persangkaan polyhidramnion, kelainan janin
27) Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, Vaginitis, infeksi saluran
perkemihan dan saluran nafas.
28) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran,
dan menjadi orang tua.
29) Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku
kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan (senam), keamanan
dan berhenti merokok.
30) Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.
(DEPKES, 2008)

BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 11 februari 2020


Tempat Pengkajian : Ruang VK, RSU Kabupaten Tanggerang
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn. J
Usia : 22 tahun Usia : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Sepatan 2/3

2. Keluhan Utama
Ny. S datang ke IGD RSU Kabupaten Tanggerang pukul 11.00 atas
rujukan dari bidan PMB dengan indikasi tekanan darah tinggi dan riwayat
PEB.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah
keguguran. HPHT 15-5-2019. Taksiran Partus 22-2-2020. Ibu pernah
memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada saat kehamilan pertama ibu.
Ibu rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan semakin sering
merasakan gerakan janinnya. Pada saat kehamilan ini ini terdeteksi
memiliki tekanan darah tinggi ditrimester 2. Selama kehamilan ibu tidak
mengkonsumsi obat-obatan diluar yang diberikan oleh bidan dan ibu tidak
mengkonsumsi jamu-jamuan. Ibu sudah cek urine di PMB dengan hasil
protein urine (++).

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan lalu


Ibu mengatakan ini anak ke 2. Tidak pernak pernah keguguran. Persalinan
anak pertama di RSU Kabupaten Tanggerang karena PEB. Bayi lahir
spontan pervaginam, berat Bayi pada anak pertama 3000 gram.

5. Riwayat Kesehatan
Dari keluarga ada yang memiliki penyakit hipertensi yaitu bapaknya.

6. Riwayat Psikososial Ekonomi


Ibu telah menikah selama 7 tahun dengan status pernikahan pertama.
Keluarga sangat senang mengetahui kehamilan ibu. Ibu sebelumnya
menggunakan KB Suntik 3 bulan dan sengaja berhenti karena
merencanakan kehamilan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh ibu,
suami, dan keluarga. Ibu tidak mempunyai kepercayaan dan budaya
tertentu.

7. Pola Kegiatan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi dan Hidrasi
Ibu makan 5x sehari dengan 1 piring nasi, telur, sayur, dan cemilan
seperti bisckit dan jajan bakso. Ibu minum 8-10 gelas/hari dengan air
mineral.
b. Eliminasi
Ibu BAK 6-8 kali sehari warnanya kuning, dan berbau khas. Ibu BAB
1x sehari setiap sore.
c. Ketergantungan
Ibu tidak ada ketergantungan obat-obatan, jamu dan juga tidak
merokok.
d. Pola Istirahat
Ibu mengatakan untuk tidur siang 1 – 2 jam, dan jika malam 7 – 8
jam.

8. Konsumsi Obat-obatan
Ibu mengatakan rutin mengkonsumsi pil penambah darah, kalsium dan
vitamin semenjak trimester 2.

9. Riwayat Imunisasi TT
Waktu hamil ibu sudah mendapatkan imunisasi TT 2 kali, yaitu pada
waktu hamil pada usia kehamilan 5 bulan dan 7 bulan dan sudah dicatat
dalam buku yang diberikan bidan.

10. Riwayat Psikososial


a. Nutrisi
Ibu sudah makan sepiring nasi dengan telur dan minum 1 botol air
mineral. Ibu tidak memiliki pantangan dalam mengkonsumsi makanan
atau minuman, dan tidak ada keluhan dalam makan dan minum.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan sudah BAK dan belum ada keinginan untuk BAB.
Tidak ada masalah dalam BAK dan BAB
c. Istirahat
Ibu sudah tidur semalam, namun sekarang ibu tidak mengantuk.
d. Psikologis
Ibu mengaku merasa cemas karena bayi belum lahir.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Sedang dan keadaan emosi baik dan dapat berkomunikasi dengan baik
meskipun tampak lelah.
2. Kesadaran
Composmentis
3. Pemeriksaan TTV
a. TD : 160/100mmHg
b. Nadi : 100x/menit
c. Suhu : 37,3℃
d. Pernapasan : 20x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Payudara : Bentuk dan ukuran simetris, puting susu
menonjol, tampak bersih, tidak ada massa,
tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan dan colostrum belum keluar
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
a. Leopold I : Teraba satu bagian bulat lunak tidak melenting
b. Leopold II : Terdapat bagian keras seperti papan disebelah
kiri ibu dan bagian kecil di kanan ibu
c. Leopold III : Teraba bulat keras melenting
d. Leopold IV : Divergent, perlimaan 2/5
e. TFU : 34 cm
f. TBJ : (34-12) x 155 = 3.410 gram
g. DJJ : 138x/ menit reguler
h. His : 3x10/30 detik kuat
Ekstremitas : Terdapat oedema pada kaki, tidak ada varises
dan kuku tidak pucat. Terpasang infus di
tangan kanan.
Genetalia : Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tebal
lunak, pembukaan 3 cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, tidak ada molage, penurunan
kepala di hodge II.
Anus : Tidak ada hemoroid

