Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis kimia farmasi kuantitatif merupakan penganalisaan prosedur
kimia analisis kuantitatif terhadap terhadap bahan-bahan yang digunakan
dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar atau mutu obat-
obatan dan senyawa kimia.
Pada analisis kimia farmasi kuantitatif, dikenal adanya bromatometri .
bromatometri merupakan salah satu metode titrimetri, bromatometri
merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan prinsip
reaksi reduksi – oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan
hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat atom, ion, atau molekul. Bila
suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah keharga yang lebih
positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron dan dalam
proses itu zat tersebut direduksi .
Pada metode ini,digunakan bromin sebagai oksidator, brom akan
direduksi oleh zat-zat organik dan terbentuk senyawa hasil substitusi yang
tidak dalam air. Brom juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa organik yang mampu berekaksi secara adisi atau substitusi
dengan brom.
Hubungan bromatometri dengan dunia farmasi yaitu
mengindentifikasi zat aktif obat dalam berbagai bentuk sediaan farmasi dan
penepatan senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Banyak senyawa obat
dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode bromatometri.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi.
Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan
stibium dalam bentuk trivalent tercampur dengan stanum valensi empat.(J.
Wunas. 1986:123).
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa
dengan menggunakan metode volumetri.
2. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar asam salisilat dengan menggnakan metode
bromatometri.

C. Prinsip Percobaan
Penentuan kadar asam salisilat dengan metode bromatometri
berdasarkan reaksi redoks yang ditambahkan bromin 0,0985 N dan asam
klorida pekat, lalu dikocok selama lima menit. Setelah itu, ditambahkan
kalium iodida 20% lalu didiamkan, ditambahkan kloroform, lalu dititrasi
dengan natrium tiosulfat 0,1067 N menggunakan indikator kanji, dimana titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum
Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat
dengan prinsip reaksi reduksi – oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion,
atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah
keharga yang lebih positif. Suatu zat mengoksidasi adalah yang memperoleh
elektron dan dalam proses itu zat tersebut direduksi.
Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan di
peroleh satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion , atau molekul). Bila suatu
unsur direduksi. Keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang
positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dan
dalam proses itu, zat ini dioksidasi. (Rivai, 1995: 51-52)
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar
reaksi dari ion bromat (BrO3-). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari
sistem ini menunjukkan bahwa kalium kromat adalah oksidator kuat. Hanya
saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini,
titran harus dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan
menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat dan bromin yang
dibebaskan akan merubah larutan warna kuning pucat. Warna ini sangat
lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. (Wunas dan said,
1986: 122)
Kalium bromat (KBrO3-) adalah oksidator kuat. reagen ini dapat
digunakan dalam dua cara, sebagai oksidator langsung untuk zat-zat reduktor
tertentu untuk menghasilkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui.
Bromin tersebut kemudian digunakan membrominasi secara kuantitatif
senyawa-senyawa organik. Bromin yang dihasilkan ini tidak stabil, karena
mempunyai tekanan kuat yang tinggi dan mudah menguap. Karna itu,
penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu yang
dipakai untuk titrasi harus ditutup. (Ruth dan Blosctc, 1988: 271)
Kalium bromat (KBrO3-) adalah agen pengoksidsi kuat, dengan
potensial standar dari reaksinya.
BrO3- + 6H+ + 6e- → Br - + 3H2O

adalah + 1,44 V. Reagen dapat dipergunakan dengan dua cara, sebagai sebuah
oksidan langsung untuk agen–agen pereduksi tertentu, dan untuk
membangkitkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui.
Sejumlah agen pereduksi, seperti arsenik (III), antimon (III), besi (II),
dan sulfida-sulfda serta disulfida-disulfida organik tertentu dapat dititrasi
secara langsung dengan sebuah larutan kalium bromat. Reaksinya arsenik
(III) adalah :
BrO3- + 3HAsO2 → Br- + 3HAsO3

