Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“AUDIT ASET TETAP DAN AUDIT ASET TAK BERWUJUD”

Disusun oleh :

ADRIANA TEU (1710020062)

MARGARETH BALLO (1710020171)

ANGGELINA ARIANI (1710020202)

FLORENTINA EKA (1710020209)

ALFRIDHO ALDHAKIR (1710020058)

DANIEL MANAFE (1710020197)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

1
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Struktur Ekonomi dan
Bisnis ”. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengasuh mata kuliah Pengantar Bisnis dan untuk menjelaskan secara sederhana tentang struktur
ekonomi dan bisnis.

            Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, pembaca khususnya
pembimbing  mata kuliah Pengantar Bisnis, dimohon kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.

Kupang,...... Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................5

1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 DEFINISI ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD................................6

2.2 SIFAT DAN CONTOH ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD..........6
2.3 TUJUAN DARI ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD......................10
2.4 PROSEDUR PEMERIKSAAN ASET TETAP DAN ASET TAK
BERWUJUD..............................................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................24

3.1 KESIMPULAN........................................................................................................24

3.2 SARAN.....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu perusahaan kekayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan berjalannya kegiatan perusahaan sangat
berhubungan erat dengan kepemilikan kekayaan perusahaan. Disisi lain kepemilikan kekayaan
perusahaan harus di kelola dan ungkapkan dengan benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum agar informasi yang diberikan nantinya tidak menyesatkan bagi pemakai Laporan
keuangan 
Dalam Pemeriksaan akuntansi baik yang dilakukan oleh auditor intern ataupun oleh auditor
ekstern, harus diketahui terlebih dahulu tentang tujuan perusahaan dalam melaksanakan
Pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan karena diketahui sebelumnya adanya ketidakberesan
atau biasa disebut dengan tujuan khusus , maka Pemeriksaan harus dilakukan dengan sedetail
mungkin dan sample yang digunakan adalah 100 % atau semua kegiatan yang berkaitan dengan
masalah tersebut harus di periksa. Agar diketahui ketidak beresan yang terjadi karena apa dan
berapa nilai kesalahannya, serta siapa pihak yang terkait yang melakukan kesalahan (disengaja
atau tidak). Berbeda dengan Pemeriksaan yang tujuannya adalah umum dimana perusahaan
hanya menginginkan penilaian terhadap pihak auditor, untuk menyatakan wajar atau tidak
terhadap pelaksanaan kegiatan akuntansi yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan
demikian untuk Pemeriksaan umum ini auditor tidak harus melakukan Pemeriksaan dengan 100
% Bukti transaksi , tetapi dapat dengan menggunakan sample Bukti yang sebelumnya dilakukan
penilaian system pengendalian intern, materialitas perusahaan dan risiko perusahaan.
Aktiva Tetap sebagai salah satu akun yang mempunyai nilai material , maka adanya
kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda oleh
pemakai Laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan baik oleh perusahaan sendiri maupun oleh
pihak ekstern yaitu seperti kreditur, investor, pemegang saham, publik. Untuk itu diperlukan
audit untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan keuangan. Agar audit dapat memberikan
laporan yang memberikan risiko kecil maka perlu dibuat teknik audit yang baik sesuai dengan
kondisi perusahaan . Demikian pula diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam

4
melaksanakan audit tersebut. Dari masalah tersebut maka muncul pertanyaan tentang bagaimana
teknik audit aktiva tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam pelaporan keuangan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari aset tetap dan aset tak berwujud
2. Bagaimana sifat dan contoh aset tetap dan aset tak berwujud?
3. Apa tujuan dari aset tetap dan aset tak berwujud?
4. Bagaimana prosedur audit aset tetap dan aset tak berwujud?

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang ada dalam rumusan
masalah di atas.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aset Tetap Dan Aset Tak Berwujud


Aset tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Aset tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan  (non depreciable) dan aktiva yang dapat
disusutkan (depreciable)  mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun
sumber-sumber alam.
Aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan
untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva
tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan."
Aset tak berwujud adalah aset tetap yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak
mempunyai bentuk fisik. Aset tak berwujud adalah hak-hak yang dimiliki suatu entitas, yang
dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aset seperti ini biasanya mempunyai nilai karena
diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba perusahaan.

2.2 SIFAT DAN CONTOH ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD
1) Sifat dan contoh aset tetap
Aset tetap (fixed assets) disebut juga property, Plant and Equipment.
1. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK NO.16, hal.16.1 & 16.2 – IAI 2015)
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produsi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan kepihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau kenstruksi
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai

6
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, contohnya PSAK 53: pembayaran berbasis
saham.

Jumlah tercatat adalah jumlah suatu aset diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggih antara nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual dan nilai pakainya.

Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukran. (PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar).