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun G2P1A0 gravida 39-40 minggu inpartu kala I fase laten dengan
PEB janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Ibu dan janin dalam
keadaan baik.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan kebidanan yang
diberikan  ibu mengerti
2. Melakukan informed Consent
3. Mengajarkan ibu teknik relaxasi saat ada his
4. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
5. Melakukan konsul dengan dokter
Advis :
a. Pasang kateter
b. Pemberian terapi Oral, Nifedipine 10gr
c. Memasang infus RL 500cc drip MgSO4 40% 12gr
6. Melakukan observasi kemajuan persalinan

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Februari
2020
Waktu pengkajian : 14.15 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK, RSU Kab Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin sering dan kuat, namun belum keluar air-air.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Respirasi : 19 kali/menit
Suhu : 36,3°C
3. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat
Ekstremitas : kedua kaki edema, terpasang RL drip MgSO4
40% 12gr ml labu ke I 20 tpm di tangan kanan,
sisa cairan 350ml
Abdomen : DJJ : 157x/menit (reguler) HIS: 4x10’45”
Genetalia : Terpasang dower kateter, urine 100cc,
pengeluaran blood show 10cc, portio teraba
tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban (+),
presentasi kepala, tidak ada molage,
penurunan kepala di hodge II

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun G2P1A0 gravida 39-40 minggu inpartu kala I fase aktif dengan
PEB janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Ibu dan janin dalam
keadaan baik.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan kebidanan yang di
berikan  ibu mengerti
2. Obeservasi His dan DJJ
3. Observasi kemajuan persalinan
4. Melihat tanda-tanda keracunan MgSO4
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal : Selasa, 11 Februari
2020
Waktu pengkajian : 18.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK, RSU Kab Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin sering dan kuat, ibu merasa sudah keluar air-
air serta sudah ada dorongan untuk meneran.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 180/100mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,7°C
3. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat
Ekstremitas : kedua kaki edema, terpasang RL drip MgSO4
40% 12gr ml labu ke I 20 tpm di tangan kanan,
sisa cairan 30ml
Abdomen : DJJ : 157x/menit (reguler) HIS: 4x10’45”
Genetalia : Terpasang dower kateter, urine 100cc,
pengeluaran blood show 10cc, adanya tekanan
pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka, portio tidak teraba, pembukaan
10cm, cairan ketuban jernih, presentasi kepala,
tidak ada molage, penurunan kepala di hodge
III

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun G2P1A0 gravida 39-40 minggu inpartu kala II dengan PEB
janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Ibu dan janin dalam
keadaan baik.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan asuhan yang
diberikan  ibu mengerti
2. Melakukan observasi DJJ dan His
3. KIE relaxasi dan cara meneran yang benar
4. Melepaskan selang kateter
5. Membantu proses persalinan
6. 19.10 bayi lahir spontan, segera menangis, tonus otot aktif , warna kulit
kemerahan, jenis kelamin laki-laki.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal : Selasa, 11 februari 2020
Waktu Pengkajian : 19.10 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK, RSU Kabupaten Tanggerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lega atas kelahiran bayi, ibu merasa sedikit mulas.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Abdomen : TFU sepusat, tidak ada janin kedua, uterus
teraba keras dan globuler, kandung kemih
kosong
Genetalia : tampak tali pusat menjulur di depan vulva dan
terdapat semburan darah

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun P2A0 inpartu kala III dengan PEB dalam keadaan baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan adanya janin kedua. Tidak ada
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik untuk mengeluarkan ari-ari
3. Menyuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha kanan atas secara IM.
4. Menjepit dan memotong tali pusat. Bayi menangis kuat dan langsung di
bawa oleh petugas perinatologi.
5. Melakukan PTT. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus
teraba keras dan globuler, tali pusat memanjang didepan vulva, terdapat
semburan darah.
6. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir spontan pukul 19.15 WIB.
7. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Uterus berkontraksi.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta terkesan lengkap.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal : Selasa, 11 Februari 2020
Waktu Pengkajian : 19.16 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK RS Kab. Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega karena ari-ari sudah lahir.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Abdomen : TFU sepusat, tidak ada janin kedua, uterus
teraba keras dan globuler, kandung kemih
kosong
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah kurang lebih 200
cc. Tampak robekan pada jalan lahir mengenai
mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,
dan otot vagina