Larutannya biasanya sekitar I M dalam asam klorida. Titik akhir dari


titrasinya ditandai dengan hadirnya bromin, sesuai dengan reaksi.
BrO3- + 5 Br + 6H+ →3 Br2 + 3H2O

Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir


titrasi. Beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk
memberikan perubahan warna telah dipelajari perubahan warna ini biasanya
tidak reversibel, dan kita harus berhati-hati agar bisa mendapatkan hasil yang
baik. Ada tiga indikator yang diketahui berperilaku reversibel, yaitu :
∝- naphtoflavone, quinoline kuning, dan P-ethoxychrysoidin. Indikator-
indikator ini tersedia secara komersil. (Day & Underwood, 2002: 302)
Sebuah larutan standar kalium bromat dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin
tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk membronisasi secara kuantitatif
berbagai senyawa organik. Bromida berlebih (relatif terhadap bromat) hadir
dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan
dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya, bromin yang
dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk
membronisasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini
agar selesai sepenuhnya. Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat
berubah subsitusi atau bisa juga berupa adisi. Reaksinya dengan 8-
hidroksiquinolin adalah sebuah reaksi subsitusi.
Rekasinya dengan etilen adalah sebuah reaksi adisi:
H2C = CH2 + Br2 → H2CBr - CBrH2

Dalam analisa dari suatu senyawa organik, suatu kelebihan terukur


dari campuran KBr – KBrO3 ditambahkan dan campuran tersebut diasamkan,
membebaskan Br2. Setelah reaksi brominasi selesai, bromin berlebihnya
ditentukan melalui penambahan kalium iodida, diikuti oleh titrasi dari iodin
yang dibebaskan dengan natrium tiusulfat standar:
Br2 + 2 I- → I2 + 2Br –
I2 + 2 S2O32- → SI- + S4O62-

Satu aplikasi yang umum dijumpai adalah penentuan dari metal-metal


dengan 8- hidroksiquinoline. Suatu metal seperti aluminium diendapkan
dengan reagen organik, dan endapannya disaring, dicuci, dilarutkan didalam
asam klorida. Kemudian kalium bromida dan kalium bromat standar
ditambahkan. Reaksi-rekasi dengan aluminium (8-hidroksiquoline disingkat
HQ) adalah sebagai berikut:
AI3+ + 3 HQ → AlQ3 (s) + 3 H+ (Pengendapan)
AlQ3 (s) + 3 H+ → AI3+ + 3 HQ (Pelarut Kembali)
3 HQ + 6 Br2 → 3 HQ Br2 + 6 HBr (Brominasi)
Jumlah ekivalen dari bromat sama dengan jumlah ekivalen
aluminium. Disini bera ekivalen dari aluminium adalah seper duabelas dari
beratatomiknya, mengingat 1AI3+ = 3 HQ = 6 Br2 = 12 elektron. Rekasi-
reaksi adisi dari bromin dipergunakan terutama dalam penentuan ketidak
jenuhan dari produk-produk minyak bumi serta lemak dan minyak. Banyak
contoh yang ditemukan dalam literatur. (Day & Underwood, 2002: 303)
Rekasi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti
kalium bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin
dengan kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan
untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromida
berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang
dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin
yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan
untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa
reaksi ini agar selesai sepenuhnya. Reaksi bromin dengan senyawa
organiknya dapat berupa substitusi atau bisa juga rekasi adisi. (Khopkar,
1990: 73)
Bromatometri merupakan salah satu metode titrimetri. Pada metode
ini digunakan bromin sebagai oksidator. Brom akan direduksi oleh zat-zat
organik dan terbentuk senyawa hasil substitusi yang tidak larut dalam air.
Brom juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
organik yang mampu bereaksi secara adisi atau subtitusi dengan brom.
Bromin yang tinggi dan mudah menguap, karena itu penetapan harus
dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu yang dipakai harus
tertutup. (Rivai, 1995: 52)
Metode bromatometri biasa digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom subtitusi. Metode ini
juga dapat digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam
trivalen walaupun tercampur dengan stanum valensi empat. (Wunas & Said,
1986: 123)
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran
dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya mengunakan potensiometri untuk
mendeteksi titik akhir. Meskipun demikian, penggunaan indikator yang dapat
berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran yang sering digunakan.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi
dari ion bromat (BrO3). Oksidasi petensiometri yang relatif tinggi dari sistem
ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja
kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini,
titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.
Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan menyebabkan ion
bromida bereaksi dengan ion bromat dan bromin yang dibebaskan akan
merubah larutan menjadi warna kuning pucat. Warna ini sangat lemah
sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir titrasi. (Rohman, 2007:
72).
Dalam lautan kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya nassa yang terlarut dihitung sebagai
berat (gram) tiap satuan volume (milliliter) atau setiap satuan larutan,
sehingga satuan kadar seperti ini gram/milliliter. Cara ini disebit dengan cara
berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar
dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut
dengan cara berat/berat (b/b). Secara matematis, perhitungan kadar suatu
senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-tumus
umum berikut:
BM Sampel
Berat Ekivalen (BE) = (Rohman, 2007 : 73)
Valensi