Nilai residu dari aset adalah estimasi jumlah yang dapat diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan
kondisi yang diperkirakan pada akhir umur manfaatnya.

Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas timbul dari
penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan dari aset tersebut pada akhir umur
manfaatnya atau diharapkan terjadi ketika penyelesaian liabilitas.

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset selama umur masa
manfaatnya.

Rugi penurunan nilai adalah jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatataset atas
jumlah terpulihkannya.

Umur manfaat adalah:

a. Periode aset diperkirakan dapat digunakan oleh entitas; atau


b. Jumlah produksi atau unit serupa dari aset yang diperkirakan akan diperoleh dari aset entitas.

7
2. Menurut SAK ETAP (IAI, 2019: 68):
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk disewakan
kepihak lain, untuk tujuan administratif; dan
b) Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokan sebagai aset tetap bila:

a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian dimasa akan datang yang
berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir kedalam perusahaan; dan
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:

1) Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjual belikan sebagai
barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.
2) Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
3) Jumlahnya cukup materil.
3. Fixed Assets atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi:
a. Fixed tangible assets (aset tetap yang mempunyai wujud / bentuk, bisa dilihat, bisa
diraba).
b. Fixed intangible assets (aset tetap yang tidak mempunyai wujud / bentuk, sehingga tidak
bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
4. Yang Termasuk Fixed Tangible Assets Misalnya:
1) Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah. Tanah ini
biasanya disusutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak).
2) Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parkir, taman, mesin-mesin (Machinery),
peralatan (Equipment), Firniture dan Fixtures (meja, kursi), dilivery equipment/ vehicles
(mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang).

8
5. Yang Termasuk Fixed Tangible Assets Misalnya:

Hak paten, hak cipta (copy right), Franchise, goodwill, Preoperating expense (biaya-biaya
yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya
pendirian).

2). Sifat dan Contoh Aset Tak Berwujud

Aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter yang dapat didefinisikan dan tidak
mempunyai wujud fisik. Suatu asset dapat didefinisikan jika:

a) Dapat dipisahkan,yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari


perusahaan dan dijual, dalihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait asset atau liablitas secara individual atau secara bersama.
b) Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari hak dan kewajiban lainnya.

Aset tak berwujud tidak termasuk: efek(surat berharga), atau hak atas mineral dan
cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
Aset tidak diakui jika: kemungkinan perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan
dari asset tersebut; dan biaya perolehan asset atau nilai asset tersebut dapat diukur dengan andal.

Pemgertian dan sifat asset tak berwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi 2015) 19.2 &
19.3:

a) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atas nilai wajar imbalan
lain yang diserahkan utnuk memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi.
Pembayaran berbasis saham
b) Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan asset tak berwujud selama umur
manfaatnya
c) Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan asset, atau jumalh lain yang merupakan pengganti
biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
d) Nilai residu dari asset tak berwujud adalah jumlah estimasian dan akumulasi rugi penurunan
nilai.

9
e) Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas akan timbul dari
penggunaan asset secara berkelanjutan dan dari pelepasan asset tersebut.

Contoh:

a) Goodwill : Timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain di atas
harga yang berlaku untuk asset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena perusahaan
yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.
b) Hak paten : Jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru setelah
melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar.
c) Hak Cipta(copy right) : yang diberikan kepada seseorang yang menciptakan lagu atau
mengarang buku.
d) Franchise : misalnya Kentucky Fried Chiken, Mc Donald, Es teller ’77. Jika seseorang ingin
menjual makanan atau minuman dengan rasa,bentuk,cara
penyajian, dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak franchise.

2.3 TUJUAN DARI ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD


1) Audit Objectif (Tujuan Aset Tetap)
Dalam suatu general audit (pemeriksaan umum), pemeriksaan atas aset tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal controli yang cukup baik atas aset tetap.
2. Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
betul- betul ada, masih di gunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode yang
diperiksa betul-betul merupakan suatu capital expenditure , diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan
benar
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aset tetap sudah dicatat dengan benar
dibuku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Disposal dari aset tetap bisa terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan
rugi/laba penjualan aset tetap , tukar tambah (trade-in) atau penghapusan aset tetap yang
bisa menimbulkan kerugian dari penghapusan aset tetap, jika aset tetap tersebut masih
mempunyai nilai buku.
Kerugian dari trade-in atas aset sejenis dicatat sebagai Loss on Trade-in sedangkan
keuntungan dari Trade-In, dicatat sebagai pengurangan dari harga perolehan aset tetap
yang baru

10
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (perode) yang diperiksa
dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya
telah dilakukan dengan benar (secara akurat)
6. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan
7. Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/FRS)

2) Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset TakBerwujud


Tujuan pemeriksaan asset takberwujud adalah sebagai berikut.
a) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas asset takberwujud.
b) Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset takberwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta di otorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwewenang.
c) Untuk memeriksa apakah asset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan dimasa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
d) Untuk memeriksa apakah amortisasi asset takberwujud dilakukan seusai dengan standard
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
e) Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari asset takberwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
f) Untuk memeriksa apakah penyajian asset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standard akuntasi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut.

a) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas asset takberwujud.
Dalam hal ini auditor cukup menggunakan internal control questionnaires (ICQ), contoh ICQ
untuk asset takberwujud bisa dilihat di Exbilit 15-1.
Beberapa cirri internal control yang baik atas asset takberwujud adalah:
 Adanya system otorisasi dalam penambahan dan penghapusan asset takberwujud.
 Adanya internal control yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari perolehan dan
penambahan asset takberwujud.
b) Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset takberwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta di otorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwewenang.

11
Misalnya, untuk memperoleh franchise apakah ada perjanjian franchise-nya, serta apakah sudah
diotorisasi oleh direksi.
c) Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset takberwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta di otorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwewenang.
Untuk menaksir masa manfaat asset takberwujud harus dipertimbangkan antara lain:
 Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian, yang membatasi masa manfaat maksimum.
 Kemungkinan untuk memperbaharui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah
ditentukan.
 Pengaruh keusangan, permintan persaingan, dan faktor perubahan ekomoni dan teknologi
yang mempengaruhi masa manfaat.
d) Untuk memeriksa apakah amortisasi asset takberwujud yang dimiliki perusahaan sesuai
dengan standard akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Menurut SAK ETAP (IAI,2009) 80


Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari asset tidak berwujud secara
sistematis selama umur manfaatnya. Beban amortisasi untuk setiap periode harus diakui
sebagai beban. Amortisasi dimulai ketika asset siap digunakan dan amortisasi dihentikan
ketikas asset dihentikan pengakuannya. Entitas harus memilih metode amortisasi yang
mencerminkan pola pemanfaatkan asset dimasa mendatang. Jika enttitas tidak dapat
menetapkan pola yang andal, maka entitas harus menggunakan metode garis lurus.
e) Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari asset takberwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
Contohnya, perusahaan mempunyai hak paten, copy right atau franchise dan
memberikan/menjual asset tak berwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor harus
yakin bahwa pendapatan berupa royalty betul-betul dicatat dan diterima oleh perusahaan.
f) Untuk memeriksa apakah penyajian asset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standard akuntasi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

12
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009) 81
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud.
 Umur manfaat atau tariff amortisasi yang digunakan.
 Metode amortisasi yang digunakan.
 Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode.
 Unsure pada laporan laba rugi yang didalamnya terdapat amortisasi aset takberwujud.
 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.

2.4 PROSEDUR PEMERIKSAAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD


1. Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap
Kebanyakan disetiap perusahaan, terutama perusahaan industri aset tetap merupakan
jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan
akuntan public untuk memeriksa aset biasanya lebih sedikit di banding waktu yang
digunakan untuk memeriksa perkiraan seperti piutang, persediaan, dan lain-lain.

Beberapa penyebabnya antara lain:

a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya
dalam setahun biasanya sedikit.
b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di
bandingkan mutasi piutang dan persediaan
c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti
pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembeliaan dan penjualan
persediaan.

Prosedur audit berikut ini berlaku untuk repeat engagements (penugasan berulang)
sehingga menitikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).

Audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:

a. Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aset
tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan
akuntan tersebut.

13
b. Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan public harus
memeriksa mutasi penambahann dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya
perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk
penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset
tetap dilakukan sesuai standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Prosedur audit aset tetap adalah sebagai berikut :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.


2. Minta kepada klien top schedule serta supporting schedule aset tetap, yang berisikkan:
Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk
harga perolehan maupun akumulasi penyusutan.
3. Periksa footing dan cross footing dan cocokan totalnya dengan general ledger, atau sub-
ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan kita
lihat approvalnya dan kelengkapan supporting document.
Untuk pengurangan kita lihat otorisasinya dan jumlah apakah sudah dicatat dengan benar,
misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap tersebut. Selain itu
periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut.
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan
nomor kode dari aset tetap.
6. Periksa bukti pemilikan aset tetap. Untuk tanah, Gedung, periksa serifikat tanah dan IMB
(izin mendirikan bangunan) serta SIPB (surat izin penempatan bangunan).
Untuk mobil, motor, periksa BPKB, STNK-nya.
7. Pelajari dan periksa apakah capitalization policy dan depreciation policy yang dijalankan
konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan repair & maintenance, sehingga kita dapat mengetahui
apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok capital expenditures
tetapi dicatat sebagai revenue expenditures
9. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah insurance coverage-nya
cukup atau tidak.