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun P2A0 inpartu kala IV laserasi derajat II dengan PEB.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa terdapat robekan jalan lahir dan akan
dilakukan penjahitan.
2. Melakukan pejahitan dengan anastesi lidocain 2mg & jarum catgut
chromic.
3. Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur pada bagian otot perineum
dan teknik satu-satu pada bagian kulit perineum.
4. Merapihkan, mendekontaminasi dan membersihkan alat&ibu.
5. Mengobservasi kontraksi, perdarahan, kandung kemih, nadi, dan
tekanan darah  Terlampir di patograf
6. Mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus.
7. Melakukan pemantauan kala IV. Terlampir pada partograf.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal : Selasa, 11 februari 2020
Waktu Pengkajian : 21.10 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang VK RS Kab. Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mulas. Sudah makan 1 porsi nasi yang
diberikan di rumah sakit dan meminum 1 gelas air putih dan sudah memakan
obat yang diberikan bidan. Ibu ingin buang air kecil namun ibu belum belajar
miring ke kanan dan kekiri serta belajar duduk.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Baik
2. Kesadaran
Composmentis
3. Pemeriksaan TTV
TD : 140/80mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5℃
Pernapasan : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat dan tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda dan sclera putih
Ekstremitas atas : Terpasang Infus Ringer Laktat 500 cc drip
Syntocinon 10 IU ditangan kanan dengan 24
tetes/menit.
Payudara : Bersih, putting susu menonjol. Kolostrum
sudah keluar
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras,
kandung kemih kosong
Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra kurang
lebih 50cc. Terdapat jahitan perineum yang
masih basah

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun P2A0 Post Partum 2 jam dengan PEB

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Advice dokter: memberikan terapi oral amoxilin 1x500 mg, asam
mefenamat 3x1, dan Fe 1x1
3. Mengajarkan ibu untuk mobilisasi dan belajar duduk
4. Mengantarkan ibu ke kamar mandi.
5. Melakukan konseling personal hygiene dan perawatan luka perineum.
6. Membantu ibu menemui bayi di ruang perinatologi bawah dan membantu
ibu pindah ke Ruang Aster
7. Memberikan konseling pemberian ASI, manfaat dan pentingnya ASI
Ekslusif. Dan mengajari ibu cara menyusui yang benar
8. Memotivasi ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya.
9. Mengobservasi TTV.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal : Rabu, 12 februari 2020
Waktu Pengkajian : 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Aster RS Kab. Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya sesering mungkin, makan
terakhi pukul 13.00 menghabiskan 1 porsi menu RS. Ibu mengeluh merasakan
panas pada tubuhnya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Baik
2. Kesadaran
Composmentis
3. Pemeriksaan TTV
TD : 140/70mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 37,2℃
Pernapasan : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat dan tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda dan sclera putih
Ekstremitas atas : Terpasang Infus Ringer Laktat 500 cc drip
mgSO4 12 gram, 14 tpm terpasang pukul 11.00
kolf II
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras,
kandung kemih kosong
Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra kurang
lebih ¼ pembalut Terdapat jahitan perineum
sudah mulai kering
C. ANALISA
Ny. S 22 tahun P2A0 Post Partum 1 hari dengan PEB

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan ibu hasil pemeriksaan dan menjeaskan bahwa keluhan
rasa panas ibu adalah efek dari obat yang diberikan .
2. Melakukan konseling personal hygiene dan perawatan luka perineum.
3. Memberikan konseling pemberian ASI, manfaat dan pentingnya ASI
Ekslusif dan mengajari ibu cara menyusui yang benar.
4. Memberikan therapi oral nifedipin 4 x 10 mg, amoxilin 1x500 mg, asam
mefenamat 3x1, dan Fe 1x1.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / tanggal : Kamis, 13 februari 2020
Waktu Pengkajian : 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Aster RS Kab. Tangerang

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan tidak merasakan pusing, Ibu sudah
makan siang 1 porsi dengan menu nasi,sayur, dan telur dan minum 1 botol
sedang air mineral.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Baik
2. Kesadaran
Composmentis
3. Pemeriksaan TTV
TD : 120/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,6℃
Pernapasan : 20x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat dan tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda dan sclera putih
Mulut : Merah muda
Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat , kandung kemih
kosong
Genetalia : pengeluaran lochea rubra ¼ pembalut luka
perineum sudah mulai kering

C. ANALISA
Ny. S 22 tahun P2A0 Post Partum 2 hari dengan PEB

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik
2. Memotivasi ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan yang akan menaikan
tekanan darah
3. Memberdayakan keluarga untuk terus memotivasi ibu di rumah untuk terus
memberikan ASI kepada bayinya
4. Menjelaskan ibu sudah diperbolehkan pulang dan melakukan kunjungan
ulang minggu depan.
5. Memperbolehkan ibu untuk pulang ke rumah dan melepas infuse jam
13.00. menjelaskan kepada ibu mengenai personal hygiene.

Anda mungkin juga menyukai