Pada titrasi langsung, langsung dilakukan dalam suasana asam dan


menggunakan indikator metil merah. Pada titrasi ini, menjelang titik akhir
titrasi perlu ditambahkan lagi indikator karena dalam lingkungan asam, metil
merah akan dirusak oleh beberapa brom secara irreversibel menjadi warna
kuning. Reaksi perusakan ini sangat cepat adn ada kemungkinan terjadi
sebelum titik akhir tercapai sehingga perlu ditambahkan indikator menjelang
titik akhit. Pada titrasi tidak langsung, penetapan kadar senyawa dilkaukan
dengan cara mereaksikan dengan brom berlebihan yang biasanya didapat dari
larutan kalium bromat, kalium bromida. Larutan tersebut dengan KI dan
dititrasi dengan natrium tiosulfat dengan indikator pati. Penetapan kadar
senyawa dengan titrasi tidak langsung ini dilakukan dalam erlenmeyer
tertutup karena sifat brom yang mudah menguap. (Day & Underwood, 2002:
301).
Dalam suana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi
iod. Sementara dirinya direduksi menjadi bromida :
BrO3- + 6H+ + 6I+ Br- + 3I2 + 3H2O

Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini karena suatu
reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit denga tahap
redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6 elektron yang
pada gilirannyadiambil oleh sebuah ion bromat tunggal. (Bleschke, 1988:
402).
Bromin yang disebabkan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan
uap yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan
pada suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai untuk titrasi harus
ditutup.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi.
Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan
stibium dalam bentuk trivalent tercampur dengan stanum valensi empat.
(J. Wunas. 1986:123).
Brom dapat digunakan sebagai oksidator seperti iodium. Brom akan
direduksi oleh zat-zat organik dengan terbentuknya senyawa hasil substitusi
yang tidak larut dalam air misalnya tribromofenol, tribrom aniline dan
sebagainya yang reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Brom juga dapat
digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa organik yang mampu
bereaksi secara adisi atau substitusi dengan brom.
Selain bromnya sendiri, brom juga dapat diperoleh dari hasil
pencampuran kalium kromat dan kalium bromida dalam asam kuat sesuai
reaksi berikut:
KBrO3 + 5 KBr + 6 HCl 3 Br2 + 6 KCl + 3H2O
Brom yang dibebaskan ini kemudian mengoksidasi iodide yang setara
dengan jumlah iodium yang dihasilkan menurut reaksi:
Br2 + 2 KI I2 + 2 KBr
Iodium selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat
menurut reaksi:
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + NO4S4O6
Adanya brom tidak langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat
dikarenakan perbedaan potensialnya sangat besar, akibatnya jika brom
langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat maka yang dihasilkan tidak hanya
tetrationat (S4O62-) tetapi juga sulfat (SO42-) bahkan mungkin sulfid yang
berupa endapan kuning.
Ketika asam klorida pekat ditambahkan maka brom akan
dibebaskan dan bro mini akan bereaksi menghasilkan endapan putih. (Abdul.
2001:159-160).
Bromatometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar
reaksi oksidasi dari ion bromat.
BrO3- + 6 H+ + 6 e- Br- + 3 H2O
Kalium bromat adalah oksidator kuat, namun kecepatan reaksinya
tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan titrasi yang dilakukan dalam
suasana asam kuat dan dalam keadaan panas. Pada titrasi ini dengan adanya
kelebihan ion bromat maka akan bereaksi dengan bromida membentuk
bromin (Br2) yang berwarna kuning pucat. Bromin ini mudah menguap dan
sehingga titrasi harus dalam suhu rendah.
Jika senyawa reduktor dan bromin berjalan cepat dalam suasana
asam maka dapat ditentukan secara langsung. Namun bila lambat maka dapat
dilakukan titrasi tidak langsung yaitu larutan bromin ditambah berlebih dan
kelebihan bromin ditentukan secara iodometri. Bromin dapat diperoleh dari
penambahan asam ke dalam larutan yang mengandung 3 g kalium bromat
dan 5 g kalium bromida.
5 KBr + KBrO4 + 6 HCl 6 KCl + 3 Br2 + 3 H2O
(Tim asisten unhas, 2007: 17)
Metode bromometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis seperti fenol-fenol, asam salisilat,
resorsionol, perakkloro fenol, dan lain-lain dengan membentuk tribrom
substitusi suatu larutan standar kalium bromat dapat dipergunakan untuk
brominasi, secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromid berlebih
(terhadap bromat ada dalam hal demikian, sehingga jumlah brom yang
ditimbulkan dapat dihitung dari benyaknya KBrO3 yang diambil. Biasanya
brom ditimbulkan dalam jumlah yang berlebih terhadap jumlah yang
diperlukan untuk brominasi senyawa organik agar membantu memaksa reaksi
ini berlangsung sempurna.
Dalam metode bromometri ini terdapat dua cara titrasi yaitu titrasi
langsung dan titrasi tidak langsung dan hasilnya tidak selalu sama. Dalam
analisa suatu senyawa organik, campuran KBr-KBrO3 dalam jumlah berlebih
yang terukur, ditambahkan dan campuran di asamkan, yang membebaskan
Br2. Setelah reaksi brominasi sempurna kelebihan brom ditentukan dengan
penambahan kalium iodida, diikuti dengan titrasi iodium yang disebabkan
dengan menggunakan natrium tiosulfat standar. Reaksi brom dengan
senyawa organik adalah substitusi atau adisi.
Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja
kecepatan reaksi tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan reaksi ini.
Titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.
Reaksinya seperti di atas dengan Eo = 1,44 v. BrO3 adalah standar primer dan
sifatnya stabil. Metal orange atau merah digunakan sebagai indikator tetapi
tidak sebaik alfa, nafthafloran, quinalin yellow, kalium kromat banyak
digunakan dalam kimia organik, misalnya titrasi dengan oksin. Sebagian
besar titrasi meliputi titrasi kembali dengan asam arsenik. (Tim asisten unhas.
2007: 17-18).
Kalium bromat, KBrO3 adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat
digunakan dengan dua cara, sebagai sebuah oksidator langsung untuk zat-zat
reduktor tertentu dan untuk menghasilkan sejumlah bromin yang
kuantitasnya diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk
membrominasi secara kuantitatif senyawa-senyawa organik. Bromin ini
mudah menguap sehingga titrasi harus dilakukan pada suhu rendah.