14
10. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan
diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
11. Periksa notulenn rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa
apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Bila ada, maka hal ini
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
12. Periksa apakah ada commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual
aset tetap.
13. Untuk construction in progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada construction
in progress yang harus di transfer ke aset tetap.
14. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa
apakah accounting treatment nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.
16. Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 hal. 16.11 & 16.12 IAI 2015)

Pengungkapan

Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelas aset tetap:

a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;


b) Metode penyusutan yang digunakan;
c) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir peridoe; dan
e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan;
 penambahan
 aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58: Aset tidak lancer yang dimilik untuk dijual dan operasi yang
dihentikan dan pelepasan lain;
 perolehan melalui kombinasi bisnis;

15
 peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai dengan paragraf 31,39,
dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik dalam penghasilan
komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48: penurunan Nilai Aset;
 rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;
 pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;
 penyusutan;
 selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari
kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan
 perubahan lain;

Laporan keuangan juga mengungkapkan :

a) keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
b) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
konstruksi ;
c) jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap; dan
d) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang, atau dihentikkan yang termasuk dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara
terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

2. Audit Prosedur Atas Aset Tak Berwujud


Prosedur pemeriksaan asset takberwujud adalah sebagai berikut.
a) Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud
b) Minta perincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang antara
lain menunjukkan :
 Saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan serta saldo akhir.
c) Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross footing.
d) Periksa penambahan aset takberwujud:
 Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwewenang.

16
 Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah otorisasi tersebut
diberikan melalui rapat tersebut.
 Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.
e) Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset takberwujud. Periksa apakah amortisasi
dilakukan sesuai dengan standard akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan
perhitungannya akurat. Jika ada aset takberwujud yang dihapuskan otorisasi dari pejabat
entitas yang berwenang.
f) Periksa perjanjijan-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa apakah
pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat dan diterima
oleh perusahaan.
g) Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standard akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan atas audit prosedur aset takberwujud.

a) Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud.


Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires, contohnya bisa
dilihat di Exhibit 15-1. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control atas aset
takberwujud adalah baik, maka ruang lingkup (scope) pemeriksaan bisa dipersempit.
b) Minta perincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Contoh rincian bisa di Exhibit 15-2
Penambahan aset takberwujud bisa berasal dari pembelian (goodwill, hak paten) atau
perusahaan melakukan riset untuk membuat produk-produk baru, yang jika dianggap marketable
diurus (didapatkan) hak patennya ke direktorat hak paten, sehingga perusahaan lain tidak boleh
membuat produk yang sama, kecuali membayar royalty kepada pemegang hak paten.
AUDIT PROSEDUR C,D, DAN E SUDAH CUKUP JELAS.

f) Periksa perjanjijan-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa apakah
pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat dan diterima
oleh perusahaan. Perjanjian untuk menjual/menyewakan hak paten, hak cipta dan franchise
milik perusahaan kepada pihak ketiga, biasanya dilakukan dihadapan notaris, karena itu

17
auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file. Untuk royalty yang
diperoleh harus diperiksa apakah sudah dikenakan pph 23 sesuai dengan peraturan pajak
yang berlaku. Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk
mengetahui apakah pendaptan dari penjualan/penyewaan tersebut sudah diterima oleh
perusahaan dan dicatat di buku perusahaan.

g) Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standard akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS. Dalam hal ini entitas harus
mencatat perolehan/penambahan aset takberwujud sebesar harga perolehannya. Dilaporan
posisi keuangan (neraca) aset takberwujud disajikan sebesar nilai netonya, setelah
diamortisasi. Sedangkan di catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan antara lain : saldo
aset takberwujud terdiri dari apa saja, dengan mencatumkan nilai neto dari masing-masing
jenis aset takberwujud, dan metode serta periode amortisasinya.

18
Penjelasan Prosedur Audit:

19
20
21
22
23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relative permanen
dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Kriteria Aktiva
Tetap yaitu : berwujud, umurmya lebih dari satu tahun, digunakan dalam operasi perusahaan,
Tidak diperjualbelikan, material dan dimiliki perusahaan.Harga perolehan adalah keseluruhan
uang yang dikeluarkan untuk memperoleg suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh
perusahaan. Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban ke
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap tersebut.
Aset tak berwujud adalah aset tetap yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak
mempunyai bentuk fisik. Aset tak berwujud adalah hak-hak yang dimiliki suatu entitas, yang
dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aset seperti ini biasanya mempunyai nilai karena
diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba perusahaan.

3.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva Tetap diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya
apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan
wawasan yang kita dapatkan semakin luas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Auditing Buku 1 Edisi 5 penerbit salemba empat;

https://mynewikshanhasantgm.blogspot.com

https://accounting.binus.ac.id

25

Anda mungkin juga menyukai