BrO3- + 6H+ 6e Br- + 3I2 + 3H2O


Meskipun kalium bromat merupakan oksidator kuat , namun
kecepatan reaksinys tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan titrasi
yang dilakukan dalam suasana asam dan dalam keadaan panas.
Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromin berjalan cepat dalam
suasana asam maka dapat ditentukan secara langsung. Namun bila lambat
,maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu bromin ditambah berlebih
dan kelebihan bromin ditentukan secara iodometri. Bromin dapat diperoleh
dengan penambahan asam ke dalam larutan yang mengandung kalium
bromat dan kalium bromida. Reaksi bromin dengan senyawa organiknya
dapat berupa subtitusi atau bisa juga berupa adisi. (Haeria. 2011 :12)
Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan
standar seperti kalium bromat dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang
diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk
membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa organik.
Bromida berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini,
sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari
jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan
apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan
untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk
membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.
Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa
substitusi atau bisa juga rekasi adisi. (Khopkar, 1990: 73).
Brom akan direduksi oleh zat-zat organik dan terbentuk
senyawa hasil substitusi yang tidak larut dalam air. Brom juga
dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
organik yang mampu bereaksi secara adisi atau subtitusi
dengan brom. Bromin yang tinggi dan mudah menguap,
karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah
mungkin, serta labu yang dipakai harus tertutup. (Khopkar,
1990: 69)
Sebuah larutan standar kalium bromat dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin
tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk membronisasi secara kuantitatif
berbagai senyawa organik. Bromida berlebih (relatif terhadap bromat) hadir
dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan
dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya, bromin yang
dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk
membronisasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini
agar selesai sepenuhnya. Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat
berubah subsitusi atau bisa juga berupa adisi. Reaksinya dengan 8-
hidroksiquinolin adalah sebuah reaksi subsitusi.
Dalam metode bromometri ini terdapat dua cara titrasi yaitu titrasi
langsung dan titrasi tidak langsung dan hasilnya tidak selalu sama. Dalam
analisa suatu senyawa organik, campuran KBr-KBrO3 dalam jumlah berlebih
yang terukur, ditambahkan dan campuran diasamkan, yang membebaskan
Br2. Setelah reaksi brominasi sempurna kelebihan brom ditentukan dengan
penambahan kalium iodida, diikuti dengan titrasiiodium yang disebabkan
dengan menggunakan natrium tiosulfat standar. Reaksi brom dengan senyawa
organik adalah substitusi atau adisi.
Kalium bromat adalah oksidator kuat, namun kecepatan reaksinya
tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan titrasi yang dilakukan dalam
suasana asam kuat dan dalam keadaan panas. Pada titrasi ini dengan adanya
kelebihan ion bromat maka akan bereaksi dengan bromid membentuk bromin
(Br2) yang berwarna kuning pucat. Bromin ini mudah menguap dan sehingga
titrasi harus dalam suhu rendah. (Underwood, 2002: 297-298)
B. Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM. 1979 : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih tidak berbau, tidak berwarna, dan
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pelarut

2. Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979 : 56)


Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam Salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138,12
Rumus Struktur :

Penetapan kadar : Mengandung tidak kurang 99,5 %


Berat setara : Tiap bromin 0,1 N setara dengan 2,302 mg
C7H6O3.
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih; hampir tidak berbau, rasa agak
manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P: mudah larut dalam kloroform
P, dan dalam eter P, Larut dalam larutan
amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat dan natirum sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel

3. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979 : 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna; berasap; bau
merangsang, jika diencerkan dalam 2 bagian
air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Pemberi suasana asam

4. Etanol (Dirjen POM, 1979 : 65)


Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,00
Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih; mudah
menguap; dan mudah bergerak; bau khas; rasa
panas; mudah terbakar dan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam klorofurm
P, dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai Pelarut
5. Kalium Bromida (Dirjen POM, 1979 :328)
Nama Resmi : KALII BROMIDUM
Nama Lain : Kalium Bromida
Rumus Molekul : KBr
Berat Molekul : 119,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau buram
atau serbuk; tidak berbau; rasa asam dan agak
pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan
dalam lebih kurang 200 bagian etanol (90%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komposis Br2

6. Kalium Iodida (Dirjen POM, 1979 : 330)


Nama Resmi : KALII IODIDUM
Nama Lain : Kalium Iodida
Rumus Molekul : KI
Berat Molekul : 166,00
Pemerian : Hablur heksahedral; transparan atau tidak
berwarna; opak dan putih; atau serbuk butiran
putih; higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalm air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol (95%)
P, mudah larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
7. Kloroform (Dirjen POM, 1979 : 151)
Nama Resmi : CHLOROFORMUM
Nama Lain : Kloroform
Rumus Molekul : CHCl3
Berat Molekul : 119,38
Pemerian : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau
khas; rasa anis dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam kurang 200 bagian air, mudah
larut dalam etanol mutlak P. dalam eter P,
dalam sebagian besar pelarut organik, dalam
minyak aksiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai Pelarut I2

8. Natrium Tiosulfat (Dirjen POM, 1979 : 428)


Nama Resmi : NATRII THIOSULFAS
Nama Lain : Natrium Tiosulfat
Rumus Molekul : Na2S2O3 . 5H2o
Berat Molekul : 248,17,01
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna, atau serbuk
hablur kasar. Dalam udara lembab meleleh
basah; dalam hampa udara pada suhu diatas
330C merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian airi praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Titran
9. Bromin (Dirjen POM, 1979 : 663)
Nama Resmi : BROMIN
Nama Lain : Bromin
Rumus Molekul : Br2
Berat Molekul : 92,02
Pemerian : Cairan coklat kemerahan, berasap, korosif
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam pelarut
organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Larutan Baku

10. Kanji (Dirjen POM, 1979 : 93)


Nama Resmi : AMILUM MANIHOT
Nama Lain : Pati
Rumus Molekul : C12H20O11
Berat Molekul : -
Rumus Bangun :

n
Pemerian : Serbuk hablur, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Indikator
11. Kalium bromat (Dirjen POM, 1979 : 687)
Nama Resmi : KALII BROMAT
Nama Lain : Kalium Bromat
RM / BM : KBrO3 / 167,09
Pemerian : Serbuk harbuk putih
Kelarutan : Pada suhu 15,50 larut dalam 12,5 bagian air,
dalam 2 bagian air mendidih, sangat sukar
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Komposisi Br2

12. Iodin (Dirjen POM, 1979 : 763)


Nama Resmi : IODIDUM
Nama Lain : Iodin
Rumus Molekul : I2
Berat Molekul : 126,9
Pemerian : Keping atau butir, berat mengkilap hitam,
kelabu bau khas
Kelarutan : Larut dalam 3500 bagian air, 13 bagian etanol,
dalam 18 bagian gliserol dan larut dalam
kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan baku
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan baku Bromin 0.1 N
Timbang dengan teliti 39 KBrO3 dan 15 gr KBr. Masukkan dalam
labu ukur 1000 ml dan tambahkan 250 ml air suling, kocok hingga larut,
cukupkan volumenya hingga 1000 ml. Pindahkan kedalam botol, bubuhi
etiket.
2. Standarisasi larutan Bromin 0,1 N dengan Na2S2O3
Pipet secara sekasama 25 ml larutan bromin ke dalam erlenmeyer
250 ml. Encerkan dengan 120 ml air suling dan tambahkan 5 ml KI
(16,5 KI dalam 100 ml air). Homogenkan, biarkan 5 menit pada suhu
kamar. Titrasi iodin bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan
menggunakan indikator kanji. Ulangi perlakuan 2 kali lagi.
3. Penetapan kadar Asam Salisilat
Timbang 2 gram sampel Asam Salisilat, masukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml. Pipet 25 ml larutan ini ke Erlenmeyer. Tambahkan 30 ml
Br2dan HCl P, tutup l;abu segera. Kocok selama 30 menit dan diamkan
selama 15 menit. Tambahkan segera 5 ml KI 20 %. Kocok baik-baik lalu
tambahkan 1 ml kloroform, kocok dan titrasi dengan larutan Natrium
Thiosulfat 0,1 M menggunakan indikator kanji. Ulangi perlakuan 2 kali.
Lakukan penetapan blanko.
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan yaitu buret (iwaki), klem dan statif
(iwaki), corong, pipet tetes, erlnmeyer 250 ml (iwaki), pipet volum (iwaki),
gelas kimia (iwaki), dan gelas ukur (iwaki).

2. Bahan yang digunakan


Adapun bahan yang digunakan yaitu aquadest, asam klorida, asam
salisilat, bromin 0,0985 N, etanol, iodin, kanji, kalium bromat, kalium
bromida, kalium iodida, kloroform, natrium tiosulfat 0,1067 N.

B. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang 2 gram
asam salisilat, lalu dilarutkan dengan etanol, lalu ditambahkan aquadest
hingga volume 1000 ml (sebagai larutan stok), lalu diambil larutan stok 25 ml,
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahklan 30 ml bromin
0,1 N, lalu ditambahkan 5 ml asam klorida pekat, lalu dikocok selama 5 menit.
Setelah itu ditambahkan 5 ml kalium iodida 20%, lalu didiamkan selama 5
menit, lalu ditambahkan 5 ml kloroform, lalu dititrasi dengan natrium tiosulfat
0,1067 N menggunakan indikator kanji.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
Sampel Berat Sampel Volume Titrasi Warna
As. Salisilat 2,065 gr 8,5 ml Biru – kuning
Blanko - 9,5 ml Bening

B. Reaksi
1. KBrO3 + 5 KBr + 6 HCl 3 Br2 + 6 KCl + 3 H20
2. Reaksi asam salisilat dengan bromin

+ 3 Br2 + 3 HBr + CO2

3. Reaksi KI dengan kelebihan bromin


2 KI + Br2 2 KBr + I2 (kuning pucat)
4. Reaksi iodium dengan kanji

+ I2
+ 2 Na2S2O3

+ NaI + Na2S2O3

C. Perhitungan
mgrek sampel = mgrek Br2 – mgrek Na2S2O3
mg/BE = ((VxN)Br tot - (VxN)Na2S2O3)tit –((VxN)Br tot –
(VxN)Na2S2O3)bla
mg = ((30x0,1) – (8,5x0,1067)) – ((30x0.1) –
(9,5x0,1067)) x 23,0
= (3 – 0,90695) – (3 – 1,01365) x 23,02
= (2,09305 – 1,98635) x 23,02
= 0,1067 x 23,02
= 2,456234 mg
= 0,0024562 gram

Untuk 1000 ml
1000
X = ×0,0024562 gram
25
= 0,0982 g
0 , 0982
% kadar= ×100 %
2,065
= 4,755 %
BAB V

PEMBAHASAN

Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat


dengan prinsip reaksi oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau
molekul). Sedangkan reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh
satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion atau molekul).
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar
reaksi dari ion bromat (Br3-). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem
ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat.
Kalium bromat, KBrO3 adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat digunakan
dengan dua cara, sebagai sebuah oksidator langsung untuk zat-zat reduktor
tertentu dan untuk menghasilkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui.
Bromin tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk membrominasi secara
kuantitatif senyawa-senyawa organik. Bromin ini mudah menguap sehingga titrasi
harus dilakukan pada suhu rendah.
BrO3- + 6H+ 6e Br- + 3I2 + 3H2O
Meskipun kalium bromat merupakan oksidator kuat , namun kecepatan
reaksinys tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan titrasi yang dilakukan
dalam suasana asam dan dalam keadaan panas.
Pada percobaan kali ini, kita akan menentukan kadar asam salisilat dengan
pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam dan kelarutan yang larut dalam 550 bagian air
dan dalam 4 bagian etanol (95%) P: mudah larut dalam kloroform P, dan dalam
eter P, Larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium
sitrat dan natirum sitrat P dengan metode bromatometri . Pertama-tama, ditimbang
dengan teliti asam salisilat sebanyak 2 gram kemudian dilarutkan dengan etanol,
lalu ditambahkan aquadest hingga volume 1000 ml. Kemudian dipipet 25 ml
larutan asam salisilat ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 30 ml bromin sebagai
oksidator kuat serta 5 ml asam klorida pekat untuk memberi suasana asam pada
sampel. Dikocok selama 30 menit dan didiamkan selama 15 menit. Setelah
didiamkan ditambahkan lagi dengan larutan kalium iodida 20% sebanyak 5 ml
untuk mengoksidasi bromin, lalu ditutup dengan aluminium foil untuk menahan
iodin yang menguap. Kemudian dititrasi dengan larutan natirum tiosulfat 0,1067
N hingga sampel menjadi kuning. Lalu ditambahkan dengan larutan indikator
kanji yang mengubah larutan menjadi warna biru, dititrasi kembali dengan
natrium tiosulfat 0,1067 N hingga menjadi bening. Hal ini di karenakan bromin
berlebih yang ditambahkan dengan asam salisilat akan bereaksi dengan kalium
iodida menghasilkan iodin. Dari iodin yang dihasilkan akan bereaksi dengan kanji
membentuk warna biru pada larutan. Setelah itu kanji yang berikatan dengan iodin
ditambahkan larutan natrium tiosulfat menghasilkan warna bening, di mana iodin
yang terikat pada kanji terlepas dan akan terikat dengan natrium membentuk
natrium iodida.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini menunjukkan bahwa persen kadar
perbandingan berat praktek 0,0982 gram dengan berat teori sebesar 2,065 gram
adalah 4,755 %. Dan menurut Farmakope Indonesia menyatakan bahwa kadar
asam salisilat tidak kurang dari 99,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh dari hasil percobaan tidak sesuai dengan kadar yang dinyatakan dalam
Farmakope Indonesia.
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini, yaitu penggunaan alat yang
tidak bersih, kesalahan dalam pengamatan volume titrasi serta kesalahan dalam
menitrasi.
Adapun hubungan percobaan ini dengan dunia Farmasi yaitu untuk
mengindentifikasi zat aktif, obat dalam berbagai bentuk sediaan farmasi dan
penetapan kadar senyawa kimia yang memiliki struktur cincin aromatik atau biasa
dengan senyawa aromatik. Selain itu dapat juga digunakan untuk senyawa yang
memiliki ikatan rangkap.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa persen kadar asam salisilat sebesar 4,755 % sedangkan menurut
Farmakope Indonesia kadar asam salisilat tidak kurang dari 99,5 %.

B. Saran
a. Laboratorium
Kelengkapan alat dan bahan yang digunakan.
b. Asisten
Lebih sabar menghadapi praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan Underwood. A.l. Analisisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam.
Erlangga : Jakarta. 2002

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta. 1979

Haeria, S.Si Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi, UIN Alaudin


Makassar: Makassar, 2011

Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta


1984

Rivai, H. Asas Pemerikasaan Kimia. UI Press: Jakarta. 1995

Roth J. Blaschke.G. Analisis Farmasi. UGM Press: Jakarta. 1988

Wunas, J. Said. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS:


Makassar. 1986.
SKEMA KERJA

2 gram AS. Salisilat

dilarutkan Etanol

Tambahkan aquadest hingga 1000 ml

25 ml larutan Asam Salisilat

Ditutup alfol, dikocok lalu didiamkan

30 ml Bromin 0,1 N

+ 5 ml HCl Pekat

5 ml KI 20%

+ 1 ml CHCl3 (Kloroform)

Titrasi dengan Na2S2O3


(Coklat - Bening)
 Pembuatan Kanji
Timbang 2 gram kanji

+ 100 ml aquadest

Gelas Kimia
Panaskan

Dinginkan

Anda mungkin juga menyukai